Pasien dengan gejala klinik terjadi kegagalan fungsi hati (secara signifikan terjadi perubahan enzim
hati, ascites, ataupun jaundience) biasanya penanganan pengobatannya harus diubah. Obat yang
memperparah kondisi pasien harus dihindari.Gangguan fungsi hati akut merupakan efek samping yang sering
terjadi pada proses terapi obat-obatan dan sekarang lebih dari 900 jenis pengobatan, bahan kimia beracun
dan juga bahan herbal mengakibatkan kerusakan fungsi hati. Sangat sulit untuk mengetahui obat yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati secara klinis dan tes laboratorium juga tidak spesifik. Dalam rangka
meningkatkan diagnosa awal dan pengobatan pada gangguan hati, dapat digunakan data retrospective untuk
menganalisis obat-obat yang menjadi penyebab gangguan kerusakan fungsi hati, manifestasi gejala klinis,
dan karakteristik patologi pasien dengan DILD (Drugs-Induced Liver Disease) akut
3. Monitor efek samping obat untuk obat yang aman untuk hati.
6. Pada kelainan hati sedang dan berat dapat dilakukan pengurangan dosis untuk obat yang dimetabolisme
utama di hati atau meningkatkan interval untuk semua obat yang kurang aman untuk hati.
7. Jika albumin rendah pertimbangkan untuk menurunkan dosis obat yang ikatan proteinnya tinggi.
8. Obat yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit harus digunakan secara hati-hati dan harus dimonitor.
9. Pada pilihannya gunakan obat lama, obat yang dibuat dengan baik, jika dalam pengalaman penggunaan
10. Sedapat mungkin gunakan dosis terendah dan tingkatkan kehati-hatian berdasarkan respon efek sampingnya
Jika obat-obatan yang secara prinsipnya dieliminasi oleh hati pada pasien kerusakan fungsi hati, ada
umum, sedangkan pasien dengan gangguan fungsi hati menerima dosis normal tetapi interval dosis
diperpanjang maka akan menunjukan maksimum dan minimum konsentrasi steady-state serum yang sama.
1. Bilirubin
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk. Bilirubin indirek
diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk dengan persamaan; bilirubin indirek =
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium diantaranya seperti: makan yang
mengandung tinggi lemak. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin, hemolisis pada sampel
darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu,
kandungan pigmen empedunya akan menurun, dan obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau
ketika dioksidasi, maka akan kembali menjadi biliverdin lagi. Siklus ini menunjukkan kemampuan aktivitas
Di dalam darah, bilirubin memiliki dua bentuk yaitu bilirubin direk yang larut dalam air dan bilirubin
indirek tidak larut dalam air tapi larut lemak. Nilai normal bilirubin berbeda pada setiap literatur.
Nilai Normal
μmol/L mg/dL
Total bilirubin
5.1–17.0 0.3–1.0
Prothrombin time digunakan untuk menetapkan kemampuan membeku darah pada pengukuran dosis
warfarin, gangguan fungsi hati, dan dosis vitamin K di dalam tubuh. Range kadar prothrombin time
biasanya sekitar 12–18 detik dan range normal untuk INR adalah 0.8–1.2 (Thapa & Walia, 2007).
Nilai normal
3. Serum albumin
Serum albumin, sering disebut sebagai albumin. Albumin banyak terdapat pada protein plasma
manusia. Albumin penting untuk mengatur tekanan osmotik yang mana berperan dalam distribusi cairan
tubuh antara bagian intravascular dengan jaringan tubuh. Albumin juga berperan dalam membawa protein
dan asam lemak. Albumin merupakan penanda spesifik terhadap fungsi hati, tetapi tidak terlalu berguna
Nilai normal
Dewasa Anak-anak
Albumin (Alb)
3.8-5.0 g/dL 3.0-5.0 g/dL
4. Asites
Asites merupakan akumulasi cairan lymph pada ruang peritoneal. Asites merupakan salah satu gejala
yang tampak pada umumnya dari sirosis. Lebih dari 1,5% pasien sirosis menyebabkan terjadinya asites
dalam setiap diagnosa sirosis. Mekanisme perkembangan asites secara pasti belum diketahui (Dipiro, 2005).
Tingkat 3: berat, tampak pembengkakkan abdomen yang besar (Moore, Wong, Gines, Bernardi, Ochs,
Salerno, Angeli, Porayko, Moreau, Garcia-Tsao, Jimenez, Planas, & Arroyo, 2003)
5. Ensefalopati Hepatik
Ensefalopati hepatik dikarenakan akumulasi zat-zat beracun pada aliran darah yang normalnya
dikeluarkan melalui hati. Ensefalopati sering timbul sebagai gejala dan tanda gangguan hati jaundice
(timbulya warna kuning pada kulit dan mata), asites(terakumulasinya cairan pada bagian abdominal),
6. Enzim-enzim Transferase
Perbandingan antara AST dan ALT dapat menjadi tambahan petunjuk pada beberapa gejala
penyakit: ALT>AST terjadi pada gangguan fungsi hati kronis, AST>ALT terjadi pada sirosis hati.
Perbandingan AST:ALT yang besar juga sangat berguna, jika >2 mengindikasikan gangguan fungsi hati
dikarenakan alkohol, dan bila perbandingannya <1.0 mengisyaratkan gangguan fungsi hati non-alkohol
Nilai normal
Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung
Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
Nilai normal
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra
Peningkatan 1-3 kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris (Thapa &
Walia, 2007).
cholestasis dengan peningkatan juga terjadi pada ALP, tetapi bila jumlah ALP normal, maka
Nilai normal
Peningkatan jumlah dari ALP di dalam darah biasanya disebabkan oleh kerusakan fungsi hati atau
kerusakan tulang. Jumlah enzim ini dapat meningkat tajam seperti pada kasus tersumbatnya saluran empedu.
Peningkatan jumlah yang kecil pada darah dapat terjadi pada kondisi pasien kanker dan sirrosis yang
menggunakan obat yang merusak hati serta pada penderita hepatitis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
peningkatan jumlah ALP adalah gangguan pada tulang seperti rheumatoid arthritis dan penyembuhan patah
tulang. Anak-anak dan remaja juga memiliki jumlah ALP yang tinggi, hal tersebut dikarenakan tulang masih
Nilai normal
ganguan fungsi hati yang telah kronik, seperti sirosis. Walaupun awalnya digunakan untuk memprediksi
kematian selama proses pembedahan, sekarang digunakan untuk menetapkan dugaan awal kondisi fungsi
hati.
Ketika memutuskan dosis awal obat yang dieliminasi melalui hati, fungsi hati haruslah diramalkan.
Nilai Child-Pugh dapat digunakan sebagai indikator atas kemampuan pasien untuk memetabolisme obat
yang dieliminasi pada hati. Nilai Child-Pugh dengan poin 8 – 9 menggambarkan penurunan yang sedang
pada dosis obat awal (~25%) untuk bahan yang dimetabolisme pada hati (≥60%), dan pada poin 10 atau lebih
mengindikasikan penurunan yang signifikan pada pemberian dosis awal (~50%) dibutuhkan untuk obat yang
Penilaiannya berdasarkan lima pengukuran klinis dari gangguan fungsi hati. Setiap pengukuran diberi
nilai 1-3, yang mana nilai 3 mangindikasikan kerusakan yang sangat parah (Bauer, 2008).
Ensefalopati hepatik Tidak ada Tingkat I-II (sedang) Tingkat III-IV (Berat)