Anda di halaman 1dari 13

1

Kantor Hukum
OKTONOVENTA, SH & REKAN
Jalan Haji Ujang Mami No.52 Kedamaian, Kota Bandar Lampung
Telp /fax : 0721-5602510 Hp. 0812 7952 085
--------------------------------------------------------------------------------------

Bandar Lampung, 5 Oktober 2016

Kepada Yth;
Ketua Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang
Cq. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Nomor 145 / PDT.G / 2016 / PN.Tjk.
Di -
Bandar Lampung

PERIHAL : EKSEPSI DAN JAWABAN TERGUGAT

Dengan Hormat,

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. OKTONOVENTA, SH.
2. ADI BRATA WIJAYA, SH.
3. RIWANTO HUTAGALUNG, SH.
4. FEBRI INDRA KURNIAWAN, SH.

Masing-masing adalah Advokat / Pengacara yang berkantor di KANTOR HUKUM


OKTONOVENTA, SH & REKAN yang beralamat di Jl. Pangeran Antasari Gg. Ujang
Mami No. 52 Bandar Lampung. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.
ASTRA SEDAYA FINANCE yang berkedudukan di Jakarta, Jl. TB. Simatupang No.
90 Tanjung Barat, Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 14 September 2016,
selanjutnya disebut TERGUGAT

Dengan ini, tergugat mengajukan eksepsi dan jawaban atas gugatan yang diajukan
Penggugat dengan nomor Perkara 145 / PDT.G / 2016 / PN.Tjk di Pengadilan Negeri
Kelas I A Tanjung Karang.
2

Adapun pokok-pokok jawaban tergugat adalah sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI
I. Gugatan Tidak Memenuhi Syarat Formil.
Bahwa dasar hukum gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang diajukan oleh
Penggugat adalah pasal 1365 KUHPerdata yang mensyaratkan bahwa
perbuatan pihak yang melanggar hukum itu haruslah merugikan orang lain, akan
tetapi dalam perkara in casu, justru sebaliknya, pihak penggugatlah yang sudah
merugikan pihak tergugat dengan cara pihak penggugat mengatas namakan
dirinya untuk mengajukan kredit untuk orang lain dan bukan untuk penggugat
sendiri.
Jadi tindakan penggugat yang telah menggugat pihak tergugat belumlah
memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam pasal 1365 KUHPerdata. Atas
gugatan yang seperti ini sudah sepatutnya Pengadilan yang memeriksa perkara
ini menyatakan menolak gugatan penggugat atau setidak-tidaknya gugatan
penggugat tidak dapat diterima.

II. Gugatan Penggugat Kurang Pihak.


Bahwa dalam gugatannya, Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat
yang didasarkan pada perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia atas
pembelian satu unit mobil merk Toyota all new avanza warna silver tahun
pembuatan 2014 dengan nomor rangka MHKM1BA3JEJ079622 nomor mesin
K3ME28899 dalam keadaan baru atas nama Ronal B. P. Pasaribu. Dimana
didalilkan dalam gugatan penggugat pada halaman 5 angka 2 yang menyatakan
bahwa tergugat telah membuat Akta Notaris (AKTA JAMINAN FIDUSIA) nomor
955 pada tanggal 20 November 2014 secara sepihak tanpa hadirnya penggugat
ke hadapan NOTARIS YULIAN SUHANDI, SH., M.Kn.

Bahwa faktanya Penggugat tidak mengikut sertakan Notaris dalam perkara aquo,
yang mana jika melihat materi gugatan penggugat yang pada intinya bertujuan
membatalkan perjanjian dan segala akibat hukumnya, maka keberadaan notaris
dimaksud diatas menjadi sangat besar peranannya akan tetapi pihak penggugat
tidak menariknya sebagai tergugat atau turut tergugat, maka sesuai dengan
Hukum Acara Perdata, gugatan penggugat yang tidak lengkap atau tidak
sempurna karena kurang pihak dapat dinyatakan tidak dapat diterima ;
3

Hal ini sesuai Putusan Mahkamah Agung RI No. 78 K/ Sip/1972 tanggal 11


Oktober 1975 yang memuat kaedah hukum :

“ Gugatan kurang pihak atau tidak lengkap atau kekurangan formil, harus
dinyatakan tidak dapat diterima” ;

Demikian pula bahwa dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1421


K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976, juga memuat kaedah hukum :
“ Bahwa tidak dapat diterimanya gugatan adalah karena kesalahan formil
mengenai pihak yang seharusnya digugat, akan tetapi belum digugat”.

Bahwa berdasarkan fakta yuridis diatas, Tergugat mohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini, berkenan untuk menolak
gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak
dapat diterima (Niet Onvankelijke verklaard). 
         
III. Gugatan Penggugat Obscur Libel (tidak jelas dan kabur)
Bahwa gugatan Penggugat didasarkan pada perbuatan melawan hukum
(onrecht matige daad) dari Tergugat sebagaimana Pasal 1365 KUHPerdata
yakni :
“ Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
Gugatan Penggugat yang mendasarkan pada perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian materil dan moril kepada Penggugat, maka Penggugat
wajib mencantumkan uraian kerugian dimaksud dan dan begitu juga dalam
petitumnya harus diuraikan siapa yang harus bertanggungjawab mengganti
kerugian tersebut.

bahwa oleh karena gugatan penggugat tidak mempunyai dasar gugatan atau
dasar tuntutan dimana antara posita dan petitum gugatan penggugat tidak saling
mendukung maka gugatan penggugat sudah seharusnya menurut hukum
dinyatakan tidak dapat diterima. Hal ini sesuai dengan Putusan mahkamah
agung RI nomor 1075 K / SIP / 1982 tanggal 8 Desember 1982 memuat kaedah
hukum : suatu gugatan perdata yang diajukan ke pengadilan menurut hokum
acara perdata, antara petitum dengan posita (fundamentum petendi) harus ada
4

hubungan satu sama lain dalam arti petitum haruslah didukung oleh posita yang
diuraikan dengan jelas dalam gugatannya. Bilamana syarat ini tidak terpenuhi
maka gugatan tersebut oleh pengadilan atau mahkamah agung akan diberikan
putusan yang amarnya : gugatan tidak dapat diterima

Pendirian yang demikian ditegaskan juga dalam putusan Mahkamah Agung RI


No. 28/K/Sip/1973 tanggal 15 November 1975  sebagai berikut :
“karena rechtsfeiten diajukan bertentangan dengan petitum, gugatan harus
ditolak”.

Bahwa oleh karena gugatan yang di ajukan tidak memiliki dasar hukum yang
jelas, apakah gugatan ini didasarkan pada perbuatan melawan hukum ataukah
gugatan pembatalan perjanjian

Bahwa berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah, gugatan penggugat kabur,


tidak jelas atau obscur libel. Oleh karena itu tergugat mohon kepada Majelis 
Hakim yang memeriksa perkara ini agar berkenan untuk menolak gugatan
penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijke Verklaard).

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang telah diuraikan dalam eksepsi diatas oleh tergugat, mohon
dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dengan uraian
dalam pokok perkara jawaban ini ;

2. Bahwa dalil yang disampaikan oleh Penggugat pada point II. 2 dan 3 halaman 2
gugatan penggugat yang menyatakan bahwa tergugat telah menyodorkan
perjanjian baku kepada penggugat untuk segera ditanda tangani tanpa
menjelaskan hal-hal yang termuat dalam perjanjian, dimana hal tersebut sangat
memberikan keuntungan yang besar bagi tergugat yang diperoleh dari bunga,
denda keterlambatan 0,3 % dan biaya administrasi keterlambatan sebesar Rp.
20.000,-.(dua puluh ribu rupiah)

Bahwa dalil tersebut adalah dalil yang mengada-ada dan tidak berdasar sama
sekali, karena penggugat adalah seorang yang sudah cakap hukum dan mengerti
5

perihal apa-apa saja yang harus ditanda tangani, terlebih lagi pihak tergugat
dalam menjalankan tugasnya pastilah harus menjelaskan tentang / perihal apa

saja yang termuat dalam perjanjian dan apabila pihak debitur sudah mengerti
barulah membubuhkan tanda tangannya, bahkan penandatangnan perjanjian
tersebut juga harus diketahui oleh Istri atau suami debitur.

Jadi jika menurut Penggugat, pihak tergugat telah menyodorkan perjanjian kepada
penggugat tanpa menjelaskan isi dari perjanjian tersebut adalah hal yang sangat
tidak masuk akal dimana penggugat sendirilah yang bertanda tangan dan
memberi paraf dalam tiap lembarnya bahkan istri Penggugat juga turut menyetujui
dengan cara ikut menanda tangani perjanjian tersebut.

3. Bahwa dalam dalil gugatan penggugat pada poin II. 4 dan 5 halaman 2 & 3 yang
menyatakan bahwa pihak penggugat tidak pernah diberikan salinan perjanjian
oleh tergugat.
Bahwa dalil tersebut adalah dalil yang tidak benar karena sedari awal setelah
perjanjian dibuat, pihak penggugat tidak pernah mengambil salinan perjanjian
dimaksud, akan tetapi setelah pihak Penggugat meminta salinan dari perjanjian
tersebut kepada pihak tergugat, pihak tergugat pun akan memberikannya secara
baik dan patut, dan mengenai isi perjanjian yang menurut penggugat yang
terdapat ketimpangan antara hak dan kewajiban dan sangat merugikan
penggugat, bahwa hal tersebut adalah dalil yang tidak benar karena sedari awal
pihak penggugat telah setuju dan menanda tangani perjanjian tesebut, tidak ada
paksaan dan tekanan dari pihak tergugat. Karena perjanjian tersebut lahir atas
dasar prinsip suka sama suka serta perjanjian pembiayaan itu juga
diajukan/dimohonkan oleh pihak penggugat dan bukan oleh tergugat.

4. Bahwa dalam dalil gugatan penggugat pada poin II. 7 dan 8 halaman 3 yang
menyatakan bahwa timbulnya Laporan Polisi yang dibuat oleh penggugat adalah
karena penggugat telah menjadi korban tindak pidana penipuan dan penggelapan
yang dilakukan oleh teman Penggugat (Sdr. Sukirman) dengan cara Sdr.
Sukirman membawa kabur mobil avanza (objek jaminan fidusia) tanpa seizin dari
penggugat.
6

Bahwa dalil tersebut adalah dalil yang tidak benar dan hanya kebohongan belaka
karena pada Laporan Polisi yang dibuat oleh penggugat pada tanggal 21 Januari
2016 nomor : TBL/B-91/I/2016/RES LAMSEL/SEK NATAR yang dibuat oleh
penggugat sendiri, yang mana didalam Laporan Polisi tersebut penggugat
menerangkan bahwa penggugat hanya meminjamkan KTP dan berkas-berkas
terkait permohonan pengajuan kredit mobil pada tergugat, yang mana peruntukan
mobil tersebut ternyata sejak awal bukan untuk dipakai oleh penggugat tetapi
untuk orang lain (Sdr. Sukirman) dan diakui oleh penggugat dalam Laporan Polisi
tersebut bahwa selama ini yang mengangsur / membayar cicilan adalah Sdr.
Sukirman (teman penggugat) dimana jika tergugat tahu sejak awal maka proses
pengajuan kredit tersebut tidak akan disetujui oleh pihak tergugat.

Jadi perihal posita poin II. 6,7,8 halaman 3 gugatan penggugat adalah
bertentangan dengan Laporan Polisi penggugat sendiri karena ternyata sedari
awal peruntukan atas objek jaminan fidusia dimaksud bukanlah untuk penggugat
melainkan untuk orang lain, yang mana hal tersebut telah bertentangan dengan
perjanjian vide pasal 12 huruf F dan pasal 14 huruf C tentang “Syarat Dan
Ketentuan Umum” yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, dan juga telah
melanggar pasal 36 Undang undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
dan atau pasal 372 KUHP Tentang tindak pidana penggelapan.

5. Bahwa pada poin II. 10 halaman 3 gugatan penggugat yang menyatakan bahwa
tergugat telah mengabaikan upaya kekeluargaan yang telah dilakukan oleh
penggugat dan justru melapor kepada Kepolisian.

Bahwa dalil penggugat kali ini juga tidak berdasar karena sebelum pihak tergugat
melaporkan kepada pihak Kepolisian terkait tindakan penggugat yeng
mengalihkan objek jaminan fidusia, sebelumnya pihak tergugat telah melayangkan
surat peringantan sebanyak 3 kali kepada penggugat untuk menyelesaiakan
kewajiban pembayaran ansuran yang tertunggak, akan tetapi pihak penggugat
tidak mengindahkan surat peringantan tersebut, sehingga dengan terpaksa pihak
tergugat melaporkan perbuatan yang telah dilakukan penggugat sendiri.

6. Bahwa pada poin II.11 halaman 4 gugatan penggugat yang menyatakan bahwa
penggugat sangat dirugikan karena telah membayar sebanyak 12 kali angsuran
ditambah uang muka atas pembelian secara kredit kendaraan milik tergugat.
7

Bahwa dalam dalil ini penggugat juga telah menyampaikan posita yang penuh
dengan kebohongan karena jika mengacu pada Laporan Polisi yang dibuat oleh
penggugat pada pejabat kepolisian Sektor Natar yang mana dalam LP tersebut
telah diuraikan oleh penggugat sendiri bahwa penggugat hanya meminjamkan
KTP dan berkas penunjang lainnya untuk digunakan dalam pengajuan kredit pada
Tergugat yang mana peruntukannya bukan untuk penggugat dan biaya yang
timbul adalah berasal dari Sdr. Sukirman termasuk angsuran yang telah dibayar
juga berasal dari Sdr. Sukirman dan bukan oleh penggugat.

Dalam posita ini pihak penggugat juga tidak merinci secara jelas berapa jumlah
kerugian yang dialami penggugat ? karena memang secara material tidak ada
kerugian yang dialami penggugat karena semua biaya yang dikeluarkan
termassuk angsuran adalah berasal dari Sukirman.

Dalam hal ini penggugat lupa bahwa kebenaran itu selalu tunggal dan yang
menjadi korban atas perbuatan penggugat adalah pihak tergugat karena objek
jaminan fidusia saat ini telah raib atas perbuatan penggugat sendiri, ditambah lagi
penggugat tidak mau membayar kewajiban angsuran setiap bulannya.

7. Bahwa pada posita poin II. 12, 13 dan 14 halaman 4 gugatan penggugat yang
menyatakan bahwa tergugat telah mencederai janji dan telah melakukan
pemerasan karena tergugat menggunakan aparat kepolisian untuk memaksa
penggugat membayar sejumlah uang sebesar Rp. 180.000.000,- (seratus delapan
puluh juta rupiah). Dan permasalahan yang terjadi adalah ranah hukum perdata,
bukan pidana serta telah terjadi tumpang tindih penegakan hukum karena
penggugat dijadikan tersangka oleh pihak Polresta Bandar Lampung.

Bahwa dalil tersebut adalah tidak benar dan jika itu memangg terjadi, pihak
tergugat mempersilahkan pihak penggugat untuk melaporkan tergugat kepada
pihak kepolisian karena merasa diperas oleh tergugat sebesar Rp. 180.000.000,-
(seratus delapan puluh juta rupiah).
8

Bahwa fakta yang sebenarnya terkait “ketentuan umum” perjanjian yang telah
dilanggar oleh penggugat sendiri, maka sesuai perjanjian, bahwa objek jaminan
fidusia tersebut harus diserahkan oleh penggugat (DEBITUR) kepada tergugat
(KREDITUR) atau jika tidak bisa mengembalikan objek jaminan fidusia maka

sesuai pasal 12 “ketentuan umum” huruf “F” yang telah disetujui oleh pihak debitur
dan kreditur maka pihak debitur harus membayar seluruh kewajiban hutangnya
dengan sekaligus. Bahkan terhadap kedua kewajiban tersebut tak ada satupun
yang dipenuhi oleh penggugat, jadi dimana unsur pemerasan yang dimaksud oleh
penggugat ?

Atau jika mengacu pada pasal 14 “ketentuan umum perjanjian” huruf “c” yang
berbunyi :
“ debitur dengan alasan apapun dilarang mengalihkan BARANG kepada pihak
ketiga dengan cara apapun termasuk tetapi tidak terbatas dengan cara
meminjamkan, menyewakan, mengalihkan, menggadaikan, menjaminkan atau
menyerahkan penguasaan atas BARANG kepada pihak ketiga, tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari kreditur”.

Atau jika mengacu pada pasal 35 Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang
jaminan fidusia yang berbunyi :
“ setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan
atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika
hal trsebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan
Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5
tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)”

Atau jika mengacu pada pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang
jaminan fidusia yang berbunyi :
“Pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda
yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat
(2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia,
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)”
9

Maka jelas dan terang bahwa penggugatlah yang telah melakukan Perbuatan
Melanggar Hukum dan langkah yang diambil oleh pihak kepolisian adalah telah
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Atas hal-hal yang telah diuraikan diatas, oleh karenanya tergugat memohon
kepada Yth, majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk menolak gugatan
penggugat untuk seluruhnya.

8. Bahwa dalam posita poin III. 1 halaman 4 gugatan penggugat yang mendalilkan
bahwa perjanjian antara penggugat dan tergugat tidak pernah ada karena tidak
dibuat dihadapan notaris sebagai kekuatan hokum atas perjanjian tersebut dan
menurut penggugat jika mengacu pada pasal 1320 KUHPerdata, pihak tergugat
tidak mematuhi pasal 1320 KUHPerdata karena tidak memenuhi syarat objektif
pasal tersebut.

Bahwa dalil tersebut adalah dalil yang tidak berdasar karena penggugat telah
keliru dalam mengutip pasal 1320 KUHPerdata, dimana dalam pasal 1320
KUHPerdata tersebut tidak mengatur mengenai syarat objektif seperti yang
didalilkan oleh penggugat, akan tetapi bunyi pasal 1320 KUHPerdata secara utuh
adalah sebagai berikut :
“untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat” :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

Jadi berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata, pihak tergugat telah dengan


sempurna mematuhi pasal tersebut.

9. Bahwa dalil penggugat dalam posita poin III. 2 halaman 5 yang menyatakan
bahwa penggugat telah membuat klausula baku yang didalamnya dinyatakan
bahwa pihak penggugat memberikan kuasa kepada tergugat untuk melakukan
segala tindakan terkait objek jaminan fidusia.
10

Bahwa pihak tergugat dengan ini membantah dengan tegas dalil tersebut karena
dalam perjanjian “ PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA” dengan nomor
perjanjian 01500.504.00.170895.4 yang berisi 5 pasal atau poin yang tidak
satupun berisi klausul yang menyatakan bahwa penggugat memberikan kuasa
kepada tergugat untuk melakukan segala tindakan terkait objek jaminan fidusia.

Adapun mengenai surat kuasa yang isinya menyatakan bahwa penggugat


memberi kuasa kepada pihak tergugat untuk mengurus dan melaksanakan
serta menandatangani pengikatan akta jaminan fidusia di notaris sehubungan
dengan adanya perjanjian pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara
fidusia itu adalah suatu surat yang dibuat secara terpisah dan tersendiri serta
tidak termuat dalam kelima pasal dalam perjanjian tersebut.

10. Bahwa dalil penggugat dalam posita poin III. 3 halaman 5 gugatan penggugat
yang menyatakan bahwa tergugat tidak mengindahkan perjanjian pembiayaan
dengan penggugat karena menurut penggugat seharusnya jangka waktu
pengembalian hutang adalah 35 bulan.

Bahwa menurut tergugat, dalil tersebut adalah dalil yang tidak berdasar karena
penggugat telah lupa atau bahkan tidak sadar akan kelalaian penggugat sendiri
yang telah tidak mentaati ketentuan umum perjanjian dengan tidak
melaksanakan kewajibannya untuk membayar angsuran setiap bulannya,
memang benar jangka waktu pengembalian hutang penggugat adalah 35 bulan,
akan tetapi jangka waktu tersebut adalah jika dalam hal tidak ada pelanggaran
atas ketentuan umum perjanjian yang pada faktanya pelanggaran tersebut telah
dilakukan oleh pihak debitur sendiri.

Adapun pelanggaran yang telah dilakukan oleh penggugat adalah sebagai berikut :

a. Penggugat telah dengan sengaja memberikan keterangan secara menyesatkan,


yang jika hal tersebut diketahui oleh tergugat selaku kreditur maka tidak akan
melahirkan Perjanjian Jaminan Fidusia. Perbuatan tersebut diatur pada pasal 35
Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
b. Penggugat telah mengalihkan objek jaminan fidusia kepada pihak lain dimana
perbuatan tersebut telah diatur dalam pasal 36 Undang-undang no. 42 tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
11

c. Penggugat telah lalai dalam melaksanakan kewajibannya untuk membayar


angsuran yang ke 13 dari 36 angsuran, yaitu sejak bulan November 2015
sampai dengan sekarang. Bahkan sebelum penggugat dilaporkan ke pihak
Kepolisian, pihak tergugat sudah melayangkan surat peringatan sebanyak tiga
kali kepada penggugat untuk melaksanakan kewajiban membayar angsuran
kepada tergugat, akan tetapi pihak penggugat tidak mengindahkan peringatan
tersebut.

11. Bahwa dalil penggugat dalam posita poin III. 4 halaman 5 gugatan penggugat
yang menyatakan bahwa pihak tergugat telah memaksakan kehendak dan
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari tergugat.

Bahwa dalil penggugat tersebut adalah dalil yang tidak masuk akal dan
mengada-ada karena disini jelas-jelas yang mengajukan permohonan
pembiayaan adalah penggugat atas persetujuan istri penggugat dan bukan
tergugat yang memohon kepada penggugat untuk membiayai pembelian 1 unit
mobil dimaksud. Jadi dimana unsur memaksakan kehendaknya? Kalau pada
waktu itu penggugat merasa terpaksa, mengapa tidak mundur saja dalam
pengajuannya.

Perihal mengenai tergugat yang mencari keuntungan dari proses pembiayaan


tersebut adalah hal yang sangat wajar dan tidak melanggar hukum.

12. Bahwa dalil penggugat dalam posita poin III. 5 dan 6 halaman 5 gugatan
penggugat yang menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum, juga adalah dalil yang tidak berdasar karena justru
penggugatlah yang telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dengan cara :
 Memberikan keterangan secara menyesatkan (peruntukannya ternyata
bukan untuk penggugat, tetapi untuk orang lain) yang apabila pihak
tergugat mengetahui sejak awal, maka pengajuan kredit itu pastilah
ditolak oleh tergugat (Vide pasal 35 Undang-Undang tentang Jaminan
Fidusia).
 Mengalihkan objek jaminan fidusia kepada pihak lain sehingga
mengakibatkan raibnya objek tersebut (Vide pasal 36 Undang-Undang
tentang Jaminan Fidusia).
12

Itu artinya perbuatan penggugat sendirilah yang telah jelas-jelas telah merugikan
pihak tergugat. Karena sampai saat ini penggugat tidak pernah membayar sejumlah
uang sebesar Rp. 180.000.000,- (seratus delapan puluh juta rupiah) seperti yang
didalilkan penggugat. Bahwa perihal penggugat dijadikan tersangka oleh pihak
kepolisian (Polresta Bandar Lampung), hal tersebut adalah kewenangan penuh dari
pihak kepolisian dan bukan kewenangan tergugat.

Bahwa dengan demikian berdasarkan alassan dan fakta-fakta hukum diatas, mohon
kiranya kepada Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk memutuskan
perkara ini dengan amarnya sebagai berikut :

PRIMER
DALAM EKSEPSI
1. Menerima eksepsi tergugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan gugatan pernggugat tidak memenuhi syarat formil ;
3. Menyatakan gugatan penggugat kurang pihak ;
4. Menyatakan gugatan penggugat tidak jelas (Obscuur Libel) ;

DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya ;


2. Membebankan penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini ;

SUBSIDER

Apabila Mejelis Hakim yang memeriksa perkara ini berpendapat lain, tergugat mohon
agar majelis hakim dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya. (ex aequo et
bono)

HORMAT KAMI,
KUASA HUKUM TERGUGAT

1. OKTONOVENTA, SH.

2. ADI BRATA WIJAYA, SH.


13

3. RIWANTO HUTAGALUNG, SH.

4. FEBRI INDRA KURNIAWAN, SH.

Anda mungkin juga menyukai