Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum

Genetika Tanaman

FREKUENSI GEN

Nama : Tarisya Ridhayana


Nim : G011 21 1013
Kelas : Genetika Tanaman A
Kelompok : Kelompok 1 (Satu)
Asisten : Mulham Tahir

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Pemuntun dan Lembar Kerja Prakuikum Genetika Semester Akhir 2021/2022 Agroteknologi Unhas

PERCOBAAN II
FREKUENSI GEN
Dasar Teori
Perbandingan sederhana 3 :1;1:2:1,1:1,9:3:3:1,dan sebagainya, menurut
hukum Mendel, sesungguhnya didapat dari persilangan yang diatur. Padaal
ditengah masyarakat sendiri sesungguhnya terjadi persilangan atau perkawinan
yang acak (random). Karena itu biasa terjadi ada perbedaan suatu alel pada hasil
eksperimen dengan masyarakat.
Karena suatu gen terdiri dari dua alel, misalnya alel A dan alel a terdapat
pada suatu populasi. Setiap individu di populasi itu tentulah memiliki salah satu
atau kedua alel itu, dimana yang tidak homozigot adalah heterozigot. Sehingga
dapat digolongkan atas tiga kelompok, berhubungan dengan pasangan kedua alel
A-a itu yaitu :
1. AA (Homozigot dominant)
2. Aa (Heterozigot)
3. aa (Homozigot resesif).
Jika suatu populasi di daerah tertentu dianggap telah bercampur baur lama
(panmixia), tidak terjadi mutasi baru terdapat gen A itu dan tidak ada imigran
besar-besaran, maka frekuensi alel A dan a di masyarakat itu tentulah tetap.
Dengan demikian persentase AA atau aa akan tetap pula, dari generasi
ke generasi selanjutnya.
Untuk itu ada suatu hukum yang disebut hukum Hardy-Weinberg, yang
merumuskan perimbangan alel pada populasi yang panmixis. Persentase masing-
masing alel tetap di suatu populasi dan jumlah persentasenya selalu 100 %.
Sedangkan jika persentase itu diubah jadi frekuensi semua alel dari suatu
gen tentulah 1.
Rumus Hardy-Weinberg
P2AA + 2pgAa + q2aa =1
(pA+qa)2 =1
Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara perhitungan frekuensi
genetik melalui pengambilan sample (contoh) yang didapat di laboratorium
Tinjauan Pustaka
2.1 Hukum Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat adalah ciri-ciri atau sifat-sifat makhluk hidup yang
diturunkandari generasi ke generasi atau diturunkan dari induk kepada anaknya.
Tiap spesiesmemiliki ciri-ciri tertentu yang spesifik yang hampir sama dari
generasi ke generasi, bahkan ciri ini ada sejak dulu kala. Misalnya hewan gajah
mempunyai telinga yang lebar,mempunyai gading, tubuhnya besar, dan
mempunyai belalai. Ciri gajah tersebut sudahada sejak gajah purba. Jadi ada ciri-
ciri atau sifat-sifat makhluk hidup yang diturunkandari generasi ke generasi atau
diturunkan dari induk kepada anaknya (Efendi, 2020).
Menurut Efendi (2020), hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang
mengatur pewarisan sifat secara genetik dari satu organisme kepada
keturunannya. Hukum tersebut terdiri dari dua bagian :
1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation) Isi dari
hukum segregasi : Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap
pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang
terbentuk.
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent
assortment) Isi dari hukum pasangan bebas : Segregasi suatu pasangan gen
tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam
gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen
secara bebas
Percobaan hukum Mendel I yang dilakukan Mendel yaitu dengan
menggunakan tanaman kapri dengan 1 sifat yang berbeda. Persilangan ini disebut
dengan persilangan monohibrid. Tanaman keturunan generasi pertama
mempunyai sifat yang seragam menyerupai salah satu induknya. Kemudian
tanaman keturunan pertama tersebut disilangkan satu sama lain menghasilkan
keturunan kedua yang juga mewarisi sifat induknya. Sedangkan pada percobaan
hukum Mendel II menyatakan bahwa apabila dua individu memiliki dua pasang
sifat atau lebih mak aditurunkannya sepasang sifat secara bebas tidak bergantung
pada pasangan sifatyang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan,
misalnya bentukdan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini berlaku
untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih (Mustami, 2013).
2.2 Frekuensi Gen Dalam Populasi
Hukum Hardy-Weinberg dikemukakan oleh Godfray Harold Hardy, seorang
ahli matematika Inggris dan Wilhelm Weinberg, seorang ahli fisika Jerman pada
tahun 1908 yang menyatakan bahwa dalam suatu kondisi stabil, frekuensi gen dan
genotipe dalam suatu populasi selalu tetap dari generasi ke generasi berikutnya
yang berkembang biak secara seksual. Hukum ini membuktikan bahwa persentase
individu yang homozigot dengan alel dominan, homozigot dengan alel resesif, dan
heterozigot akan tetap sama dari generasi ke generasi berikutnya, asalkan
pasangan reproduktif tersebut terjadi secara acak (Setiowati, 2017).
Menurut Setiowati (2017), Hukum Hardy-Weinberg berlaku bila syarat
berikut dipenuhi.
1. Perkawinan antara genotipe yang satu dengan genotipe yang lain terjadi
secara acak.
2. Masing-masing genotipe memiliki kemampuan hidup (viabilitas) dan
fertilitas yang sama.
3. Jumlah anggota populasi besar.
4. Tidak terjadi mutasi dan seleksi alam.
5. Tidak ada perpindahan (migrasi) populasi.
Menurut Santoso (2007), frekuensi gen dalam suatu populasi oleh Hardy-
Weinberg dinyatakan dalam rumus matematika sebagai berikut :
p2 + 2pq + q2 = 1
p+q=1
Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal beralel
ganda: alel yang dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua frekuensi
alel tersebut ditandai p dan q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1.
Apabila populasi berada dalam kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk
homozigot AA dalam populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan
freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot (Mulliadi, 2020).
Hukum Hardy-Weinberg menjelaskan kondisi suatu populasi tanpa
mengalami evolusi. Apabila salah satu persyaratan Hukum Hardy-Weinberg tidak
terpenuhi sehingga terjadi perubahan frekuensi gem dalam suatu populasi maka
dapat dikatakan bahwa populasi tersebut mengalami evolusi. Namun, untuk
menciptakan kondisi stabil untuk memenuhi Hukum Hardy-Weinberg sangat sulit
dipenuhi. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam suatu populasi memungkinkan
terjadinya perubahan frekuensi gen. Hal ini dilakukan untuk membuktikan
terjadinya proses evolusi (Santoso, 2017).
Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum identifikasi alat reproduksi tumbuhan dilaksanakan di
Laboratorium Agroklimatologi dan Biosains, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, pada hari Minggu, 22 Mei 2022 pukul 09.00-10.30 wita.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah dua jenis kancing baju yang berbeda warna, masing –
masing berjumlahkan 200 biji, sedangkan alat yang digunakan ialah
amplop,modul, dan ATK.
Metode Praktikum
Frekuensi A(p) = Frekuensi AA+1/2 Frekensi Aa
Frekuensi a(q) = Frekuensi aa +1/2 frekuensi Aa
P AA+2pqAa-+q aa = 1
2 2

Pelaksanaan Percobaan
1. Menyediakan dua buah kantong kertas, kemudian masing-masing kertas
diisi dengan 400 kancing (200 kuning dan 200 putih).
2. Kocok kantong tersebut hingga biji yang ada di dalamnya tercampur merata.
3. Buat 60 zigot, 80 zygot, dan 100 zygot. Cara membuatnya adalah dari tiap
kantong dipungut 2 kancing secara acak (buta). Tuliskan setiap zygote pada
kolom yang tersedia (lampiran),
4. Masukkan kembali ke dalam tempatnya. Sebelum mengambil kancing
selanjutnya harus dikocok ulang.
Hasil
Tabel 1. Pengamatan untuk ulangan 60 kali
Genotipe AA Aa Aa Total
Jumlah 14 35 11 60
Simbol HD D HE HR R N
Rumus HD/N HE/N HR/N HD+HE+HR
Frekuensi N
Frekuensi 14/60 35/60 11/60 60/60
Ket.
Frekuensi Genetik:
AA: 14/60 = 0,23
Aa : 35/60 = 0,58
aa : 11/60 = 0,18
Frekuensi Alel:
-Frekuensi A(p) = Frekuensi AA+1/2 frekuensi Aa
P = 0,23 + ½ (0,58)
P = 0,23 + 0,29
P = 0,52
-Frekuensi A(q) = Frekuensi aa+1/2frekuensi Aa
q = 0,18 + ½ (0,58)
q = 0,18 + 0,29
q = 0,42
Rumus Hardy Weinberg
P2 AA + 2Pq Aa + q2 aa = 1
= (0,52)2 +2 (0,52x0,47) + (0,47)2
= 0,2704 +0,4888 + 0,2209
=1
Tabel 2. Pengamatan untuk ulangan 80 kali
Genotipe AA Aa Aa Total
Jumlah 16 48 16 80
Simbol HD D HE HR R N
Rumus HD/N HE/N HR/N HD+HE+HR
Frekuensi N
Frekuensi 16/80 48/80 16/80 80/80
Ket.
Frekuensi Genotipe:
AA: 16/80 = 0,2
Aa : 48/80 = 0,6
aa : 16/80 = 0,2
Frekuensi Alel:
-Frekuensi A(p) = Frekuensi AA+1/2 frekuensi Aa
p = 0,2 + 1/2 (0,56)
p = 0,2 + 0,3
p = 0,5
-Frekuensi a(q) = Frekuensi AA+1/2
Frekuensi Aa q = 0,2 + ½
(0,56)
q = 0,2 + 0,3
q = 0,5
-Rumus Hardy
Weinberg P2AA
+ 2pqAa+ q2aa =
1
= (0,5)2 + 2 (0,5x 0,5) + (0,5)2
= 0,25 + 0,5 + 0,25
=1
Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan di atas pada tabel 1
diketahui pada pengulangan kancing sebanyak 60 kali didapatkan hasil
dimana jumlah genotipe AA (homozigot dominan) sebanyak 14, Aa
(heterozigot) sebanyak 35 dan aa (homozigot resesif) sebanyak 11. Karena
itu, didapatkan hasil dari perhitungan pada kancing putih-putih (AA) 0,23,
putih kuning (Aa) 0,58 dan kuning kuning (aa) 0,18 sehingga, didapatkan
hasil 1.

Begitupun yang terjadi pada pengulangan kancing sebnayka 80 kali


dimana jumlah genotipe AA (homozigot dominan) sebanyak 16, Aa
(heterozigot) sebanyak 48, dan aa (homozigot resesif) sebanyak 16. Karena
itu, didapatkan hasil dari perhitungan pada kancing putih putih (AA) 0,2,
putih kuning (Aa) 0,6, dan kuning kuning (aa) 0,2 sehingga didapatkan
hasil frekuensinya yaitu 1.

Berdasarkan data pada hasil praktikum di atas yaitu tabel pertama


dan kedua diketahui dimana kedua percobaan tersebut membutikan dari
hukum Hardy-Weinberg. Hal tersebut dengan menjumlahkan frekuensi
genotipe AA, genotipe genotipe aa menghasilkan junlah presentasenya
angka 1. Dimana angka satu dalam hukum Hardy-Weinberg menjelaskan
bahwa frekuensi gen atau genotipe akan tetap sama dari generasi ke
generasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurtjahjaningsih (2019), yang
mengatakan bahwa perbandingan antara satu dengan gen lain yang berada
dalam suatu populasi tetap dan perbandingan genotipe dari generasi ke
generasi akan tetap sama yakni berada dalam kesetimbangan generasi yang
turun temurun. Hukum ini membuktikan bahwa persentase individu yang
homozigot dengan alel dominan, homozigot dengan alel resesif, dan
heterozigot akan tetap sama dari generasi ke generasi berikutnya.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada pengulangan kancing sebanyak 60 kali diperoleh 60 kali
didapatkan hasil dimana jumlah genotipe AA (homozigot dominan)
sebanyak 14, Aa (heterozigot) sebanyak 35 dan aa (homozigot resesif)
sebanyak 11. Karena itu, didapatkan hasil dari perhitungan pada kancing
putih-putih (AA) 0,23, putih kuning (Aa) 0,58 dan kuning kuning (aa)
0,18 sehingga, didapatkan hasil 1. Pada pengamatan pengulangan
kancing sebanyak 80 kali diperoleh hasil jumlah genotipe AA
(homozigot dominan) sebanyak 16, Aa (heterozigot) sebanyak 48, dan
aa (homozigot resesif) sebanyak 16. Karena itu, didapatkan hasil dari
perhitungan pada kancing putih putih (AA) 0,2, putih kuning (Aa) 0,6,
dan kuning kuning (aa) 0,2 sehingga didapatkan hasil frekuensinya
yaitu 1. Pada pengamatan ulangan 60 dan 80 kali membuktikan
kebenaran hukum Hardy-Weinberg.

Saran
Saran pada praktikum ini penjelasan yang lebih spesifik mengenai
materi frekuensi gen.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. 2015. Implementasi Sistem


Heteditas Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel Untuk
Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Komputer/Informatika. 1(1).

Arumingtyas, E. L. 2016. Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu


Genetika. Universitas Brawijaya Press.

Ciptadi, G., Budiarto, A., & Oktanella, Y. 2019. Genetika dan Pemuliaan:
Peternakan-Veteriner. Universitas Brawijaya Press.

Effendi, Y., & Rumah, P. P. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Penerbit
Pustaka Rumah C1nta.

Irawan, B. 2019. Genetika: penjelasan mekanisme pewarisan sifat. Airlangga


University Press.

Panggabean, T. N. 2016. Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika


Dalam Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg pada Bin Packing
Problem. CESS (Journal of Computer Engineering, System and
Science). 1(2). 12-18.

Nurtjahjaningsih, I. L. G., Sulistyawati, P., & Rimbawanto, A. 2019. Struktur


Genetik Pohon Induk Calophyllum inophyllum Di Tegakan Benih
Provenan Berdasarkan Penanda Simple Sequences Repeats. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan. 3(1). 45-51.

Anda mungkin juga menyukai