Anda di halaman 1dari 82

COMPACTION & CBR

Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang, MT.


Sekretaris Jenderal

Workshop Ahli Geoteknik


19-21 Desember 2018
Hotel Rich Jogja, Yogyakarta
Judul Unit
Menentukan Sifat Kompaksi Tanah
Uraian Unit
Unit ini berlaku untuk Perencanaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan
dalam Menentukan Sifat Kompaksi Tanah
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1. Menguasai metoda 1. Dapat menjelaskan pengambilan contoh tanah dengan
pengambilan contoh tanah menggunakan bor tangan, bor mesin, dan test pit
2. Dapat menjelaskan perbedaan dari contoh tanah tidak
terganggu (undisturbed sample) dan contoh tanah
terganggu (disturbed sample)
3. Dapat menjelaskan cara pengambilan tanah kohesif

Bakuan
dan tanah tidak kohesif

2. Menguasai metoda/standart 1. Dapat menjelaskan metoda/standart pengujian di

Kompetensi
pengujian untuk mendapatkan laboratorium maupun di lapangan untuk mendapatkan
sifat kompaksi tanah sifat kompaksi tanah
2. Dapat menjelaskan pelaksanaan dan melakukan

LPJK perhitungan uji sifat kompaksi tanah antara lain uji


Pemadatan Standart, Pemadatan Modified, California
Bearing Ratio (CBR), Sand Cone
3. Dapat menginterpretasi hasil uji sifat kompaksi tanah

3. Menguasai sifat kompaksi 1. Dapat menjelaskan perbedaan dari sifat indeks


tanah kompaksi tanah dan sifat indeks tanah asli.
2. Dapat menjelaskan perbedaan dari sifat mekanika
kompaksi tanah dan sifat mekanika tanah asli.
3. Dapat menjelaskan perbedaan dari sifat hidrolis
kompaksi tanah dan sifat hidrolis tanah asli.
4. Dapat menjelaskan perbedaan dari nilai CBR
terendam dan nilai CBR tidak terendam
5. Dapat menjelaskan pemakaian dari kompaksi tanah.
6. Dapat menjelaskan nilai-nilai batas dari kompaksi
tanah
PEMADATAN
(COMPACTION)

CALIFORNIA
BEARING RATIO
(CBR)
Soil Compaction
Sebuah proses dimana partikel-partikel tanah
tersusun secara lebih rapat dengan berkurangnya
volume pori, sebagai hasil dari pemakaian beban
seperti rolling (gilas), tamping (menumbuk) atau
getaran. Proses ini meliputi keluarnya udara dari
pori tanpa perubahan yang signifikan terhadap
kadar air.
Tujuan

Merubah sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik:


strength, compressibility, volume stability (shrink-
swell potential), hydraulic conductivity, and erodibility.

• mengurangi kompresibilitas
• menaikkan kekuatan tanah
• mengurangi potensi likuifaksi
• mengontrol shrinkage dan swelling
• mengurangi hydraulic compressibiliy/permeabilitas
• menaikkan daya tahan terhadap erosi
• mengontrol resilience properties (kekenyalan)
Secara umum perubahan ini akan menyebabkan
meningkatnya soil density.

Namun ada pengecualian:


(1) swelling (heave) pada tanah lempung cenderung
meningkat bila density meningkat, dan
(2) Kekuatan tanah dapat berkurang secara
signifikan bila upaya pemadatan tanah lempung
semakin tinggi (fenomena yang diacu sebagai
"overcompaction").
Pemadatan Untuk Timbunan Tinggi
Data yang diperlukan :
c dan φ design
Tanah Timbunan
Shear Strength:
Triaxial Test

Tanah Asli

Tinggi timbunan, H (m) Pemadatan


H ≤ 15 95 % Standard Proctor
15 < H ≥ 25 100 % Standard Proctor
H > 25 95 % Modified
Pemadatan untuk Dam

Transition Filter Core


Transition Filter
Top Width
Wave Protection Riprap Sod or Riprap for Erosion Protection

Freeboard Filter Internal Drain

Downstream Filter
Upstream Blanket Toe Upstream Toe Drain
Shell
Shell Toe

Foundation Cut-off

Impervious Stratum
Nilai permeabilitas
Nilai C, φ
Pavement

Defleksi

Young’s Modulus E

CBR
ν1 = 0.5
h1
E1
σz1 σr1
Interface 1
σr2
ν2 = 0.5
h2
E2
σz2 σ’r1
Interface 2
σ’r2
ν3 = 0.5
h3 = ∞
E3
Pemadatan untuk Reklamasi

DB2 DB3
3
3
2 2
3
Sand, SP Sand, SP 4
15
4 Very loose to medium 13
4

15
20
Liquefable Zone 5
8

Silty Sand, SP 10
9 Silty Sand, SP Loose to medium 4
5
6 7
16
Silt or Sandy Silt, ML 12
16
Sandy Silt, ML Medium stiff to stiff 7
15 13
31 Silt, ML 43
>50 Very stiff to hard 43
>50 Sand, SP >50
>50 Sand, SP, Very dense >50
30 N>50 >50
31 >50
13
29
31
Silty, ML Silt, ML 10
29 Stiff to very stiff 15
26 21
25
26
29
Silt Cl CH
SPT  Relative Density  Vibrocompaction
Teori Pemadatan Tanah
1. Kriteria: Kepadatan kering γd

udara

Air W (%)

Butir 1 Butir
tanah tanah

γ γd = γ /(1 + W)
Teori Pemadatan Tanah
1. Kriteria: Kepadatan kering γ = γd / (1 + W)

2. Kurva Pemadatan
Kepadatan Zero air voids
Kering (saturasi = 100%)
(γd) Kepadatan Kering Maksimum (MDD)

Gsγ w
γd =
1 + wG s
Usaha
Pemadatan
Tinggi
Gs = specific gravity tanah

Usaha
Pemadatan
Rendah

Kadar Air Optimum (OMC)

Kadar Air (w)


Teori Pemadatan Tanah
• Menurut Proctor, pemadatan tanah ditentukan oleh:

1. Usaha Pemadatan (energi)


2. Tipe Tanah
3. Kadar Air (w), dan
4. Berat Jenis Kering (γd)
Perilaku Tanah yang Dipadatkan:

• Pasir
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan

• Secara umum semakin padat adalah semakin baik.


• Kepadatan Relatif (Dr) adalah faktor utama yang
mengontrol :
- kompresibilitas
- kekuatan
- potensi likuifaksi dan
- modulus deformasi
• Kadar air pada umumnya tidak begitu penting pada pasir,
kecuali untuk pasir jenuh yang memikul beban dinamis
(bahaya likuifaksi).
• Selain kepadatan relatif, perilaku tanah pasir sangat
bergantung pada confining pressure dan kondisi fabric.
τ = S = σ' tan φ

Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan

 Kurva Pemadatan untuk Tanah Pasir


• Kepadatan yang lebih tinggi dapat diperoleh baik dalam keadaan
kering atau basah. Tetapi pada region C, tegangan kapiler antar
butiran menjadi semacam kohesi yang menahan butiran untuk ber-
relokasi dan memadat.
• Vibrasi adalah metode paling efektif untuk pemadatan pada tanah
berpasir.
γd

S = 100%

Region C

0 Water Content (w)


Tipe Tanah

• Tipe tanah seperti distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, specific gravity serta
jumlah dan tipe kandungan mineral lempung merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kadar air optimum (woptimum) dan berat jenis kering maksimum
(γd maksimum).

• Pada tanah pasir, berat isi kering tanah


Sandy Silt cenderung untuk menurun pada saat awal
penambahan air. Kemudian pada saat
mencapai kadar air tertentu, berat jenis
Berat isi Kering Tanah (γδ)

kering tanah akan bertambah hingga


Silty Clay mencapai nilai maksimum. Penurunan
nilai berat jenis kering tanah pada saat
Heavy Clay
awal pertambahan kadar air
disebabkan oleh efek tarik kapilaritas.
Poorly-
graded
Pada saat kadar air masih rendah, gaya
sand tarik kapilaritas pada air akan
menyebabkan partikel tanah cenderung
bergerak dan memadat.

Kadar Air (w)


Hubungan Kadar Air dengan Berat Isi Kering untuk Delapan Jenis Tanah yang
Dipadatkan Menurut Metode Standard Proctor (Johnson dan Sallberg, 1960)
τ = S = σ' tan φ

Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan


 Pengaruh Cara Pemadatan (di Laboratorium)
• Sifat-sifat mekanik (tegangan-regangan, kompresibilitas, likuifaksi)
sangat bergantung pada sample preparation.
• Sample preparation yang berbeda akan menghasilkan fabric/struktur
tanah yang berbeda. Setelah dipadatkan, struktur tanah yang
berbeda tersebut akan menghasilkan kenaikan confining pressure
dan strength yang berbeda pula.
τ = S = σ' tan φ

Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan


 Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan (di Lapangan)
• Perilaku di lapangan adalah sama dengan di laboratorium
(ditentukan oleh kepadatan dan confining pressure).
• Cara pemadatan yang berbeda di lapangan akan menghasilkan
struktur tanah yang berbeda pula (vibratory atau tamping).
• Untuk clean cohesionless fills, pemadatan dengan vibratory rollers
adalah metode yang terbaik dan paling ekonomis dengan
kedalaman efektif sekitar 2 m. Apabila digunakan the heaviest
vibratory roller, maka kedalaman efektifnya dapat lebih besar.
τ = S = σ' tan φ

Hubungan antara Kepadatan, Kedalaman dan Jumlah Lintasan Roller


Perilaku Tanah yang Dipadatkan:

• Lempung
Mikrostruktur Tanah Lempung
Disperse-Deflocculated
• Antar partikel dalam satu grup

Agregat-Deflocculated Flocculated-Disperse

disperse agregat

Disperse-Flocculated Agregat-Flocculated
• Antar grup

Agregat-Flocculated Agregat-Flocculated
deflocculated
flocculated

Model partikel pada tanah lempung (a) dispersed dan


flocculated (b) agregat tetapi deflocculated (c) edge to face
flocculated tetapi dispersed (d) edge to edge flocculated tetapi
dispersed (e) edge to face flocculated dan agregat (f) edge to
edge flocculated dan agregat (g) edge to face dan edge to edge
flocculated dan agregat (Van Ohen, 1963)
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan

• Secara umum sifat-sifat mekanis dari lempung yang dipadatkan


bergantung pada :
- cara pemadatan
- energi (compactive effort)
- kadar air saat pemadatan
- perubahan kadar air dan volume setelah pemadatan
• Pemadatan dengan kadar air lebih rendah dari kadar air optimum
(wopt) akan menghasilkan struktur tanah yang flocculated dan
aggregate.
• Pemadatan dengan kadar air lebih besar dari kadar air optimum
(wopt) akan menghasilkan struktur tanah yang deflocculated dan
disperse.
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
 Prinsip Pemadatan yang Menyangkut Hubungan antara
Struktur dan Perilaku Tanah Lempung
Pemadatan di sisi kiri kadar air optimum (wopt) menghasilkan
struktur lempung yang flocculated.
γd

flocculated dispersed

wopt Water Content (w)


γd

random parallel

wopt Water Content (w)


Meningkatkan Kekuatan Tanah
(Shear Strength)
Tegangan-Regangan As Compacted (setelah dipadatkan)

γ
Hubungan antara Kepadatan Kering, Kadar Air dan Kekuatan Lempung
Setelah Pemadatan (Seed, Mitchell, dan Chan (1960))

Kepadatan Kering

W(%)
Kekuatan Tanah

W(%)
Hubungan antara Kepadatan Kering, Kadar Air dan Kekuatan Lempung
Setelah Pemadatan (Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
Hubungan antara Kepadatan Kering, Kadar Air dan Kekuatan Lempung
Setelah Pemadatan (Seed, Mitchell, dan Chan (1960))

Pemadatan pada wet side


menyebabkan kekuatan
menurun dengan bertambahnya
compactive effort
Mengurangi Permeabilitas
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Untuk energi pemadatan yang sama, struktur lempung flocculated
mempunyai kepadatan yang lebih rendah.
Untuk void ratio yang sama, struktur lempung flocculated lebih rigid.

σ e
γd flocculated
flocculated
flocculated dispersed
dispersed
dispersed

wopt Water Content (w)


ε pd pf log p
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Struktur lempung deflocculated/disperse mempunyai ukuran pori yang lebih
kecil dan lebih merata sehingga mempunyai permeabilitas yang lebih rendah.

k
e
yang
sama

γdry Water Content (w)

Water Content (w)


Mengurangi Penurunan
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
1. Shear strain cenderung merusak struktur flocculated dan
menghasilkan partikel yang berorientasi lebih sejajar (deflocculated)
sehingga struktur deflocculated tersebut lebih sensitif terhadap
shearing (kneading compaction).

Shear

2. Struktur lempung flocculated cenderung mempunyai tingkat swelling


yang lebih tinggi.
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Lempung perilakunya berbeda setelah terkena
penjenuhan

Kering (sesaat Hujan


setelah dipadatkan) (penjenuhan)
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan

• Sesaat setelah dipadatkan (as compacted)

• Setelah terjadi penjenuhan (after soaked)


Karakteristik Tegangan-Regangan Setelah Penjenuhan

γ
Kekuatan Tanah Lempung
Setelah Terjadi Penjenuhan

• Dipengaruhi oleh :
- kadar air dan kepadatan kering saat pemadatan
- struktur tanah saat pemadatan
- besarnya pembebanan saat terjadi penjenuhan
- tipe tanah lempung
CBR menurun secara
signifikan setelah
penjenuhan
Kuat Geser Akibat Penjenuhan
Penelitian pada suatu contoh tanah menunjukkan
kuat geser (undrained strength) tanah lanau
kepasiran (sandy silt) warna coklat (brown) pada
saat jenuh hanya sepertujuh dari kuat geser tidak
jenuh pada kepadatan 80% berdasarkan Standard
Proctor
Kuat geser (ton/m2) Rasio
Kepadatan Tidak Jenuh/Tidak
Jenuh jenuh
jenuh
80% Standard
10,0 1,5 0,15
Proctor
90% Standard
15,0 5,3 0,35
Proctor
95% Standard
17,5 10,0 0,57
Proctor
Tes Pemadatan Tanah di laboratorium

• Tes pemadatan tanah di laboraturium ditemukan oleh R.R. Proctor pada


tahun 1933, dinamakan dengan “Tes Pemadatan Proctor”. Dilakukan
untuk mendapatkan kurva pemadatan yang mencerminkan hubungan
antara berat jenis kering (γd) dan kadar air optimum (w).

• Terdapat dua macam tes pemadatan tanah :


1. Proctor Standar
2. Proctor Modifikasi
Usaha Pemadatan (Energi)

• Energi pemadatan (E) dinyatakan dalam formula sebagai berikut :

pisa n)× ( jumlahla pisan))× (bera tha mmer) × (tinggi ja tuhha mmer)
(jumla hpuk ula n/la
E=
volumemold

Perubahan energi pemadatan akan menyebabkan perubahan kurva pemadatan. Nilai


berat jenis kering tanah maksimum (γd maksimum) akan meningkat seiring dengan
penurunan nilai kadar air optimum (woptimum).

h
Spesifikasi Peralatan Tes Proctor Standar dan Proctor Modifikasi

Tes Proctor Standar Tes Proctor Modifikasi


(ASTM D698) (ASTM D1557)
Proctor
Modifikasi
Berat Hammer 24.5 N (5.5 lb) 44.5 N (10 lb)

Tinggi Jatuh Hammer 305 mm (12 in) 457 mm (18 in)

Jumlah Layer 3 5

Jumlah Pukulan/Lapis 25 25 Proctor


Standar
Volume Mold 0.000 942 2 m (1/30 ft3)

Energi Kompaksi (CE) 595 kJ/m3 (12400) 2698 kJ/m3 (56250 lb.ft/ft3)

Tanah (-) Saringan No.4


• Prosedur tes mengacu pada standar ASTM D698 untuk tes Proctor Standar dan
ASTM D 1557 untuk tes Proctor Modifikasi.

• Tes dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :


1. Pengambilan sampel tanah dari quarry.
- untuk tes Proctor Standar tanah diambil seberat ± 25 kg
- untuk tes Proctor Modifikasi tanah diambil seberat ± 50 kg
2. Sampel dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke laboraturium.
3. Sampel dijemur di bawah sinar matahari hingga kering udara.
4. Penyaringan sampel yang telah dikeringkan.
- untuk tanah berbutir kasar menggunakan saringan No.10
- untuk tanah berbutir halus menggunakan saringan No.40
5. Sampel tanah dimasukkan ke dalam mold, dibuat sebanyak 5 mold dengan variasi kadar air.
- untuk tes Proctor Standar digunakan mold berdiameter 4” dan sampel tanah dibagi menjadi tiga
lapis
- untuk tes Proctor Modifikasi digunakan mold berdiameter 6” dan sampel tanah dibagi menjadi
lima lapis
6. Sampel di dalam mold kemudian ditumbuk dengan menggunakan hammer, dilakukan sebanyak 25
pukulan/lapisan.
- untuk tes Proctor Standar digunakan hammer dengan berat ± 2.5 kg dan tinggi jatuh 12”
- untuk tes Proctor Modifikasi digunakan hammer dengan berat ± 5 kg dan tinggi jatuh 18”
7. Pengukuran berat jenis tanah (γ) dan berat jenis kering tanah (γd)
8. Plot kurva pemadatan (hubungan antara γd dan w)
9. Tentukan nilai γdmaksimum dan w optimum
Sinar
Matahari

Sampel
Tanah
1 2

5 Mold 1 Mold 2 Mold 3

4
(w1) (w2) (w3)

Mold 4 Mold 5
(w4) (w5)

7
Berat Jenis Kering
(γ d)
Zero air voids
Berat Jenis Kering (saturation = 100%)
Maksimum

Proctor
6
Modifikasi

Proctor
Standar

Kurva Kadar Air


Kadar Air (w)
Pemadatan Optimum
Teori Pemadatan

Gs.γ w
γd = (1 − Av )
1 + w.Gs

 Gs γ w  Gs.γ w
γ dry =   γd =
+ 1 + ( w.Gs / Sr )
 s
G w 1 
Teori Pemadatan
Pemadatan Tanah Lapangan
• Peralatan pemadatan di lapangan yang umum digunakan adalah :
a. smooth wheel roller
b. pneumatic rubber-tired roller
c. sheepsfoot roller
d. vibratory roller
Pemadatan Tanah Lapangan
• Smooth wheel roller sesusai untuk digunakan saat finishing pada pemadatan tanah
pasir atau lempung. Smooth wheel roller dapat memberikan 100% coverage dengan
contact pressure sebesar 310 – 380 kN/m2. Alat ini tidak cocok digunakan pada lapisan
yang tebal.
Pemadatan Tanah Lapangan
• Pneumatic rubber roller dapat digunakan pada pemadatan tanah pasir maupun
lempung. Pemadatan dilakukan dengan kombinasi tekanan dan pemijatan. Alat ini
dapat memberikan 70-80% coverage dengan contact pressure sebesar 585 – 690
kN/m2.
Pemadatan Tanah Lapangan
• Sheepsfoot roller merupakan alat yang paling efektif pada pemadatan tanah lempung.
Alat ini mampu memberikan contact pressure sebesar 1380 – 6900 kN/m2.
Pemadatan Tanah Lapangan
• Vibratory roller merupakan alat yang paling efektif pada pemadatan tanah pasir.
Pemadatan Tanah Lapangan
Penentuan Berat Jenis Lapangan Hasil
Pemadatan
• Spesifikasi pemadatan lapangan mensyaratkan agar berat jenis kering lapangan
harus mencapai 90 – 95% berat jenis kering maksimum di laboraturium yang
ditentukan melalui tes Proctor Standar atau Proctor Modifikasi.
• Prosedur standar untuk penentuan berat jenis lapangan adalah sebagai beirikut :
a. metode kerucut pasir
b. metode balon
c. metode dengan air atau oli
d. metode nuclear density
Pasir Ottawa

Kerucut

a). Kerucut Pasir

Balonb). Balon

Oli atau Air


d). Nuclear Density

c). Oli atau Air


Spesifikasi Teknis
(1) End-product specifications
This specification is used for most highways and building
foundation, as long as the contractor is able to obtain the specified
relative compaction , how he obtains it doesn’t matter, nor does the
equipment he uses.
Care the results only !

(2) Method specifications

The type and weight of roller, the number of passes of that roller,
as well as the lift thickness are specified. A maximum allowable size
of material may also be specified.
It is typically used for large compaction project.

60 From Holtz and Kovacs, 1981


Relative Compaction (R.C.)
Relative compaction or percent compaction
ρ d − filed
R.C. = ×100%
ρ d max −laboratory

Correlation between relative compaction It is a statistical


(R.C.) and the relative density Dr
result based on
47 soil samples.
R.C. = 80 + 0.2D r
As Dr = 0, R.C.
is 80
Typical required R.C. = 90% ~ 95%
61
Spesifikasi Teknis yg Umum Digunakan

Accept
Reject Accept

Dry unit weight


Dry unit weight

Reject

Moisture content Moisture content


Spesifikasi Teknis yg Umum Digunakan

γd

γd max
95% γd max

2% 2%

(w%)
wopt
Control of water (moisture) content
Water (moisture) content of the processing soil can be adjacent by
making dry or by adding water . Acculate water (moisture) content of the
processing soil can be obtained by ASTM D 2216 in labo.
Quality Control
Quality Control
Jumlah Lintasan
Trial Embankment
Lift Thickness
California Bearing Ratio Test (CBR)
Kedalaman Penetrasi Unit Load

Deflection Dial
0.1 inci 1000 psi
Piston
0.2 inci 1500 psi

0.3 inci 1900 psi

0.4 inci 2300 psi

0.5 inci 2600 psi

Sample

(a) (b)

Tes CBR (a). Silinder dan Dial Gauge ; (b). Skema Diagram
• Prosedur tes mengacu pada standar ASTM D-1883

• Tes dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

1. Penentuan kadar air optimum (woptimum).


5. Sampel tanah dimasukkan ke dalam mold, dibuat sebanyak 3 mold. Sampel tanah dalam
setiap mold dibuat sebanyak 5 lapis.
6. Sampel di dalam mold kemudian ditambah air sebesar kadar air optimum.
7. Penumbukan sampel tanah dalam mold dengan menggunakan hammer seberat 5 kg.
- untuk mold pertama dilakukan sebanyak 10 pukulan/lapisan
- untuk mold kedua dilakukan sebanyak 25 pukulan/lapisan
- untuk mold ketiga dilakukan sebanyak 56 pukulan/lapisan
Untuk pengukuran swelling, sampel dalam mold kemudian direndam (soaked) selama ± 3 -4
hari
7. Penetrasi sampel pada silinder uji
8. Penentuan besarnya unit load yang diperlukan untuk memperoleh penetrasi 0,1 inci hingga
0,2 inci.
9. Tentukan nilai CBR.
Sinar
Matahari

Sampel
Tanah
1 2

5 Mold 1 Mold 2 Mold 3

4
(w1) (w2) (w3)

Mold 4 Mold 5
(w4) (w5)

7
Berat Jenis Kering
(γ d)
Zero air voids
Berat Jenis Kering (saturation = 100%)
Maksimum

Proctor
6
Modifikasi

Proctor
Standar

Kurva Kadar Air


Kadar Air (w)
Pemadatan Optimum
Pencampuran Penumbukan
Penentuan woptimum (hammer 5 kg)
woptimum
Mold 1 Mold 2 Mold 3 Mold 1 Mold 2 Mold 3

5 lapis

10 x /lapisan 25 x /lapisan 56 x /lapisan

γd1 γd γd3
2
Kedalaman Penetrasi Unit Load
CBR Disain
0.1 inci 1000 psi
γd
(γd) max
95% (γd) max Load
56 x

25 x

Kadar Air 10 x
Optimum
W(%)
Sampel dipadatkan pada
kadar air optimum
95% (γd) max Penetrasi
0.1 inci

γd

56 x
25 x

10 x

CBR disain
CBR (%)
Standar Perkerasan
The Bearing capacity Test
The bearing capacity of compacted soil be obtained by ASTM D
196 (Plate load test, using bearing plate of 30 cm diameter).
Plate Load Test
Plate Load Test
The plate load test presses a steel bearing plate into the
surface to be measured with a hydraulic jack. The
resulting surface deflection is read from dial micrometers
near the plate edge and the modulus of subgrade reaction
is determined by the following equation:

where: k = spring constant = modulus of subgrade reaction

P = applied pressure (load divided by the area of the 762


mm (30 inch) diameter plate)
Δ = measured deflection of the 762 mm (30 inch) diameter
plate
Krelasi Plate Bearing dan CBR

K30 value (MN/m3)


110
100
Middlebrooks
80
70
60 CBR=0.642x10 0.115(K30 /10)
40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
CBR in laboratory
•Survey data from Nippon
Hodo Co Ltd
Korelasi Plate Bearing dan N-SPT
K30 value (MN /m3 ) soil
t ar y
se d imen
nic
Volca
100
s iv e soil
oil Cohe
80 s
e ry
v
ra
60
G

Sandy soil
40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

N value
Korelasi CBR
2. Kelongsoran pada Jalan Raya

Flores Bandung-Tol Cipularang

Tenggarong Samarinda
3. Kelongsoran pada Jalan kereta Api

Jawa Barat
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai