Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK LANJUTAN

Organisasi Sektor Publik , Regulasi Dan


Standar Sektor Publik

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

SRI WAHYUNI JUMADI A062221006


SOFIA A062221012
SARAH ALIFA A062221020

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
1. ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Institusi pemerintahan, partai
politik, sekolah, rumah sakit merupakan organisasi sektor publik. Pelayanan terhadap
masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor publik. Oleh karena itu, akuntabilitas
kinerja menjadi faktor penting dalam mempertahankan/ menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap organisasi sektor publik.
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat secara bertahap dengan aktivitas berupa pelayanan publik
(public service) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan
hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan. Untuk dapat meningkatkan pelayanan
publik tersebut maka sangat dibutuhkan SI. Sistem informasi dapat mendukung
keterpaduan sistem penyelenggaraan organisasi sektor publik melalui jaringan sistem
informasi online antar instansi pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan
informasi tertutama yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Organisasi Sektor Publik memiliki ciri-ciri yaitu tidak mencari keuntungan finansial,
dimiliki secara kolektif oleh publik, kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham
dan keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan konsensus.
Organisasi Sektor Publik memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat
secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani
maupun rohani. Aktivitas pelayanan publik seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan. Adapun
sumber pembiayaan Organisasi Sektor Publik berasal dari dana masyarakat yang
berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara, peminjaman pemerintah. serta
pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku.
Pola Pertanggungjawaban dari Organisasi Sektor Publik kepada masyarakat melalui
lembaga perwakilan masyarakat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan
anggaran dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan
program publik dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritis dan didiskusikan oleh
masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD dan DPRD.
Organisasi sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Organisasi sektor publik menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan untuk
memupuk keuntungan. Jumlah keuntungan yang mereka terima tidak pernah
dibagikan kepada para pemilik organisasi tersebut.
2. Organisasi sektor publik ini tidak mengharapkan pembayaran kembali atas
sumbangan yang diterima atau manfaat ekonomi dengan jumlah sumber daya yang
diberikan oleh penyumbang.
3. Lazimnya kepemilikan dari organisasi sektor publik itu tidak dapat dijual atau dialihkan
atau ditebus kembali kepemilikannya.
4. Tujuan dari lembaga organisasi sektor publik adalah memberikan informasi mengenai
pelayanannya kepada publik demi kesejahteraan masyarakat bersama.
5. Organisasi sektor publik bergerak pada lingkungan dengan yang kompleks karena
menyangkut pelayanan kepada masyarakat dan pertanggungjawabannya.
6. Organisasi yang membuat keputusan operasi perlu adanya pembahasan atau diskusi
bersama-sama sehingga hasil keputusan disepakati bersama
Komponen yang berpengaruh pada Organisasi Sektor Publik yaitu :
1. Dalam Ekonomi mempengaruhi tingkat inflasi, nilai kurs atau nilai tukar mata uang,
tenaga kerja produktif, tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita serta infrastruktur
atau sarana prasarana.
2. Dalam Politik mempengaruhi legitimasi hukum pemerintah, tipe-tipe pemerintah yang
sedang berkuasa, ideologi atau dasar yang dianut, jaringan internasional, hubungan
antar negara dengan warga negaranya serta hubungan antar lembaga.
3. Dalam Kultural mempengaruhi nilai masyarakat, keragaman suku, ras, agama,
budaya dan agama, sejarah atau historis, tingkat pendidikan, kondisi sosiologis
masyarakat serta karakteristik masyarakat dari berbagai daerah.
4. Dalam Demografis mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk, migrasi,
transmigrasi dan imigrasi, kesehatan masyarakat, penyebaran usia penduduk serta
angka harapan hidup.
Organisasi sektor publik juga harus memperhatikan value money atau konsep
yang digunakan saat mengelola organisasi sektor publik. Konsep tersebut harus
berpedoman pada tiga elemen yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ketiga elemen ini
nantinya akan menjadi pokok dari value of money yang memiliki manfaat untuk
meningkatkan pelayanan publik, menurunkan biaya publik serta meningkatkan efektivitas
pelayanan publik yang merata sesuai sasaran.

2. REGULASI
2.1 Definisi Regulasi
Regulasi berasal dari bahasa Inggis, yakni regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa Indonesia (Reality publisher, 2008), kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan
yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, partai politik, yayasan, LSM,
organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

2.2 TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga regulasi
publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan. Berikut ini teknik
penyusunan regulasi publik :
a. Pendahuluan
Perencanaan regulasi publik harus mampu mendeskribsikan latar belakang perlunya
disusun regulasi publik.
b. Alasan penyusunan regulasi publik
Sebuah regulasi publik disusun karena adanya berbagai isu terkait, yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik.
c. Permasalahan dan misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atau suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan penetapan regulasi
publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah
organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
d. Dengan apa diatur
Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri, seperti peraturan
daerah atau keputusan keputusan kepala daerah sebagai aturan di daerah, bentuk aturan
lainnya adalah Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.
e. Bagaimana mengaturnya
Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan berbagai
solusi atas permasalahan yang ada.
f. Diskusi/musyawarah
Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan melalui mekanisme forum diskusi
atau pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik.
g. Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya.

2.3 REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Peraturan Pemerintah Nomor 71 Sebagai Regulasi Terkini di Indonesia
Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15, dan
16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah berbasis akrual
karena disana disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja
negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan untuk transisi karena saat itu praktik
yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana pendapatan dan belanja diakui
saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah. Dispensasi ini tercantum dalam
Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa transisi itulah PP 
24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah terbit, dimana kita memakai basis
Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca
berdasarkan basis Akrual). Dalam pelaksanaan PP  24 Tahun 2005 tersebut hingga
Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini
yang didapat pemerintah saat itu masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya
berkonsultasi dengan Pimpinan DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan
dilaksanakan secara penuh mulai tahun 2014.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010
terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
Akrual yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan
Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014.
Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap
entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II berlaku selama masa
transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan
kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang memuat kembali seluruh aturan yang ada
pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan Lampiran
II adalah sebagai berikut:
1. Lampiran I
a. Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
b. Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
2. Lampiran II
a. Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis
penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkait
dengan masing-masing Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.
Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
1. Lampiran I
a) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
b) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
c) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
d) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
e) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
f) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
g) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
h) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
i) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
j) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
k) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
l) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
m) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

2. Lampiran II
a) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
b) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
c) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
d) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
e) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
f) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
g) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
h) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
i) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
j) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
k) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa;
l) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang kemudian
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri. Dengan
strategi ini diharapkan pembaca PP 71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami kebingungan
atas perubahan-perubahan tersebut karena lebih mudah memahami perubahannya
dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian atas International Public Sector of
Accounting Standards (IPSAS) yang diacu oleh KSAP.
3. STADAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
3.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Standar Akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur
perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada
para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik
khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Standar akuntansi sangat
diperlukan untuk untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan. Tidak adanya
standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya
reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan
keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan (Mardiasmo, 2009:148-149).
International Federation of Accountants-IFAC (Federasi Akuntan Internasional)
membentuk sebuah komite khusus yang bertugas menyusun sebuah standar akuntansi
bagi organisasi sektor publik yang berlaku secara internasional yang kemudian
disebut International Public Sector Accounting Standards-IPSAS (Standar Internasional
Akuntansi Sektor Publik). Dalam pelaksanaannya, komite tersebut tidak hanya menyusun
standar tetapi juga membuat program yang sistematis yang mendorong aplikasi IPSAS
oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.
IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual
(accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci
kebutuhan untuk basis kas (cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat diadopsi oleh
organisasi sektor publik yang sedang dalam proses perubahan dari cash basis ke accrual
basis. Jika demikian, maka organisasi sektor publik yang telah memutuskan untuk
mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus mengikuti ketentuan waktu mengenai
masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur oleh IPSAS.
Pada akhirnya, cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi
sektor publik termasuk juga lembaga pemerintahan baik pemerintah pusat, pemerintah
regional (provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota), dan komponen-komponen
kerjanya (dinas-dinas).
Dari proses tersebut dihasilkanlah Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor Publik yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Ada enam exposure draft yang dikeluarkan.
a. Penyajian Laporan Keuangan
b. Laporan Arus Kas
c. Koreksi Surplus Defisit, Kesalahan Fundamental, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi
d. Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Luar Negeri
e. Kos Pinjaman
f. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Entitas Kendalian
3.2 Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Tujuan penyusunan standar akuntansi keuangan sektor publik adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan pemerintah daerah yang berlaku saat
ini, terutama dengan pemberlakuan otonomi daerah yang baru.
b. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan
klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuai
dengan siklus kegiatan pemerintah daerah yang mencakup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporan (Bastian, 2005:130).
3.3 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) :
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan pemerintah.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan.
c. Meningakatkan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi
yang sama (Bastian, 2005:131).
Selain itu dalam penyusunannya, SAP juga telah diharmoniskan dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan-
Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi yang
diterbitkan oleh:
a. International Federation of Accountant (IFAC).
b. International Accounting Standards Committee (IASC).
c. International Monetary Fund (IMF).
d. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
e. Financial Accounting Standards Board (GASB).
f. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di Republik
Indonesia.
g. Organisasi profesional lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.
Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di tingkat international,
dengan tetap mempertimbangkan kondisi di Indonesia, baik peraturan perundangan dan
praktik-praktik akuntansi yang berrlaku maupun kondisi sumber daya manusia. Selain itu,
strategi peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintahan dilakukan dengan proses
transisi menuju basis akrual. Saat ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat
berbasis kas; sementara aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana dicatat berbasis akrual.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan departemen-
departemennya maupun di pmerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP
diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah
pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta
akuntabilitas.
Isi Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari yang tertera dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
akrual adalah 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), sebagai berikut:
a. PSAP 01- Penyajian Laporan Keuangan
b. PSAP 02- Laporan Realisasi Anggaran
c. PSAP 03- Laporan Arus Kas
d. PSAP 04- Catatan atas Laporan Keuangan
e. PSAP 05- Akuntansi Persediaan
f. PSAP 06- Akuntansi Investasi
g. PSAP 07- Akuntansi Aset Tetap
h. PSAP 08- Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
i. PSAP 09- Akuntansi Kewajiban
j. PSAP 10- Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan Mendasar, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
k. PSAP 11- Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi
l. PSAP 12- Laporan Operasional

Anda mungkin juga menyukai