Anda di halaman 1dari 261

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PELAYANAN GIZI PADA UNIT INSTALASI GIZI


RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19 DI KOTA
PALEMBANG

TESIS

OLEH
NAMA : DEVI ERYANTI
NIM : 10012681923021

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PELAYANAN GIZI PADA UNIT INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19 DI KOTA
PALEMBANG

TESIS

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S2)


Magister Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH
NAMA : DEVI ERYANTI
NIM : 10012681923021

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Devi Eryanti

NIM : 10012681923021

Judul Tesis: Analisis Implementasi kebijakan Pelayanan Gizi pada Unit


Instalasi Gizi Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di Kota Palembang

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya.
Dalam kasus ini saya setuju untuk menempatkan Pembimbing sebagai penulis
korespondensi (Corresponding author)

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
dari siapapun.

Palembang, 29 Juli 2021

Devi Eryanti
NIM. 10012681923021
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah 216).

Keterbatasan, kekurangan, kelemahan itu bukan masalah


Bagaimana dengan keterbatasan kita lahirkan prestasi yang tinggi
Zero to Hero.

PERSEMBAHAN

Teruntuk kedua orang tua (Papa, Mama, Mik)


Suami dan kedua putri
Semua saudara
iv
HEALTH POLICY ADMINISTRATION
MASTER STUDY PROGRAM (S2) PUBLIC HEALTH SCIENCE FACULTY OF
PUBLIC HEALTH SRIWIJAYA UNIVERSITY
Scientific Writing in the form of Thesis,
July 29, 2021

Devi Eryanti
Analysis of Nutrition Service Policy Implementation at the Nutrition Installation
Unit of the COVID-19 Referral Hospital in Palembang City
Xv + 260 pages,11.images,41 tables,10 apps.

ABSTRACT
COVID-19 is the cause of a global pandemic in the world, first discovered in
Wuhan, China. Patients with COVID-19 who was confirmed positive had low
immunity and attack the body resulting in fever, dry cough, shortness of breath to
death and optimal nutrition was needed. The purpose of the studied was to analyze
the implementation of nutrition service policies at the nutrition installation unit of
the COVID-19 referral hospital in Palembang City. Observational research method
with cross sectional Mix Methods Concurrent approach in 5 COVID-19 referral
hospitals at Palembang City, January-May 2021, 30 informants and 112 COVID-
19 patients. The Chi-square results show a significant relationship between length
of stay and food waste with the recovery of COVID-19 patients. Logistic regression
analysis found length of hospitalization <14 days gives a probability of 49% with
cure p-value 0.004 PR: 4.605; 95%CI (1.643-12.908); This shows was significant
relationship between the length of stay and the patient's recovery. on the qualitative
variable implementation of nutrition service policies: (a) policy standards and
objectives were realized and strengthened by the Director's Decree, (b) Sources of
funds, human resources and adequate facilities, (c) Characteristics of implementing
organizations that have implemented policies with certainty, (d) Communication
between implementers is carried out, but the obstacles are the non-compliance of
implementing tasks, (e) The attitude of the implementers very supportive, but is
constrained by knowledge gaps, (f) Socio-economic and political conditions are
going well and supported by all policy actors (Heads of Sections, Heads of
Divisions, Directors, Professional Organizations, and the Central Government).
Renewal policy regulations needed regards nutritional service and dietary
standards for COVID-19.
Keywords : Policy Implementation, Nutrition Services, COVID-19
Literature : 110 (2001-2021)
v
ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Karya Tulis Ilmiah berupa Tesis,
29 Juli 2021

Devi Eryanti

Analisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi pada Unit Instalasi


Gizi Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di Kota Palembang
Xv + 260 halaman, 11 gambar, 41 tabel,10 lampiran

ABSTRAK
COVID-19 menjadi penyebab pandemi global di dunia, ditemukan pertama kali di
Wuhan, China. Penderita COVID-19 terkonfirmasi positif mengalami imunitas
rendah dan menyerang tubuh akibatnya demam, batuk kering, sesak nafas sampai
kematian dan dibutuhkan gizi yang optimal. Tujuan penelitian untuk menganalisis
implementasi kebijakan pelayanan gizi pada unit instalasi gizi rumah sakit rujukan
COVID-19 di Kota Palembang. Metode penelitian observasional dengan
pendekatan Mix Methods Concurrent secara cross sectional di 5 rumah sakit
rujukan COVID-19 di Kota Palembang, bulan Januari-Mei 2021, 30 informan dan
112 pasien COVID-19. Hasil secara Chi-square terdapat hubungan signifikan lama
hari rawat dan sisa makanan dengan kesembuhan pasien COVID-19. Analisis
regresi logistik ditemukan lama rawat inap <14 hari memberikan probabilitas
sebesar 49% dengan kesembuhan P-value 0,004 PR: 4,605; 95%CI (1,643-12,908);
ini menunjukkan adanya hubungan signifikan variabel lama hari rawat dengan
kesembuhan pasien, pada variabel kualitatif Implementasi kebijakan pelayanan
gizi: (a) standar dan tujuan kebijakan direalisasikan dan diperkuat dengan Surat
Keputusan Direktur, (b) Sumber dana, sumber daya manusia dan fasilitas memadai,
(c) Karakteristik organisasi pelaksana sudah menerapkan kebijakan dengan pasti,
(d) Komunikasi antar pelaksana dilakukan, tetapi hambatannya tidak patuhnya
pelaksana tugas, (e) Sikap pelaksana sangat mendukung, namun terkendala
kesenjangan pengetahuan, (f) Keadaan sosial ekonomi dan politik berjalan baik dan
didukung semua aktor kebijakan (Kepala Seksi, Kepala Bidang, Direktur,
Organisasi Profesi, dan Pemerintah pusat). Dibutuhkan regulasi kebijakan
pembaruan mengenai standar pelayanan Gizi pasien COVID-19 dan standar diet.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Pelayanan Gizi, COVID-19
Kepustakaan : 110 (2001-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI PADA
UNIT INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19 DI KOTA
PALEMBANG”. Tesis ini merupakan salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
(S2) di program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang. Tesis ini ditulis
berdasarkan hasil penelitian dengan judul yang sama yang mengkaji tentang
implementasi kebijakan pelayanan gizi.
Pelaksanaan penelitian, proses penulisan dan penyelesaian tesis ini dapat
berjalan dengan baik karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada;
1. Ibu Dr. Misnaniarti, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes selaku Koordinator Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
2. Prof. dr. Chairil Anwar, DAP&E., Sp.ParK., Ph.D dan Prof. Yuanita Windusari,
S.Si., M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian tesis.
3. Kedua orang tua (Keluarga Bpk. H.Sahabuddin, Ama.Pd (papa, mama, cok,
cik, adek-adek), Keluarga Bpk. Almarhum Kholik (mik, ayuk, kakak) dan
Suami Abdul Roni, M.Pd serta anak-anak (ayuk Mawaddah Ainun Kaffah &
adek Almashyra Mishael Adzra) atas do’a, dukungan dan motivasi.
4. Direktur RS Ernaldi Bahar dr. Yumidiansi F, M.Kes yang telah memberikan
izin belajar serta Ibu Suga, Mbk Dyah, Mbk Marlina, Mbk Menny, Mbk Nur
vii
farida, Mbk dessy, Mbk zuhro, Mbk Ledy, Tim Kenanga, yang telah
memberikan dukungan.
5. Dosen Penguji yaitu Dr. rer.med. H. Hamzah Hasyim, S.KM., M.KM, Dr. dr.
Rizma Adlia Syakurah, MARS, Dr. Yuli Hartati, S.Pd., M.Si, Dr. Novrikasari,
SKM, M.Kes atas masukan, bimbingan, dan arahannya.
6. Direktur RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan, Direktur RS Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Direktur Charitas Hospital Palembang,
Direktur RSUD Palembang BARI, Direktur RSUP Moehammad Hoesin
Palembang yang telah bersedia memberikan izin penelitian ini.
7. dr. Pilipus RA, SpPA dan dr. Kurnia selaku supervisor penelitian RS Charitas
(Kepala Bidang Penunjang Medis)
8. Kepala Instalasi Gizi RSUD Siti Fatimah (Herviana Ferazuma, S.Gz), Kepala
Instalasi Gizi RS Ernaldi Bahar (Marlina, SST), Kepala Instalasi Gizi RS
Charitas (Ginta, Amd.Gz), Kepala Instalasi Gizi RSUD Palembang BARI
(Eni Nuraini, S.Gz, RD), Kepala Instalasi Gizi Ibu Maya Ija, SST, M.PH, RD
dan Kabag Diklat RSUP Moehammad Hoesin dr. Anhar, Sp.OG sebagai
pembimbing lapangan.
9. Kepala Diklat dan Komite Etik Penelitian dan Tim Enumerator (Jihan Frana,
Amd.Gz, Ika Retno, S.Gz, Emma Afriany, S.Gz, Nisa, Kepala Bidang
Keperawatan dan Ka.ru Ruang COVID-19) yang telah memfasilitasi
penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih mempunyai kekurangan. Namun demikian
penulis tetap berharap kiranya tesis ini bisa memberi manfaat bagi penulis sendiri
maupun pihak lain.

Palembang, 29 Juli 2021

Penulis

viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Desember 1985 di Kota Palembang


Provinsi Sumatera Selatan. Putra dari Bapak H. Sahabuddin, Ama.Pd dan Ibu Hj.
Maryati, S.Pd, SD yang merupakan anak ke dua dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan Pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pangkalan Panji
pada tahun 1997. Sekolah menengah Pertama di SMP Sanudin Pangkalan Balai
pada tahun 2000, Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Pangkalan Balai tahun
2003. Pada tahun 2003 melanjutkan Pendidikan pada Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Palembang Jurusan Gizi tamat tahun 2006. Pada tahun
2006 melanjutkan Pendidikan pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta program
studi gizi Kesehatan dan tamat pada tahun 2008 dan melanjutkan Pendidikan
profesi Dietisien di Universitas Gadjah Mada tamat pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di
Provinsi Sumatera Selatan pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai sekarang. Pada
tahun 2011 penulis menikah dan memiliki 2 orang anak yang berumur 9 tahun dan
3 tahun. Selanjutnya pada tahun 2019 penulis tercatat sebagai mahasiswa pada
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui program izin belajar.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Luar.............................................................................................. i
Halaman Sampul Dalam ......................................................................................... ii
Halaman Judul........................................................................................................ iii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iv
Halaman Persetujuan ................................................................................................v
Halaman Pernyataan Integritas .............................................................................. vi
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi .......................................................... vii
Motto dan Persembahan ....................................................................................... viii
Abstract .................................................................................................................. ix
Abstrak .....................................................................................................................x
Kata Pengantar ....................................................................................................... xi
Ucapan Terima Kasih............................................................................................ xii
Riwayat Hidup ..................................................................................................... xiii
Daftar Isi............................................................................................................... xiv
Daftar Tabel ........................................................................................................ xvi
Daftar Gambar ................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xix
Daftar Istilah ..........................................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................6
1.3. Tujuan .................................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum ...........................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus ..........................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Landasan Teori ..................................................................................8
2.1.1. Kebijakan Pelayanan Gizi ......................................................9
2.1.2. Tata Kelola Pelayanan Gizi Rumah Sakit ..........................................9
2.1.3. COVID-19 (Coronavirus Disease) ..................................................10
2.1.3.1. Gambaran Umum COVID-19 ...........................................11
2.1.3.2. Epidemiologi .....................................................................12
2.1.3.3. Etiologi ..............................................................................13
2.1.3.4. Pemeriksaan Penunjang .....................................................14
2.1.3.5. Komplikasi ........................................................................14
2.1.3.6. Komorbid ...........................................................................14
2.1.4. Konsep Implementasi Pelayanan Gizi ..............................................17
2.1.5. Pelayanan Gizi..................................................................................19

ix
2.1.5.1. Proses Pelayanan Gizi .......................................................19
2.1.5.2. Mutu Pelayanan Gizi .........................................................24
2.1.5.3. Sisa Makanan.....................................................................25
2.1.5.4. Daya Terima Makanan ......................................................26
2.1.6. Imunitas Tubuh dan COVID-19 .......................................................27
2.1.7. Hubungan Antara Gizi dan Penyakit Infeksi ....................................28
2.1.8. Proses Pelayanan dan Perencanaan Gizi
Pada Pasien COVID-19....................................................................28
2.1.9. RS Rujukan COVID-19 ...................................................................38
2.2. Kerangka Teori ...................................................................................41
2.3. Kerangka Pikir....................................................................................42
2.4. Kerangka Konsep ..............................................................................43
2.5. Hipotesis .............................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................................45
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................49
3.3. Populasi, Sampel dan Informan .........................................................49
3.4. Variabel Penelitian ..............................................................................52
3.5. Definisi Operasional ............................................................................53
3.6. Definisi Istilah .....................................................................................54
3.7. Jenis dan Sumber Data ........................................................................56
3.8. Instrumen Penelitian ............................................................................56
3.9. Teknik Pengambilan Data ...................................................................57
3.10.Pengolahan dan Analisis Data ............................................................58
3.11.Kerangka Operasional Penelitian .......................................................68
3.12. Ethical Clearance ..............................................................................70
3.13. Persetujuan/Informed Consent ..........................................................70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................73
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Univariat .............................................................................82
4.2.2. Analisis Kualitatif ............................................................................84
4.2.2. Analisis Bivariat .............................................................................101
4.2.3. Analisis Multivariat ........................................................................110
4.3. Pembahasan .......................................................................................114
4.4. Keterbatasan Penelitian .....................................................................128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................129
5.2. Saran ..................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................146


LAMPIRAN .........................................................................................................154

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Sampel Penelitian............................................................................ 51
Tabel 3.2. Distribusi Informan ........................................................................ 51
Tabel 3.3. Informan Penelitian ......................................................................... 52
Tabel 3.4. Definisi Operasional ....................................................................... 53
Tabel 3.5. Definisi Istilah ................................................................................. 54
Tabel 3.6. Uji Validitas pertanyaan Tekstur Makanan .................................... 60
Tabel 3.7. Uji Validitas pertanyaan Rasa Makanan ......................................... 61
Tabel 3.8. Uji Validitas pertanyaan Aroma Makanan...................................... 62
Tabel 3.9. Uji Validitas pertanyaan Variasi Makanan ..................................... 63
Tabel 3.10. Uji Validitas pertanyaan Penampilan Makanan ............................ 63
Tabel 3.11. Uji Validitas pertanyaan Penyajian Makanan ............................... 64
Tabel 3.12. Uji Reliabilitas .............................................................................. 65
Tabel 4.1. Jumlah Ketenagaan di Instalasi Gizi RSUD Siti Fatimah............... 75
Tabel 4.2. Jumlah Ketenagaan di Instalasi Gizi RS ERBA ............................. 76
Tabel 4.3. Ketenagaan RS Charitas.................................................................. 79
Tabel 4.4. Ketenagaan RSUD BARI................................................................ 80
Tabel 4.5. Ketenagaan RSMH ......................................................................... 82
Tabel 4.6. Gambaran karakteristik Responden ................................................ 82
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Daya terima Pasien ........................................ 83
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sisa Makanan ................................................ 84
Tabel 4.9. Gambaran Implementasi ................................................................. 84
Tabel 4.10. Hubungan Umur dengan Kesembuhan ......................................... 101
Tabel 4.11. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesembuhan ............................ 101
Tabel 4.12. Hubungan Pendidikan dengan Kesembuhan................................. 102
Tabel 4.13. Hubungan Lama hari rawat dengan Kesembuhan ........................ 103
Tabel 4.14. Hubungan Jenis Diet dengan Kesembuhan................................... 103

xi
Tabel 4.15. Hubungan Komorbid dengan Kesembuhan .................................. 104
Tabel 4.16. Hubungan Status Gizi dengan Kesembuhan ................................. 105
Tabel 4.17. Hubungan Tekstur dengan Kesembuhan ...................................... 105
Tabel 4.18. Hubungan Aroma dengan Kesembuhan ....................................... 105
Tabel 4.19. Hubungan Rasa dengan Kesembuhan ........................................... 107
Tabel 4.20. Hubungan Variasi dengan Kesembuhan ....................................... 107
Tabel 4.21. Hubungan Penampilan dengan Kesembuhan................................ 108
Tabel 4.22. Hubungan Penyajian dengan Kesembuhan ................................... 108
Tabel 4.23. Hubungan Sisa Makanan dengan Kesembuhan ............................ 109
Tabel 4.24. Hasil Seleksi Bivariat .................................................................... 110
Tabel 4.25. Pemodelan Awal Multivariat ........................................................ 111
Tabel 4.26. Uji Counfounding ......................................................................... 112
Tabel 4.27. Perbandingan PR ........................................................................... 112
Tabel 4.28. Model Akhir .................................................................................. 112
Tabel 4.29. Tabel Kesimpulan Implementasi .................................................. 103

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Tata Kelola Pelayanan Gizi Rumah Sakit
sebelum COVID-19 .......................................................................... 9
Gambar 2.2. Alur Waktu Kejadian Virus Corona ................................................. 10
Gambar 2.3. Struktur COVID-19 .......................................................................... 13
Gambar 2.4. Tahapan Alur Pelayanan Gizi Rumah Sakit
COVID-19 ........................................................................................ 21
Gambar 2.5. Diagram Manajemen Penyelenggaraan Makanan COVID-19 ......... 25
Gambar 2.6. Kerangka Teori ................................................................................. 41
Gambar 2.7. Kerangka Pikir.................................................................................. 42
Gambar 2.8. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 43
Gambar 3.1. Model Mix Methods ......................................................................... 46
Gambar 3.2. Metode Kombinasi .......................................................................... 48
Gambar 3.3. Kerangka Operasional Penelitian ..................................................... 48
Gambar 4.1. Grafik Sisa Makanan .......................................................................118
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Jenis Diet .............................................................120

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Formulir Informed Consent .......................................................... 145
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ................................................................... 146
Lampiran 3. Pedoman Observasi ...................................................................... 147
Lampiran 4. Kuesioner Pengawasan &Pengendalian. ...................................... 148
Lampiran 5. Angket Penelitian Implementasi Kebijakan ................................. 152
Lampiran 6. Formulir Sisa Makanan ................................................................ 154
Lampiran 7. Kuisioner Daya Terima Makanan................................................. 156
Lampiran 8. Dokumentasi Foto Kegiatan ......................................................... 158
Lampiran 9. Transkip Wawancara Mendalam .................................................. 190
Lampiran 10. Output SPSS ............................................................................... 210

xiv
DAFTAR ISTILAH, SINGKATAN DAN LAMBANG

ACE-2 : Angiotensin-converting enzyme 2


APD : Alat Pelindung Diri
ARDS : Acute respiratory distress syndrome
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
CFR : Case Fatality Rate
CoV : Coronavirus
COVID-19 : Coronavirus Disease
DINKES : Dinas Kesehatan
DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IMT : Indeks Masa Tubuh
KKMMD : Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia
MERS : Middle East Respiratory Syndrome
MNT : Medical Nutrition Therapy
ODP : Orang Dalam Pemantauan
OTG : Orang Tanpa Gejala
PDP : Pasien dalam Pengawasan
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PDPI : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PPA : Profesional Pemberi Asuhan
PDP : Pasien Dalam Pengawasan
RNA : Ribonucleic acid
RS : Rumah Sakit
RT-PCR : Reverse transcriptase polymerase Chain reaction
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SARS-COV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
SOP : Standar Prosedur Operasional
WHO : World Health Organization
xv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


COVID-19 yaitu virus yang disebabkan kontak atau droplet yang
dipindahkan atau terpapar oleh partikel pernapasan jaraknya diperkirakan satu
meter dari pasien (Cook, 2020). Berdasarkan bukti ilmiah COVID-19
ditularkan dari manusia ke manusia bukan udara (Susilo et al., 2020) dan
pertama kali ditemukan di Wuhan Provinsi Hubei, kemudian menyebar di
provinsi lain di China, Thailand, Jepang dan korea Selatan (Ren et al, 2020).
World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Februari 2020
menyatakan bahwa COVID-19 yaitu coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi pada manusia. Penyebabnya yaitu virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-COV-2) yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan sebagai pandemic global (WHO, 2020).
COVID-19 yaitu kumpulan virus yang dapat menginfeksi sistem
pernapasan. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dan masa terpanjang berkisar sampai dengan 14 hari.
Dalam keadaan berat COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan kematian (Thalita, 2020). Sumber
utama pada pasien COVID-19 yaitu infeksi yang parah dan menular baik yang
bergejala maupun tidak bergejala dan dibuktikan dengan tes RT-PCR positif
(Morley, et.al, 2020). Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari
saluran pernapasan (Kemenkes RI, 2020). COVID-19 telah dianggap sebagai
jenis penyakit menular yang sembuh sendiri, dan sebagian besar kasus dengan
gejala ringan dapat pulih dalam 1-2 minggu. Infeksi COVID-19 dapat
menyebabkan hasil yang berbeda antara lain: orang yang terinfeksi tanpa gejala
1,2%, kasus ringan sampai sedang 80,9%, kasus berat 13,8%, kritis 4,7% serta
kematian 2,3% (Direktorat Gizi Masyarakat, et.al, 2020).

1 Universitas Sriwijaya
2

Jumlah kasus COVID-19 terbanyak awalnya di China, namun saat ini


kasus terbanyak di Negara Italia yaitu sebesar 86.498 kasus. Virus ini telah
menyebar ke 199 negara termasuk Negara Indonesia. Indonesia berada
diurutan ke-5 jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Asia (WHO, 2020).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 di bulan Oktober 2020, Jumlah kasus di Indonesia terkonfirmasi
positif sebesar 368.842 orang dengan jumlah kematian sebesar 12.734 orang.
Tingkat kematian (Case fatality rate) akibat COVID-19 yaitu sekitar 3,5%
(Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, 2020).
COVID-19 mengakibatkan rumah sakit dunia berakibat buruk secara
tata kelola ataupun fasilitas untuk pelayanan yang diberikan akibat jumlah
penderita yang meningkat. Buruknya kondisi ini berdampak pada keamanan
pasien, rumah sakit juga mengembangkan serta membentuk program
manajemen disaster (bencana alam, bencana non alam dan wabah) (WHO,
2020). Oleh sebab itu, Kementerian kesehatan RI telah menerbitkan kebijakan
Pelayanan gizi di Rumah Sakit dalam penanganan COVID-19 yaitu Panduan
Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat dalam Penanganan
Pandemi COVID-19 Nomor HK 02.02/II/753/2020 (Direktorat Gizi
Masyarakat, et al, 2020).
Sumatera Selatan saat ini masuk dalam urutan tujuh besar provinsi di
Indonesia dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Jumlah kasus yaitu
sebesar 7.362 orang, sembuh 5.602 orang. Jumlah kasus yang dirawat dirumah
sakit rujukan COVID-19 di kota Palembang di bulan Oktober 2020 sebesar
4053 orang dan RS Charitas yang tertinggi sebesar 71 orang yaitu 32 orang
terkonfirmasi dan 39 suspect, sedangkan yang sembuh terbanyak di Rumah
Sakit Pusri Palembang (Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, 2020).

Secara keseluruhan pasien COVID-19 berusia 80 tahun keatas memiliki


kejadian 14,8%, dengan jenis kelamin laki-laki 2,8% dan perempuan 1,7%

Universitas Sriwijaya
3

yang memiliki prognosis yang buruk sedangkan pada kasus yang disertai
komorbid seperti kardiovaskuler sebesar 10,5%, diabetes 7,3%, penyakit
pernapasan kronis 6,3%, hipertensi 6,0% dan kanker sebesar 5,6%. Pada
pasien kritis (Critical ill) memiliki fatalitas sebesar 49%, petugas kesehatan
0,17% (Zhang Yanping, 2020).
COVID-19 menyebabkan pandemi dan merubah kondisi sehari-hari.
Saat ini, tidak ada obat antivirus atau vaksin khusus untuk mengendalikan
SARS-CoV-2. Dengan demikian praktik klinis merekomendasikan untuk
pemberian obat simptomatik (Wang et al., 2020). Selain itu juga dibutuhkan
asupan makanan yang bergizi dan optimal untuk membantu menjaga daya
tahan tubuh pasien COVID-19. Peranan Gizi sangat penting sebagai proses
pemulihan terhadap semua pasien COVID-19, khususnya yang pernah
mengalami komplikasi jantung atau paru, serta kasus kelelahan, sarkopenia dan
malnutrisi yang berpotensi memperburuk kondisi pasien (Lawrence et al.,
2021).
Infeksi COVID-19 dapat memperburuk status gizi pasien dimana
terdapat perubahan rasa dan bau serta kehilangan nafsu makan dan gejala
gastrointestinal seperti diare dan muntah sehingga hal ini membutuhkan
manajemen pelayanan gizi dalam pemberian diet pada pasien COVID-19
(Morley, et.al, 2020). Tubuh seseorang dapat bertahan dari suatu penyakit
disebabkan adanya sistem imun, dimana sistem imun terdiri dari dua yaitu
sistem pertahanan awal (first defense) serta adaptive immune (Septyaningtrias,
2020). Namun sebaliknya jika sistem imun tidak mampu mempertahankan
imunitas maka akan terjadi infeksi (Iddir et al., 2020)
Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan untuk membentuk imunitas,
dengan gizi yang baik dapat membangun perlindungan tubuh dari penyakit
dan masalah kesehatan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh salah satu nya
dengan menghindari dari COVID-19, oleh sebab itu perlu peningkatan
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang berperan aktif dalam
meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) yaitu protein, vitamin A, vitamin

Universitas Sriwijaya
4

C, vitamin E, Zinc, vitamin B6, asam folat, selenium dan zat besi
(Vimaleswaran, et.al, 2021).
Di Rumah Sakit rujukan COVID-19 pasien mendapatkan pelayanan gizi
yang terdiri dari penyelenggaraan makanan dan penatalaksanaan asuhan gizi,
serta membuat standar diet untuk pasien, terdiri dari standar diet makanan
biasa dan standar diet khusus. Standar diet menyesuaikan dengan pengaturan
gizi yang tujuannya meningkatkan atau mempertahankan status gizi, daya
tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi yang dapat membantu
kesembuhan atau keseimbangan dalam tubuh (Thalita, 2020).
Proses pencegahan infeksi selama dirumah sakit, diperlukan protokol
pengendalian infeksi COVID-19. Keamanan pelayanan sangat dipengaruhi
oleh kepatuhan petugas kesehatan dan pasien terhadap aturan, tersedianya
alat pelindung diri (APD) yang standar, pelatihan yang standar dan
pemahaman petugas kesehatan terhadap protokol penangan COVID-19.
Dengan adanya pandemi COVID-19 maka pemerintah menunjuk rumah sakit
rujukan COVID-19 di seluruh wilayah baik rumah sakit milik pemerintah pusat,
provinsi, maupun kabupaten kota serta rumah sakit swasta lainnya. Indonesia
terdapat 132 rumah sakit rujukan COVID-19 nasional dan sekitar 500 rumah
sakit rujukan provinsi (Kemenkes RI, 2020).
Sumatera Selatan menjadi salah satu dari Provinsi yang mempunyai
rumah sakit rujukan COVID-19, terdapat 47 rumah sakit yang ditunjuk di
Provinsi Sumatera Selatan dan 15 rumah sakit rujukan yang ada di kota
Palembang. Rumah Sakit rujukan COVID-19 yang berada dikota Palembang
yaitu Rumah Sakit RS Moehammad Hoesin, RSUD Siti Fatimah, RSUD
Palembang BARI, RS Pertamina Plaju, RS Charitas, RS Pelabuhan, RS AK. Gani,
RS Siloam, RS Myria, RS Bhayangkara, RS Muhammadiyah, RS Pusri, RS Paru,
RS Bunda, RS Hermina (Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan, 2020).
Panduan pelayanan gizi Nomor HK.02.02/II/753/2020 yang dikeluarkan

Universitas Sriwijaya
5

pemerintah sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pelayanan gizi di


rumah sakit darurat untuk diterapkan dirumah sakit rujukan COVID-19.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi di Unit Instalasi
Gizi pada Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di Kota Palembang”.

1.2. Rumusan Masalah


Gizi menjadi hal yang penting dalam menjaga imunitas. Gizi yang tepat
dan optimal diperlukan tubuh agar sel berfungsi secara optimal. Untuk
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dibutuhkan asupan gizi yang optimal dan
tepat dan memerlukan energi selama periode infeksi, dan pengeluaran energi
basal yang lebih besar seperti demam, stress, dan gangguan gastrointestinal.
Oleh karena itu gizi optimal dibutuhkan untuk hasil imunologis terbaik yang
mendukung fungsi kekebalan tubuh yang memungkinkan untuk memulai
respon yang efektif terhadap patogen. Asupan gizi yang baik dapat membantu
pasien sembuh dari COVID-19. Kementerian kesehatan RI telah menerbitkan
kebijakan Pelayanan gizi di rumah sakit dalam penanganan COVID-19 Nomor
HK.02.02/II/753/2020. Pelayanan gizi yaitu bagian integral dalam membantu
proses kesembuhan pasien di rumah sakit. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian
ini yaitu Bagaimanakah analisis implementasi kebijakan pelayanan gizi di Unit
Instalasi Gizi pada rumah sakit rujukan COVID-19 di Kota Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk menganalisis implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi di Unit Instalasi
Gizi pada Rumah Sakit rujukan COVID-19 di Kota Palembang.

Universitas Sriwijaya
6

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Menganalisis hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis
kelamin, pendidikan, status gizi, lama hari rawat, jenis diet, dan
komorbid) dengan kesembuhan pasien COVID-19 rumah sakit rujukan
di Kota Palembang.
2. Menganalisis hubungan sisa makanan dengan kesembuhan pasien
COVID-19 rumah sakit rujukan di Kota Palembang
3. Menganalisis hubungan daya terima makanan dengan kesembuhan
pasien COVID-19 rumah sakit rujukan di Kota Palembang.
4. Menganalisis implementasi kebijakan pelayanan gizi yaitu
peraturan/regulasi rumah sakit, standar operasional prosedur (SPO),
sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, dana, dan manajemen
mutu unit di unit Instalasi Gizi di rumah sakit rujukan COVID-19 di Kota
Palembang.
5. Menganalisis proses pelayanan gizi rumah sakit rujukan COVID-19 di
Kota Palembang.
6. Menganalisis standar diet yang diberikan instalasi gizi Rumah Sakit
rujukan COVID-19 di Kota Palembang.
7. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kesembuhan pasien
COVID-19.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil dari penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman lebih mendalam bagi peneliti/akademisi/stakeholder tentang
kebijakan Pelayanan Gizi pada Rumah Sakit rujukan COVID-19 di Kota
Palembang.

Universitas Sriwijaya
7

1.4.2. Manfaat Praktis


a) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh dan menerapkan
pengetahuan dan pengalaman secara langsung mengenai kebijakan
implementasi pelayanan gizi pada rumah sakit rujukan COVID-19.
b) Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber ilmu
pengetahuan, informasi dan referensi serta bermanfaat bagi pengayaan
ilmu pengetahuan kesehatan.
c) Bagi Institusi Kesehatan (Rumah Sakit)
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pemangku jabatan dalam menentukan kebijakan pelayanan gizi pada
pasien COVID-19 serta penatalaksanaan pelayanan gizi di rawat inap
maupun penyelenggaraan makanan.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Kebijakan Pelayanan Gizi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan/ke.bi.jak.an/ 1
kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan; 2 rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan prinsip, atau
maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran; garis haluan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).
Perkembangan sektor kesehatan di Indonesia yaitu perwujudan
dari pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak atas kesehatan, dan Pasal 34 ayat (3)
yang menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
(Sugyati, et al, 2017). Pelaksanaan pembangunan kesehatan secara
efektivitas memerlukan dukungan sumber daya sektor kesehatan seperti
tercantum pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 tentang
Kesehatan Sumber Daya Tujuan dukungan pemerintahan daerah yaitu
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah yaitu kesejahteraan masyarakat (Roy, 2009).
Menteri Kesehatan mengatur pedoman pelayanan gizi rumah sakit
nomor 78 tahun 2013 menjelaskan bahwa pelayanan gizi yaitu salah satu
faktor penting dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Pelayanan gizi diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status

8 Universitas Sriwijaya
9

metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses


penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (KementerianKesehatanRI,
2013a).
2.1.2. Tata Kelola Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Tata kelola pelayanan gizi merujuk kepada Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan
Peraturan Menkes Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di lingkungan Departemen Kesehatan. Tata kelola
pelayanan gizi rumah sakit diawali dari pasien masuk dilakukan skrining
awal gizi kemudian dilakukan asesment gizi dan perencanaan diet yang
dilihat pada Gambar 2 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013):

Universitas Sriwijaya
10

Gambar 2.1. Tata Kelola Pelayanan Gizi Rumah Sakit sebelum


COVID-19 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Pelayanan gizi rumah sakit bertujuan untuk membantu perbaikan
kondisi gizi atau status gizi pasien, hal ini dilaksanakan sesuai dengan
pedoman yang telah diterbitkan yang meliputi asuhan gizi rawat inap serta
penyelenggaraan makanan banyak (institusi). Oleh karena itu pelayanan
Gizi dan Dietetik menjadi bagian dari pelayanan rumah sakit harus
disiapkan sesuai dengan situasi dan kondisi darurat (Direktorat Jenderal
Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, 2020).

2.1.3. COVID-19 (Coronavirus Disease)


2.1.3.1. Gambaran Umum COVID-19 (Coronavirus Disease)
COVID-19 yaitu penyakit disebabkan virus corona baru SARS-CoV-
2, yang dinyatakan pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
11 Maret 2020 (Ana.et.al, 2020), pertama kali ditemukan di kota Hubei
Wuhan China (Davies, 2002). Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan
status Global Emergency pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari
2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19 (Handayani.D, et al., 2020).
Gambar 2.2 menunjukkan alur waktu kejadian virus corona:

Gambar 2.2. Alur Waktu Kejadian Virus Corona (Li et al., 2020)

Universitas Sriwijaya
11

Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam surat Keputusan


nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 menjelaskan bahwa definisi
operasional terkait COVID-19 telah dihapus dan dibagi dalam kategori
baru yaitu menjadi delapan kategori antara lain suspek, probabel,
konfirmasi, kontak erat, pelaku perjalanan, discarded, selesai isolasi dan
kematian (Kementerian Kesehatan, 2020).
1) Kasus Suspek
Kasus suspek yaitu orang yang mempunyai salah satu dari kriteria,
terinfeksi ISPA dan sebelum hari ke 14 mempunyai riwayat
perjalanan atau tinggal di wilayah transmisi lokal, mempunyai
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel, kemudian
ISPA berat yang membutuhkan perawatan dan demam >38oC atau
riwayat.
2) Kasus Probabel
Mempunyai ISPA berat/ARDS namun belum ada data hasil
laboratorium (Riadi, 2019).
3) Kasus Konfirmasi
Hasil labor dinyatakan positif baik simptomatik maupun
asimptomatik (Riadi, 2019).
4) Kontak Erat
Mempunyai kontak dengan probabel, tanpa menggunakan APD,
dalam jarak 1meter dengan jangka waktu 15 menit (Kemenkes RI,
2020).
5) Pelaku Perjalanan
Melakukan perjalanan baik dalam negeri maupun luar negri
(Kemenkes RI, 2020).
6) Discarded
Mempunyai salah satu dari kriteria dan hasil RT-PCR dua kali negatif
dalam waktu 2x 24 jam (Kemenkes RI, 2020).

Universitas Sriwijaya
12

7) Selesai Isolasi
Mempunyai 1 kali RT-PCR negatif dan menyelesaikan 14 hari isolasi
(Kemenkes RI, 2020).

8) Kematian
Konfirmasi atau probabel yang meninggal dunia.
2.1.3.2. Epidemiologi
(COVID-19) yaitu penyakit menular yang disebabkan coronavirus
jenis baru. Penyakit yang dilaporkan di Wuhan, Hubei provinsi Cina pada
25 Januari 2020 setidaknya 1.975 kasus telah dilaporkan sejak pasien
pertama dirawat di rumah sakit pada 12 Desember 2019. Laporan
epidemiologi menyarankan bahwa wabah terkait dengan pasar makanan
laut di Wuhan. Salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit pusat Wuhan
pada 26 Desember 2019 mengalami sakit parah sindrom pernafasan
seperti demam, pusing dan batuk. RNA metagenomik sekuensing sampel
cairan lavage bronchoalveolar dari pasien diidentifkasi strain virus RNA
baru dari family coronaviridae, yang ditetapkan virus korona “WH-Human
1” (disebut 2019-nCoV) (Handayani.D., et al, 2020).
Analisis filogenetik dari genom virus lengkap (29.903 nukleotida)
terungkap bahwa virus itu paling dekat hubungannya (89,1% kesamaan
nukleotida) dengan kelompok coronavirus mirip SARS (genus
Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus) yang sebelumnya telah
ditemukan pada kelelawar di China. Wabah ini mempunyai kemampuan
berkelanjutan penularan virus dari hewan yang menyebabkan penyakit
parah pada manusia (Wu et al., 2020).
Pemerintah China mengumumkan pada bulan Januari 2020
bahwa penyebab kasus tersebut yaitu Coronavirus jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2). Virus ini berasal dari family yang sama dengan virus

Universitas Sriwijaya
13

penyebab SARS dan MERS. Sars-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan


SARS-CoV dan MERS-CoV.

2.1.3.3. Etiologi
Penyebab nya yaitu virus golongan family coronavirus.
Coronavirus yaituvirus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdiri 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu :
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membrane), glikoprotein spike
S(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,
keluarga Coronaviridae. Ada 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, ammacoronavirus dan deltacoronavirus. Sebelum COVID-
19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-
229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus), HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus) dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Shereen et al., 2020) .
Adapun struktur dari coronavirus dapat dilihat pada Gambar 2.3:

Gambar 2.3 : Struktur Coronavirus (Shereen et al., 2020)

Coronavirus termasuk dalam genus betacoronavirus, berbentuk


bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil
analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus
yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Dengan dasar ini maka International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID-19 sebagai SARS-CoV-2 (Yang, 2020).

Universitas Sriwijaya
14

Penggandaan virus nCov-19 dan patogenesis nya didukung


dengan temuan ACE2, setelah virus ditangkap oleh reseptor maka
glikoprotein yang mencakup dua sub-unit yaitu S1 dan S2 menjalankan
tugasnya, yaitu S1 menentukan rentang virus-host fungsi utama domain,
sedangkan S2 menengahi fusi membran virus ke sel (Xia S, et al., 2020).
Fusi pada membran melalui cara pelepasan RNA genom virus ke dalam
sitoplasma. Lalu membentuk replikasi transkripsi kompleks (RTC) di
Double membran vesikel. Terus menerus RTC mensintesis dilanjutkan
dengan reticulum endoplasmic (ER) dan Golgi, genom baru, RNA, protein
nukleocapsid dan amplop glikoprotein merakit dan membentuk tunas
partikel virus (Wilde AH, et al., 2018).
Tindakan klinis dilaksanakan oelh tenaga medis dan tenaga
kesehatan dalam melakukan pengobatandan tindakan terhadap pasien
COVID-19. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) yaitu dokter
spesialis paru, dokter penyakit dalam, dokter sub spesialis penyakit paru,
dokter sub spesialis penyakit dalam tropik infeksi, dokter anak, dokter anak
sub spesialis paru, dan dokter spesialis lain sesuai kebutuhan medis
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020).

2.1.3.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dan
radiologi (Kemenkes RI, 2020).

2.1.3.5.Komplikasi
Adapun permasalahan yang ditimbulkan pada penderita COVID-19,
pemakaian ventilator yang lama, tromboemboli vena, stress ulcer dan
pendarahan saluran pencernaan, kondisi menurun akibat di ruang ICU serta
adanya masalah lain selama menjalani perawatan (Kemenkes RI, 2020).

2.1.3.6.Komorbid
COVID-19 menyebabkan infeksi saluran pernapasan diawali flu biasa
sampai penyakit serius MERS (Middle East Respiratory Syndrome dan

Universitas Sriwijaya
15

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Adapun golongan yang


beresiko terinfeksi virus corona yaitu lansia, memiliki riwayat penyakit
tertentu, tenaga medis di rumah sakit dan anak-anak (Agustina and
Primadona, 2018). Orang lanjut usia (lansia) berusia 60 tahun keatas
memiliki resiko untuk terdampak COVID-19 disebabkan menurunnya daya
tahan tubuh, produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot serta kepadatan
tulang dan fungsi organ tubuh yang sudah menurun. Pada komplikasi
penyakit tertentu akan berdampak serius akibat COVID-19 yaitu diabetes,
infeksi pernapasan akut, asma, penyakit jantung, hipertensi, kenker dan
keadaan medis lain yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Ikhsania,
2020).
Penelitian menyebutkan pada 1000 pasien terdapat faktor lain yang
mempengaruhi panyakit COVID-19 diantara adalah usia, jenis kelamin,
perokok aktif dan penyakit paru kronis (Guan Z, et.al., 2020). Virus corona
(severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dan SARS-
CoV-2 berikatan dengan sel targetnya melalui enzim pengubah angiotensin
2 (ACE2), yang diekspresikan oleh sel epitel paru-paru, usus, ginjal, dan
pembuluh darah. ACE2 meningkat secara signifikan terhadap pasien
diabetes tipe 1 atau tipe 2, yang diobati dengan ACE inhibitor dan
angiotensin II tipe-I receptor blocker (ARBs) (Lei Fang and George
Karakiulakis, 2020). Selanjutnya penyakit komorbid lain seperti hipertensi,
kardiovaskuler serta jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif menjadi
faktor risiko dari penyakit COVID-19 (Cheah et al., 2020), selain itu juga
menurut Grace, 2020 bahwa Geriatri, Autoimun, Ginjal, Hipertensi,
penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Tuberculosis dan Obesitas
memiliki faktor resiko kematian disebabkan COVID-19 (Grace, 2020).
Penelitian yang dilakukan Alessandro, et al. 2020 bahwa terdapat
78.874 pasien rawat inap dengan COVID-19 terkonfirmasi mempunyai
komorbid diabetes yaitu 14,34% (95% CI 12,62-16,06%). Akan tetapi
prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-negara non-Asia dibandingkan
Asia yaitu sebesar 23,34% (95% CI 16,40-30,28) dibandingkan non-Asia

Universitas Sriwijaya
16

11,06% (95% CI 9,73-12,39), dan pada pasien berusia 60 tahun 23,30%


(95% CI 19,65-26,94) sedangkan yang berusia <60 tahun 8,79% (95% CI
7,56-10,02). Pasien yang mempunyai komorbid Diabetes diperkirakan
mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi terdampak COVID-19 yang
kritis OR 2,10 (95% CI 1,71-2,57) dan tiga kali lipat risiko kematian OR
2,68, (95% CI 2,09-3,44) (Mantovani et al., 2020).
Penelitian Chan et al, 2020 menyebutkan bahwa karakteristik
demografi usia dan jenis kelamin juga faktor risiko kematian COVID-19,
dimana usia dan jenis kelamin mempunyai nilai P-value < 0,05. Faktor usia
yaitu faktor krusial bagi luaran COVID-19. Usia rata-rata pasien yang
meninggal yaitu 68 tahun dan yaitu usia yang lebih tua dari pasien yang
sembuh secara signifikan. Selanjutnya, sebanyak 80% kematian pada
COVID-19 yaitu usia dewasa, yaitu 65 tahun, sehingga usia tua dapat
dikatakan sebagai faktor risiko mortalitas COVID-19 (Chan et al., 2020;
Zhu et al., 2020). Persentase angka kematian COVID-19 semakin
meningkat karena penambahan usia, dengan pasien usia termuda 5% sampai
tertua 55% (Zhou et al., 2020).
Untuk Jenis kelamin juga menjadi faktor risiko mortalitas pada pasien
COVID-19, penelitian yang dilakukan Wenham 2020, laki-laki lebih
banyak meninggal dibanding perempuan. penyebab perbedaan mendasar
dari sistem imunologi laki-laki dan perempuan, perbedaan pola hidup, dan
prevalensi merokok (Wenham et al., 2020). Laki-laki lebih sedikit yang
sembuh dibandingkan kelompok yang meninggal. Angka kematian yang
lebih tinggi dihubungkan dengan komorbiditas kronis yang lebih tinggi pada
laki-laki, seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, penyakit paru, dan
merokok (Hua Cai, 2020). Komorbid Diabetes dan penyakit Jantung yang
diderita pasien COVID-19 menjadi faktor risiko kematian P-value < 0,05.
Serupa dengan penelitian meta-analysis yang dilakukan (Mantovani et al.,
2020) bahwa prevalensi pasien diabetes yang rawat inap akibat COVID-19
sebesar 14,34%, dimana pada pasien di negara Asia 11,06%. Hal ini lebih
rendah dari prevalensi di negara non- Asia, yaitu 23,34%. Pasien diabetes

Universitas Sriwijaya
17

ini mempunyai risiko 2 kali lebih besar berkembang menjadi lebih berat atau
penyakit kritis yang membutuhkan perawatan di ruang perawatan intensif
Longato et al., 2020; Wang et al., 2020). Pada rawat inap, pasien dengan
diabetes mellitus tiga kali berisiko mengalami kematian akibat COVID-19.
Diabetes mellitus yaitu faktor risiko bebas terhadap usia dan jenis kelamin.

2.1.4. Konsep Implementasi Kebijakan


Implementasi kebijakan merupakan suatu alat administrasi hukum
yang digunakan untuk melihat keberhasilan suatu kegiatan, program,
pelayanan dalam menerapkan kebijakan atau peraturan yang ditetapkan
(Permatasari, 2020). Konsep Implementasi mengaplikasikan kebijakan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan. Terdapat dua langkah dalam
mengimplementasikan kebijakan yang terdiri dari langsung
mengimplementasikan atau melalui regulasi kebijakan atau turunannya
seperti panduan, standar prosedur operasional. Langkah nya yaitu
melaksanakan program kegiatan (Fallis, 2013).
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008)
implementasi kebijakan publik merupakan langkah dalam keputusan
sebelumnya. Langkah ini merupakan turunan dari peraturan yang
dilaksanakan secara teknis melalui standar atau instruksi kerja. (Fallis,
2013).

Gambar 2.4. Teori Implementasi Van Horn& Van Meter, (Permatasari,


2020)

Universitas Sriwijaya
18

Teori Van Meter & Van Horn mengatakan bahwa keberhasilan (capaian)
kebijakan dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu antara lain;
a. Standar dan sasaran kebijakan
Keberhasilan pelaksanaan kebijakan dari ukuran dan tujuan kebijakan
yang bersifat realistis dengan sosio-kultur pada tingkat pelaksana
kebijakan. Pada saat ukuran dan sasaran kebijakan sangat idealis
(utopis) menyebabkan sulit melaksanakan realisasi. Kebijakan tidak
akan berhasil manakala pelaksana atau implementor tidak menyadari
sepenuhnya standar dan tujuan (Agustino, 2006).
b. Sumber daya
Tercapainya kebijakan tergantung dari kemampuan memanfaatkan
sumber daya yang ada. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai
dengan kualifikasi dan persyaratan pekerjaan. Selain itu juga sumber
daya finansial, dana, insentif, waktu, fasilitas dan sumber daya
komunikasi berperan penting untuk memperlancar administrasi
implementasi kebijakan.
c. Karakteristik organisasi pelaksana
Kemampuan implementasi kebijakan dipengaruhi ciri dan kecocokan
para pelaksana, dibutuhkan kedisiplinan kepatuhan pelaksana terhadap
kebijakan yang dibuat. Karakteristik utama dari birokrasi adalah
prosedur kerja dan fragmentasi. Fragmentasi berasal dari tekanan-
tekanan diluar unit birokrasi, seperti komite legislatif, kelompok
kepentingan, pejabat eksekutif.
d. Sikap para pelaksana
Sikap menerima atau menolak dari pelaksana sangat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi. Kebijakan biasanya bersifat
top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak
mengetahui bahkan tidak menyentuh kebutuhan, keinginan atau
permasalahan yang harus diselesaikan. Ada tiga elemen respon yang
dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
suatu kebijakan antara lain:

Universitas Sriwijaya
19

1. Pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman terhadap kebijakan


2. Arah respon apakah menerima atau menolak
3. Intensitas terhadap kebijakan.
e. Komunikasi antar organisasi
Standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada pelaksana.
Komunikasi dalam rangka penyampaian informasi kepada pelaksana
kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan harus konsisten
dan seragam dari berbagai sumber informasi.
f. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat
menjadi sumber permasalahan dan kegagalan kinerja implementasi,
sehingga perlu upaya menyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang
kondusif.

2.1.5. Pelayanan Gizi


2.1.5.1. Proses Pelayanan Gizi
Gizi merupakan substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Penelitian di bidang gizi mempelajari hubungan
antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, hususnya
dalam menentukan diet yang optimal. Penelitian tentang gizi hanya
terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan kebutuhan
dasar (standar) gizi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan zat gizi atau
disebut dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA) (Indah H,
2015).
Pelayanan gizi dan dietetik yaitu proses pelayanan gizi yang
dilakukan oleh tenaga gizi, terdiri dari pelayanan asuhan gizi dan dietetik
serta asuhan penyelenggaraan makanan sebagai upaya memperbaiki
keadaan gizi pasien yang secara khusus berdampak pada pencegahan,
perlambatan atau pengelolaan penyakit dan atau kondisi kesehatan
(Kemenkes RI, 2013).

Universitas Sriwijaya
20

Tahapan kegiatan dalam proses pelayanan gizi dan dietetik,


sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013);
1. Skrining gizi dilakukan diawal pasien baru masuk 1 x 24 jam oleh
Perawat atau 2 x 24 jam setelah dilakukan oleh Dietisien
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar yang diberikan pada pasien yang
berisiko malnutrisi. Proses ini dilakukan oleh Dietisien dalam
pengkajian asuhan gizi (MNT/NCP (Medical Nutrition
Therapy/Nutritional Care Process).
3. Proses Penyelenggaraan Makanan yaitu rangkaian kegiatan
penyediaan makanan pasien sesuai dengan order diet atau
preskripsi diet hasil kolaborasi nutrisionis / dietisien dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Langkah ini dimulai dari
Penyediaan peraturan pemberian makanan rumah sakit, order diet,
pemesanan bahan makanan, pembelian, penerimaan, pengolahan,
penyimpanan sampai distribusi.
Angka kejadian COVID-19 yang masih tinggi dan resiko penularan
yang tidak diketahui maka dilaksankan protocol kesehatan dengan
menjaga jarak dilingkungan pengolahan baik Dietisien maupun tenaga
pengolahan (pemasak ataupun pramusaji) serta menjaga higien sanitasi
bahan makanan (Kemenkes RI, 2020). Adapun Tahapan Kegiatan
Pelayanan gizi pada masa pandemi dapat dilihat pada Gambar 2.5:

Universitas Sriwijaya
21

Gambar 2.5. Tahapan Kegiatan Pelayanan Gizi COVID-19(Kementerian


Kesehatan RI, PERSAGI, 2020)

Universitas Sriwijaya
22

Penatalaksanaan gizi di masa COVID-19 baik terhadap tenaga


kesehatan maupun pasien menjadi faktor yang mendukung manajemen
pengobatan pada pasien COVID-19 (Cintoni et al., 2020). Tenaga
Kesehatan yang bekerja di ruangan isolasi COVID-19 diberikan makanan
utama dan makanan snack dengan menggunakan alat makan sekali pakai
(disposibble) dan membutuhkan gizi yang cukup sehingga cara ini dapat
membantu menjaga imunitas kesehatan tenaga kesehatan yang bekerja
selama 12 jam di ruang isolasi (Li Xy, 2020).
Dalam merencanakan dukungan gizi pasien, harus
mempertimbangkan keadaan ; rata-rata usia 65 tahun, adanay demam dan
gangguan pernapasan, stress dan penurunan massa otot, adanya penurunan
asupan selama dirawat, dan keadaan malnutrisi yang dapat memperburuk
kondisi pasien (Cintoni, et al, 2020).
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) salah satu kegiatan layanan
wajib sesuai keputusan menteri kesehatan Nomor
1333/Menkes/Sk/XII/1999. PGRS yaitu kegiatan pelayanan gizi di Rumah
Sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, baik rawat inap
maupun rawat jalan. Pelayanan gizi juga ditujukan untuk kepentingan
metabolisme tubuh, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif
maupun promotif. Instalasi gizi mereupakan organ fungsional dalam
jajaran direktorat penunjang dan pendidikan (Aritonang, 2012).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit yaitu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan distribusi dan penyajian
makanan kepada pasien untuk mencapai status gizi optimal dengan cara
pemberian makanan yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
Bentuk sistem penyelenggaraan makanan dapat dilakukan dengan sistem
swakelola atau sistem outsourcing. Sistem swakelola yakni instalasi gizi
bertanggung jawab untuk pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan
makanan. Sisitem ini su,berdaya sangat diperlukan (Kemenkes RI, 2013).

Universitas Sriwijaya
23

Gambar 2.6. Diagram Manajemen Penyelenggaraan Makanan COVID-19


(Kementerian Kesehatan RI, PERSAGI, 2020)

Manajemen instalasi gizi rumah sakit selama pandemi COVID-19


terdiri dari perencanaan menu, kontrol kualitas, manajemen keuangan,
manajemen pribadi, manajemen makanan, manajemen peralatan,

Universitas Sriwijaya
24

manajemen area, dan manajemen material (El-wehedy et al., 2019).


Manajemen terkait kebersihan makanan yang baik sangat penting untuk
memastikan bahwa makanan yang disajikan aman untuk dimakan dan
membantu mencegah keracunan makanan. Kebersihan makanan yang baik
untuk mencegah COVID-19 terdiri dari kebersihan personal, kebersihan
makanan, dan kebersihan dapur (Madi et al., 2020a). Empat hal utama yang
harus diingat untuk kebersihan yang baik adalah pembersihan, memasak,
pendinginan dan kontaminasi silang. Konsep 4 C selama pandemi COVID-
19 yaitu praktik kebersihan yang baik mencegah kontaminasi silang.
Pembersihan efektif pembersihan menghilangkan yang berbahaya dan
menghentikan penyebaran.
Pendinginan yang efektif mencegah perkembangbiakan organisme
berbahaya, dan memasak secara menyeluruh membunuh organisme.
Bersihkan dan disinfeksi area dan peralatan makanan di antara tugas yang
berbeda, terutama setelah menangani makanan mentah. Jika ada tumpahan
makanan di dapur rumah sakit, harus segera dibersihkan dan permukaannya
dibersihkan secara menyeluruh. Disarankan untuk menggunakan produk
pembersih dan disinfeksi yang sesuai untuk pekerjaan tersebut dan ikuti
instruksi dari pabriknya. Tidak disarankan untuk membiarkan sisa makanan
menumpuk (El-wehedy et al., 2019).
2.1.5.2. Mutu Pelayanan Gizi
Mutu pelayanan gizi merupakan bagian dalam prosedur keamanan
dan kebersihan makanan dimana komponen penting dari perawatan gizi
rumah sakit secara menyeluruh. Secara teknis semua aspek penerimaan
makanan dari pertanian dan pabrik hingga penyajian dan penyaluran
makanan. Selama empat belas hari masa pemulihan, pasien membutuhkan
isolasi dan pemantauan kesehatan secara teratur (Mccourt et al., 2019).
Kualitas pelayanan gizi rumah sakit dilihat dari indikator mutu
pelayanan dan standar prosedur operasional dilaksanakan sesuai dengan
standar. Dibawah ini merupakan contoh indikator mutu pelayanan gizi
yaitu: (Kemenkes RI, 2013)

Universitas Sriwijaya
25

1. Perencanaan asuhan gizi sesuai dengan standar pelayanan prosentase


rencana asuhan gizi yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan gizi.
2. Keberhasilan konseling gizi prosentase perubahan sign dan simptoms
dari problem gizi pada kunjungan awal dengan target pada kunjungan-
kunjungan konseling berikutnya.
3. Ketepatan diet yang disajikan prosentase ketepatan diet yang disajikan
sesuai dengan diet order dan rencana asuhan.
4. Ketepatan penyajian makanan prosentase ketepatan dan keakuratan
makanan yang disajikan yang sesuai standar yang disepakati.
5. Ketepatan cita rasa makanan prosentase cita rasa (aroma, suhu,
penampilan, rasa dan tekstur) hidangan yang dapat diterima atau sesuai
dengan dietnya.
6. Sisa makanan pasien prosentase makanan yang dapat dihabiskan dari
satu atau lebih waktu makan.
2.1.5.3. Sisa Makanan
Sisa makanan di rumah sakit mengacu pada makanan yang disajikan
yang tetap tidak dimakan oleh pasien. Di rumah sakit, sekitar 50% di ruanga
rawat inap sebagai penyumbang sisa makanan terbanyak dan disamping itu
juga menyebabkan asupan nutrisi tidak tercapai maksimal. Adanya sisa
makanan yang tinggi ini menyebabkan faktor kepuasan pasien dan menjadi
prioritas dalam manajemen pelayanan rumah sakit (Williams and Walton,
2011).
Bagian bahan makanan yang tidak dikonsumsi oleh keluarga dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu refuse dan waste. Refuse merupakan bagian
makanan yang tidak dapat dimakan misalkan biji, kulit buah, tulang ayam,
bagian yang keras dari sayur- sayuran. Sedangkan waste adalah sisa-sisa
makanan yang sebenarnya dapat dimakan tetapi dibuang oleh responden,
banyaknya sisa ini harus diperhitungkan dalam menentukan banyaknya
konsumsi makanan responden. Sedangkan refuse harus diperhitungkan pada

Universitas Sriwijaya
26

saat mengkonversi dari bentuk bahan makanan ke dalam bentuk zat gizi . Sisa
makanan yaitu jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah
makanan disajikan. Analisa sisa makanan yaitu salah satu cara untuk
melakukan evaluasi pelayanan gizi yang diberikan, terutama pelayanan
makanan (Supariasa, 2002).
Terdapat beberapa masalah terkait penyelenggaraan makanan rumah
sakit dan hal ini berbeda dengan unit lain. Perhitungan sisa makanan pasien
dilakukan dengan penimbangan atau weighing. Salah satu metode dalam
pengukuran asupan makanan yaitu metode comstok atau metode taksiran
visual. Metode comstock yaitu para penaksir (estimator) menaksir secara
visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap golongan makanan atau
jenis hidangan. Prinsipnya yaitu para penaksir (enumerator) menaksir secara
visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap golongan makanan atau
jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa dalam bentuk berat makanan yang
dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam bentuk skor bila menggunakan
skala pengukuran. Metode taksiran visual dengan menggunakan skala
pengukuran (KementerianKesehatanRI, 2013b). Metode comstock dipilih
karena efisiensi waktu dan mudah diterapkan dalam penelitian. Dengan
kriteria nya skor 0 (0%) menandakan semua makanan dihabiskan, skor 1
(25%) bahwa 75% makanan dihabiskan, skor 2 (50%) bila separuh makanan
dihabiskan (50%), skor 3 (75%) menunjukkan hanya 25% makanan
dihabiskan, skor 4 (95%) menunjukkan 5% makanan dihabiskan dan skor 5
(100%) bahwa makanan utuh (Saskia.et.al, 2018)

2.1.5.4. Daya Terima Makanan

Keberhasilan suatu pelayanan gizi antara lain dikaitkan dengan daya


terima pasien terhadap makanan yang disajikan, sebagai salah satu cara
penentuan dari evaluasi yang sederhana dan dapat dipakai sebagai indikator
keberhasilan pelayanan gizi (Uyami.et.al, 2001). Daya terima makanan yaitu
penerimaan terhadap makanan yang disajikan dapat diterima oleh konsumen,
tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan makanan yaitu makanan yang

Universitas Sriwijaya
27

disajikan dapat diterima dan makanan tersebut habis termakan tanpa


meninggalkan sisa makanan. Daya terima sendiri sebagai tolak ukur kepuasan
pasien (Ilham et.al, 2018).
Daya terima makanan yaitu kesanggupan seseorang untuk
menghabiskan makanan yang disajikan. Daya terima makanan digunakan
sebagai indikator keberhasilan dalam penyelenggaraan makanan di rumah
sakit dan standar dalam pencapaian dan pemenuhan standar pelayanan
minimal. Daya terima makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu rasa, aroma, tekstur, variasi, penampilan, penyajian
makanan (Dewi, 2007).

2.1.6. Imunitas Tubuh dan COVID-19


Keparahan COVID-19 banyak dijumpai pada individu -individu yang
sedang atau pernah mempunyai penyakit komorbid seperti riwayat penyakit
diabetes, jantung dan penyakit kronis lainnya. COVID-19 ada yang
simptomatik ada yang asimptomatik. Adanya perbedaan sisitem imun
dimana pada usia dewasa muda, sistem imun lebih kuat daripada usia lanjut
(WHO, 2019). Penyakit akibat virus yaitu self-limiting disease yang
mengandalkan kekuatan pertahanan tubuh, sehingga saat ini dibutuhkan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah tertularnya infeksi
virus, dan apabila tertular tubuh dapat kuat melawannya (WHO, 2019).
Sistem imun yaitu sistem daya tahan tubuh terhadap serangan
substansi asing yang terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut dapat
berasal dari luar maupun dalam tubuh sendiri. Contoh substansi asing yang
berasal dari luar tubuh (eksogen) yaitu bakteri, virus, parasit, jamur, debu
dan serbuk sari. Sedangkan substansi asing dari dalam tubuh dapat berupa
sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Substansi asing
tersebut disebut immunogen atau antigen (Abbas A, et al, 2018). Sel tubuh
yang bertugas dalam sistem imun yaitu kelompok sel darah putih (leukosit).
Sel APC yaitu sel yang bertugas mengenali dan mengolah immunogen,
kemudian diserahkan ke sel yang berperan merespon imun adaptif.

Universitas Sriwijaya
28

Sedangkan sel NK (natural killer) memiliki peran dalam respon imun alami.
Kelompok sel kedua yaitu sel yang berperan dalam respon imun adaptif, yaitu
sel limfosit (yang menghasilkan antibodi) dan sel limposit T yang berhasil
menghasilkan sitokin. Sitokin akan mengaktifkan sel-sel yang berperan
dalam sistem imun untuk lebih aktif dalam mempertahankan tubuh terhadap
serangan mikroba yang sifat infektifnya tinggi, seperti bakteri gram negatif,
positif dan virus (Abbas A, et al, 2018).
Adapun faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh yaitu
lingkungan memiliki peranan sangat penting terhadap berkembangnya
komponen sistem imun (Infusino, et.al, 2020), yang kedua yaitu makanan
yang bergizi seimbang, beragam seperti biji-bijian, kacangan, buah dan syaur
serta makanan sumber hewani, yang ketiga yaitu faktor usia sangat
berpengaruh pada kemampuan sistem imun, imunitas akan berada pada
puncaknya ketika usia dewasa. Faktor keempat yaitu kondisi kesehatan
apakah memiliki penyakit infeksi atau tidak serta faktor yang terakhir yaitu
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kemampuan sistem imun
seperti golongan kortikosteroid. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bakteri,
virus akan menyebabkan infeksi bila bakteri dan virus tersebut melakukan
kontak tubuh, misalnya melalui kulit, mata, saluran pencernaan maupun
saluran kemih. Bila kulit dalam kondisi baik bakteri maupun virus akan sulit
masuk, tetapi bila terdapat luka akan mudah terinfeksi. Penggunaan masker
untuk menutup saluran nafas (mulut dan hidung) akan membantu mencegah
infeksi virus yang datang melalui udara.

2.1.7. Hubungan antara Gizi dan Penyakit Infeksi


COVID-19 ataupun penyakit infeksi mempunyai kaitan erat dengan
zat gizi. Makanan penting untuk menjaga sistem imun. Apabila mempunyai
status gizi buruk atau kekurangan gizi maka status sistem imun akan kurang
optimal. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pelayanan makanan yang tidak baik
atau sanitasi higien yang kurang. Hubungan gizi dan infeksi dapat dikaitkan
dengan terjadinya malnutrisi. Seseorang dengan status gizi malnutrisi

Universitas Sriwijaya
29

otomatis akan sangat cepat mengalami penyakit yang infeksi. Jika seseorang
mengalami kondisi sistem imun yang deficiency atau memang dari bawaan
seseorang tersebut mengalami immune deficiency, hal ini juga dapat
mempercepat timbulnya penyakit infeksi. Untuk obesitas atau kelebihan gizi,
juga mengalami peradangan akibatnya sangat mudah menjadi faktor
terpaparnya infeksi. Obesitas berkaitan dengan gangguan sistem metabolik
sindrom seperti diabetes melitus, penyakit degenaratif lain menjadikan status
gizi obesitas tergolong orang yang rawan terhadap penyakit infeksi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
melawan infeksi dan berakibat malnutrisi yaitu:
a) Penurunan Absorpsi
Masalah ini dikaitkan jika terjadi infeksi pada saluran pencernaan
terganggu atau asupan makanan yang berkurang, dapat menurunkan
ketahanan tubuh yang berakibat terjadinya malnutrisi.
b) Pemahaman
Lingkungan masyarakat masih banyak yang mempunyai pola pemikiran
yang salah terhadap makanan yang kita berikan atau menolak, contohnya
beberapa masyarakat menolak terhadap makanan dengan protein yang
tinggi. Hal ini dapat menghambat proses perbaikan status gizi dalam
upaya pencegahan penyakit infeksi tersebut. Hal ini juga menjadi bagian
tugas para tenaga gizi dilapangan untuk menjelaskan kepada masyarakat.
c) Anorexia
d) Gangguan metabolik
e) Kurangnya asupan vitamin dan mineral
Mendukung masyarakat yang rentan untuk mengakses makanan bergizi baik
di perkotaan maupun pedesaan. Ini berlaku untuk rumah tangga yang tidak
mampu membeli makanan bergizi karena kehilangan pekerjaan dan / atau
mata pencaharian.
a) Dukungan dapat diberikan melalui perlindungan sosial dan program
kemasyarakatan. Penyediaan mikronutrien makanan pokok yang

Universitas Sriwijaya
30

diperkaya harus dilanjutkan, sedangkan makanan yang tinggi lemak,


garam dan gula harus dihindari.
b) Mendukung pergerakan rantai pasokan makanan dan mengurangi
kerugian dan pemborosan melalui penyediaan produktivitas
meningkatkan jaring pengaman dan mengurangi tanaman pasca panen
dan kehilangan penyimpanan untuk meningkatkan stok pangan.
c) Menghapus hambatan untuk perdagangan domestik untuk
memungkinkan menghubungkan petani kecil ke pasar.
d) Memberikan informasi yang akurat tentang bagaimana menjaga pola
makan yang sehat untuk semua, dan khususnya anak-anak, wanita
hamil dan wanita menyusui, orang tua dan orang sakit. Informasi
tersebut harus dipromosikan secara luas dan dikomunikasikan, dengan
fokus pada saluran multi-media.
e) Mengkonsumsi makanan sehat berdasarkan rekomendasi WHO dan
pedoman diet nasional yaitu cara penting untuk menjaga dan
meningkatkan kekebalan dan kesehatan jangka panjang (WHO, 2019).
Pola makan yang sehat berarti mengonsumsi makanan yang seimbang,
beragam, bergizi, termasuk biji-bijian, polong-polongan, buah-buahan,
sayuran, dan makanan hewani. Tidak ada bukti makanan atau suplemen
makanan tertentu dapat melindungi dari COVID-19 tetapi zat gizi mikro
tertentu dapat berkontribusi pada sistem kekebalan yang berfungsi
dengan baik (FAO, 2020).
f) Menghindari makanan tinggi lemak, garam dan gula (makanan HFSS)
berkontribusi untuk menjaga pola makan yang sehat, mencegah
kelebihan berat badan dan risiko penyakit tidak menular (WHO, 2020).
g) Tidak ada bukti hingga saat ini bahwa virus corona penyebab COVID-19
dapat ditularkan melalui makanan atau kemasan makanan. Aman untuk
mengkonsumsi makanan pokok, buah-buahan, sayuran, produk susu,
kacang-kacangan, daging, ikan dan telur sambil mempraktikkan

Universitas Sriwijaya
31

langkah-langkah keamanan makanan yang biasa dan menerapkan


prinsip-prinsip kebersihan makanan (WHO, 2020).
h) Promosikan standar kebersihan makanan termasuk mencuci tangan
dengan sabun sebelum persiapan dan penanganan makanan.
Mempromosikan dan mengkomunikasikan faktor gaya hidup utama
yang penting untuk menjaga kesejahteraan dan sistem kekebalan tubuh
yang sehat. Ini termasuk untuk tidak merokok dan konsumsi alkohol
berlebih, berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup (WHO,
2020).
Pedoman ESPEN tentang nutrisi klinis pada perawatan intensif
memberikan rekomendasi makanan parenteral, enteral di rumah sakit
(Chinese Medical Association, 2020). Negara Tiongkok saat ini
memberikan dukungan nutrisi dengan mengkombinasikan dengan nutrisi
suplemen untuk semua pasien COVID-19 yang diberikan makanan secara
oral, sedangkan yang tidak bisa makan didukung dengan makanan
parenteral tinggi protein glukosa rendah, dukungan nutrisi dianggap sebagai
pengobatan dasar dan bagian dari manajemen multidisiplin untuk SARS-
CoV-2 yang bergejala (Li Xy, 2020).
Macam bahan untuk meningkatkan sistem imun yaitu :
1) Vitamin C
Studi pada pasien sehat, pemberian Vitamin C memperbaiki
beberapa komponen dari parameter imunitas manusia, seperti aktivitas
antimikroba dan sel NK dan perbanyakan sel limfosit. Vitamin C
membantu sel imun untuk pindah menuju tempat infeksi untuk
membunuh mikroba. Saat yang sama vitamin C juga menjaga jaringan
inang dari kerusakan yang berlebihan akibat meningkatnya matinya sel
imun neutrophil dan aktivitas makrofag. Sehingga vitamin C diperlukan
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempertahankan
respon yang memadai terhadap pathogen serta menghindari kerusakan
yang berlebihan pada inang (Carr, et al, 2017). Dosis vitamin C per hari

Universitas Sriwijaya
32

yang direkomendasikan untuk dewasa yaitu 75-90 mg dan pada perokok


ditambah 35 mg. Vitamin C aman dikonsumsi bila dosis nya cukup.
Namun terdapat efek samping yang muncul seperti mual, muntah,
insomnia dan sakit kepala (Carr, et al, 2017).

2) Vitamin D
Vitamin D berperan dalam mengatur perbanyakan sel,
mengontrol proses dan fungsi sel limfosit. Vitamin D mendukung
aktivasi imunitas antibakteri dan antivirus. Pada kasus kekurangan
vitamin D kadar sitokin pro peradangan meningkat dan mengurangi
efektivitas respon imun terhadap infeksi secara signifikan
(Iruretagoyena, et al, 2015). Dosis yang direkomendasikan untuk vitamin
D per hari yaitu 15 mcg (600 IU) untuk kelompok umur 18-70 tahun dan
untuk >71 tahun yaitu 20 mcg (800 IU). Dosis terbesar untuk dikonsumsi
100 mcg (4000 IU) per hari. Beberapa efek samping yang mungkin
muncul penggunaan berlebih yaitu batuk, kesulitan menelan dan pusing.

3) Vitamin E
Vitamin E mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat
menetralkan molekul yang tidak stabil yang dapat merusak sel. Vitamin
E dapat melindungi vitamin A dan beberapa lipid dari kerusakan.
Vitamin E dapat meningkatkan pembentukan sel limfosit T naif dan
mengawali sinyal aktivasi sel T, serta memodulasi keseimbangan
Th1/Th2 ((Lee, G.Y, et al, 2018). Dosis vitamin E yang direkomendasikan
yaitu 15 mg/hari (22 IU dari vitamin E alami atau 33 IU dari vitamin E
sintesis). Dosis tertinggi yang dapat dikonsumsi yaitu 1000 mg (1500 IU
dari vitamin E alami atau 2200 IU dari vitamin E sintesis). Efek samping
penggunaan vitamin E dengan dosis >400 IU/hari jangka Panjang
menyebabkan diare, pusing, sakit kepala, mual dan kram perut.
4) Zinc

Universitas Sriwijaya
33

Zinc membantu banyak enzim, protein dan membentuk sel baru.


Zinc juga melepaskan vitamin A dari penyimpanan di hati. Apabila
diminum dengan antioksidan, zinc dapat menghambat progresi
degenerasi karena penuaan. Zinc diperlukan sebagai ion katalitik,
struktur dan pengatur untuk enzim, protein dan factor transkripsi. Oleh
sebab itu, zinc yaitu elemen yang utama dalam beberapa mekanisme
homeostatis tubuh, termasuk respon imun (Ferencik, M.,2003). Dosis
zinc yang direkomendasikan yaitu 8-11 mg/hari. Dalam dosis besar
dapat menyebabkan diare, kram perut dan muntah selama 3-10 jam
dari pemakaian.
2) Selenium
Selenium bersifat sebagai antioksidan yang dapat menetralkan
molekul yang tidak stabil yang dapat merusak sel. Selenium juga dapat
meregulasi aktivitas hormon tiroid, dan dibutuhkan untuk membantu
fungsi neutrophil, makrofag, sel NK, sel limfosit T, dan mekanisme imun
yang lain. Asupan selenium yang meningkat dapat dikaitkan dengan
pengurangan resiko kanker dan dapat meringankan kondisi patologis
yang lain, termasuk stress oksidatif dan peradangan (Ferencik, 2003).
Dosis yang direkomendasikan yaitu 55 mcg dengan batas tertinggi yaitu
400 mcg. Gejala efek samping pada overdosis selenium yaitu diare, bau
mulut dan keringat seperti bawang putih, kerontokan rambut, mual dan
muntah.
3) Herbal Echinacea
Tumbuhan genus Echinacea sudah digunakan masyarakat
Amerika Utara sebelum sampai ke Eropa dan benua lain. Secara
tradisional tumbuhan ini digunakan untuk pengobatan dan pencegahan
terhadap berbagai penyakit, termasuk infeksi saluran pernapasan, flu,
bronchitis, sakit gigi, serangga, alergi dan infeksi lain. Terdapat
mekanisme imunostimulan yang diaktivasi dengan pemberian

Universitas Sriwijaya
34

Echinacea. Salah satu yang berkaitan dengan penyakit COVID-19 yaitu


kemampuan menurunkan sitokin IL-6. IL-6 yaitusalah satu sitokin yang
merugikan dalam patogenisitas infeksi virus SARS-Cov-2. Walaupun
efeknya spesifik pada infeksi virus tersebut belum jelas, namun dari
penelitian sebelumnya secara umum Echinacea mampu menekan
ekspresi IL-6 dalam beberapa model penelitian (Park, S, et al., 2018).
4) Propolis
Propolis yaitu produk dari lebah madu yang sering disebut
sebagai lem lebah karena digunakan oleh lebah dalam pembuatan
sarang. Propolis yaitukombinasi lilin lebah dan air liur yang yaitu sistem
pertahanan yang dibangun oleh lebah. Propolis telah banyak diteliti
manfaatnya untuk Kesehatan, salah satunya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh (immunostimulan) (Braakhuis, A., 2019). Senyawa
yang terdapat dalam propolis yaitu senyawa asam fenolik, flavonoid,
terpenoid, lignan, senyawa aromatik, asam amino, asam lemak, vitamin
dan mineral. Namun dari beberapa senyawa aktivitas biologis dari
propolis lebih mengarah pada kandungan senyawa flavonoid dan
fenolik yang cukup tinggi. Berkaitan dengan potensi propolis dalam
mencegah infeksi SARS-Cov-2), maka propolis mempunyai beberapa
aktivitas yang relevan yaitu aktivitas imunostimulan, aktivitas antivirus
dengan mencegah replikasi beberapa virus, kemudian propolis juga
sebagai agen antiimflamasi. Selain itu uji klinik dari propolis yang
dikombinasikan dengan Echinacea dan vitamin C mampu mempercepat
kesembuhan pada anak-anak yang mengalami infeksi saluran
pernapasan.
5) Empon-empon (Kurkumin)
Indonesia kaya akan tumbuhan obat, terutama empon-empon
(tumbuhan keluarga Zingiberaceae) yang bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Beberapa empon-empon yang paling

Universitas Sriwijaya
35

umum digunakan dalam pengobatan tradisional Indonesia yaitu kunyit,


temulawak dan jahe. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi COVID-19. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan kurkumin pada manusia yaitu ketersediaan hayatinya yang
rendah, sehingga perlu studi penyesuaian dosis untuk mencapai dosis
yang tepat (HSU, CH, et al, 2003).
6) Meniran
Meniran (Phyllantus niruri) merupakan tanaman tumbuh di
Indonesia dan dimanfaatkan sebagai jamu (Indonesia) maupun di negara
lain, seperti India (Ayurveda). Secara empiris meniran digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk membantu pengobatan hati, sedangkan di
Malaysia digunakan untuk pengobatan diare, penyakit ginjal, dan batuk.
Beberapa penelitian menunjukkan efek imunostimulan dari meniran baik
spesifik maupun non spesifik. Selain meningkatkan respon imun humoral
dan seluler, ekstrak dan senyawa filantin dalam meniran mampu
menghambat migrasi leukosit yang penting untuk meredakan proses
inflamasi (Sarisetyaningtyas, 2016).

2.1.8. Proses Pelayanan dan Perencanaan Gizi pada Pasien COVID-19


Dietisien/Nutrisionis memiliki bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam sistem pelayanan kesehatan, dan bertanggung jawab untuk menilai
kebutuhan gizi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Namun,
salah satu praktiknya tantangan manajemen gizi dengan COVID-19 adalah
kurangnya pedoman yang jelas, karena coronavirus yang muncul dan
dampaknya terhadap kesehatan terus berkembang (clinical nutrition., 2020).
Meskipun Penatalaksanaan gizi penyakit COVID-19 pada prinsipnya sama
dengan pasien rawat inap atau pasien di unit perawatan intensif (ICU)
(Singer et al., 2019), penerapan pedoman gizi pada praktik klinisnya
menjadi tantangan besar dalam pandemi ini akibat penyakit menular
(Thibault et al., 2021). Misalnya, ahli gizi mungkin tidak diizinkan untuk
bertemu pasien atau melakukan penilaian gizi karena risiko tertular atau

Universitas Sriwijaya
36

menular COVID-19. Seringkali, beberapa instrumen untuk mengevaluasi


status gizi tidak siap tersedia di sebagian besar pengaturan yang
didedikasikan untuk pasien COVID-19. Seharusnya mengandalkan pada
tindakan cepat/alternatif (Azzolino et al., 2021). Keadaan ini petugas
kesehatan mengalami gejala psikologis (misalnya, depresi, kecemasan, dan
insomnia), dan ini juga dapat mempengaruhi motivasi mereka untuk
menerapkan pedoman gizi (Lai et al., 2020).
Pemberian intervensi gizi dimulai pada pengkajian yaitu dengan
menilai kesiapan fungsi saluran cerna, resiko aspirasi, dan selanjutnya
memberikan dukungan gizi dalam bentuk makanan enteral sesuai kebutuhan
dan kondisi klinis pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan gizi pada pasien COVID-19 adalah:
1. Pemberian dukungan gizi pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan
diberikan secara oral agar dapat menjaga fungsi saluran cerna dan
memelihara flora mikro ekologi saluran cerna.
2. Pemberian dukungan gizi untuk pasien COVID-19 dalam keadaan sakit
berat, kritis dan memiliki masalah gastrointestinal salah satunya
melalui NGT.
3. Pemilihan formula dukungan gizi enteral disesuaikan dengan keadaan
diet pasien.
4. Pemberian nutrisi enteral / parenteral dimulai dengan dosis rendah lalu
meningkat secara bertahap
Menurut Asosiasi Parenteral Enteral Amerika Serikat (ASPEN)
langkah yang harus dilakukan pada pasien di rumah sakit yaitu: (Madi et al.,
2020b):
1. Untuk mengetahui status gizi, Dietisien bekerja smaa dengan tim
multidisiplin melakukan skrining gizi. Jika pasien dirawat di ICU dengan
asupan makanan yang cukup yang berarti Dietisien perlu skrining ulang
menggunakan (skor NUTRIC atau NRS 2002) dalam 3-5 hari. Jika pasien
dirawat di ICU dengan tidak memadai asupan makanan yang berarti ahli

Universitas Sriwijaya
37

gizi perlu menentukan risiko gizi menggunakan (skor NUTRIC atau NRS
2002).
2. Langkah kedua untuk pasien tidak memiliki risiko gizi tinggi atau kurang
gizi terapi gizi khusus tidak diperlukan dan skrining ulang dalam 2-3 hari
jika tetap di ICU. Jika pasien berisiko tinggi gizi atau kurang gizi ahli gizi
perlu memeriksa apakah nutrisi enteral dini layak. Jika nutrisi enteral dini
tidak layak, ahli gizi harus memulai Parenteral Nutrition sedini mungkin.
Jika nutrisi enteral dini layak; ahli gizi perlu memeriksa apakah pasien
stabil secara hemodinamik. Jika pasien tidak hemodinamik stabil, ahli gizi
harus menahan makanan enteral sampai pasien diresusitasi sepenuhnya
dan/atau stabil.
Pada pasien hemodinamik stabil, ahli diet dapat Mulai Enteral
Nutrition dan dilanjutkan selama 24-48 jam (tujuan >80% dari perkiraan
kebutuhan energi / protein dalam 48-72 jam) Jumlah minimum cairan
untuk sakit kritis pasien diatur untuk memenuhi kebutuhan nutrisi terutama
setiap kenaikan suhu tubuh 1°C diperlukan tambahan 3 ~ 5 mL/kg
(dihitung sebagai 4 ml/kg). Sebagian besar pasien krisis memiliki edema
paru dan penumpukan cairan. Selain itu menjaga keseimbangan cairan,
lebih penting untuh mencegah terjadinya kelebihan cairan terutama pada
intravena.
Pasien terinfeksi COVID-19 membutuhkan tambahan vitamin
antioksidan seperti seperti vitamin B1, vitamin C, selenium, seng, sebagai
standar yang direkomendasikan. Disarankan dimulai dengan diet kalori
dengan protein cukup di minggu pertama hari rawat (Kim, Min and Huh,
2018). Anjuran untuk menggunakan 0,2 kkal/kg/hari atau perkiraan 80%
kebutuhan energi, 1,2 g protein/kg/hari. Batasi emulsi lemak intravena
berbasis minyak kedelai selama minggu pertama hingga maksimum 100
g/minggu. Target kadar glukosa harus 140-180 mg/dL. Disarankan bahwa
suplementasi glutamin parenteral tidakrutin digunakan. Nutrisi parenteral
standar yang tersedia secara komersial formulasi tidak memiliki
keunggulan dibandingkan dengan campuran nutrisi parenteral majemuk.

Universitas Sriwijaya
38

Disarankan untuk mengurangi Energi nutrisi parenteral saat toleransi


nutrisi enteral meningkat; hentikan makanan parenteral ketika pasien
menerima > 60% energi target target persyaratan dari nutrisi enteral (Arkin
et al., 2020).
2.1.9. Rumah Sakit Rujukan COVID-19
Pandemi COVID-19 ditetapkan sebagai kegawatdaruratan atau
bencana nasional di awal tahun di Indonesia. Pemerintah memberlakukan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 414/Menkes/SK/IV/2007 tentang
100 rumah sakit rujukan yang beberapa tahun lalu disiapkan oleh
pemerintah untuk pasien Flu Burung. Namun pada bulan Maret 2020,
keputusan tersebut dibatalkan dan diganti dengan Keputusan Menteri
Kesehatan mengenai rumah sakit rujukan COVID-19. Saat ini terdaftar
sebanyak 132 rumah sakit sebagai salah satu upaya penanggulangan
penyebaran coronavirus di Indonesia. Rumah sakit yang ditunjuk yaitu
RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat), RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit TNI dan Polri serta Rumah Sakit Swasta yang ditunjuk oleh
Pemerintah Daerah. Dalam kaitan tersebut pelayanan Gizi dan Dietetik
sebagai bagian integral dari pelayanan rumah sakit harus disiapkan sesuai
dengan situasi dan kondisi darurat.
a. Kriteria Rumah Sakit Rujukan COVID-19
Rumah sakit yang dijadikan rujukan umumnya harus mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Menyediakan IGD khusus COVID-19
2. Menjalankan Triase COVID-19
Pasien dengan kasus suspek harus menjalani RT-PCR. Setelah hasil
RT-PCR keluar akan diklasifikasi menjadi kasus ringan, sedang, dan
berat. Pada kasus ringan pasien akan isolasi mandiri di rumah. Kasus
sedang akan dirawat di rumah sakit darurat, seperti RS Darurat Wisma
Atlet. Sedangkan kasus berat akan dirawat di rumah sakit rujukan.

Universitas Sriwijaya
39

Adapun distribusi jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah


sakit rujukan COVID-19 di kota Palembang per tanggal 5 Oktober
tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 2.7. yaitu :

Gambar. 2.7. Distribusi Jumlah Pasien COVID-19 yang dirawat


di RS Rujukan

Kasus probabel yaitu kasus suspek dengan gejala ISPA


berat/meninggal dengan diagnosis klinis yang mengarah COVID-19
dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus
konfirmasi yaitu seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi
coronavirus yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-
PCR.

Universitas Sriwijaya
40

a. Ruang perawatan khusus COVID-19 (ruang isolasi)


b. Jumlah dokter yang mencukupi
c. Jumlah perawat yang memadai
d. Ruang ganti baju untuk dokter dan perawat
e. Menyediakan APD full cover: baju hazmat, goggle, sepatu boot,
nurse cap, dan masker N-95
b. Kegiatan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Darurat
Pelayanan asuhan gizi dan dietetik merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh nutrisionis dan dietisien yang mengacu pada International Dietetic
and Nutrition Terminology yang disusun oleh Academy of Nutrition
and Dietetic (AND). Langkah Langkah Asuhan Gizi meliputi:
a) Pengkajian Gizi : Diambil dari data sekunder ( data yang
tertera dalam rekam medik)
b) Diagnosis gizi
c) Intervensi Gizi
1. Pemberian makanan dan zat gizi, termasuk modifikasi
dalam bentuk,volume, komposisi energi dan zat gizi serta
2. waktu pemberian,
3. Edukasi Gizi : dilakukan secara virtual
4. Konseling Gizi : dilakuan secara virtual
5. Koordinasi asuhan
d) Monitoring dan Evaluasi
a. Asupan makanan dan daya terima
b. Status gizi (Antropometri)
c. Fisik
d. Biokimia (bila ada penyakit penyerta, dll)
Proses penyediaan makanan pada pasien diawali dari
preskripsi/order diet yang dibuat DPJP atau Dietisien sesuai dengan
hasil pengkajian gizi yang dituangkan dalam Daftar Permintaan
Makanan Pasien untuk selanjutnya disampaikan ke Instalasi Gizi/Unit

Universitas Sriwijaya
41

Produksi Makanan untuk diproses dan disiapkan. Selama proses


produksi makanan diperhatikan prinsip higiene dan sanitasi makanan
untuk meminimalkan resiko kontaminasi pada makanan dengan
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Pada saat
pendistribusian atau penyajian makanan, Nutrisionis/Dietisien perlu
melakukan pengawasan dan pengendalian agar pemberian makanan
kepada pasien sesuai dengan order diet yang diminta sehingga
ketepatan diet, ketepatan waktu dan kualitas makanan dapat terjaga.
Petugas Distribusi makanan menyiapkan makanan pada alat saji
disposable sesuai identitas pasien (nama, tanggal lahir dan jenis diet)
(Kementerian Kesehatan RI, 2013b).

Universitas Sriwijaya
42

2.2. Kerangka Teori

RS Rujukan COVID-19

Pasien Screening
SOP (Standar Operasional
Prosedur)

Kebijakan Pemerintah Direktorat Standar Diet


Jenderal Pencegahan dan Standar Menu
Pengendalian Coronavirus No
HK.0107/MENKES/169/2020 dan Mutu Pelayanan Gizi
Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik Daya Terima
di RS Darurat

Implementasi

Komunikasi antar
organisasi dan
pelaksana kegiatan

Standar dan
sasaran

Karakteristik Sikap Kinerja


badan pelaksana kebijakan
SDM pelaksana

Lingkungan
sosial, ekonomi,
Berdasarkan landasan teori diatas maka yang mempengaruhi keberhasilan
politik
implementasi kebijakan pelayanan gizi pada unit instalasi gizi rumah sakit rujukan

Universitas Sriwijaya
43

COVID-19 di kota Palembang yaitu komunikasi, sumber daya, lingkungan


ekonomi, sosial, politik, karakteristik, ukuran dan tujuan kebijakan serta sikap
pelaksana. Keberhasilan implementasi pada pelayanan gizi akan menghasilkan
pelayanan gizi yang optimal sesuai dengan tujuan dari pelayanan instalasi gizi yaitu
memberikan pelayanan yang berkualitas dalam rangka proses kesembuhan pasien.
Keenam variabel tersebut mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain dalam
mencapai tujuan kebijakan, yang dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

a. Standar dan sasaran


kebijakan
b. Sumber Daya
1) SDM
2) Anggaran
3) Fasilitas
c. Karakteristik Organisasi
pelaksana
d. Sikap para pelaksana Implementasi Kebijakan
e. Komunikasi antar organisasi Pelayanan Gizi RS
terkait Rujukan COVID-19
f. Lingkungan sosial, ekonomi
dan politik.

Efektivitas Kesembuhan
Pasien

Gambar 2.9. Kerangka Pikir Penelitian

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik
Responden

Jenis Kelamin
Umur
Lama hari rawat Universitas Sriwijaya
Status Gizi
Jenis Diet
Komorbid
Pendidikan
44

Daya Sisa Hasil


Terima Makanan imunologi
Makanan Pasien baik
Pasien

Implementasi
Kebijakan Efektivitas Kesembuhan
Tentang Pasien
Pelayanan Gizi
RS Rujukan
COVID-19

Gambar 2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas
Variabel antara diteliti
Variabel antara tidak diteliti
Variabel terikat

2.4. Hipotesis

H1 : Terdapat hubungan karakteristik responden (umur, jenis kelamin,


pendidikan, lama rawat, status gizi dengan kesembuhan pasien
COVID-19.
H2 : Terdapat hubungan sisa makanan dengan kesembuhan pasien
COVID-19.
H3 : Terdapat hubungan daya terima makanan (aroma, rasa, tekstur,
warna, penyajian, penampilan) dengan kesembuhan pasien
COVID-19.

Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan dengan
pendekatan Mixed Methods yaitu pencampuran kuantitatif dan kualitatif dengan
desain studi cross sectional. Metode penelitian ini dilakukan sebagai kombinasi.
Mix Methods sebagai third methodological movement yang berkembang sejak tahun
1980-an dimana para peneliti menyadari diperlukan terobosan untuk menjawab
berbagai masalah yang lebih kompleks (Tashakkori & Teddlie, 2003 cit. Creswell
& Clark, 2011). Penelitian ini menggunakan metode mixed methods, merupakan
suatu langkah penelitian menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada
sebelumnya, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell
(1999), penelitian campuran yaitu pendekatan penelitian yang mengkombinasikan
antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kombinasi (mixed methods) yaitu suatu metode penelitian yang mengkombinasikan
atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk
digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga
diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif (Creswell,
1999).
Desain metode campuran dapat dibagi menjadi dua kategori: penelitian Mix
model research (model campuran) dan mix methods research (penelitian metode
campuran) (Jennifer and Aine, 2007).
Mix Model research (penelitian model campuran) melibatkan proyek
kualitatif dan kuantitatif yang dicampur lebih dari pada tahap penelitian
(pertanyaan, metode penelitian, pengumpulan data dan analisis data, dan proses
interpretasi atau inferensi (Teddie and Tashakkori, 2003).
Mix Methods research (penelitian metode campuran) melibatkan
pengumpulan atau analisis data kuantitatif dan/atau kualitatif dalam satu studi di
mana data dikumpulkan secara bersamaan atau berurutan dan hanya data yang

45 Universitas Sriwijaya
46

terintegrasi pada satu atau lebih tahap dalam proses penelitian (Teddie and
Tashakkori, 2003).
Pada model konvergensi (concurrent), peneliti mengumpulkan data
kualitatif dan kuantitatif dan kemudian memeriksa kedua data untuk menentukan
temuan studi.

Pengumpulan dan
Analisis Data
Kuantitatif

Kuantitatif Kuantitatif
dan dan
Kualitatif Kualitatif

Pengumpulan dan
Analisis Data

Gambar 3.1. Model mixed methods concurrent/parallel design (Creswell,


1999)
Menurut Sugiyono, 2020, Jenis desain penelitian pada penelitian mixed
methods dibagi menjadi tiga, yaitu sequential explanatory designs, sequential
exploratory designs, dan concurrent triangulation designs (Sugiyono, 2020).
1. Sequential explanatory designs, yaitu pengumpulan data kuantitatif dan
kualitatif dilaksanakan dalam dua tahap, dengan penekanan utama pada metode
kuantitatif.
2. Sequential exploratory designs, yaitu pengumpulan data kualitatif dilakukan
pertama kali dan dianalisis, kemudian data kuantitatif dikumpulkan dan
dianalisis. Jenis sequential exploratory lebih menekankan pada kualitatif.
3. Concurrent Mixed Methods, merupakan prosedur penelitian dimana peneliti
menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh analisis yang
komprehensif untuk menjawab masalah penelitian.

Universitas Sriwijaya
47

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu concurrent


Mixed Methods, dalam model ini terdapat tiga model yaitu Concurrent
Triangulation strategy; Concurrent embedded strategy; dan Concurrent
transformative strategy.
Concurrent Embedded strategy merupakan metode penelitian yang
mengkombinasikan penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama
(atau sebaliknya) tetapi bobot metodenya berbeda. Pada metode ini ada yang primer
dan sekunder. Metode primer digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan
metode sekunder digunakan untuk memperoleh data guna mendukung data yang
diperoleh dari metode primer (Sugiyono, 2020).
Adapun pembagian variabel yang termasuk metode kuantitatif dan kualitatif
adalah sebagai berikut:
1. Metode Kuantitatif
variabel yang termasuk kedalam metode kuantitatif antara lain variabel :
Variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, lama rawat, status gizi, jenis diet,
sisa makanan, daya terima makanan (aroma, rasa, tekstur, warna,
penampilan, penyajian).
2. Metode Kualitatif
Variabel yang termasuk data kualitatif yaitu variabel implementasi kebijakan
pelayanan gizi yang terdiri dari variabel standard an sasaran kebijakan,
sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar
pelaksana, sikap para pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi dna politik.
Adapun langkah-langkah penelitian kombinasi model concurrent dapat
dilihat pada gambar 3.1. Pada gambar tersebut metode penelitian berawal dari
rumusan masalah kualitatif atau kuantitatif. Rumusan masalah kualitatif adalah
pertanyaan penelitian yang memerlukan jawaban dengan data kualitatif, dan
rumusan masalah kuantitatif adalah pertanyaan penelitian yang memerlukan data
kuantitatif. Data kualitatif yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif, dan data
kuantitatif selanjutnya dianalisis lagi dengan meta analisis (analisis data hasil
penelitian kualitatif dan kuantitatif atau sebaliknya) untuk dapat dikelompokkan,

Universitas Sriwijaya
48

dibedakan, dan dicari hubungan satu data dengan data yang lain, sehingga apakah
kedua data saling melengkapi, memperkuat, memperluas, memperdalam atau
bertentangan (Sugiyono, 2020).

Masalah kualitatif Masalah yang sejenis Masalah kuantitatif

Memperkuat Landasan Teori


peneliti sebagai
human instrument
Rumusan Hipotesis

Pengumpulan Sampel Sumber Pengumpulan Data


Data Kualitatif Data Kuantitatif

Analisis Data Analisis Data


Kualitatif Kuantitatif

Analisis kombinasi

Kesimpulan : Saling melengkapi,


memperkuat, mempertajam, bertentangan

Gambar 3.2. Metode Kombinasi Concurrent Triangulation


(Sugiyono, 2020)

Universitas Sriwijaya
49

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Rujukan COVID-19
di Kota Palembang yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah, Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI, Rumah Sakit Charitas Hospital, Rumah Sakit Umum Pusat Moehammad
Hoesin.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 s.d. bulan
Mei 2021.
3.3. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian yaitu sebanyak 15 unit instalasi gizi rumah sakit rujukan
COVID-19 di Kota Palembang, kemudian diambil 30% secara purposive sampling
dimana rumah sakit diambil yang mempunyai jumlah pasien terbanyak yaitu terdiri
dari rumah sakit rujukan COVID-19, yaitu Rumah Sakit Mohammad Hoesin,
RSUD Siti Fatimah, RSUD Palembang BARI, Rumah Sakit Pertamina Plaju,
Rumah Sakit Charitas, Rumah Sakit Pelabuhan, Rumah Sakit AK. Gani, Rumah
Sakit Siloam, Rumah Sakit Myria, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit
Muhammadiyah, RS Pusri, RS Paru, RS Bunda dan RS Hermina.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan subjek dilakukan dengan pertimbangan peneliti dimana unsur yang
dikehendaki terdapat dalam subjek penelitian. Subjek penelitian diambil secara
proporsional yaitu 30% dari jumlah populasi sehingga didapatkan jumlah rumah
sakit sebanyak 5 rumah sakit rujukan dengan menggunakan sampel penelitian
kuantitatif dengan perhitungan besar sampel menggunakan rumus Lemeshow pada
design study cross sectional dengan populasi tidak diketahui (Lemeshow, et.al.
1990):

Universitas Sriwijaya
50

𝑍2 á.𝑃
(1−𝑃)
1− .
2
𝑛=
𝑑2

(1,96)2 . (0,25)
𝑛=
(0,1)2

𝑛 = 96

Keterangan :
n : Jumlah sampel
Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (table z) (Z=1,96 untuk α= 0,05)
p : Maksimal estimasi = 0,5
d : alpha (0,10) atau sampling error = 10%

Berdasarkan rumus didapatkan sampel minimal sebanyak 96 orang.


dengan penambahan sampel menjadi 112 digunakan untuk menghindari drop out
dan missing data. Penambahan sampel untuk mengantisipasi apabila terdapat data
sampel yang tidak sesuai atau tidak terisi yang menyebabkan data sampel
dibuang. Sampel diambil dengan cara proportional. Setelah itu, sampel
diambil dengan memperhitungkan
kriteria inklusi sampel sebagai berikut :
a) pasien dewasa, laki-laki dan perempuan
b) pasien dengan penyakit komorbid dan non komorbid
c) usia 18-70 tahun
d) mendapatkan makanan secara oral (diet makanan biasa, lunak, bubur, saring),
e) pasien dengan kriteria suspect, pasien probabel dan kasus konfirmasi.
Kriteria ekslusi sebagai berikut :
a. Pasien dengan penggunaan ventilator
b. Mendapatkan makanan cair
c. Tidak bisa berkomunikasi efektif

Universitas Sriwijaya
51

3.3.3. Informan Penelitian


Dari 15 rumah sakit rujukan COVID-19 diambil 30% sebagai sampel
sehingga didapatkan 5 rumah sakit rujukan. Informan penelitian tersebut terdiri dari
:
Tabel 3.1. Distribusi Informan Penelitian
No Informan Jumlah
1 Kasie Gizi 5 orang
2 Kepala Instalasi Gizi 5 orang
3 Dietisien/Nutrisionis Ruang COVID-19 5 orang
4 Pengolah Makanan 10 orang
5 Pramusaji/pengantar Makanan 5 orang

Informan penelitian merupakan seseorang yang dapat memberikan


informasi dan jawaban kepada peneliti mengenai penelitian yang akan dilakukan
secara akurat, jelas dan lengkap (Sulistyaningsih, 2012).
Tabel 3.2. Informan Penelitian
No Informan Jumlah Cara Informasi yang ingin
pengumpulan diperoleh
Data
1 Kasie Gizi 5 orang Wawancara Kebijakan pelayanan
2 Kepala Instalasi Gizi 5 orang Mendalam, gizi sudah sesuai
3 Dietisien/Nutrisionis 5 orang observasi dengan kebijakan
ruang COVID-19 pelayanan COVID-19,
4 Tenaga Pengolahan 10 orang sikap petugas,
5 Pramusaji/Pengantar komunikasi antar
makanan 5 orang petugas, sumber daya,
sarana prasarana,
anggaran, kepatuhan.
Observasi : Instalasi
gizi, alur kegiatan
pelayanan, mutu
pelayanan

3.4. Variabel Penelitian


Variabel yaitu hal-hal yang menjadi objek penelitian yang menjadi titik
perhatian dalam suatu kegiatan yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif

Universitas Sriwijaya
52

maupun kualitatif (Arikunto, 2010). Adapun variabel kuantitatif dalam penelitian


ini yaitu status gizi, lama hari rawat, umur, jenis kelamin, jenis diet, komorbid,
pendidikan, daya terima makanan (aroma, rasa, tekstur, warna, penampilan,
penyajian), sedangkan variabel kualitatif yaitu implementasi kebijakan pelayanan
gizi yang terdiri dari variabel standar dan sasaran kebijakan, sumber daya,
karakteristik organisasi pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antar
organisasi terkait dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
Variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden yang
meliputi ; umur, jenis kelamin, status gizi, jenis diet dan komorbid,
pendidikan dan implementasi pelayanan gizi.
3.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kesembuhan pasien.
3.4.3. Variabel Antara
Variabel antara dalam penelitian ini yaitu daya terima makanan dan sisa
makanan pasien yang dirawat di ruang COVID-19.
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.3. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional Ukur
1 Implementasi Pelaksanaan Wawancara 0. Baik, bila nilai Ordinal
kebijakan m kebijakan pelayanan ≥53 rata-rata
tentang gizi rumah sakit 1. Kurang baik,
pelayanan gizi kepada pasien bila nilai kurang
COVID-19 dari rata-rata; <53
(Wahyu
Manggala,2014
2 Status Gizi Keadaan tubuh Diambil dari 0. Kurang :IMT< Nominal
sebagai manifestasi data berkas 18,5
konsumsi makanan rekam medis 1. Normal IMT
dan pemakaian zat 18,6-22,5
gizi. Status gizi 2. Lebih : IMT
ditentukan dari data >22,5
antropometri, yang (Kemenkes RI,
kemudian 2013)
dikelompokan dan
dinilai sesuai standar
WHO; status gizi

Universitas Sriwijaya
53

normal, kurang dan


lebih
3. Jenis Kelamin Identitas gender atau Observasi 0. Wanita Nominal
pembeda yang 1. Laki- laki
dimiliki seorang
pasien
4. Umur Jumlah waktu hidup Observasi 0< 40 tahun Ordinal
pasien yang dihitung 1>40 tahun
berdasarkan jumlah
tahun penuh dan
diukur melalui data
rekam medis
5. Pendidikan Tingkat pendidikan Observasi 0. Tinggi, bila ≥ Ordinal
formal yang terakhir SMA
ditempuh dengan 1. Rendah, bila
mendapatkan ijazah <SMA
6. Kesembuhan Pasien yang telah Observasi 0. Sembuh Ordinal
Pasien menyelesaikan 1. (Tidak sembuh)
pengobatan dan Perbaikan
dinyatakan Kemenkes RI, 2020
sembuh/tidak
sembuh oleh dokter
berdasarkan catatan
rekam medis.
7. Komorbid Pasien yang Observasi 0. Non komorbid Nominal
terkonfirmasi 1. komorbid
suspect, probabel
atau konfirmasi
COVID-19
8. Sisa Makanan Banyaknya makanan Observasi 0. Baik, bila ≤ 25% Ordinal
Pasien yang tidak 1. Tidak baik,
dimakan/tersisa bila > 25%
dalam alat makan Sumber:Kemenkes,
pasien 2008
9. Daya Terima Penerimaan Wawancara 0. Baik, jika rata- Ordinal
Makanan makanan yang rata persentase
disajikan asupan makanan
berdasarkan tekstur, ≥ 80% hidangan
aroma, rasa, variasi, yang disajikan
penampilan, 1. Kurang baik, jika
penyajian rata-rata
persentase asupan
makanan < 80%
hidangan yang
disajikan
Indy A, et al, 2019
10 Lama Rawat Yaitu berapa hari Diambil dari 0. <14 hari Ordinal
seorang pasien berkas 1. >14 hari
dirawat pada episode rekam medis
rawat inap
11 Jenis Diet Pemberian makanan Kuesioner 0. Diet Makanan Ordinal
dirumah sakit yang Biasa
disesuaikan dengan 1. Diet Makanan
kondisi pasien Khusus

Universitas Sriwijaya
54

(Indy A, et al.2019)

3.6. Definisi Istilah


Tabel 3.4. Definisi Istilah
No. Indikator Definisi Cara Ukur
1. Jumlah pasien yang Total jumlah pasien COVID-19 Laporan jumlah
dirawat (suspect, yang dirawat inap di rumah sakit pasien (data
terkonfirmasi, rekam medis)
meninggal,
sembuh) pelayanan
gizi
2. Kebijakan Rangkaian konsep dan asas yang Diambil dengan
menjadi pedoman dan dasar cara wawancara
rencana dalam pelaksanaan suatu mendalam
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara checklist, telaah
bertindak. Istilah ini dapat dokumen
diterapkan pada pemerintahan,
organisasi dan kelompok sektor
swasta, serta individu. Kebijakan
ini meliputi Surat Keputusan
Direktur, Standar Operasional
Prosedur, Panduan, Standar
3 Standar dan sasaran rincian tujuan keputusan Diambil dengan
kebijakan kebijaksanaan secara menyeluruh cara wawancara
yang berwujud dokumen peraturan mendalam
menuju checklist, telaah
penentuan standar yang spesifik dokumen
dan konkrit untuk menilai kinerja
program.
4 Sumber Daya kebijaksanaan mencakup lebih dari Diambil dengan
sekedar standar sasaran, tapi juga cara wawancara
menuntut ketersediaan sumber mendalam
daya yang akan memperlancar checklist, telaah
implementasi dokumen
5 Karakteristik karakteristik organisasi yang akan Diambil dengan
Organisasi menentukan berhasil atau tidaknya cara wawancara
suatu program, diantaranya mendalam
kompetensi dan ukuran staf agen, checklist, telaah
dukungan legislative dan eksekutif, dokumen
kekuatan organisasi, derajat
keterbukaan komunikasi dengan
pihak luar maupun badan pembuat
kebijakan

Universitas Sriwijaya
55

6 Sikap para persepsi pelaksana dalam Diambil dengan


pelaksana organisasi dimana program itu cara wawancara
diterapkan, hal ini dapat berubah mendalam
sikap menolak, netral dan checklist, telaah
menerima yang berkaitan dengan dokumen
sistem nilai pribadi, loyalitas,
kepentingan pribadi dan
sebagainya
7 Komunikasi antar Implementasi membutuhkan Diambil dengan
organisasi mekanisme dan prosedur cara wawancara
institusional yang mengatur pola mendalam
komunikasi antar organisasi mulai checklist, telaah
dari kewenangan yang lebih tinggi dokumen
hingga yang terendah
8 Lingkungan sosial, pengaruh variabel lingkungan Diambil dengan
ekonomi dan politik terhadap implementasi program, cara wawancara
diantaranya sumber daya ekonomi mendalam
yang dimiliki checklist, telaah
organisasi pelaksana, bagaimana dokumen
sifat opini publik, dukungan elit,
peran, dan
kelompok-kelompok kepentingan
dan swasta dalam menunjang
keberhasilan
program
9. Minuman Herbal Yaitu minuman yang berasal dari Diambil dari data
bahan alami yang bermanfaat bagi sekunder standar
tubuh. Minuman herbal dibuat dari makanan RS
rempah-rempah atau bagian dari
tanaman, seperti akar, batang,
daun, bunga, atau umbi

3.7. Jenis dan Sumber Data


Adapun dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder
yaitu sebagai berikut:
3.7.1. Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pengisian kuesioner
google form, wawancara mendalam dan observasi pada petugas di instalasi gizi
dan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit tempat penelitian dilaksanakan.

3.7.2. Data Sekunder

Universitas Sriwijaya
56

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan pencatatan


langsung dari data yang telah ada yang meliputi : gambaran umum rumah sakit,
identitas pasien yang diperoleh dari rekam medik rumah sakit, data kebijakan
pelayanan gizi dan peraturan (Surat keputusan Direktur, Standar Operasional
Prosedur, panduan, pedoman, peraturan pemberian makanan rumah sakit), data
lama hari rawat diambil setelah pasien pulang diambil dari berkas rekam medis,
data diagnosa penyakit dan komorbid responden juga diambil dari berkas rekam
medis, data jenis diet, data status gizi di ambil dengan melihat catatan diet pada
Dietisien penanggung jawab ruangan isolasi COVID-19.
3.8. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa panduan wawancara terarah
yang ditujukan kepada informan. Wawancara yang digunakan yaitu wawancara
mendalam (in-depth interview). Peneliti terjun langsung sebagai pewawancara.
Informan diberikan daftar pertanyaan dalam wawancara dengan model pertanyaan
terbuka, namun tetap dalam topik dan kerangka yang telah ditentukan dalam suatu
pedoman wawancara yang akan menuntun peneliti dan informan sehingga
wawancara berjalan efektif, sesuai fokus penelitian dan jawaban informan tidak
terlalu melebar. Peneliti harus memperhatikan jawaban informan dengan baik pada
saat wawancara, bila perlu mencatat jawaban informan. Untuk memudahkan proses
pengambilan data, maka peneliti menggunakan alat-alat seperti rekorder atau alat
perekam, dan alat tulis. Penggunaan alat ini harus mendapatkan persetujuan dari
informan sebelum digunakan dalam wawancara.

3.9. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dalam penelitian ini untuk metode kualitatif
meliputi :
a) Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Wawancara mendalam yaitu salah satu metode yang digunakan dalam
penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara
lisan dari informan, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face). Wawancara mendalam peneliti lakukan pada pihak

Universitas Sriwijaya
57

rumah sakit dalam hal ini yaitu instalasi gizi yang bertanggung jawab dalam
kebijakan pelayanan gizi.
b) Observasi
Observasi atau pengamatan yaitusuatu prosedur yang berencana, yang antara
lain meliputi melihat, mendengar, mencatat situasi tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
c) Telaah Dokumen
Telaah dokumen yaitusuatu cara melakukan penyelidikan, kajian, pemeriksaan
terkait suatu hal melalui dokumen-dokumen yang mengatur sebuah kegiatan.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan undang-undang, peraturan, panduan
dan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hasil pengamatan dan
wawancara peneliti dibandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-
dokumen tersebut.

3.10. Pengolahan dan Analisa Data


3.10.1. Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan sistem komputer melalui tahapan sebagai


berikut.
a) Editing
Dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuisioner, kelengkapan
jawaban, kesesuaian jawaban dengan pertanyaan dan konsistensi jawaban.
b) Coding
Yaitu pengkodean, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan
c) Processing, yaitu memproses data dilakukan dengan cara memasukkan dari
kuesioner ke paket program komputer.
d) Cleaning
Yaitu pembersihan data dengan melakukan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry untuk melihat apakah ada kesalahan memasukkan kode-kode dan
kelengkapan data.

Universitas Sriwijaya
58

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan pada data kuantitatif dan data
kualitatif.
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk
aplikasi google form. Penggunaan aplikasi ini disebabkan responden
merupakan pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit rujukan di Kota
Palembang. Tidak diperkenankan untuk bersentuhan dengan pasien, sehingga
kuesioner tersebut dialihkan dalam bentuk google form yang disebar oleh
kepala ruangan dan perawat yang bertugas di ruangan isolasi COVID-19.
Selanjutnya setelah data terkumpul dilakukan entry data dengan menggunakan
SPSS dan analisa dengan menggunakan uji Chi-square untuk analisis bivariat
dan regresi logistik untuk multivariat.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini diambil melalui wawancara mendalam
dengan memberikan pertanyaan terbuka kepada informan berdasarkan
pedoman wawancara tentang implementasi kebijakan pelayanan gizi yang
berisi variabel yang meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber daya,
karakteristik organisasi pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antar
organisasi, lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Selanjutnya melakukan
observasi dan pengumpulan dokumentasi yaitu standar kebijakan surat
keputusan Direktur, standar operasional prosedur, standar, pedoman, dan
panduan pelayanan serta foto kegiatan.

3.10.2. Validasi Data


3.10.2.1. Data Kuantitatif
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu kuisioner
yang menjadi sebuah alat ukur dalam penelitian. Instrumen yang valid apabila benar
benar mampu dalam mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam
penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep penelitian
dengan hasil ukur. Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) pada
setiap pernyataan, dari hasil perhitungan korelasi akan didapatkan suatu koefisien

Universitas Sriwijaya
59

korelasi (r) yang digunakan untuk mengukur validitas suatu item dan untuk
mengetahui item tersebut layak digunakan atau tidak, biasanya dilakukan uji
signifikansi (á) sebesar 0,05. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 47
responden sehingga diperoleh nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (α = 0,05, derajat bebas (df) = 47 - 2 = 45
sebesar 0,285. Tingkat kevalidan suatu indikator dapat ditentukan apabila nilai
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka alat ukur berada dalam kategori valid, namun apabila
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 alat ukur berada dalam kategori tidak valid. Selain itu, kevaliditan
alat ukur juga dapat ditentukan melalui nilai P-𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 maka valid, sedangkan
apabila P-𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 > 0,05 maka alat ukur tidak valid. Hasil uji kevaliditan alat ukur
diuraikan pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.5. Uji Validitas Pertanyaan Tekstur Makanan
Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
1. Bagaimana menurut
Anda tentang tekstur
0.695 0.285 0.000 Signifikan
makanan pokok (nasi)
yang disajikan
2. Bagaimana menurut
Anda hidangan lauk
0.627 0.285 0.000 Signifikan
hewani (daging, ikan,
ayam dll) yang disajikan
3. Bagaimana menurut
Anda dengan hidangan
0.700 0.285 0.000 Signifikan
lauk nabati (tempe, tahu
dll) yang disajikan
4. Bagaimana kesan Anda
terhadap hidangan sayuran 0.592 0.285 0.000 Signifikan
yang disajikan
5. secara keseluruhan
menurut anda dari segi
0.737 0.285 0.000 Signifikan
tekstur, makanan yang
disajikan

Tabel 3.5. menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel Tekstur
Makanan diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih besar dari rtabel,

Universitas Sriwijaya
60

selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap pertanyaan pada variabel Tekstur Makanan valid digunakan sebagai
alat ukur penelitian ini.
Tabel 3.6 Uji Validitas Pertanyaan Rasa Makanan
Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
6. Bagaimana menurut
Anda mengenai suhu 0,350 0,285 0,016 Signifikan
makanan yang disajikan
7. Dari menu yang
dihidangkan, apakah
0,675 0,285 0,000 Signifikan
menurut Anda sesuai
dengan resepnya
8. Bagaimana menurut
Anda mengenai tingkat Tidak
0,205 0,285 0,167
kematangan makanan signifikan
yang disajikan
9. Bagaimana menurut
Anda mengenai bumbu
0,757 0,285 0,000 Signifikan
pada makanan yang
disajikan
10. Secara keseluruhan
bagaimana menurut Anda
0,775 0,285 0,000 Signifikan
mengenai rasa makanan
yang disajikan

Tabel 3.6 menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel Rasa
Makanan diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih besar dari rtabel,
selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 kecuali pada pertanyaan
ke-8 (Bagaimana menurut Anda mengenai tingkat kematangan makanan yang
disajikan) menunjukkan tidak valid karena mempunyai P-value sebesar 0,167 (P-
value=0,167>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pertanyaan pada variabel
Rasa Makanan akan valid apabila pertanyaan ke-8 dihapus sehingga dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian ini.

Universitas Sriwijaya
61

Tabel 3.7 Uji Validitas Pertanyaan Aroma Makanan


Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
11. Jika aroma makanan
membuat Anda mual
0,673 0,285 0,000 Signifikan
apakah anda tetap
meneruskan makan?
12. Apakah aroma
masakan hewani yang
disajikan dapat 0,737 0,285 0,000 Signifikan
merangsang nafsu makan
Anda
13. Apakah aroma
makanan sayuran yang
disajikan dapat 0,711 0,285 0,000 Signifikan
merangsang nafsu makan
Anda
14. Apakah menurut Anda
hidangan yang baik yaitu 0,362 0,285 0,012 Signifikan
yang tercium aromanya
15. Secara keseluruhan,
apakah Anda menyukai
0,764 0,285 0,000 Signifikan
aroma dari makanan yang
disajikan

Tabel 3.7 menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel Aroma
Makanan diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih besar dari rtabel,
selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap pertanyaan pada variabel Aroma Makanan valid digunakan sebagai
alat ukur penelitian ini.

Universitas Sriwijaya
62

Tabel 3.8 Uji Validitas Pertanyaan Variasi Menu


Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
16. Menurut Anda
bagaimana resep yang
0,862 0,285 0,000 Signifikan
digunakan pada makanan
yang disajikan
17. Menurut Anda
bagaimana variasi dalam
0,582 0,285 0,000 Signifikan
pengolahan bahan
makanan yang digunakan
18. Menurut Anda
bagaimana variasi bahan 0,617 0,285 0,000 Signifikan
makanan yang digunakan

Tabel 3.8 menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel Variasi
Menu diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih besar dari r tabel,
selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap pertanyaan pada variabel Variasi Menu valid digunakan sebagai alat
ukur penelitian ini.
Tabel 3.9 Uji Validitas Pertanyaan Penampilan Makanan
Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
19. Bagaimana menurut Anda
mengenai besar porsi lauk 0,544 0,285 0,000 Signifikan
hewani/nabati yang disajikan
20. Bagaimana menurut Anda
mengenai besar porsi nasi 0,458 0,285 0,001 Signifikan
yang disajikan
21. Apakah menurut Anda
tampilan hidangan yang
0,731 0,285 0,000 Signifikan
disajikan sudah sesuai dengan
jenis masakannya?
22. Bagaimana menurut Anda
mengenai kombinasi makanan 0,724 0,285 0,000 Signifikan
yang disajikan

Universitas Sriwijaya
63

Tabel 3.9 menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel


Penampilan Makanan diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih
besar dari rtabel, selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan pada variabel Penampilan Makanan valid
digunakan sebagai alat ukur penelitian ini.

Tabel 3.10 Uji Validitas Pertanyaan Penyajian Makanan


Pertanyaan r-hitung r-tabel P-value Keterangan
23. Secara keseluruhan
bagaimana penampilan 0,79548515 0,285 0,000 Signifikan
makanan yang disajikan
24. Apakah Anda menyukai
hidangan yang diberi hiasan
0,52961061 0,285 0,000 Signifikan
(garnis) dalam penyajian
makanan
25. Bagaimana menurut
Anda mengenai kelengkapan 0,5026406 0,285 0,000 Signifikan
alat makan
26. Bagaimana menurut
Anda mengenai kebersihan 0,49128232 0,285 0,000 Signifikan
alat makan
27. Apakah petugas menyapa
anda dan mempersilahkan 0,31030046 0,285 0,034 Signifikan
anda untuk makan?
28. Apakah dengan cara
penyajian yang Anda terima
0,7653687 0,285 0,000 Signifikan
dapat membuat Anda
berselera untuk makan

Tabel 3.10 menunjukan hasil validitas setiap pernyataan pada variabel


Penyajian Makanan diperoleh seluruh nilai rhitung pada setiap pernyataan lebih besar
dari rtabel, selain itu nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan pada variabel Penyajian Makanan valid
digunakan sebagai alat ukur penelitian ini.

Universitas Sriwijaya
64

3.10.2.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kehandalan dari sebuah
instrumen atau alat ukur. Uji reliabilitas yang dilakukan yaitu instrumen atau faktor
yang dinyatakan valid, sedangkan untuk yang tidak valid tidak dilanjutkan keuji
reliabilitias. Dalam pengukuran reliablitias menggunakan Alpha Croanbach dengan
menggunakan SPSS. Ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai
berikut
1. 0,00 sampai 0,20 berarti kurang handal
2. 0,21 sampai 0,40 berarti agak handal
3. 0,41 sampai 0,60 berarti cukup handal
4. 0,61 sampai 0,80, berarti handal
5. 0,81 sampai 1,00, berarti sangat handal.

Tabel 3.11. Uji Reliabilitas Ha


Alpha
Variabel Keterangan
Croanbach
Tekstur Makan 0,825 Sangat Handal
Rasa Makanan 0,775 Handal
Aroma makanan 0,846 Sangat Handal
Variasi menu 0,812 Sangat Handal
Penampilan Makanan 0,77 Handal
Penyajian Makanan 0,743 Handal

Berdasarkan tabel 3.11 dapat kita ketahui bahwa untuk variabel tekstur
makanan, rasa makanan, aroma makanan, variasi menu, penampilan makanan, dan
penyajian makanan mempunyai nilai Alpha Cronbach lebih besar 0,7 yang
termasuk dalam kategori kemantapan alpha kategori minimal handal. Berdasarkan
kemantapan alpha maka untuk keseluruhan pernyataan dikategorikan handal dan
sangat handal terhadap penelitian yang artinya apabila keseluruhan pernyataan
ingin digunakan kembali pada instrumen penelitian maka hasilnya relatif akan sama
dengan yang penelitian yang dilakukan sekarang.

Universitas Sriwijaya
65

3.10.2.2. Data Kualitatif


Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian akan diuji kemantapan dan
kebenarannya. Dalam penelitian ini validitas data menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Adapun macam triangulasi adalah sebagi
berikut (Pongtiku& Kayame, 2019):
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu peneliti mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber yang berbeda dengan topik yang sama. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengcross-check ulang informasi yang diperoleh peneliti dari
hasil wawancara dan informasi antara informan satu dengan informan lainnya.
2. Triangulasi Data
Triangulasi data yaitu hasil akhir penelitian kualitatif berupa rumusan
informasi yang selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan
dan berkaitan guna menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan akhir.
3. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu dilakukan dengan menggabungkan hasil dari
beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan
telaah dokumen.
4. Triangulasi investigator atau antar peneliti yakni dengan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, dan triangulasi
metode. Triangulasi metode dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti kemudian
dilanjutkan dengan observasi dan telaah dokumen di lokasi penelitian dengan
menggunakan ceklist yang telah disiapkan. Selanjutnya dilakukan triangulasi
sumber dengan melakukan wawancara kepada informan lain dengan menggunakan
panduan wawancara yang sama. Triangulasi sumber dilakukan untuk

Universitas Sriwijaya
66

membandingkan informasi dari informan. Selanjutnya kesamaan data akan


dibandingkan satu dengan lainnya agar dapat digunakan dalam penarikan
kesimpulan. Sedangkan observasi dan telaah Pustaka dilakukan untuk triangulasi
secara metode.

3.10.2.3. Analisa Data


Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan yaitu, analisa
univariat, analisa bivariat dan analisa multivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentase.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan.
Analisis hasil uji statistik yang digunakan chi-square.

3. Analisa Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk memperoleh hipotesis pada penelitian
ini. Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
regresi logistic berganda, dengan tahapan permodelan multivariat terdiri dari
seleksi bivariat, ful model, uji counfonding dan final model.
4. Analisis Data Kualitatif
Dalam analisis penelitian kualitatif merupakan cara memilih, memilah,
membuang, dan menggolongkan data dengan tujuan menjawab dua permasalahan
yang terdiri dari pertama yaitu tema yang dapat ditemukan pada data, yang ke dua
bagaimana data-data ini berkontribusi terhadap tema (Richards & Morse, 2006).
Analisis dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengambilan data pada periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis pada jawaban yang diwawancarai. Apabila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa tidak memuaskan maka peneliti melanjutkan

Universitas Sriwijaya
67

pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel
(sugiyono, 2020).
Penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak terpisah dari analisis data.
Kekuatan dari penelitian ini yaitu integrasi dari pertanyaan penelitian,
pengumpulan data dan analisis data. Data hasil wawancara, observasi dan telaah
dokumen yang telah dikumpulkan menggunakan panduan wawancara serta lembar
observasi yang sesuai dengan pertanyaan penelitian dikelompokkan dalam tema,
kategori, contoh kasus yang terkandung dalam analisis (Patton, 1987).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis isi
(content analysis) dengan cara menggabungkan hasil wawancara mendalam dengan
observasi dan telaah dokumen dan selanjutnya dibuat kesimpulan. Aktivitas data
menurut Miles dan Huberman (1984) yaitu :
a. Data Reduction (reduksi data) berarti meringkas, fokus pada hal-hal pokok
dan penting, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran
lebih jelas dan bermakna serta mempermudah peneliti dalam mengumpulkan
data selanjutnya.

Adapun tahapan dalam reduksi data yaitu:

1. Membuat transkrip hasil wawancara mendalam yang telah peneliti


lakukan dengan informan yang berisi informasi dari informan yang apa
adanya dengan tidak mengubah keasliannya.
2) Hasil transkrip wawancara akan dikumpulkan dan selanjutnya dipilih
sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang ada dalam bentuk ringkasan
untuk memudahkan dalam proses analisis.
3) Melakukan penggolongan, penerjemahan dan pembuangan data yang
tidak dibutuhkan
4) Menyesuaikan data antar informan yang telah diwawancarai serta dengan
data sekunder

Universitas Sriwijaya
68

b. Membuat Tabel Koding


Peneliti melakukan koding dalam dua siklus yaitu koding level satu dan koding
level 2. Koding level 1 adalah tema atau makna dari sepenggal kalimat hasil
jawaban informan atas pertanyaan peneliti yang membentuk pola berulang
dengan informan lainnya.
Koding level 2 merupakan penjelasan dari koding level 1 yang merupakan
pemadatan fakta yang didapat dari hasil cuplikan wawancara yang sesuai tema
koding level 1.
c. Membuat interpretasi
Data yang telah dikoding atau dikelompokkan dari masing-masing jawaban
informan kemudian diinterpretasikan makna secara keseluruhan yang
merupakan rangkuman makna jawaban seluruh informan.
d. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan kepada
peneliti untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
disajikan dalam bentuk deskripsi dan narasi yang lengkap, yang disusun
berdasarkan pokok temuan yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan
menggunakan bahasa peneliti yang logis, dan sistematis, sehingga mudah
dipahami. Penyajian data harus dikemas dengan baik, peneliti
mengelompokkan, mengkategorikan sesuai dengan rumusan masalah.
Peneliti menggunakan teks naratif dengan menampilkan cuplikan hasil
wawancara informan yang mendukung penjelasan teks naratif tersebut.
Selanjutnya dibuatkan narasi data dari hasil kroscek dengan informan lain
(triangulasi sumber) dan analisis data dari observasi dan telaah dokumen
(triangulasi metode).
Penyajian data dibuat agar data yang diperoleh mudah dipahami
sehingga dapat melakukan langkah selanjutnya. Penyajian data kualitatif
umumnya disampaikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi matriks, gambar,
grafik, jaringan, bagan, tabel, skema ilustrasi agar data yang disajikan untuk
persiapan analisis tampak lebih jelas, rinci, dan mudah dipahami. Data

Universitas Sriwijaya
69

disajikan sesuai dengan tema-tema inti agar mudah dipahami interaksi antar
bagiannya dalam konteks yang utuh, bukan terlepas satu sama lain.
Tujuannya adalah untuk menjawab permasalahan penelitian melalui
proses analisis data. Dengan melalui pemahaman terhadap penyajian data
peneliti dapat melakukan analisis data untuk merumuskan temuan-temuan
dalam penelitian dan mengemukakan simpulan akhir dari penelitian.
e. Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan yaitu kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis dan
interpretasi data. Simpulan dari penelitian harus sesuai dengan hal-hal berikut,
yaitu:
1) Tema/topik dan judul penelitian
2) Tujuan penelitian
3) Pemecahan permasalahan
4) Data-data dalam penulisan
5) Temuan-temuan dari hasil analisis data dalam penelitian
6) Teori/ilmu yang relevan
Simpulan perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung agar dapat
dipertanggungjawabkan. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga
tahapan yaitu, analisa univariat, analisa bivariat dan analisa multivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentase.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan.
Analisis hasil uji statistik yang digunakan chi-square.
3. Analisa Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk memperoleh hipotesis pada penelitian
ini. Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
regresi logistic berganda, dengan tahapan permodelan multivariat terdiri
dari seleksi bivariat, ful model, uji counfonding dan final model.

Universitas Sriwijaya
70

4. Analisis Data Kualitatif


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis isi
(content analysis) dengan cara menggabungkan hasil wawancara mendalam
dengan observasi dan telaah dokumen dan selanjutnya dibuat kesimpulan.
Aktivitas data menurut Miles dan Huberman (1984) yaitu :
a. Data Reduction (reduksi data) berarti meringkas, fokus pada hal-hal
pokok dan penting, sehingga data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran lebih jelas dan bermakna serta mempermudah
peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya.
b. Data Display (penyajian data) dalam penelitian ini berupa tekstular,
tabular, dan grafikal.
c. Conclution drawing/verification penelitian diharapkan menghasilkan
temuan baru tentang implementasi kebijakan pelayanan gizi.

Universitas Sriwijaya
71

3.11. Kerangka Operasional Penelitian

RS Rujukan COVID-19
Kota Palembang

Diklat RS Komite Etik


Penelitian

Unit Instalasi Gizi Unit Perawatan Unit Rekam


Pasien COVID-19 Medis

a. Dokumen Kebijakan
Pelayanan Gizi a. Pasien COVID-19 yang
b. Dokumen Peraturan Dirawat Data jumlah
Makanan RS (Standar b. Penyebaran kuesioner pasien yang
Diet, Siklus Menu, dengan google form data dirawat, lama
Bentuk Makanan, Pola sisa Makanan Pasien
Menu) hari rawat,
COVID-19, data Daya
c. Dokumen Mutu kesembuhan
Terima Makanan Pasien
Pelayanan Gizi COVID-19, data
(Ketepatan Waktu implementasi kebijakan
Petugas, Sisa Makanan) pelayanan gizi
d. Data Status Gizi Pasien
yang dilihat dari berkas
5. Rekam
Tahapan Penelitian
Medik
e. Data Jenis Diet yang
Diberikan
f. Data Diagnosa Penyakit /
Penyakit Penyerta

Gambar 3.3. Kerangka Operasional Penelitian

Universitas Sriwijaya
72

Penelitian Mix Methods/campuran yang pelaksanaanya dilaksanakan secara


bersama-sama.
1) Memasukkan surat izin penelitian melalui Dinas Kesehatan Provinsi
dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa Provinsi, kota kemudian dilanjutkan ke
Direktur RSUD Palembang BARI. Untuk ke empat lokasi penelitian lainnya
(RSUD Siti Fatimah, RS Ernaldi Bahar, RS Charitas dan RSUP Moehammad
Hoesin) langsung ditujukan ke Direktur.
2) Melakukan kaji etik melalui Komite Etik dan Penelitian RS serta
mempresentasikan tujuan penelitian.
3) Bersama supervisor ataupun pembimbing lapangan melakukan perizinan ke
bagian yang akan dituju.
4) Melakukan wawancara mendalam terhadap informan dan selanjutnya
dilakukan observasi terhadap unit instalasi gizi.
5) Mengisi link kuesioner pada pasien COVID-19.
a) RSUD Siti Fatimah pengambilan data kuesioner menggunakan video call
langsung pada pasien, yaitu peneliti didampingi perawat ruangan
menelpon pasien kemudian ditanyakan pertanyaan yang ada di
kuesioner.
b) RS Ernaldi Bahar yaitu peneliti didampingi perawat ruangan bersama
mewawancarai pasien secara langsung dengan menggunakan APD
lengkap (Hazmat, google, Handscone, Masker N95, Masker Bedah, sepatu
boot).
c) RS Charitas yaitu melalui kepala bidang keperawatan dan kepala ruangan
menyebarkan link google form kepada pasien. Sebelumnya peneliti
menyampaikan bagaimana cara pengisian google form dan selanjutnya
perawat yang berada diruangan pasien COVID-19 menjelaskan tata cara
pengisian google form.
d) RSUD Palembang BARI yaitu menggunakan enumerator sebagai
pengambil data. Dalam hal ini enumeratornya yaitu Dietisien ruang

Universitas Sriwijaya
73

COVID-19. Enumerator tersebut sudah mempunyai ilmu dalam


pengambilan data terkait kuesioner daya terima makanan dan sisa
makanan pasien.
e) RSUP Moehammad Hoesin Palembang yaitu peneliti dibantu oleh
perawat ruangan COVID-19 untuk mengambil data kuesioner dan mengisi
link google form.

3.12. Ethical Clearance


Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari komite Etik
Penelitian Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
No. 050/UN9.FKM/TU.KKE/2021.

3.13. Persetujuan/Informed Consent


Pada penelitian ini subjek diberikan penjelasan maksud dan tujuan
pengumpulan data bahwa penelitian ini bersifat observasi, apapun data yang
diperoleh akan dijaga kerahasiaannya. Kesediaan pasien untuk mengikuti
penelitian ini dibuktikan dengan menandatangani formulir informed consent.
1. Informed Consent yaitubentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden, yang
diberikan sebelum penelitian.
2. Anonimity (Tanpa Nama) yaitu memberikan jaminan dalam penggunaan subyek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan), yaitu semua informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan tentang Perubahan
atas Keputusan Nomor 201/KPTS/DINKES/2020 Tentang Rumah Sakit Rujukan
Kasus Corona Virus Disease 2019 di provinsi Sumatera Selatan, maka ditetapkan
rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu terdapat 48 Rumah Sakit
rujukan. Terdapat 15 rumah sakit rujukan COVID-19 yang lokasinya berada dikota
Palembang, kemudian diambil 5 lokasi yang memiliki jumlah kasus terbanyak.
Lokasi penelitian ini yaitu rumah sakit rujukan yang terletak di kota Palembang.
Adapun rumah sakit tersebut yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah,
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Charitas Hospital, Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI, dan Rumah Sakit Umum Pusat
Moehammad Hoesin Palembang. Pemilihan ke lima lokasi rumah sakit ini yaitu
rumah sakit rujukan COVID-19 yang berlokasi dikota Palembang, yang diambil
berdasarkan 30% dari total populasi selanjutnya dipilih secara purposive sampling
dan mempunyai jumlah sampel yang representatif. Penelitian ini merupakan
penelitian multisenter dikarenakan tempat pengambilan data lebih dari satu lokasi
dan di beberapa bagian yaitu instalasi gizi, ruang perawatan COVID-19 dan intalasi
rekam medis.

4.1.1. Rumah Sakit umum Daerah Siti Fatimah

Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan yaitu
rumah sakit tipe B milik pemerintah provinsi Sumatera Selatan (dalam proses
akreditasi) yang berlokasi di jl. Kol. H. Barlian KM 6 Palembang dengan luas lahan
41.600,00 M2, luas bangunan 52.956,11 M2 dan mempunyai 11 lantai. Pada tanggal
23 Juni tahun 2018, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Dr. dr. Nila
Djuwita F. Moeloek, Sp.M(K) Bersama Gubernur Sumatera Selatan dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan meresmikan Rumah Sakit Umum

74 Universitas Sriwijaya
75

Daerah Provinsi Sumatera Selatan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah


terbesar di Indonesia. Instalasi gizi RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
beroperasional bersamaan dengan berdirinya RSUD yang sudah aktif
melaksanakan pelayanan (Profil RSUD Siti Fatimah, 2020).
Instalasi Gizi berdiri bersamaan dengan berdirinya RSUD Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan, dan diujung tahun 2018 pelayanan gizi telah aktif
dilaksanakan di RSUD Siti Fatimah. Sistem pelayanan gizi terbagi menjadi dua
kegiatan utama yaitu pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan serta
penyelenggaraan makan. Sistem penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi
menggunakan sistem outsourching (2018-sekarang). Kegiatan penyelenggaraan
makanan secara swakelola ditargetkan berjalan di Bulan Mei/Juni 2021. Sistem
outsourching ini dimana rumah sakit menunjuk pihak ke 3 atau rekanan yang
melakukan kegiatan penyelenggaraan makanan pada pasien yaitu dimulai dari
pembelian bahan makanan, persiapan, pengolahan, pemasakan. Sedangkan untuk
penyajian dan distribusi makanan dilakukan sendiri oleh tenaga instalasi gizi. Untuk
makanan diet cair instalasi juga melakukan nya sendiri. Jadi pihak rekanan hanya
sebatas makanan utama dan snack (Panduan Pelayanan Gizi, 2020).
Keadaan fisik Instalasi Gizi di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera
Selatan saat ini antara lain:
1. Instalasi gizi dapat dicapai di semua ruangan perawatan sehingga pelayanan
gizi dapat diberikan merata kepada semua pasien.
2. Instalasi gizi terletak sedemikian rupa sehingga kebisingan dan kegaduhan
dari Instalasi gizi tidak mengganggu ruang lain terutama ruang perawatan.
3. Instalasi gizi berada di akses keluar masuk samping rumah sakit yang mudah
dicapai kendaraan dari luar sehingga memudahkan proses pengiriman bahan
makanan.
4. Instalasi gizi mempunyai tugas utama untuk melaksanakan pelayanan gizi
secara efektif, efisien, dan bermutu meliputi penyediaan, pengolahan dan
penyaluran makanan; terapi gizi dan penyuluhan/konsultasi gizi; pendidikan
dan latihan; penelitian dan pengembangan melalui perencanaan, penggerakan
serta pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas

Universitas Sriwijaya
76

layanan gizi. Dalam rangka pemenuhan gizi dan makanan pasien COVID-19,
RSUD Siti Fatimah membuat standar diet Tinggi Energi Tinggi Protein 1
(2700 kalori) dan diet Tinggi Energi Tinggi Protein 2 (3000 kalori), agar
sistem imunitas pasien COVID-19 dapat terpenuhi (Panduan Pelayanan Gizi,
2020). Ketenagaan Instalasi Gizi RSUD Siti Fatimah ditunjukkan dalam
Tabel 4.1
Tabel 4.1. Jumlah ketenagaan di Instalasi Gizi
No Tenaga Jumlah Kualifikasi Status
1 Dietisien/Nutrisionis 4 orang S1 Gizi 3 orang BLUD
DIII Gizi 1 orang PNS
2 orang BLUD
2 Tenaga Pramusaji 3 orang SMA BLUD

Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah sudah terakreditasi Nasional oleh
KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) tingkat Paripurna pada tahun 2019.

4.1.2. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan


Rumah Sakit Ernaldi Bahar yaitu rumah sakit jiwa satu-satunya di
sumatera milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Rumah sakit ini yaitu rumah
sakit khusus tipe A dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 200 TT dengan luas
28.378 m2. Dengan beralamat di jl. Gubernur H. Muhammad Ali Amin RT. 20 RW
04 Kecamatan Alang-alang Lebar Kota Palembang. Rumah sakit ini didirikan
pertama kali tahun 1920 seperti tertuang dalam besluit tanggal 21 Mei 1992 No. 21
dari burgelijke Geneeskunding Dienst, kemudian Besluit No 41 tanggal 25 Februari
1922 tentang personalia yang bertugas ditempat itu. Tahun 1923 dibangun
“Verpleechtehuiz” (rumah perawatan) pertama di Indonesia yaitu di Ujung Pandan
dan Palembang. Tanggal 18 Agustus 1958 dilakukan peresmian oleh kepala bagian
penyakit jiwa KEMKES RI menjadi Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun yang dipimpin
oleh dr. Chasanah Goepito (Profil Rumah Sakit Ernaldi Bahar, 2019). Rumah Sakit
Ernaldi Bahar sudah melakukan penilaian akreditasi nasional dari KARS (Komisi
Akreditasi Rumah Sakit) dimulai dari tahun 2017 sampai sekarang dengan
penilaian Paripurna.

Universitas Sriwijaya
77

Instalasi Gizi yaitu suatu unit di Rumah sakit yang menyelenggarakan


kegiatan pelayanan gizi bagi orang sakit dan petugas, penyuluhan/konsultasi dan
rujukan gizi serta tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan gizi terapan
dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.
Pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di Rumah Sakit diperlukan
peraturan perundang-undangan pendukung yang mengacu pada PGRS 2013.
Instalasi gizi sebagai wadah pelayanan gizi dalam kegiatannya bersama dengan
instalasi laboratorium, instalasi farmasi, instalasi radiologi, instalasi laundry,
Instalasi rekam medis, instalasi K3PL berada dibawah pembinaan bidang
penunjang medik (Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi, 2020).
Instalasi Gizi mempunyai beberapa ruangan terpisah dalam melaksakan
kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Instalasi Gizi mempunyai
4 pintu yang terdiri dari pintu utama, pintu khusus penerimaan bahan makanan,
pintu distribusi makanan danpintu alat makan kotor. Di bagian depan setelah pintu
masuk utama instalasi terdapat tempat pengambilan air minum dan Nurse Station.
Ruangan yang diperuntukan untuk pekerjaan yang bersifat perkantoran yaitu
bagian Administrasi dan ruang Dietisien di bagian kanan gedung dan berdampingan
dengan ruang kepala Instalasi Gizi. Sedangkan untuk ruangan penyelenggaraan
makanan mempunyai luas hampir 75% gedung Instalasi Gizi yang mana ruangan
disesuaikan denganfungsional kerja dari bagian penyelenggaraan makanan sebagai
kegiatan utama dariInstalasi Gizi. Pembagian ruangan berdasarkan fungsi dari
setiap bagian sudah sangat baik. Ketenagaan Instalasi Gizi RS Ernaldi Bahar
ditunjukkan pada Tabel 4.2, yaitu:
Tabel 4.2. Jumlah ketenagaan di Instalasi Gizi (Pedoman Pengorganisasian, 2020)
No Tenaga Jumlah Kualifikasi Status
1 Dietisien/Nutrisionis 9 orang S1 Gizi + 1 orang PNS
Profesi
DIII+S1 SKM 1 orang PNS
DIV Gizi 2 orangPNS
DIII Gizi 5 orang PNS
2 Tenaga Pengolahan 13 orang SMA 10 orang Honor
SMP 1 orang Honor
SD 2 orang BLUD

Universitas Sriwijaya
78

Jadwal kerja dibagi menjadi 2 shift , yaitu subuh, pagi dan sore dimulai.
Untuk tenaga pengolah yaitu Shift subuh pukul 05.30-12.00 dan shift sore
12.30-19.00, sedangkan untuk Dietisien/Nutrisionis yaitu shift pagi 07.30-
14.00 dan shift sore 11.00-17.30.
a. Kegiatan Instalasi Gizi
Kegiatan pelayanan gizi yang dilakukan di Instalasi Gizi meliputi :
1. Kegiatan asuhan gizi rawat jalan
Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling gizi
atau edukasi /penyuluhan gizi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
dirawat jalan bertujuan membantu mencari solusi masalah gizi melalui
nasehat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai jenis diet,
jadwal makan dari cara makan yang sesuai dengan kondisi kesehatnya.
2. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap
Yaitu kegiatan pelayanan gizi yang diberikankepada pasien rawat inap
agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi. Kegiatan pelayanan gizi pada pasien COVID-
19 dilakukan di ruangan Kenanga yang mempunyai kapasitas tempat
tidur sebanyak 10 orang.
3. Kegiatan penyelenggaraan makanan
Yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh
pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit. Sesuai dengan
Surat Keputusan Direktur selama pandemi COVID-19 kebijakan
kegiatan penerimaan bahan makanan yang biasanya setiap hari maka
dilakukan hanya dua kali dalam seminggu untuk mengurangi penularan
COVID-19.
4. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi
Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kualitas pelayanan gizi rumah
sakit secara berdaya guna dan berhasil guna di bidang pelayanan gizi,
penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan, konseling dan

Universitas Sriwijaya
79

rujukan gizi sesuai kemampuan institusi. Hasil penelitian dan


pengembangan gizi terapan berguna sebagai bahan masukan bagi
perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori, tatalaksana atau
standar pelayananrumah sakit.

4.1.3. Charitas Hospital


Rumah sakit RK Charitas (Charitas Hospital Palembang) didirikan pada
tanggal 9 Juli 1926. Direktur Utama dr. Cicilia Partini, MARS (Sr. M. Patricia Fch),
terletak di Jalan Jenderal Sudirman Palembang dengan luas tanah 24.121 M 2
kepemilikian yayasan RS Charitas Tipe B dengan jumlah tempat tidur 333 tempat
tidur. Visi RS Charitas yaitu menjadi rumah sakit unggulan di Sumatera yang
dipercaya dan dipilih masyarakat sebagai mitra pelayanan kesehatan. Misi nya yaitu
memberikan pelayanan kesehatan prima secara menyeluruh dengan sentuhan kasih
dalam semangat kegembiraan dan kesederhanaan. Motto: In Omnibus Charitas
(kasih dalam segalanya). Pada tanggal 14-18 Mei 2019 RS Charitas lulus paripurna
Akreditasi V (SNARS ed.1) dan luas bangunan 16.079,74 M2, 333 tempat tidur
yang terdiri dari ruang suite room, VVIP, VIP kelas I, kelas II dan kelas III
(Kebijakan Manajemen dan Pelayanan Rumah Sakit RK Charitas, 2019).
Sebagai dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung, antara lain:
a. Undang-undang nomor 8 tahun1999 tentang perlindungan konsumen
b. PP nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan rumah sakit.
d. Keputusan bersama Menteri Kesehatan RI. No 894/Menkes/SKB/VIII/2001
tentang petunjuk pelaksanaan Jabatan fungsional Nutrisionis dan angka
kreditnya.
e. Keputusan Menteri Penertipan Aparatur Negara Nomor
23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka
Kreditnya.

Universitas Sriwijaya
80

f. Hasil pertemuan berkelanjutan tentang evaluasi pedoman PGRS dari tahun


2002-2003.
g. Undang-undang No 36 RI tahun 2009 tentang kesehatan.
h. Standar Profesi gizi, Keputusan Menteri Kesehatan no
374/MenKes/SK/III/2007
i. PP RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang kemanan mutu, pangan dan gizi
j. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Tahun 2007
k. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit tahun 2013
Tabel 4.3. Ketenagaan Instalasi Gizi RS Charitas, sebagai berikut;
No Jenis Tenaga Pendidikan Formal Jumlah
1 S2 Spesialis Gizi KlinikDokter spesialis gizi 1
2 S1 Gizi S1 Gizi 1
3 D 3 Gizi Diploma Gizi 13 (1 RD, 12 TRD)
Registered Dietisien
(RD) dan Tekhnical
Registered Dietisien
(TRD)
4 Administrasi D1/D3/S1/computer/ek 1
onomi
5 Tata Boga D3 1
6 Tim Pengolah Khusus SMK Tata Boga 14
7 Pengolah Snack Pasien SMK Boga 4
8 Pengolahan Snack SMK Boga 9
Karyawan
9 Pengolahan Umum SMK Boga dan SMA 8
10 Logistik SMA atau SMK 3
11 Persiapan SMA atau SMK 9
12 Penjamah Makanan, SMA 2
snack, minuman
13 Sanitasi dan Kebersihan 2
14 Pencucian Skall 4
Sumber : Pedoman Pelayanan Gizi RS RK Charitas, 2019

4.1.4. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI yaitu Poliklinik/Puskesmas
Panca Usaha yang dibangun tahun 1986 sampai dengan 1994 dan pada tanggal 19
Juni 1995 Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI dengan kelas C. Tahun 2009 RSUD Palembang BARI telah
ditetapkan menjadi kelas B dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

Universitas Sriwijaya
81

241/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 2 April 2009 tentang Peningkatan Kelas RSUD


Palembang BARI milik Pemerintah Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 07.06/III/2044/09 tanggal 5 Juni 2009
tentang Pemberian Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dengan nama
“Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI” Pemerintah Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan (Profil RSUD Palembang BARI, 2019).
Berdasarkan surat keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Tahun
2015, RSUD Palembang BARI sudah melaksanakan penilaian akreditasi
Internasional di tahun 2014 (Join Commision International)/JCI dan akreditasi versi
2012 serta SNARS edisi 1. Adapun tujuan dari pelayanan gizi di RSUD Palembang
BARI adalah sebagai berikut:
a. Tercapainya pelayanan gizi yang optimal kepada pasien sehingga dapat
mengurangi hari rawat yang panjang.
b. Tercapainya pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
pasien untuk menunjang aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif serta
meningkatkan kualitas hidup.
Adapun jumlah ketengaan di Instalasi Gizi RSUD Palembang BARI dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Ketenagaan Instalais Gizi RSUD Palembang BARI
No Jenis Tenaga Pendidikan Jumlah
Formal
1 Ka. Instalasi Gizi S1 Gizi dengan 1
dasar D3 Gizi
2 Urusan Administrasi Minimna D3 Gizi 1
Logistik
3 Urusan D4 Gizi/Minimal 1
Penyelenggaraan D3 Gizi
Makanan
4 Urusan Asuhan Gizi S1 Gizi dengan 1
dasar D3 Gizi
5 Klinik Gizi Minimal D3 Gizi 1
6 Supervisor D3 Gizi 1
7 Pelaksana Asuhan Gizi D3 Gizi 1
Rawat Inap
S1 Gizi * 4
8 Produksi SMKK Boga 10

Universitas Sriwijaya
82

9 Distribusi SMKK Boga 10


10 Pramugudang SMU 2
Sumber: Pedoman Pengorganisasian RSUD Palembang BARI, 2015
*Ada penambahan CPNS ditahun 2020

4.1.5. Rumah Sakit Pusat Dr. Moehammad Hoesin


Rumah Sakit Pusat Dr. Moehammad Hoesin Palembang (RSMH)
didirikan tahun 1957 dan mulai operasional tanggal 3 Januari, RSMH yaitu rumah
sakit vertikal milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan SK
Menteri Kesehatan RI No. 1243/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005 tentang
penetapan 13 eks RS Perjan menjadi unit pelaksana Teknis Depkes RI dengan
merapkan pola pengelolaan keuangan Badan Umum. Sedangkan mengenai struktur
organisasinya diatur berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.
1680/Menkes/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan tata
kerja RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang. RSMH merupakan rumah sakit
vertikal UPT Kementerian Kesehatan RI dan status BLU. RSMH merupakan rumah
sakit pendidikan dan sudah terakreditasi nasional maupun internasional oleh badan
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 dan SNARS Edisi 1 serta JCI
(Join Commision International) dengan melayani pasien rawat inap sebesar 969
kapasitas tempat tidur (Pedoman Pengorganisasian RSMH, 2019).
Tahun 2017 sampai dengan sekarang Instalasi Gizi dipimpin oleh Ibu Maya
Ija, SST, MPH, RD dan pada tahun 2019 ada perubahan SOTK baru dan instalasi
gizi tetap dengan tiga Koordinator hanya perubahan nama menjadi Koordinator
Penyediaan Gizi, Koordinator Asuhan Gizi dan Koordinator Distribusi Gizi (nama
sebelumnya Koordinator Mutu & Keselamatan Pasien).
Adapun jumlah ketenagaan Instalasi Gizi RSMH Palembang dapat dilihat
pada Tabel 4.5.

Universitas Sriwijaya
83

Tabel 4.5. Ketenagaan Instalasi Gizi RSMH Palembang


No Jenis Ketenagaan PNS BLU Tenaga TOTAL
Jasa
Perorangan
A Menurut Jabatan
1 Kepala Instalasi Gizi 1 0 1
2 Koordinator 3 0 3
3 Staf 30 7 92 129
B Menurut Tingkat
Pendidikan
1 S2 Gizi Klinik 3 0 0 3
2 S1 Gizi 9 0 0 9
3 D4 Gizi Klinik 5 0 0 5
4 DIII/ Akademi Gizi 12 1 1 14
5 D1 Gizi 0 0 0 0
6 SMA/SMK Boga 3 6 90 99
7 SMP/SLTP sederajat 2 0 0 2
8 SD 1 0 0 1
Sumber: pedoman Pengorganisasian Instalasi Gizi RSMH, 2019

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1. Analisis Univariat
4.2.1.1. Gambaran Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama hari
rawat, jenis diet, komorbid, status gizi) pasien COVID-19 rumah sakit
rujukan di Kota Palembang

Gambaran karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar


responden berumur >40 tahun (55,4%), jenis kelamin laki-laki (52,7%), pendidikan
tinggi >SMA (90,2%), lama hari rawat <14 hari (69,6%), non komorbid (69,6%),
mendapatkan jenis diet makanan khusus (95,5%), mempunyai status gizi normal
(66,1%). Distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Gambaran Karakteristik Responden
No Karakteristik n %
1 Umur
<40 tahun 50 44,5
≥40 tahun 62 55,4
2 Jenis kelamin
Laki-Laki 59 52,7
Perempuan 53 47,3
3 Pendidikan
Rendah <SMA 11 9,8

Universitas Sriwijaya
84

Tinggi ≥SMA 101 90,2


4 Lama Rawat Inap
<14 hari 78 69,6
≥14 hari 34 30,4
5 Komorbid
Komorbid 50 69,6
Non-Komorbid 62 30,4
6 Jenis Diet
Diet Makanan Biasa 5 4,46
Diet Makanan Khusus 107 95,5
7 Status Gizi
Kurang 14 12,5
Normal 74 66,1
Lebih 24 21,4

4.2.1.2. Gambaran Daya Terima Makanan pasien COVID-19


Gambaran daya terima makanan pasien sebanyak 89 responden (79,46%)
menyatakan tekstur makanan baik, sebanyak 80 responden (71,40%) menyatakan
rasa makanan baik, sebanyak 75 responden (66,96%) aroma makanan baik,
sebanyak 79 responden (70,54%) menyatakan variasi menu baik, sebanyak 84
responden (75,00%) penampilan makanan baik dan sebanyak 87 responden
(77,68%) menyatakan penyajian makanan baik. Tabel distribusi dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Gambaran Daya Terima Makanan
No Variabel Daya Terima n %
1 Tekstur Makanan
Kurang 23 20,54
Baik 89 79,46
2 Rasa Makanan
Kurang 32 28,60
Baik 80 71,40
3 Aroma Makanan
Kurang 37 33,04
Baik 75 66,96
4 Variasi Menu
Kurang 33 29,46
Baik 79 70,54

5 Penampilan Makanan
Kurang 28 25,00
Baik 84 75,00

Universitas Sriwijaya
85

6 Penyajian Makanan
Kurang 25 22,32
Baik 87 77,68

4.2.1.3. Gambaran Sisa Makanan


Gambaran sisa makanan sebanyak 61 responden (54,46%) menunjukkan
sisa makanan tidak baik > 25%, sedangkan sisa makanan baik < 25% sebesar 51
responden (45,54%). Tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Gambaran Sisa Makanan
No Variabel Sisa Makanan n %
1 Tidak baik > 25% 61 54,46
2 Baik < 25% 51 45,54

4.2.1.4. Gambaran Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi


Gambaran implementasi kebijakan pelayanan gizi sebanyak 62 responden
(55,40%) menunjukkan implementasi kebijakan pelayanan gizi terlaksana dengan
baik, sedangkan implementasi kebijakan pelayanan gizi kurang terlaksana dengan
baik sebesar 50 responden (44,60%). Tabel distribusi frekuensi mengenai gambaran
implementasi kebijakan pelayanan gizi dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Gambaran Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi
No Variabel Implementasi Kebijakan n %
1 Kurang 50 44,60
2 Baik 62 55,40
Pada variabel implementasi pelayanan gizi dilakukan wawancara mendalam
terhadap informan.
4.2.2. Analisis Kualitatif
4.2.2.1. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berasal dari 5 rumah sakit yang terdiri dari 5
orang kepala seksi gizi, 5 orang kepala instalasi gizi, 5 orang Dietisien/Nutrisionis
ruang rawat COVID-19, 10 orang tenaga pengolahan dan 5 orang tenaga pramusaji.
Proses pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam (Indepth
Interview). Karakteristik informan dapat dilihat dari lama jabatan, lama bekerja dan
latar belakang Pendidikan.

Universitas Sriwijaya
86

Tabel 4.10. Karakteristik Informan


No Informan Instansi Jabatan Lama Jabatan Pendidikan
1 Informan 1 RSUD Siti Kabid 3 tahun S2
(KS 1) Fatimah Pelayanan
Medik
2 Informan 2 RS Ernaldi Kasie Gizi 3 tahun S1
(KS 2 Bahar
3 Informan 3 RS Direktur 1 tahun S1
(KS 3) Charitas Penunjang
Medik
4 Informan 4 RSUD Ka. 11 tahun S1
(KS 4) BARI Instalasi
5 Informan 5 RSMH Ka. 4 tahun S2
(KS 5) Instalasi
6 Informan 6 RSUD Siti Ka. 3 tahun S1
(KI 1) Fatimah Instalasi
7 Informan 7 RS Ernaldi Ka. 11 tahun D4
(KI 2) Instalasi
8 Informan 8 RS Ka. 3 tahun DIII
(KI 3) Charitas Instalasi
9 Informan 9 RSUD PJ 17 tahun S1
(KI 4) BARI
10 Informan 10 RSMH Koordinator 3 tahun DIV
(KI 5)
11 Informan 11 RSUD Siti Nutrisionis 3 tahun S1
(AG1) Fatimah Ruang
COVID-19
12 Informan 12 RS Ernaldi Nutrisionis 21 tahun DIII
(AG 2) Bahar
13 Informan 13 RS Nutrisionis 3 tahun DIII
(AG 3) Charitas
14 Informan 14 RSUD Nutrisionis 3 tahun DIII
(AG 4) BARI
15 Informan 15 RSMH Nutrisionis 3 tahun DIII
(AG 5)
16 Informan 16 RSUD Siti Pengolah 3 tahun SMA
(P1) Fatimah makanan
17 Informan 17 RSUD Siti Pengolah 3 tahun SMA
(P2) Fatimah makanan
18 Informan 18 RS Ernaldi Pengolah 15 tahun SMP
(P3) Bahar makanan
19 Informan 19 RS Ernaldi Pengolah 18 tahun SD
(P4) Bahar makanan
20 Informan 20 RS Pengolah 10 tahun SMA
(P5) Charitas makanan

Universitas Sriwijaya
87

21 Informan 21 RS Pengolah 7 tahun SMK


(P6) Charitas makanan
22 Informan 22 RSUD Pengolah 3 tahun SMA
(P7) BARI makanan
23 Informan 23 RSUD Pengolah 3 tahun SMA
(P8) BARI makanan
24 Informan 24 RSMH Pengolah 12 tahun SMA
(P9) makanan
25 Informan 25 RSMH Pengolah 8 tahun SMA
(P10) makanan
26 Informan 26 RSUD Siti Pramusaji 3 tahun SMA
(PJ 1) Fatimah
27 Informan 27 RS Ernaldi Pramusaji 15 tahun SMA
(PJ2) Bahar
28 Informan 28 RS Pramusaji 10 tahun SMA
(PJ3) Charitas
29 Informan 29 RSUD Pramusaji 5 tahun SMA
(PJ4) BARI
30 Informan 30 RSMH Pramusaji 7 tahun SMK
(PJ5)

4.2.2.2. Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi


Dalam analisis variabel Implementasi Pelayanan Gizi pada penelitian ini
menggunakan teori Van Meter & Van Horn dimana ke enam faktor tersebut yang
menjadi faktor dalam keberhasilan implementasi kebijakan pelayanan Gizi.
Keenam faktor tersebut yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumber daya,
karakteristik organisasi pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antar
organisasi serta lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Adapun kebijakan yang
menjadi panduan dalam implementasi pelayanan gizi di rumah sakit darurat rujukan
COVID-19 adalah buku panduan pelayanan gizi Rumah Sakit Darurat nomor HK
02.02/II/753/2020 terdiri dari 4 Bab dimana meliputi tujuan pelayanan gizi rumah
sakit darurat COVID-19, pelayanan gizi dalam perawatan pasien COVID-19,
pelayanan asuhan gizi dan dietetik pada pasien COVID-19 dan kegiatan
penyelenggaraan makanan pasien COVID-19. Panduan ini sebagai pedoman unit
instalasi gizi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi pada pasien COVID-19
di rumah sakit rujukan.
Kasus COVID-19 di rumah sakit pertama kali diumumkan satuan gugus
tugas penanganan COVID-19 pada 24 Maret 2020, 1 orang PDP (Pasien Dalam

Universitas Sriwijaya
88

Pengawasan) meninggal dunia di RSMH dimana PDP tersebut baru pulang dari
daerah terpapar yaitu Jakarta. Unit instalasi gizi melaksanakan kegiatan pelayanan
gizi sesuai dengan pedoman penanggulangan COVID-19 dalam melaksanakan
kegiatan penyelenggaraan makanan, pelayanan asuhan gizi, asuhan makanan dan
diet dengan tujuan memberikan pelayanan gizi optimal pada pasien COVID-19.
Penelitian ini dilaksanakan dengan teknik menggunakan wawancara
mendalam (Indepth Interview). Teknik ini dilakukan karena mengingat informan
yang menjadi narasumber tidak dapat dikumpulkan dalam satu waktu mengingat
jam kerja adalah shift, jenis pekerjaan yang berbeda dan dimasa pandemi yang
mengharuskan mengikuti protokal kesehatan dan protokol etik penelitian.
Analisis implementasi kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Rujukan
COVID-19 di Kota Palembang menurut teori Van Meter dan Van Horn (dalam
Agustinus 2006) akan dibahas antara lain:
a. Standar dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dasar kebijakan pelayanan gizi pada unit instalasi gizi berlandaskan
aturan yang ditetapkan pemerintah yang terdiri dari:
1. Surat Keputusan Pemerintah Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (revisi ke-3) No. HK.
01.07/MENKES/169/2020 dan panduan praktis pelayanan gizi darurat
COVID-19
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan;
4. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Lapangan
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional

Universitas Sriwijaya
89

8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional


Perbaikan Gizi
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tatalaksana Kementerian Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013
12. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/MENKES/169/2020
tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging
tertentu.
14. Keputusan Direktur RSUD Siti Fatimah Nomor 445/117/KPTS/RSUD-
SF/2018 tentang Kebijakan Pelayanan Gizi RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumatera Selatan
15. Keputusan Direktur RSUD Siti Fatimah Nomor 800/02/KPTS/RSUD-
SF/I/2019 tentang Perubahan Penetapan Tugas dan Jabatan Pegawai RSUD
Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
16. Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor
445/061.6/RSUD/2017 tentang Pedoman Nutrisi Rumah Skait Umum
Daerah Palembang BARI
17. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI nomor:
445/062.9/RSUD/2017 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI
18. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI nomor
445/0624/RSUD/2017 tentang Pedoman Asuhan Gizi Terintegrasi Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Universitas Sriwijaya
90

19. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang


Nomor: YM. 01.02/XVII.2/743/2019 Tentang Panduan Asuhan Gizi RSUP
Dr. Moehammad Hoesin Palembang
20. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang
nomor YM.01.02/XVII.2/744/2019 tentang panduan Penyediaan Gizi dan
Dietetik RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang
21. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang
Nomor: YM.01.02/XVII.2/738/2019 tentang Pedoman Pengorganisasian
Instalasi Gizi RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang
22. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang
Nomo: YM.01.02/XVII.2/742/2019 tentang Pedoman Pelayanan Gizi;
23. SPO Permintaan Makan Pasien Rawat Inap RSUP Dr. Moehammad Hoesin
Palembang No. 7.8.VI.2020.003 Tanggal 30 Juni 2020
24. SPO Diet dan Terapi Gizi pada Berbagai Kondisi Medis RSUP Dr.
Moehammad Hoesin Palembang No. 7.8.VII.2020.053
25. Surat Keputusan Direktur Utama RS RK Charitas Nomor 0208/ch-
Dir/KPTS-L/I-19 tentang Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Gizi RS RK
Charitas Revisi 2 Tahun 2019
26. Surat Keputusan Direktur Utama RS RK Charitas Nomor 0189/ch-
Dir/KPTS-L/I-19 tentang Pemberlakuan Pedoman Pengorganisasian RS RK
Charitas Revisi 2 Tahun 2019
27. SPO Prosedur Distribusi dan penyajian Makanan Pasien Infeksius COVID-
19 RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Nomor
445.1/0679/09.3.1/RS.ERBA/2020
28. SPO Permintaan Makanan Pasien Infeksius COVID-19 Instalasi Gizi RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Nomor
445.1/0678/09.3.1/RS.ERBA/2020.
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 01.07/MENKES/342/2020
tentang Standar Profesi Nutrisionis.

Universitas Sriwijaya
91

Menurut hasil wawancara terhadap informan bahwa mereka sudah mengetahui


bahwa pelaksanaan pelayanan gizi sudah mengacu pada peraturan yang ada, seperti
informasi yang diberikan informan:

” “Ya, saya tahu. Untuk dirumah sakit ini kita bekerja seperti biasa namun ada
beberapa kebijakan baru terkait COVID ini. Misalnya setiap karyawan harus
menerapkan 3 M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)” (KS
2).
“Kebijakan pelayanan gizi mengikuti dari peraturan pusat dan diturunkan dari
direktur utama rumah sakit yang dituangkan dalam bentuk surat keputusan,
panduan, pedoman, standar prosedur operasional” (KS 5)
Kemudian peneliti melakukan croschek terhadap tenaga pelaksana
(pengolahan makanan) apakah peraturan tersebut terlaksana dengan baik dan sudah
dipahami oleh pelaksana.

“Ado peraturan yang dibuat…dikasike kami…bedalah mbk namonyo COVID


dengan idak COVID, kami begawe lebih nambah soalnyo ado nyiapken makanan
petugas, makanan pasien nak dikotakin, jadwal nganternyo lebih cepat dari pasien
biaso…kepala instalasi ngasi tau apo yang standar baru, menu baru untuk covid,
APD yang harus dipake,,,dak boleh lepas masker lagi” (P3).
Rumah Sakit rujukan COVID-19 di Kota Palembang telah memiliki
kebijakan dalam melaksanakan pelayanan gizi pada masing-masing unit instalasi
gizi. Kebijakan nya yaitu adanya Surat Keputusan Direktur, standar operasional
prosedur (SOP), maupun instruksi kerja yang berisi kewajiban petugas itu sendiri.
Hal ini juga didukung dengan hasil checklist observasi pada saat pengambilan data,
terbukti di setiap tempat terpasang SPO untuk mengingatkan petugas serta standar-
standar kegiatan dalam pelayanan gizi seperti standar diet, siklus menu, standar
porsi, standar resep ditempel diruang persiapan dan distribusi makanan sehingga
memudahkan petugas dalam melaksanakan pekerjaan mereka serta dilakukan juga
briefing setiap pagi ataupun pergantian shift oleh Penanggung jawab (Dietisien)
atau dipimpin langsung oleh Kepala Instalasi Gizi.
Kebijakan yang ada sudah menyesuaikan pada aturan yang berlaku dalam
hal ini Kementerian Kesehatan tentang pencegahan pengendalian coronavirus pada
rumah sakit darurat. Kebijakan dibuat oleh Direktur Rumah Sakit yang
diberlakukan selama masa pandemi COVID-19. Kebijakan tersebut berisi

Universitas Sriwijaya
92

mengenai prosedur pelayanan gizi di rumah sakit rujukan COVID-19, manajemen


asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di unit instalasi gizi. Kegiatan ini
dimonitoring dan dievaluasi baik dari bidang penunjang medik yang membawahi
langsung unit instalasi gizi, komite PPI (Pengendalian Penyakit Infeksi), Komite
K3 (Kesehatan, keselamatan pasien). Adapun hasil wawancara dengan informan
yaitu sebagai berikut:
“Manajemen terus membuat terobosan, membetuk tim siaga covid untuk
mengantisipasi pasien-pasien COVID yang datang, memberikan APD pada
karyawan, memberikan makanan tambahan untuk karyawan sebagai imunitas dan
menyiapkan ruang isolasi karena diberikan SK oleh gubernur, dimulai dari 3 bed,
50 bed sampai sekarang 100 bed. Untuk pelayanan gizi sendiri mengganti menjadi
alat-alat disposible yang terkena COVID dan membatasi karyawan untuk masuk
keruangan. Pengantar makan hanya sebatas didepan (nurse station) menggunakan
APD level 3. Untuk regulasi kami pantau terus menerus” (KS 3).
Pelayanan nya tidak bisa tatap muka seperti dulu, tidak hanya pada pasien
COVID saja ya semua pasien ya karena kitakan pakai masker ya, jadi tauch
(sentuhan) kepasien nya agak kurang ya” (KS 3).
Untuk APD hanya menggunakan masker bedah jadi level 1 ya” (KS 3).

Kebijakan pelayanan gizi saat COVID-19 mengacu pada PERMENKES,


surat keputusan Direktur, standar prosedur operasional (SPO) dan alat makan
menggunakan disposable (sekali pakai), asuhan gizi tetap dilakukan secara daring,
penyelenggaraan makanan dilakukan dengan meminimalkan pertemuan dengan
pihak ke3.”
Peneliti melakukan analisis dan kroscek terhadap tenaga pengolahan dan
pramusaji apakah peraturan kebijakan pelayanan gizi secara menyeluruh diketahui
oleh tenaga pelaksana, berikut hasil wawancara dengan informan :
“Kalau disini masih sama. Kami dari pihak ke3 masih melaksanakan
pekerjaan kami baik sebelum COVID maupun adanya COVID sama saja ya, kami
hanya memasak atau mengolahnya saja, karena yang bagian plating nya masih
dirumah sakit pegawai nya yang mengerjakan.tapi kami tetap melaksanakan semua
kegiatan baik dari segi penerimaan bahan makanana penyimpanan itu sesuai
dengan standar akreditasi sesuai yang tertuang dalam butir perjanjian
Kerjasama”(P1).
Ada peraturan yang dibuat yang disampaikan kepala instalasi gizi. Beda
antara sebelum covid rasonyo pake APD samo bae pake masker, apron, topi.
Cuman kalo sebelum covid kan masih galak malas-malas pakai masker.nah
sekarang la covid jadi idak malas lagi pakai masker, jadi was-was takut kalau lepas
masker” (P4).

Universitas Sriwijaya
93

Kita kerja ikut aturan mbk, kita pakai APD lengkap sebelum masuk keruang
pengolahan, iya APD kita sama aja ya sebelum COVID maupun nggak, karena
kitakan sudah sering penilaian, standar APD kita itu yang begitu, jadi kalau masker
ini alhamdulillah gak pernah lepas lepas lagi, soalnya takut juga ya kalu kena
COVID. Ada peraturan, standar SPO yang sudah kita baca dan itu yang kita
kerjakan misalnya standar diet DM, nah itu kita harus sesuai.kita kan shift juga
mbk… jadi juga harus operan” (P10).

Kemudian hasil wawancara ini di lakukan kroscek juga dengan observasi


dilapangan, dengan melihat apakah semua peraturan ini ada di setiap tempat
bekerja, Adapun hasil observasi yaitu :
Tabel.4.11. Ceklist observasi Standar Kebijakan

No Subjek Observasi Standar Tidak Standar


1 Ketersediaan peraturan (SK, SPO) √
2 Adanya alur pelayanan √
3 Kegiatan mengikuti SPO √
4 Standar Diet yang diberikan √
5 Standar Menu √

Berdasarkan hasil observasi dilapangan rumah sakit telah menetapkan surat


keputusan mengenai kegiatan pelayanan gizi. Kegiatan pelayanan gizi tetap
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan Kesehatan maupun standar
akreditasi nasional. Pada saat pandemi COVID-19 kegiatan pelayanan gizi diatur
dan disesuaikan dengan peraturan kementerian Kesehatan terkait infeksi untuk tetap
menjaga keamanan baik pasien, petugas Kesehatan maupun lingkungan di rumah
sakit. Adapun cuplikan surat keputusan dapat dilihat pada gambar 4.1.

Universitas Sriwijaya
94

Gambar 4.1. Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan Gizi

Universitas Sriwijaya
95

b. Sumber daya
Sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan gizi
meliputi :
1) Sumber dana
Sumber dana bagi pelayanan gizi pasien COVID-19 tidak dibedakan dengan
pelayanan non-COVID-19, sebagaimana hasil wawancara :
“….Terkait anggaran karena kami rs swasta tidak ada, tapi seperti APD itu ada
diberikan. dan pemerintah juga menjamin setiap warga negara yang terkena
COVID nah mungkin itu yang bisa kami klaim. Anggaran makan minum pasien
tidak ada beda.” (KS 3).

“ya…rumah sakit menyiapkan ya, Alhamdulillah tidak ada kendala…anggarannya


sama seperti pasien non COVID, masih gabung disana ya…kita rumah sakit pakai
anggaran BLUD ya, dan sistemnya masih outsourching… direncanakan sudah mau
mulai swakelola ditahun ini..”

Pendanaan rumah sakit pemerintah, berasal dari anggaran BLUD (Badan


Layanan Umum Daerah) dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) serta
dari Kementerian (untuk rumah sakit vertikal). BLU dibentuk pemerintah sebagai
lembaga untuk menghasilkan produk barang jasa dengan tidak mengutamakan
keuntungan namun orientasi pada produktifitas yang merujuk Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011). Rumah sakit pemerintah saat ini sudah status
BLU. Sedangkan RS swasta berdasarkan dana dari Yayasan dan pemasukan rumah
sakit. Terdapat perbedaan sumber dana dari masing-masing rumah sakit, rumah
sakit yang mendapatkan biaya dari pemerintah dapat mengusulkan anggaran tiap
tahun sesuai dengan kebutuhan, namun juga tidak semuanya usulan dapat
terlaksana mengingat ada pengelola anggarannya sendiri. Sedangkan pada rumah
sakit swasta sumber dana yang berasal dari yayasan dapat mudah didapatkan dan
prosedurnya tidak terlalu sulit dengan aturan birokrasi.
Pengeluaran rumah sakit swasta didapatkan dari pemasukan pelayanan.
Biaya pemeliharaan sebuah rumah sakit swasta ditanggung sendiri oleh
manajemen. Pemerintah maupun swasta mendanai sistem pelayanan kesehatan di
Negara ini. Rumah sakit swasta memberikan kontribusi 70% pendanaan sehingga

Universitas Sriwijaya
96

dalam melakukan pelayanan swasta sangat menghitung dan mempertimbangkan


cost sebelum menetapkan tarif layanan.
Sumber dana dalam kegiatan makan minum pasien di rumah sakit
ditetapkan setiap tahun nya dengan melakukan perencanaan anggaran pada tahun
sebelumnya dengan melihat keterisian tempat tidur BOR di tahun sebelumnya.
Perencanaan anggaran yang diajukan oleh instalasi gizi ke bidang penunjang medik
yang dilanjutkan kebagian perencanaan atau pengembangan untuk diajukan
kepemerintah daerah. Selanjutnya pada saat anggaran telah ditetapkan maka
dibentuklah panitia lelang pengadaan bahan makanan. Dari ke 5 rumah sakit
terdapat 4 rumah sakit melakukan kegiatan pengadaan makan minum pasien dengan
menggunakan lelang (lumpsum). Direktur mengeluarkan Surat Keputusan
penunjukkan Pejabat Pembuat Komitmen kegiatan pengadaan makan minum
tersebut dengan besaran anggarannya. Selanjutnya Pejabat pembuat komitmen
(PPK) ini lah yang akan menyiapkan berkas dalam pengadaan. Kegiatan lelang
dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Provinsi (ULP). Setelah dilakukan seleksi
dalam pemilihan maka ditetapkan dan diumumkan pemenangnya. PT/CV yang
dinyatakan lolos/menang selanjutnya yang bertanggung jawab mengirimkan bahan
makanan sesuai dengan spesifikasi bahan.
Besaran dana yang ditetapkan oleh rumah sakit masing-masing berbeda
disesuaikan dengan jumlah pasien dan kapasitas tempat tidur. Berdasarkan surat
Keputusan Gubernur Sumatera Selatan nomor 163/KPTS/BPKAD/2020 tentang
Standar Biaya Umum Tahun 2020 di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan yaitu Rp. 100.000,-/OH (orang hari).

Universitas Sriwijaya
97

Gambar 4.2. Surat Keputusan (SK) Gubernur tentang SBU

Universitas Sriwijaya
98

Untuk rumah sakit swasta (Yayasan) melakukan kegiatan secara mandiri


artinya rumah sakit melakukan belanja sendiri sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur ada penanggung jawab dalam kegiatan ini. Penanggung jawab menunjuk
tim nya untuk melaksanakan tugas belanja setiap hari dengan menyesuaikan jumlah
dan spesifikasi yang telah ditetapkan, apabila tidak sesuai dengan spesifikasi bahan
maka akan dikembalikan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap informan berikut ini:
Emm…kita rumah sakit swasta ya bu….sumber dana kita itu dari Yayasan,
kita belanja secara langsung,, ada PJ yang belanjanya,, kalo sebelum COVID kita
belanjanya setiap hari barang datang ya bahan makanan basah kalau bahan kering
sebulan 2 kali. Namun karena COVID ini kita membatasi sehingga hanya 2 kali
saja dalam seminggu untuk mencegah penularan juga sama tenaga gizi dan
pekaryanya. (KS 3)
Sejauh ini masih cukup ya dianggarkan dananya dari manajemen” (KS 3).

COVID-19 merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk mengaktifkan


kembali prosedur kebencanaan sebagai fasilitas pelayanan Kesehatan utama dalam
menangani pasien COVID-19. Rumah sakit perlu meningkatkan manajerial
pelayanan klinik dengan menyiapkan fasilitas dan peralatan yang sesuai standar.
Biaya penanganan pasien COVID-19 di rumah sakit relatif tinggi, karena
memerlukan ruang isolasi khusus, disamping komponen biaya perawatan lain yang
mahal seperti antivirus, terapi oksigen dan perawatan insentif dengan ventilator
untuk menangani pasien berat dan kritis (Bartsch et al., 2020).
Seluruh biaya perawatan pasien COVID-19 ditanggung pemerintah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2016 tentang pembebasan
biaya pasien penyekit infeksi Emerging (PIE) tertentu. Pembiayaan pasien COVID-
19 yang dirawat dapat diklaim ke Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan
Keehatan. Dalam melayani kejadian COVID-19, Kementerian Kesehatan telah
menetapkan 132 rumah sakit rujukan COVID-19 melalui keputisan Menteri
Kesehatan Nomor HK. 01.07/Menkes/275/2020 tentang penetapan Rumah Sakit
Rujukan Penanggulangan penyakit Infeksi Emerging Tertentu/COVID-19.
Pemerintah Daerah Provinsi juga menetapkan rumah skait rujukan COVID-19
sebanyak 921 rumah sakit rujukan per-tanggal 24 November 2020 (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).

Universitas Sriwijaya
99

Selama masa pandemi hampir semua rumah sakit mengalami masalah


keuangan walaupun seluruh biya perawatan pasien COVID-19 ditanggung
pemerintah, ini dikarenakan sebagian besar masyarakat menahan diri untuk pergi
kerumah sakit takut tertular COVID-19. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah
kunjungan pasien ke rumah sakit yang drastis dan pendapatan rumah sakit menurun
hingga 50% (Giusman, et al. 2020). Hal ini serupa dengan pernyataan salah satu
informan yaitu:
Selama pandemi ya mbk…ada pengurangan pegawai, ada yang resign,
pasien sedikit utamanya rawat jalan ya mbk…jadi gaji kita juga berkurang (P3).

2) Sumber daya manusia


Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap informan menghasilkan
ketenagaan yang tersedia belum mencukupi yaitu tenaga dibagian pengolahan dan
pramusaji, sebagaimana hasil wawancara:
“…..Untuk SDM tambahan sih tidak ya, karena pada saat pandemi ini karyawan
banyak yang resign atau pun pensiun dini, kemudian hari kerja juga dipotong 50%
(ini saat wfh diawal tahun 2019, tapi sekarang sudah mulai normal berangsur
pasien sudah agak naik….” (KS 3)

“...dengan SDM 22 orang dengan masa kerja lebih kurang 13 tahun pelayanan di
instalasi gizi berjalan dengan baik dan lancar walaupun dengan SDM yang
terbatas.” (RS B, KI)
“Ahli gizi kita ada 6, pramusaji 3, kitakan outsourching ya, jadi untuk yang
mengolah kan pihak catering.” (KI 1)

Sumber daya manusia (ketenagaan) di pelayanan gizi meliputi tenaga gizi


(Dietisien/Nutrisionis), tenaga pengolahan dan tenaga pramusaji. Unit Instalasi gizi
dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi gizi dan dibantu penanggung jawab masing-
masing kegiatan. Berbeda rumah sakit berbeda pula sistem organisasinya dimana
untuk rumah sakit vertikal milik kementerian kepala instalasi gizi setara dengan
kepala bidang penunjang medik dan dibawah langsung Direktur umum. Sedangkan
rumah sakit milik pemerintah provinsi setelah kepala instalasi terdapat kepala seksi
gizi yang membawahi nya serta pelaporan langsung keatasannya yaitu kepala
bidang penunjang medik dan ini dibawah wadir medik dan keperawatan. sedangkan
Sumber daya manusia dalam pelayanan gizi di RS Rujukan ini sebagian sudah

Universitas Sriwijaya
100

mencukupi sesuai dengan pola ketenagaan, namun sebagian belum sesuai standar.
Walaupun demikian, Kepala Instalasi dan koordinator teknis dilapangan melakukan
upaya aksi dan solusi dimana dengan jumlah SDM terbatas namun mampu
menyelesaikan semua pekerjaan sesuai dengan tupoksi, porsi dan beban kerjanya.
Perencanaan kebutuhan tenaga telah disusun dan dilaporkan pada manajemen untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar rumah sakit.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan HK.01.07/MENKES/2020
tentang standar profesi nutrisionis bahwa dibutuhkan sumber daya manusia dalam
hal ini nutrisionis dan dietisien yang kompeten sehingga mampu melaksanakan
pelayanan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang gizi. Keberadaan
nutrisionis yang kompeten sangat dibutuhkan mengingat saat ini Indonesia
mengalami masalah gizi ganda. Kompetensi seorang nutrisionis dan dietisien
memiliki komunikasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang baik
kepada tenaga pengolahan dan tenaga pramusaji sehingga diet yang diberikan dapat
maksimal dan sesuai dengan order diet.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan mengatur
bahwa tenaga gizi merupakan salah satu kelompok tenaga Kesehatan, dan terdiri
atas Nutrisionis dan Dietisien. Dalam hal mencegah terjadinya dan menanggulangi
gizi diperlukan Nutrisionis yang kompeten sehingga mampu menjalankan
pelayanan gizi dalam pencegahan dan penaggulangan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang gizi.
Untuk menghasilkan nutrisionis yang kompeten diperlukan standar
kompetensi nasional yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 374 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Gizi yang
berisi standar kompetensi, standar Pendidikan, kode etik gizi dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pekerjaan dan
Praktik Tenaga Gizi.
Dietisien maupun nutrisionis di rumah sakit harus mampu melakukan
kegiatan penyelenggaraan makanan (food service), dan clinical Nutrition
khususnya dalam hal ini pada penatalaksanaan pasien COVID-19. Dalam hal

Universitas Sriwijaya
101

melakukan kompetensinya dan sesuai dengan tugas pokok, uraian jabatan maka
nutrisionis maupun dietisien melakukan praktik asuhan gizinya dimulai dari hasil
skrining gizi pasien di rawat inpa dan rawat jalan, apabila hasil skrining yang
dilakukan perawat menunjukkan resiko malnutrisi atau kondisi khusus maka di
rujuk kepada nutrisionis/dietisien.
Saat penelitian dilakukan nutrisionis/dietisien (Ahli Gizi) melakukan
kegiatan pelayanan gizi rawat inap (clinical nutrition) secara daring dan hanya
sebatas area zona hijau. Namun terdapat satu rumah sakit yang melaksanakan sama
seperti pada pasien non COVID-19 yaitu dengan menggunakan APD lengkap.
Dalam melakukan pelayanan pada pasien COVID-19 ini ahli gizi terus
meningkatkan keterampilan dan kompetensinya dengan mengikuti webinar online
terkait penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien COVID-19 dan bagaimana tata
laksana dalam food service. Sedangkan dari pihak rumah sakit intalasi gizi masih
belum mendapatkan sosialisasi atau pelatihan terkait covid-19 dikarenakan masih
dianggap tenaga gizi tidak melakukan secara langsung pada pasien COVID-19.
Kendala ini yang masih membuat tenaga pengolah, pramusaji yang masih
mengalami ketakutan akan terpapar COVID-19 diawal pandemic. Namun seiring
waktu berjalan tenaga pengolah, pramusaji sudah mengikuti intruksi dari atasan
untuk tetap menjaga protokol Kesehatan dan bekerja sesuai dengan standar
operasional prosedur masing-masing.

3) Sarana dan prasarana


Sarana prasarana berupa gedung, APD, fasilitas lainnya didapatkan dari
bantuan pemerintah, hibah, ataupun anggaran sendiri, namun untuk anggaran
makan minum pasien COVID-19 masih menyatu dengan makan minum pasien non
COVID-19, sebagaimana hasil wawancara :
“….fasilitas Alhamdulillah cukup lengkap” (RS B, KS)
“….dapat bantuan ventilator dari pemerintah. Untuk pasien covid disini
mendapatkan fasilitas ruang sendiri-sendiri 1 bed (bisa dikatakan standar kelas
1)” (RS C, KS)

Fasilitas rumah sakit rujukan terus melengkapi sesuai dengan kebutuhan dan
standar aturan, namun, terdapat beberapa peralatan yang dibutuhkan rutin kurang

Universitas Sriwijaya
102

tersedia karena berbagai faktor pandemi. Fasilitas rumah sakit rujukan COVID-19
dan non COVID-19 berbeda, yaitu pada umumnya instalasi gizi rumah sakit
mengikuti keamanan pangan sesuai syarat pengendalian COVID-19 yaitu suhu saat
diterima, memastikan makanannya aman dan tidak terpengaruh oleh COVID-19.
Keamanan Pangan merupakan keadaan dalam menjaga kualitas makanan untuk
mencegah kontaminasi dan penyakit COVID-19. Higiene makanan didefinisikan
sebagai keadaan yang menjamin keamanan pangan mulai dari produksi hingga
penyajian COVID-19. Makanan yang disiapkan oleh instalasi gizi rumah sakit
harus menyediakan semua informasi gizi yang diperlukan yaitu bahan, zat aditif.
Label makanan harus termasuk: pernyataan bahan, nama dan tempat usaha
produsen, pengemas, atau distributor makanan, jumlah isi bersih, informasi alergen.
Adapun manajemen instalasi gizi rumah sakit rujukan selama pandemi COVID-19
terdiri atas perencanaan menu, kontrol kualitas, manajemen keuangan manajemen
pribadi, manajemen makanan, manajemen peralatan, manajemen area, dan
manajemen material (Madi et al., 2020b).
Instalasi gizi menyiapkan alat makan khusus bagi pasien COVID-19 yaitu
alat makanan disposable, dimana alat makan ini tidak kembali lagi ke area
pencucian intalasi gizi namun langsung dibuang di kotak sampah infeksius diruang
isolasi. Sedangkan pada pasien non-COVID-19 menggunakan alat makan ompreng,
plato, keramik sesuai kelas perawatan dan dicuci di ruang pencucian instalasi gizi.
Selain itu juga untuk air minum pasien mendapatkan air mineral botol atau pun cup
sebanyak 2-3 liter/hari. Waktu pendistribusian setengah jam lebih awal
dibandingkan dengan pasien non COVID-19. Perawat, pramusaji, serta
Dietisien/Nutrisionis melaksanakan pekerjaan layanan gizi menggunakan virtual
(daring) di 4 rumah sakit, namun di satu rumah sakit tenaga nya mengantarkan
sendiri ke ruang pasien isolasi ataupun langsung mengasesment gizi pasien di ruang
isolasi.

c. Karakteristik Organisasi Pelaksana


Berdasarkan hasil wawancara dengan informan SPO sudah ada dibuat,
semua panduan, instruksi, uraian tugas sudah dibuat, ditempel ditempat-tempat
yang mudah terlihat, dan sebelumnya dijelaskan oleh kepala instalasi, koordinator

Universitas Sriwijaya
103

atau penanggung jawab serta ahli gizi sebagai pengawas yang selalu mengingatkan.
Menurut teori kebijakan Van Meter & Van Horn (dalam Agustino, 2006), pelaku
atau aktor dalam melaksanakan kebijakan seharusnya mentaati aturan dengan ketat
dan keras berkarakter dengan demikian implementasi kebijakan dapat terlaksana
dengan baik. Capaian pelaksanaan layanan gizi sangat terpengaruh dari
karakteristik pelaksana kebijakan. Secara spesifik rumah sakit rujukan sangat serius
untuk menghasilkan pelayanan prima dengan membentuk aturan regulasi, sistem
dalam mendukung tercapainya kegiatan dengan baik, contohnya diterbitkan surat
keputusan Direktur, standar operasional prosedur (SOP), standar diet, dan lainnya.
Kemudian tidak hanya karakteristik teknis saja namun perlu adanya keselarasan
kemampuan, pendidikan dengan penempatan pelaksana.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh data mean setiap pertanyaan
yang diajukan kepada responden di lima lokasi penelitian yaitu nilai mean dengan
kriteria “sangat tinggi” terdapat pada 3 pertanyaan. Pertanyaan P2, P4, P5.
Pertanyaan P2 yaitu Petugas melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan SOP
mendapakan nilai mean sebesar 4,57 hal ini menunjukan bahwa kebijakan yang
dibuat oleh pihak rumah sakit sudah dilaksanakan sesuai dengan standar
operasional prosedur. P4 yaitu petugas melakukan distribusi makanan tepat waktu
menunjukan bahwa pasien mendapatkan makanan tepat waktu serta P5
menunjukan bahwa Dietisien/nutrisionis telah memberikan diet sesuai dengan
prediksi diet pasien COVID-19. P11 yaitu pertanyaan yang dinilai responden
dengan kriteria “Cukup” pemasalahan yang timbul dalam kebijakan ini yaitu tidak
mampu menerapkan kebijakan dengan maksimal, artinya responden mengatakan
bahwa tidak ada permasalahan yang terjadi. Kesimpulannya antara data hasil
wawancara mendalam yang diberikan informan yang ada di instalasi gizi serta
dengan hasil observasi dan analisis deskriptif kuisioner menunjukan bahwa pihak
rumah sakit dalam hal ini bagian instalasi gizi telah malaksanakan kebijakan terkait
pelayanan gizi dengan baik karena standar prosedur yang mereka laksanankan
sudah disesuaikan dengan keadaan dari pasien COVID-19. Standar prosedur
operasional yang dilakukan sudah berdasarkan protokol kesehatan menggunakan
APD lengkap, tidak melakukan tatap muka dengan pasien COVID-19 tetapi melalui

Universitas Sriwijaya
104

video call untuk meenanyakan keadaan fisik dan klinis serta mengambil beberapa
data yang diperlukan melalui rekam medik dengan menggunakan form khusus.
Adapun berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak informan instalasi
gizi tidak ditemukan masalah pada pelaksanaan SPO.
Hal ini dapat digambarkan dari hasil wawancara dengan informan sebagai
berikut:
“em…sudah mengikuti kegiatan sesuai pedoman…,dibuatkan
SOP,,....pemberiannya sebatas nurse station, kalo untuk pasien mungkin tempat
makan ya ,,selama ini ompreng,,khusus pasien COVID alat khusus
disposable…e..selama pandemi ini disosialisasikan ya…ya memang…seminggu
sekali lah diingatkan ke kawan-kawan..”(BKI54)

Hasil wawancara dengan informan selama penelitian dan observasi


diketahui bahwa untuk pasien COVID-19 yang tidak memiliki penyakit komorbid
diberikan standar diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein) ada yang 2500 kkal,
2600-3000 kkal. Sedangkan pada pasien yang memiliki komorbid diberikan dengan
menyesuaikan jenis penyakitnya dan tetap memberikan tambahan mikronutrien dan
antioksidan sebagai upaya menjaga daya tahan tubuh, diet nya antara lain diet
diabetes mellitus, jantung, rendah garam (hipertensi), hiperkolesterol, dislipidemia,
dll. Petugas pelaksana menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan aturan yang
sudah dibuat, dan sudah bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan.

“Selama ini sih tidak ada masalah cuman memang APD ya lebih ditingkatkan,
kalau sebelumnya gak pakai masker mengantar makanan sekarang pakai. kalau
dipengolahan iya biasa memang harus pakai APD baik sebelum covid maupun
sekarang covid, untuk sarana prasarana kita semuanya alatnya baru dan untuk
khusus covid ruangannya kan terpusat di lantai 6 semuanya..”. (RS A, PR)
” pasien diberikan diet TKTP dengan energi 2500 kkal..” (RS E, KI)
“Apabila pasien covid ada penyakit tertentu diberikan diet sesuai penyakit” (RS A,
PO)
“…Pasien covid diberikan 3 x makan + 2 x selingan, air mineral 10 cup..” (RS E,
KS)
“….Makanan diberikan juga kepada keluarga pasien pendamping pasien anak dan
geriatrik…”(RS E, KS)
Dalam mencapai keberhasilan implementasi kebijakan pelayanan gizi
sangat dipengaruhi oleh tenaga yang sesuai dengan bidangnya serta kedisiplinan

Universitas Sriwijaya
105

dan kepatuhan pelaksana. Disisi lain keberhasilan implementasi juga dalam kontek
pelaksananya dibutuhkan demokratis dan persuasif. Dengan demikian dibutuhkan
pemahaman kondisi karakter tenaga pelaksana dalam menerapkan aturan dan
kebijakan. Seorang pimpinan, atasan harus dapat mengkondisikan keadaan stafnya
agar tujuan yang akan dicapai dapat berhasil. Sesuai dengan hasil wawancara pada
penelitian ini:

“……..disini banyak orang, banyak tenaga dengan karakter yang berbeda-


beda, ada yang bersikap reject, ada yang cuek, ada yang mendukung……nah itu
harus bisa di rangkul…jujur….ini berat tapi tetap dilaksanakan….kita bekerja
untuk yang baik kok..saya kumpulkan staf saya…saya pantau lewat WA grup setiap
kegiatan....”” (RS E, KS)
“”……..tenaga kita ini heterogen ya mbk…dengan tingkat pendidikan beda-
beda, kadang kita ngomong apa nafsirnya beda, harus didikte nian kalau nak
ngasih tau standar..contohnya standar resep…dimenu sudah ditulis ikan bumbu
bali….tapi yang jadi ikan bumbu acar.., kadang diomongin itu sayurnyo
keasinan,,,,,,,katonyo la pas….jadi memang kadang nak pelan-pelan nian
njelaskennyo….tapi ado jugo yang cepat nangkapnyo…hasil kerjonyo bagus….cak
itulah mbk ””” (RS B, D)
Hasil observasi dilapangan dengan melakukan pedoman observasi diperoleh
bahwa :

No Subjek Observasi Jumlah Standar Tidak


tersedia Standar
1 Ketersediaan SK Direktur √ √
2 Ketersediaan SOP √ √
3 Ketersediaan siklus menu √ √
4 Ketersediaan standar diet √ √

d. Komunikasi antar Organisasi Pelaksana


Komunikasi dan informasi dilakukan dimulai dari pimpinan teratas sampai
paling bawah. Penyampaian penjelasan atau aturan kebijakan dimulai dari pembuat
kebijakan itu sendiri yang selanjutnya secara struktur hierarki disalurkan baik
secara lisan maupun tulisan dalam bentuk surat keputusan. Implementasi kebijakan

Universitas Sriwijaya
106

dapat optimal jika pembuat keputusan memahami yang akan dilakuakan, dengan
demikain setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi dikomunikasikan
kepada pelaksana kebijakan dengan benar. Penyampaian informasi kebijakan
pelayanan gizi secara teknis dilakukan oleh koordinator atau ahli gizi kepada tenaga
pengolahan, pramumasak, maupun pramusaji. Informasi yang disampaikan kadang
terhambat disebabkan unsur pengetahuan, pendidikan atau cara menyampaikan
pada pelaksana, sehingga sering terjadi miskomunikasi.
Pada penelitian ini diperoleh pendidikan tenaga pelaksana
(pengolah/pramumasak, pramusaji) tingkat pendidikannya ada yang SD sampai
dengan SMU serta kurangnya dukungan pelatihan ataupun keterampilan. Dalam
penyampaian informasi dibutuhkan kredibilitas sumber informasi dan harus
memperhitungkan kemampuan dari sasaran penerima pesan seperti tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan tenaga pengolah makanan dalam
menerima informasi terutama cara mengolah makanan (Zela.et.al, 2019).
Tenaga pelaksana sudah diberikan penjelasan mengenai tugas masing-
masing, standar dan jadwal tentang distribusi diit kepada pasien. Komunikasi
dilakukan baik internal maupun eksternal sehingga pelaksanaan diit pasien
terpantau dan indikator mutu ketepatan diit juga sesuai standar pelayanan.

“….kalo untuk covid la dibuat standarnyo…jadi kami cuman gawekennyo bae


mbk….distribusi makanannyo itu maju setengah jam dari pasien non covid,,, jadi….
kami la antarken keruangan lebih awal setengah jam, kareno kan perawat nak pake
hazmat nak ngasihken ke pasiennyo. Alhamdulillah selamo ini kami masih tepat
waktu ngasihkennyo, katik masalah, katik complain….(RSE, PR)
Pemberian diit pasien sangat mempengaruhi kondisi pasien. Dengan
demikian implementasi kebijakan dan perintah terlaksana dengan tepat, akurat dan
dimengerti petugas yang menghasilkan petugasnya lebih kreatif dan mematuhi
arahan dari pembuat kebijakan.

Adapun peneliti juga menanyakan kepada informan mengenai cara


penyampaian komunikasi yaitu cuplikan wawancara berikut :

“Sejauh ini lancar ya, saya terus memantau baik dari laporan koordinator,
maupun dari grup whatsap saya pantau, walau hari libur pun saya tetap pantau”
(KS 5).

Universitas Sriwijaya
107

Komunikasi yang dilakukan oleh atasan (kepala instalasi gizi, penanggung


jawab ataupun koordinator dan tenaga pengolahan dan pramusaji dilakukan secara
baik dilaksanakan yang dipantau terus oleh atasan secara tertulis maupun secara
online.

e. Sikap para Pelaksana


Hasil wawancara yang dilakukan pada informan mengatakan mereka
menyetujui pekerjaan kegiatan penyelenggaraan bahan makanan dan menunjukkan
sikap memperlihatkan terlaksananya kegiatan sesuai tahapan yang ditetapkan mulai
dari perencanaan sampai penyediaan dan persiapan bahan makanan sesuai menu
berpedoman pada panduan pelayanan gizi darurat, kemudian masih adanya rangkap
tugas yaitu ahli gizi masih terlibat dalam membantu pekerjaan tenaga
pendistribusian dan penyajian makanan.

“…mendukung ya..inikan gawean kami istilahnyo periuk nasi kami jadi senengla
kerjo disini...” (RS E, PO2)
“…kalo asuhan gizi diruangan isolasi covid tetap dilakukan cuman kami pake
daring, video call samo pasien nak nanyo asupannyo samo lihat data rekam medis
untuk data pendukung assessment kami…” (RS C, D)
….”tadinyo diawal covid mbk ya kami idak keruangan asuhan nyo, idak masuk nian
kayak pasien non covid…nimbang ngukur tinggi badan berat badannyo….kami
hanya sebatas nurse station…namun seiring waktu adanya kendala…akhirnya
manajemen membuat aturan lagi…kami tetap ngerjoin asuhan gizi kayak biaso
cuman bedanyo kami samo kayak perawat, kami pake APD lengkapnyo, pake
hazmat. Nah yang ditunjuk khusus sesuai SK aku dewek mbk..jadi khusus ruang
covid aku dewek ahli gizinyo…..””(RS D, DN)

“jadi..seperti yang sebelumnya saya jelaskan, saya menjabat kasie gizi ini
baru 3 bulan,,…..memang cukup kelimpungan, kami harus menyesuaikan diri, jadi
manajemen berusaha untuk ..e terobosan-terobosan, membentuk tim siaga covid,
segala lini..e..selain koordinasi internal,,jadi kami membentuk skrining, kami
melengkapi karyawan dengan APD, memberikan makanan tambahan juga untuk
karyawan,, dan kami juga harus menyiapkan ruang isolasi ya..uda 103 ya..tepat
nya untuk instalasi gizi ada ya alat makan kami ganti alat makan disposable,
karyawan juga dibatasi untuk masuk,,jadi nanti pramusaji gak masuk keruangan
ya..nanti perawat yang membawa masuk keruang isolasi,,nah itu ya bu,,kurang
lebih nya (RS C, KS).

Universitas Sriwijaya
108

Pemahaman pelaksana tentang tujuan umum maupun ukuran dasar dan


tujuan kebijakan merupakan satu hal yang penting. Implementasi kebijakan yang
berhasil harus diikuti oleh kesadaran terhadap kebijakan tersebut secara
menyeluruh. Hal ini berarti kegagalan suatu implementasi kebijakan sering
diakibatkan oleh ketidaktaatan para pelaksana terhadap kebijakan. Dalam kondisi
seperti inilah persepsi individu memegang peran.
Sikap penerimaan atau penolakan dari segi pelaksana kebijakan sangat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil
formulasi tenaga yang ada yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang
mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat
mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu
menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.
Berkaitan dengan sikap pelaksana diperoleh hasil yang sudah baik yaitu
pelaksana telah melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan sesuai prosedur
kerja. Hasil pengamatan pasien mengatakan puas sehingga pelayanan yang
dihasilkan memiliki mutu, efektif, nyaman. Pramusaji berperan dalam memberikan
kepuasan pasien dan membantu mencapai status kesehatan yang baik melalui diit
yang tepat yang secara tidak langsung akan memberi keuntungan bagi rumah sakit.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi, mulai dari asuhan gizi rawat inap,
rawat jalan, penyelenggaraan makanan sudah berjalan dengan baik dalam kondisi
pandemi ini serta semua pelaksana baik Dietisien, Nutrisionis, pemasak, pramusaji
sangat mendukung dan mentaati aturan kebijakan untuk mencapai layanan prima.
f. Lingkungan Pelaksana
Lingkungan pelaksana dalam hal ini bidang ekonomi, sosial, politik yang
tidak kondusif dapat mempengaruhi tidak tercapainya implementasi kebijakan.
Karena itu, upaya untuk mengimplentasikan kebijakan harus memperhatikan
kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Penyelenggaraan pelayanan prima tidak terlepas dari kinerja kepala
instalasi, kepala seksi, kepala bidang, Direktur, organisasi profesi, tim PPI
(Pencegahan pengendalian Infeksi), bagian perencanaan dan pengembangan

Universitas Sriwijaya
109

program dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan gizi sehingga pelayanan


kepada pasien dapat optimal.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi dilapangan, pelaksana merasakan ada
kekhawatiran dalam melaksanakan pekerjaan mengingat takut mereka juga akan
terpapar COVID-19, namun terbantukan juga petugas khususnya yang bekerja
diruang isolasi COVID-19 maupaun yang ruangan yang memiliki resiko maka
kebijakan masing-masing rumah sakit memberikan makanan tambahan kepada
petugas tersebut (makanan tambahannya yaitu susu dan telur serta makanan
lengkap diwaktu pagi atau siang sesuai shift.
Adapun hasil wawancara terhadap salah satu informan:
“……Alhamdulillah mbk…kalau sekarang agak mendingan gak
cemasan….ya..kalo diawal baru covid ya mbk kami takut, was-was, sedikit stress
la mbk…ditambah pake masker dan gown saat antar makan….” (RS C, PR).
“.pemerintah mendukung…..kami diberikana bantuan masker, APD, ada juga
organisasi profesi yang kasih APD, makanan, buahan dan vitamin untuk
penyemangat dan daya tahan tubuh kami mbk…” (RS C, KI).
Kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi juga dipengaruhi oleh kelengkapan
dan kondisi alat makan yang disajikan dan juga keadaan tempat dan peralatan
makan pasien berpengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien terhadap
pelayanan gizi.
Terkait struktur birokrasi, ada sebagian pelaksana pelayanan gizi yaitu
petugas pramuruang/pramusaji yang belum mengetahui tugas pokok dan fungsinya.
Mekanisme pertanggungjawaban tugas sudah berjalan dengan baik melalui laporan
lisan maupun tertulis secara berkala antara bidang penunjang dan bidang perawatan
terkait pelayanan gizi.

4.2.3. Analisis Bivariat


4.2.3.1. Hubungan antara Umur dengan Kesembuhan Pasien COVID-19
Tabel 4.10. Hubungan antara Usia dengan Kesembuhan Responden

Kesembuhan
Usia Total p-value PR 95%CI
Sembuh Perbaikan

Universitas Sriwijaya
110

n % n % n %
< 40 tahun 33 68,8 15 31,3 48 100
 40 tahun 45 70,3 19 29,7 64 100 1,000 0,978 0,763-1,254
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan hubungan antara usia dengan


kesembuhan responden. Pada usia responden kurang dari 40 tahun, terdapat 33
responden (68,8%) yang sembuh dan 15 responden (31,3%) responden yang
perbaikan. Sedangkan, pada responden usia lebih atau sama dengan 40 tahun,
terdapat 45 responden (70,3%) responden yang sembuh dan 19 (29,7%) responden
yang perbaikan. Hasil pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 1,000 yang
lebih besar daripada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa secara statistik H0 diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara usia dengan kesembuhan
responden. Nilai Prevalensi rasio sebesar 0,978 (95%CI; 0,763-1,254) artinya usia
< 40 tahun memiliki peluang untuk sembuh sebesar 0,978 kali lebih besar
dibandingkan yang berumur > 40 tahun.

4.2.3.2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kesembuhan


Tabel 4.11. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Total
Jenis Kelamin Sembuh Perbaikan p-value PR 95%CI
n % n % n %
Laki-laki 37 63,8 21 36,2 58 100
0,657-
Perempuan 41 75,9 13 24,1 54 100 0,234 0,840
1,074
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin


dengan kesembuhan responden. Pada jenis kelamin responden laki-laki, terdapat 37
responden (63,8%) yang sembuh dan 21 responden (36,2%) responden yang
perbaikan. Sedangkan, pada responden perempuan, terdapat 41 responden (75,9%)
responden yang sembuh dan 13 (24,1%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian

Universitas Sriwijaya
111

menunjukkan nilai P-value sebesar 0,234 yang lebih besar daripada taraf signifikan
sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik H 0 diterima dan
H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan
antara jenis kelamin dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 0,840
(95%CI; 0,657-1,074) yang artinya jenis kelamin laki-laki memiliki peluang
sembuh sebesar 0,840 kali dibandingkan jenis kelamin perempuan.

4.2.3.3. Hubungan antara Pendidikan dengan Kesembuhan


Tabel 4.12 Hubungan antara pendidikan dengan kesembuhan

Kesembuhan
Total
Pendidikan Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
n % n % n %
Rendah 30 76,9 9 23,1 39 100
0,921-
Tinggi 48 65,8 25 34,2 73 100 0,313 1,170
1,485
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan


kesembuhan responden. Pada pendidikan kategori rendah, terdapat 30 responden
(76,9%) yang sembuh dan 9 responden (23,1%) responden yang perbaikan.
Sedangkan, pada responden dengan pendidikan tinggi, terdapat 48 responden
(65,8%) responden yang sembuh dan 25 (34,2%) responden yang perbaikan. Hasil
pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 0,313 yang lebih besar daripada taraf
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik H 0
diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak
signifikan antara pendidikan dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio
1,170 (95%CI; 0,921-1,485) yang artinya pendidikan rendah memiliki peluang
untuk sembuh sebesar 1,170 kali dibandingkan pendidikan tinggi.
4.2.3.4. Hubungan antara Lama Hari Rawat dengan Kesembuhan
Tabel 4.13 Hubungan antara Lama Hari Rawat dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Total
Lama dirawat Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
n % n % n %

Universitas Sriwijaya
112

 14 hari 70 76,9 21 23,1 91 100


> 14 hari 8 38,1 13 61,9 21 100 0.001 2,019 1,157-3,523
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan hubungan antara lama dirawat


dengan kesembuhan responden. Pada lama perawatan kurang atau sama dengan 14
hari, terdapat 70 responden (76,9%) yang sembuh dan 21 responden (23,1%)
responden yang perbaikan. Sedangkan, pada lama perawatan lebih 14 hari, terdapat
8 responden (38,1%) responden yang sembuh dan 13 (61,9%) responden yang
perbaikan. Hasil pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 0,001 yang lebih
kecil daripada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
secara statistik H0 ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara lama dirawat dengan kesembuhan responden.
Nilai prevalensi rasio 2,109 (95%CI; 1,157-3,523) artinya lama rawat <14 hari
memiliki peluang sembuh lebih besar 2,109 dari lama rawat > 14 hari.

4.2.3.5. Hubungan antara Jenis Diet dengan Kesembuhan


Tabel 4.14 Hubungan antara Jenis Diet dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Total
Jenis Diet Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
n % n % n %
Diet makanan biasa 4 80,0 1 20,0 5 100
0,733-
Diet makanan khusus 74 69,2 33 30,8 107 100 1,000 1,157
1,825
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan hubungan antara jenis diet dengan


kesembuhan responden. Pada jenis diet makan biasa, terdapat 4 responden (80,0%)
yang sembuh dan 1 responden (20,0%) responden yang perbaikan. Sedangkan, pada
responden diet dengan makanan khusus, terdapat 74 responden (69,2%) responden
yang sembuh dan 33 (30,8%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai P-value sebesar 1,000 yang lebih besar daripada taraf signifikan
sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik H 0 diterima dan

Universitas Sriwijaya
113

H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan


antara jenis diet dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio sebesar
1,157 (95%CI; 0,733-1,825) artinya responden yang mendapatkan diet makanan
biasa memiliki peluang sembuh sebesar 1,157 kali lebih besar dibandingkan
responden yang mendapatkan diet khusus.

4.2.3.6. Hubungan antara Komorbid dengan Kesembuhan


Tabel 4.15 Hubungan antara Komorbid dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Total
Sembuh Perbaikan P- 95%C
Komorbid PR
Perse Perse Perse value I
n n n
n n n
Non 5 2
72,6 27,4 73 100
Komorbid 3 0
2 1 1,13 0,861-
Komorbid 64,1 35,4 39 100 0,474
5 4 3 1,489
7 3 11
Total 69,6 30,4 100
8 4 2

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan hubungan antara komorbid dengan


kesembuhan responden, sedangkan pada non kormobid, terdapat 53 responden
(72,6%) yang sembuh dan 20 responden (27,4%) responden yang perbaikan.
Sedangkan, pada responden diagnosa kormobid, terdapat 25 responden (64,1%)
responden yang sembuh dan 14 (35,4%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai P-value sebesar 0,474 yang lebih besar daripada taraf signifikan
sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik H0 diterima dan
H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan
antara diagnosa dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 1,133
(95%CI; 0,861-1,489) yang artinya responden non komorbid memiliki peluang
untuk sembuh sebesar 1,133 kali dibandingkan yang komorbid.

4.2.3.7. Hubungan antara Status Gizi dengan Kesembuhan


Tabel 4.16 Hubungan antara Status Gizi dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Status Gizi Total P-value
Sembuh Perbaikan

Universitas Sriwijaya
114

n % n % n %
Kurang 10 71,4 4 28,6 14 100
Normal 49 66,2 25 33,8 74 100
0,481
Lebih 19 79,2 5 20,8 24 100
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan hubungan antara status gizi dengan


kesembuhan responden. Pada status gizi kurang, terdapat 10 responden (71,4%)
yang sembuh dan 4 responden (28,6%) responden yang perbaikan. Sedangkan, pada
responden dengan status gizi normal, terdapat 49 responden (66,2%) responden
yang sembuh dan 25 (33,8%) responden yang perbaikan. Selain itu, pada responden
dengan status gizi lebih, terdapat 19 responden (72,2%) yang sembuh dan 5
responden (20,8%). Hasil pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 0,481 yang
lebih besar daripada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa secara statistik H0 diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan kesembuhan
responden.

4.2.3.8. Hubungan antara Daya Terima Makanan dengan Kesembuhan


Tabel 4.17 Hubungan antara Tekstur makanan dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Total
Tekstur Makanan Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
n % n % n %
Kurang 17 73,9 6 26,1 23 100
0,815-
Baik 61 68,5 28 31,5 89 100 0,806 1,078
1,428
Total 78 69,6 34 30,4 112 100
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan hubungan antara tekstur makanan
dengan kesembuhan responden. Pada tekstur makanan kurang, terdapat 17
responden (73,9%) yang sembuh dan 6 responden (26,1%) responden yang
perbaikan. Sedangkan, pada tekstur makanan baik, terdapat 61 responden (68,5%)
responden yang sembuh dan 28 (31,5%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai P-value sebesar 0,806 yang lebih besar daripada taraf signifikan

Universitas Sriwijaya
115

sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tekstur makanan dengan
kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 1,078 (95%CI; 0,815-1,428) artinya
tekstur makanan baik memiliki peluang sembuh sebesar 1,078 kali dibandingkan
tekstur makanan kurang.

Tabel 4.18 Hubungan antara Aroma Makanan dengan Kesembuhan


Kesembuhan
Aroma Perbaika Total
Sembuh P-value PR 95%CI
makanan n
n % n % n %
Kurang 23 62,2 14 37,8 37 100
0,362-
Baik 50 66,7 25 33,3 75 100 0,795 0,821
1,864
Total 73 65,2 39 34,8 112 100

Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan hubungan antara aroma makanan


dengan kesembuhan responden. Pada aroma makanan kurang, terdapat 25
responden (67,6%) yang sembuh dan 12 responden (32,4%) responden yang
perbaikan. Sedangkan, pada aroma makanan baik, terdapat 53 responden (70,7%)
responden yang sembuh dan 22 (29,3%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai P-value sebesar 0,0,9075 yang lebih besar daripada taraf
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aroma makanan
dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 0,956 (95%CI; 0,732-1,248)
artinya aroma makanan baik memiliki peluang sembuh sebesar 0,907 kali
dibandingkan aroma makanan kurang.

Tabel 4.19 Hubungan antara Rasa Menu dengan Kesembuhan

Kesembuhan Total P-value PR 95%CI


Rasa menu Sembuh Perbaikan
n % n % n %
Kurang 22 68,8 10 31,3 32 100
0,747-
Baik 56 70,0 24 30,0 80 100 1,000 0,982
1,292
Total 78 69,6 34 30,4 112 100.00

Universitas Sriwijaya
116

Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukkan hubungan antara Rasa menu


makanan dengan kesembuhan responden. Pada rasa menu makanan kurang,
terdapat 22 responden (68,8%) yang sembuh dan 10 responden (31,3%) responden
yang perbaikan. Sedangkan, pada rasa menu makanan baik, terdapat 56 responden
70,0%) responden yang sembuh dan 24 (30,0%) responden yang perbaikan. Hasil
pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 1,000 yang lebih besar daripada taraf
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara rasa menu
makanan dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 0,982 (95%CI;
0,747-1,292) artinya rasa makanan baik memiliki peluang sembuh sebesar 0,982
kali dibandingkan rasa makanan kurang.

Tabel 4.20 Hubungan antara Variasi Menu dengan Kesembuhan

Kesembuhan Total p-value PR 95%CI


Variasi menu Sembuh Perbaikan
n % n % n %
Kurang 23 69,7 10 30,3 33 100
0,766-
Baik 55 69,6 24 30,4 79 100 1,000 1,001
1,309
Total 78 69,6 34 30,4 112 100.00

Berdasarkan Tabel 4.20 menunjukkan hubungan antara variasi menu


makanan dengan kesembuhan responden. Pada variasi menu makanan kurang,
terdapat 23 responden (69,7%) yang sembuh dan 10 responden (30,3%) responden
yang perbaikan. Sedangkan, pada variasi menu makanan baik, terdapat 55
responden (69,6%) responden yang sembuh dan 24 (30,4%) responden yang
perbaikan. Hasil pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 1,000 yang lebih
besar daripada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
secara statistik disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara
variasi menu makanan dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 1,001
(95%CI; 0,766-1,309) artinya variasi makanan baik memiliki peluang sembuh
sebesar 1,001 kali dibandingkan variasi makanan kurang.

Universitas Sriwijaya
117

Tabel 4.21 Hubungan antara Penampilan Makanan dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Penampilan Total
Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
Makanan
n % n % n %
Kurang 20 71,4 8 28,6 28 100
0,786-
Baik 58 69,0 26 31,0 84 100 1,000 1,034
1,361
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.21 menunjukkan hubungan antara penampilan


makanan dengan kesembuhan responden. Pada penampilan makanan kurang,
terdapat 20 responden (71,4%) yang sembuh dan 8 responden (28,6%) responden
yang perbaikan. Sedangkan, pada penampilan makanan baik, terdapat 58 responden
(69,0%) responden yang sembuh dan 26 (31,0%) responden yang perbaikan. Hasil
pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 1,000 yang lebih besar daripada taraf
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara penampilan makanan dengan
kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 1,034 (95%CI; 0,786-1,361) artinya
penampilan makanan baik memiliki peluang sembuh sebesar 1,000 kali
dibandingkan penampilan makanan kurang.

Tabel 4.22. Hubungan antara Penyajian Makanan dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Penyajian Total
Sembuh Perbaikan P-value PR 95%CI
Makanan
n % n % n %
Kurang 20 80,0 5 20,0 25 100
0,938-
Baik 58 66,2 29 33,3 87 100 0,302 1,200
1,535
Total 78 69,6 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.22 menunjukkan hubungan antara penyajian makanan


dengan kesembuhan responden. Pada penyajian makanan kurang, terdapat 20
responden (80,0%) yang sembuh dan 5 responden (20,0%) responden yang
perbaikan. Sedangkan, pada penyajian makanan baik, terdapat 58 responden

Universitas Sriwijaya
118

(66,7%) responden yang sembuh dan 29 (33,3%) responden yang perbaikan. Hasil
pengujian menunjukkan nilai P-value sebesar 0,302 yang lebih besar daripada taraf
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara penyajian
makanan dengan kesembuhan responden. Nilai prevalensi rasio 1,200 (95%CI;
0,938-1,535) artinya penyajian makanan baik memiliki peluang sembuh sebesar
1,200 kali dibandingkan penyajian makanan kurang.

4.2.3.9. Hubungan antara Sisa Makanan dengan Kesembuhan


Tabel 4.23. Hubungan antara Sisa Makanan dengan Kesembuhan

Kesembuhan
Sisa Perbaika Total
Sembuh P-value PR 95%CI
Makanan n
n % n % n %
Kurang 33 58,9 23 41,1 56 100
0,525-
Baik 45 80,3 11 19,6 56 100 0.013 0,690
0,906
Total 78 69,2 34 30,4 112 100

Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukkan hubungan antara sisa makanan


dengan kesembuhan responden. Pada sisa makanan kurang, terdapat 33 responden
(58,9%) yang sembuh dan 23 responden (41,1%) responden yang perbaikan.
Sedangkan, pada sisa makanan baik, terdapat 45 responden (80,3%) responden
yang sembuh dan 11 (19,6%) responden yang perbaikan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai P-value sebesar 0,013 yang lebih kecil daripada taraf signifikan
sebesar 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sisa makanan dengan kesembuhan
responden. Nilai prevalensi rasio 0,690 (95%CI; 0,525-0,906) artinya sisa makanan
baik < 25% memiliki peluang sembuh sebesar 0,690 kali dibandingkan sisa
makanan tidak baik > 25%.
4.2.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ini
dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan terhadap faktor

Universitas Sriwijaya
119

yang mempengaruhi kesembuhan pasien COVID-19 di RS rujukan COVID-19


Kota Palembang. Analisis regresi logistik merupakan model matematis yang
digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel independen
dengan sebuah variabel dependen kategorik, yang utamanya berbentuk dua
outcome yaitu sembuh dan tidak sembuh (perbaikan). Analisis multivariat pada
penelitian ini menggunakan jenis regresi logistik berganda. Adapun tahapan dalam
analisis multivariat ini yaitu seleksi bivariat, full model, uji confounding dan final
model (Hastono, 2016).
4.2.4.1. Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat dilakukan dengan melakukan analisis bivariat untuk
menentukan variabel yang menjadi kandidat model. Bila hasil uji bivariat
mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel tersebut masuk dalam model multivariat.
Untuk variabel yang P-value > 0,25 namun secara substansi penting, maka variabel
tersebut dapat masuk ke uji multivariat. Hasil seleksi bivariat dapat dilihat pada
Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Hasil Seleksi Bivariat
No. Variabel P-value Keterangan
1 Jenis kelamin 0,234 Kandidat Multivariat
2 Lama rawat 0,001 Kandidat Multivariat
3 Pendidikan 0,313 Kandidat Multivariat
4 Sisa makanan 0,013 Kandidat Multivariat

4.2.2.1.Pemodelan Multivariat
Analisis multivariat dilakukan pada variabel yang masuk pemodelan dengan
memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model dengan cara
mempertahankan variabel yang mempunyai P-value < 0,05 dan mengeluarkan
variabel yang P-value > 0,05. Pengeluaran variabel dilakukan secara bertahap
dimulai dari variabel yang mempunyai P-value terbesar. Bila setelah dikeluarkan
diperoleh selisih PR > 10%, maka variabel tersebut harus tetap berada dalam model,
namun sebaliknya bila selisih PR < 10%, maka variabel tersebut dikeluarkan dari
model.

Universitas Sriwijaya
120

a. Model Awal Regresi Logistik


Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa terdapat 4 variabel yang
masuk dalam model awal regresi logistik, yaitu jenis kelamin, lama rawat,
Pendidikan dan sisa makanan. Model awal regresi logistik dapat dilihat pada
Tabel 4.25

Tabel 4.25. Hasil Pemodelan Awal Multivariat


95% C.I.for
Variabel B P-value PR EXP(B)
Min Max
Lama Rawat 1,564 0,004 4,778 1,663 13,725
Sisa Makanan -0,823 0,072 0,439 0,179 1,078
Jenis Kelamin -0,330 0,481 0,719 0,287 1,799
Pendidikan 0,563 0,274 1,756 0,641 4,813
Konstanta -2,014 0,226 1,468

Berdasarkan hasil analisis model awal yang dapat dilihat pada Tabel
4.25, terdapat satu variabel dengan P-value < 0,05, yaitu lama rawat. Pada
model kedua, variabel dengan P-value > 0,05 yang paling besar, yaitu jenis
kelamin dikeluarkan dari permodelan. Pengujian dilakukan secara bertahap
dimulai mengeluarkan P-value terbesar.

b. Uji Counfounding
Setelah variabel jenis kelamin dikeluarkan, maka terdapat 3 variabel
yang masuk dalam model kedua regresi logistik yang terdiri dari lama rawat,
pendidikan, dan sisa makanan. Model kedua regresi logistik dapat dilihat pada
Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Model Kedua Uji Counfounding Regresi Logistik

Variabel Exp (B) P-value

Lama rawat 1,597 0,003


Pendidikan 0,660 0,069

Universitas Sriwijaya
121

Sisa Makanan -0,830 0,183


Konstanta -2,688 0,050

Langkah selanjutnya yaitu melihat perubahan PR (Prevalence Ratio)


pada variabel. Perubahan nilai PR pada variabel-variabel tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Perbandingan PR pada Model Kedua Regresi Logistik

Variabel PR Sebelum PR Sesudah Perubahan PR (%)


Lama Rawat 4,778 4,940 -0,162
Sisa Makanan 0,439 0,436 0,003
Jenis Kelamin 0,719 - -
Pendidikan 1,756 1,935 -0,179

Dari tabel tersebut tidak ada perubahan PR yang lebih dari 10%,
sehingga variabel jenis kelamin dikeluarkan dari permodelan. Langkah
selanjutnya adalah mengeluarkan variabel dengan P-value >0,05 yang paling
besar, yaitu pendidikan.
c. Model Akhir Regresi Logistik
Hasil akhir dari model terakhir uji regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Model Terakhir Regresi Logistik
95% C.I.for
Variabel B P-value PR EXP(B)
Min Max
Lama rawat 1,527 0,004 4,605 1,643 12,908
Sisa Makanan -0,849 0,061 0,428 0,176 1,039
Konstanta -1,464 0,136 0,231

Setelah dilakukan analisis, ternyata lama rawat memiliki faktor resiko


kesembuhan pasien. Lama hari rawat < 14 hari memiliki peluang untuk sembuh
sebesar 1,043 kali dibandingkan lama hari rawat > 14 hari.
Berdasarkan model terakhir dari analisis multivariat yang ditunjukkan
pada Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa hanya satu variabel bebas yang secara
simultan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesembuhan pasien (P-
value < 0,05) adalah lama hari rawat (P-value= 0,004; PR= 4,605; 95% CI =
1,643-12,908). Model regresi logistik terakhir ini juga menunjukkan bahwa

Universitas Sriwijaya
122

lama hari rawat < 14 hari memiliki kecenderungan 4,605 kali lebih besar
memiliki peluang untuk sembuh dibandingkan lama rawat > 14 hari setelah
dikontrol oleh variabel lainnya.

4.3.5. Analisis Faktor-Faktor Dominan yang mempengaruhi Kesembuhan


Pasien COVID-19
Hasil analisis multivariat menujukkan terdapat satu variabel yang
menunjukkan hubungan signifikan dengan nilai P-value kurang dari alpha
yaitu variabel lama rawat P-value 0,004 (PR= 4,605; 95%CI: 1,643-12,908)
variabel lama di rawat menunjukkan nilai prevalensi rate sebesar 4,605 yang
berarti bahwa responden dengan lama rawat kurang dari atau sama dengan 14
hari mempunyai peluang untuk sembuh sebesar 4,605 kali lebih besar
dibandingkan responden dengan lama rawat lebih dari 14 hari. Pengaruh
variabel lama rawat terhadap kesembuhan terlihat pada P-value sebesar 0,004
sehingga disimpulkan bahwa variabel lama rawat berpengaruh signifikan
terhadap kesembuhan (P-value 0,004 <α0,05).
Nilai Nagelkerke R Square model regresi logistik sebesar 0,202
menunjukkan kemampuan variabel bebas yang ada pada model terakhir dalam
menjelaskan efektivitas kesembuhan sebesar 20,2% dan terdapat 100%-20,2%
= 79,8% merupakan faktor lain di luar pemodelan. Hasil Omnibus Tests of
Model Coefficients didapatkan p-value pada model 0,002 yang berarti di antara
variabel bebas yang termasuk ke dalam model ada yang berhubungan dengan
kesembuhan. Hasil dari Hosmer and LemeshowTest didapatkan p-value =
0,032 (p-value<0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara model dengan
nilai observasi, sementara Classification Table menunjukkan bahwa model ini
dapat memprediksi dengan tepat 74,1%.
Adapun hasil estimasi parameter model regresi logistik, didapat model
persamaan sebagai berikut:
1 1
𝑃 (𝑋) = = = 0,49
(1 + 𝑒 ) 1 + 0,2718−0,004
−𝑦

Universitas Sriwijaya
123

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa lama


hari rawat < 14 hari memiliki probabilitas kesembuhan sebesar 49%
dibandingkan yang memiliki lama hari rawat > 14 hari. .

4.3. Pembahasan
4.3.1. Gambaran Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Status Gizi, Lama Hari Rawat, jenis Diet, komorbid
dan Kesembuhan Pasien COVID-19

4.3.1.1. Umur

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responden


berdasarkan umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur >40
tahun (55,4%). Pada saat observasi dilapangan usia responden terdiri dari usia
45 tahun, 50 tahun, 60 tahun, 65 tahun. Berdasarkan hasil analisis chi-square
tidak terdapat hubungan antara umur dengan kesembuhan pasien COVID-19
yang dirawat inap, namun faktor usia merupakan faktor resiko terpaparnya
COVID-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan et al,
2020 menyebutkan bahwa karakteristik demografi usia sebagai faktor risiko
kematian COVID-19, dimana usia dan jenis kelamin mempunyai nilai P-value
< 0,05. Faktor usia menjadi faktor krusial bagi luaran COVID-19. Usia rata-
rata pasien yang meninggal yaitu 68 tahun dan merupakan usia tertua dari
pasien yang sembuh secara signifikan. Selanjutnya, sebanyak 80% kematian
pada COVID-19 yaitu usia dewasa, yaitu 65 tahun, sehingga usia tua dapat
dikatakan sebagai faktor risiko mortalitas COVID-19 (Chan et al., 2020; Zhu
et al., 2020). Persentase angka kematian COVID-19 semakin meningkat karena
penambahan usia, dengan pasien usia termuda 5% sampai tertua 55% (Zhou et
al., 2020).

4.3.1.2. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki


lebih banyak yang dirawat inap COVID-19 yaitu sebesar 52,7% dibandingkan

Universitas Sriwijaya
124

jenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena pada jenis kelamin laki-
laki lebih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan dengan memakai
masker dan konsumsi rokok yang masih bebas di area umum serta masih
berpendapat COVID-19 masih hal yang biasa. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ayu, 2020 bahwa mayoritas responden yang
terpapar COVID-19 adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,3%
(Ayu, et.al. 2020).
Penelitian yang dilakukan Ayu, 2020 bahwa menunjukan mayoritas
responden adalah remaja 90,9%, mempunyai status bekerja 56,0%, berjenis
kelamin perempuan 69,3%, memiliki sikap positif terhadap pencegahan
COVID-19 99,15% dan mempunyai perilaku yang baik terhadap pencegahan
COVID-19 90,20%. Hasil uji Chi-square menunjukkan ada hubungan
signifikan jenis kelamin namun tidak terdapat hubungan signifikan antara
umur, status pekerjaan dan sikap terkait pencegahan COVID-19.
Untuk Jenis kelamin juga menjadi faktor risiko mortalitas pada pasien
COVID-19, penelitian yang dilakukan Wenham 2020, laki-laki lebih banyak
meninggal dibanding perempuan. Ini disebabkan karena perbedaan mendasar
dari sistem imunologi laki-laki dan perempuan, perbedaan pola hidup, dan
prevalensi merokok (Wenham et al., 2020). Laki-laki lebih sedikit yang
sembuh dibandingkan kelompok yang meninggal. Angka kematian yang lebih
tinggi dihubungkan dengan komorbiditas kronis yang lebih tinggi pada laki-
laki, seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, penyakit paru, dan merokok
(The Lancet, 2020).
Sedangkan pada jenis kelamin dalam penelitian ini yang paling banyak
yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 58 responden pada saat pengambilan
data. Pada saat pengambilan data pasien yang dirawat inap yang dijadikan
subjek penelitian lebih banyak yang berjenis kelamin. Berdasarkan penelitian
peluang hidup jenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan jenis
kelamin laki-laki, hal ini disebabkan pada pasien jenis kelamin perempuan
ditemukan mengalami lebih sering anosmia (Megawati Kiey, 2021).

Universitas Sriwijaya
125

4.3.1.3. Pendidikan

Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh terjadinya COVID-19.


Penelitian yang dilakukan Siska, 2021 bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan,
kepatuhan penggunaan masker, jaga jarak dan cuci tangan memiliki hubungan
signifikan dengan nilai P-value (0,000) pada semua variabel. Dalam penelitian
ini tingkat Pendidikan yang menjadi responden lebih banyak pendidikan tinggi
yaitu >SMU (Pendidikan diploma, DIV, Sarjana, dan magister). Pendidikan
tinggi mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Penelitian yang dilakukan
Gannika, 2020 menyebutkan bahwa hasil uji statistik menunjukkan nilai P-
value 0,000 < 0,05 menunjukkan terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan
perilaku pencegahan COVID-19 pada masyarakat Sulawesi Utara. Sehingga
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula perilaku
pencegahan COVID-19. Namun berbeda pada saat pengambilan data dalam
penelitian ini, responden pada saat dilakukan wawancara mendalam
mengatakan bahwa masih menganggap COVID-19 ini belum nyata, masih
suka melanggar protokol Kesehatan yaitu menggunakan masker, masih suka
melakukan makan bersama ditempat umum. Dengan demikian jumlah
responden yang paling banyak adalah yang memiliki tingkat Pendidikan tinggi
bukan yang memiliki tingkat Pendidikan rendah. Sedangkan pada responden
yang memiliki tingkat Pendidikan rendah lebih patuh menjalankan protokol
Kesehatan, mereka lebih takut untuk terkena COVID-19. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat Pendidikan
dengan kesembuhan pasien COVID-19, hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang mengatakan bahwa tingkat Pendidikan memiliki hubungan
signifikan terhadap perilaku pencegahan COVID-19.

4.3.1.4. Status Gizi

Pada penelitian ini diperoleh bahwa karakteristik responden


berdasarkan status gizi diperoleh yaitu dengan memiliki status gizi normal
66,1%, sedangkan status gizi lebih (overweigth dan obesitas) sebesar 21,4%
serta untuk status gizi kurang (underweight) sebesar 12,5%. Dalam penelitian

Universitas Sriwijaya
126

ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi
dengan kesembuhan pasien COVID-19, dalam hal ini bisa disebabkan dalam
pengambilan data kebetulan sampel banyak yang memiliki status gizi normal.

COVID-19 menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-


hari. Gizi yang baik sangat penting sebelum, selama dan setelah infeksi. Infeksi
menyebabkan tubuh pasien COVID-19 mengalami demam, dan membutuhkan
tambahan energi dan zat gizi. Dengan demikian menjaga pola makan sangat
penting untuk mempertahankan pola makan gizi seimbang yang sehat yang
sangat penting dalam meningkatkan system kekebalan tubuh yang baik
(Kemenkes RI, 2020). Status gizi yang baik akan menghasilkan sistem
kekebalan tubuh, tubuh dapat mempertahankan tubuh melawan bakteri, virus
dan organisme penyebab penyakit yang mungkin kita sentuh. Status gizi yang
baik merupakan salah satu kunci agar terhindar dari penularan COVID-19.
Pada saat penelitian ini pada responden yang memiliki status gizi baik
masih ada yang terpapar COVID-19 disebabkan karena pada responden
memiliki penyakit komorbid seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Hipercholesterolemia, asam urat, gastritis, dispepsia serta penyakit jantung.
Pada responden yang memiliki status gizi baik lebih cepat perawatannya, yaitu
kurang dari 12 hari dan mengurangi tingkat keparahan komplikasi COVID-19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chorinne,
et al. 2021 yaitu sebanyak 46 orang yang memiliki status gizi baik mengalami
COVID-19 (Chorinne, et.al, 2021). Status gizi merupakan keadaan tubuh yang
dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu sebagai akibat dari konsumsi makanan
(Maulana P, Faridha, 2021).

4.3.1.5. Lama Hari Rawat

Pada penelitian ini diperoleh bahwa lama hari rawat pasien COVID-
19 yang dirawat dirumah sakit rujukan adalah yang terbanyak selama < 14 hari
yaitu sebanyak 91 responden dan memiliki hubungan signifikan terhadap
kesembuhan pasien dengan nilai p-value= 0,001. Pada penelitian ini responden

Universitas Sriwijaya
127

yang diambil merupakan responden yang masih kooperatif dengan tingkat


kesadaran baik, sehingga keadaan umum responden masih dapat
berkomunikasi dengan baik dan lama hari rawat juga pendek. Responden yang
dinyatakan pulang merupakan pasien dalam keadaan sembuh dengan hasil tes
PCR negatif atau pun masih dalam perbaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ndaparoka, et.al, 2021, bahwa pada
pasien COVID-19 membutuhkan rawat inap disebabkan COVID-19
merupakan penyakit infeksi pernapasan yang sangat menular yang dapat
menyebabkan tidak berfungsinya pernapasan. Lama hari rawat menyebabkan
perawat dapat memperkirakan lamanya tinggal di rumah sakit dan
mengidentifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya lamanya pasien dirawat.
Pada penelitian yang dilakukan Ndaparoka ini menunjukkan bahwa lama
pasien COVID-19 dirawat berkisar 7-22 hari. Lamanya hari rawat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyakit komorbid, jenis kelamin,
dan usia (Ndarapora, et.al, 2021).
Pada pasien COVID-19 lamanya perawatan dari mulai masuk sampai
dinyatakan sembuh membutuhkan waktu dua minggu untuk pasien tanpa
komorbid, dan 3 minggu untuk pasien dengan komorbid. Lamanya pasien
dirawat dan sembuh bervariasi tergantung masing-masing individu. Penelitian
di Tiongkok menunjukkan bahwa tiga orang positif yang sudah sembuh setelah
satu minggu dilakukan tes ulang hasilnya dua diantaranya positif, sedangkan
di Indonesia belum ditemukan sehingga tetap harus menerapkan protokol
Kesehatan dengan baik dan benar (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sulantari, 2020, bahwa waktu
sembuh pasien COVID-19 berbeda-beda dengan waktu sembuh tercepat adalah
4 hari masa perawatan dan waktu sembuh terlama adalah 53 hari masa
perawatan (Sulantari, 2020), hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yaitu pada saat pengambilan data responden yang diambil masa rawat nya ada
yang lebih dari 30 hari masa perawatan.

Universitas Sriwijaya
128

4.3.1.6. Jenis Diet

Dari Grafik 4.2. diketahui bahwa jenis diet yang diberikan pada
responden tertinggi yaitu diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein) sebesar 45
responden, diet Diabetes Mellitus (DM) sebesar 25 responden, diet Rendah
Garam (RG) 9 responden, Bubur 8 responden, diet Rendah Cholesterol 6
responden, diet rendah lemak 5 responden, diet makanan biasa 5 responden dan
diet Tinggi Serat 3 responden.

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Jenis Diet

4.3.1.7. Komorbid

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 53 responden


(72,6%) pasien sembuh dengan diagnosa komorbid dengan nilai P-value 0,474
prevalensi rasio 1,133 dan 95%CI (0,861-1,489) ini menunjukkan bahwa
pasien dengan non komorbid mempunyai peluang 1,133 kali untuk sembuh
dibandingkan yang mempunyai komorbid. Penelitian yang dilakukan Najera,
et al, 2020 bahwa penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat dampak dari

Universitas Sriwijaya
129

beberapa penyakit komorbiditas sebagai risiko peningkatan angka kematian


pada pasien COVID-19 diantara nya yaitu komorbiditas dengan obesitas,
diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis dan juga terdapat variasi yang
heterogen terjadinya kematian pas pasin COVID-19 di Meksiko (Najera H, et
al. 2020).
Hasil penelitian Grace, 2020 terdapat 98% pasien dalam penelitian
mereka mengalami demam, 78% mempunyai suhu lebih tinggi dari 38°c, 76%
pasien batuk, 44% dari pasien mengalami kelelahan dan nyeri otot, dan 55%
dari pasien mengalami dyspnea dengan kasus usia tua dan mempunyai penyakit
komorbid serta ARDS akan mempunyai prognosis lebih buruk ketika terinfeksi
dengan belum adanya pengobatan yang efektif, cara terbaik untuk menangani
epidemi SARS-CoV-2 yaitu mengendalikan sumber infeksi. Strategi meliputi
diagnosa awal, isolasi, dan perawatan suportif. Obat imunosupresif mempunyai
efek pada imunitas humoral, kekebalan sel-dimediasi dan fungsi neutrofil,
meningkatkan risiko infeksi berat yang disebabkan oleh agen virus. Pasien
yang menerima terapi imunosupresif beresiko untuk mempunyai manifestasi
yang lebih berat terhadap infeksi virus tersebut. Beberapa penelitian lain juga
menyertakan klorokuin sebagai tatalaksana dari COVID-19 (Grace, 2020).
Komorbid penyebab komplikasi dan kematian pada penderita
COVID-19 yang positif (Wu, et al., 2020), memberikan anjuran pada saat fase
karantina dengan konsumsi makanan yang mengandung sintesis melatonin dan
serotonin (Muscogiuri, Barrea, Savastano, & Colao, 2020). Penelitian yang
dilakukan Alessandro, et al. 2020 bahwa terdapat 78,874 pasien rawat inap
dengan COVID-19 terkonfirmasi mempunyai komorbid diabetes yaitu 14,34%
(95% CI 12,62-16,06%), akan tetapi prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-
negara non-Asia dibandingkan Asia yaitu sebesar 23,34% (95% CI 16,40-
30,28) dibandingkan non-Asia 11,06% (95% CI 9,73-12,39), dan pada pasien
berusia 60 tahun 23,30% (95% CI 19,65-26,94) sedangkan yang berusia < 60
tahun 8,79% (95% CI 7,56-10,02). Pasien yang mempunyai komorbid Diabetes
diperkirakan mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi terdampak COVID-
19 yang kritis OR 2,10 95% CI 1,71-2,57 dan tiga kali lipat risiko kematian

Universitas Sriwijaya
130

2,68, 95% CI 2,09-3,44. Komorbid Diabetes dan penyakit Jantung yang


diderita pasien COVID-19 menjadi faktor risiko kematian P-value < 0,05.
Serupa dengan penelitian meta-analysis yang dilakukan bahwa prevalensi
pasien diabetes yang rawat inap akibat COVID-19 sebesar 14,34%, dimana
pada pasien di negara Asia 11,06% (Mantovani et al., 2020). Hal ini lebih
rendah dari prevalensi di negara non-Asia, yaitu 23,34%. Pasien diabetes ini
mempunyai risiko 2 kali lebih besar berkembang menjadi lebih berat atau
penyakit kritis yang membutuhkan perawatan di ruang perawatan intensif
(Longato et al., 2020; Wang et al., 2020). Pada rawat inap, pasien dengan
diabetes mellitus tiga kali berisiko mengalami kematian akibat COVID-19.

4.3.1.8. Kesembuhan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 73 responden yang


dirawat inap di rumah sakit dinyatakan sembuh, sedangkan sebanyak 39
responden dinyatakan perbaikan, sebanyak 65 responden (71,4%) pasien
sembuh dengan lama hari rawat < 14 hari. Jenis kelamin laki-laki dan
perempuan memiliki peluang yang sama untuk sembuh. Tidak terdapat
perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan kesembuhan.
Pelayanan COVID-19 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
ataupun di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) terdiri dari
triase awal, anamnesis secara komprehensif, mulai dari keluhan yang
disesuaikan dengan gejala klinis, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat
penyakit penyerta, termasuk latar belakang contact tracing, surveillance di
daerahnya, pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan penunjang yang
sudah baku sebagai penunjang diagnosis, sampai pasien mendapatkan terapi,
serta pemulangan dengan kriteria sembuh, atau belum sembuh, sehingga pasien
dapat melanjutkan isolasi mandiri.
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala
berat/kritis dinyatakan sembuh jika telah memenuhi kriteria selesai isolasi dan
dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan penilaian dokter
di fasyankes tempat dilakukan pemantauan atau oleh DPJP.

Universitas Sriwijaya
131

Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil


pemeriksaan follow up RT-PCR persisten positif, karena pemeriksaan RT-PCR
masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus COVID-19 walaupun virus sudah
tidak aktif lagi (tidak menularkan lagi). Terhadap pasien tersebut, maka
penentuan sembuh berdasarkan hasil assesmen yang dilakukan oleh DPJP
(Kementerian, 2020)
Dalam penelitian responden yang diambil yang memenuhi kriteria
inklusi, dimana hanya diambil responden yang kooperatif, artinya keadaan
responden tidak dalam kondisi berat. Disini di ambil kategori sembuh dan
perbaikan dimana pada kategori perbaikan adalah pasien yang belum sembuh
namun sudah boleh dipulangkan oleh rumah sakit yaitu dengan melakukan
isolasi mandiri dirumah ataupun pindah rujuk kerumah sakit lain, data ini
diambil berdasarkan observasi di rekam medis dan wawancara dengan petugas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulantari,
2020 bahwa tidak ada perbedaan signifkan lama waktu sembuh dengan
kesembuhan dan lama waktu sembuh pasien COVID-19 di kabupaten
Banyuwangi rata-rata 16 hari perawatan, jenis kelamin laki-laki 15,5 hari
rawat, perempuan 13 hari rawat, tidak terdapat perbedaan lama waktu sembuh
pasien COVID-19 di kabupaten Banyuwangi untuk kelompok usia pasien,
artinya pasien COVID-19 usia kurang dari 40 tahun dan pasien usia 40 tahun
keatas mempunyai peluang lama waktu sembuh yang sama (Hariadi, 2020).

4.3.2. Hubungan Sisa makanan dengan kesembuhan pasien COVID-19


Hasil penelitian ini menunjukkan nilai prevalensi rasio sebesar 0,733
yang berarti bahwa responden dengan sisa makanan yang baik < 25%
mempunyai peluang untuk sembuh sebesar 0,733 kali lebih besar dibandingkan
responden dengan sisa makanan yang tidak baik > 25% (PR=0,733; 95%CI:
0,569-0,946). Pengaruh variabel sisa makanan terhadap kesembuhan terlihat
pada P-value sebesar 0,024 sehingga disimpulkan bahwa variabel sisa
makanan berpengaruh terhadap kesembuhan (P-value=0,024 < α 0,05).

Universitas Sriwijaya
132

Adapun dalam penelitian ini gambaran sisa makanan yang disajikan dapat
dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Grafik Sisa Makanan

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data sisa makanan pada


responden yang dirawat inap di ruang perawatan isolasi COVID-19.
Pengambilan data diambil menggunakan secara online dengan google form dan
secara langsung menggunakan APD lengkap untuk mendapatkan data dan foto
sisa makanan tersebut. Data ini diambil satu hari dengan tiga kali waktu makan
utama. Dari penelitian ini diketahui bahwa sisa makanan terbanyak terdapat
pada makanan pokok yaitu nasi sebesar 37,94%, lauk hewani 35,03%, sayuran
18,54%, lauk nabati 16,28%. Sedangkan penambahan extrafooding susu sangat
sedikit meninggalkan sisa yaitu sebesar 4,1%. Pada beberapa rumah sakit
bahan makanan yang dipilih sebagai tambahan energi dan protein (sesuai
dengan diet TETP) memberikan extrafooding susu, dengan pertimbangan susu
mudah dicerna, dan kandungan zat gizinya juga lengkap.
Pada pasien COVID-19 penyebab terjadinya sisa makanan salah satu
faktor adalah pasien mengalami anosmia dimana pasien mengalami kehilangan
indera perasa dan penciuman, sehingga makanan yang disajikan tidak menarik
dan tidak berasa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vivin,

Universitas Sriwijaya
133

2017 di RSUD dr. Soeratno Gemolong yang menunjukkan bahwa jenis dan
olahan lauk nabati pada rumah sakit terbatas sehingga berpengaruh terhadap
penilaian pasien (Aryani, 2017). Jenis lauk nabati yang diberikan seringkali
terbatas pada jenis tahu dan tempe dengan olahan yang juga terbatas, hal
tersebut menyebabkan pasien malas menghabiskan dan sisa lauk nabati cukup
tinggi pada pasien .
Penelitian yang dilakukan oleh Nida (2011) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara sisa makanan dengan cita rasa makanan (penampilan dan rasa
makanan (Nida.K, 2011). Hasil penelitian Lestari, 2017 menunjukkan bahwa
sebanyak 65,5 persen pasien berusia 42-68 tahun menerima diet positif dan
34,5 % menerima diet non-positif. Sisa porsi nasi di awal pemberian diet pada
seluruh pasien masih tinggi (27,4-64,9% sisa nasi) dan menurun
secara signifikan setelah porsi nasi diberikan dalam porsi small (p<0,05)
meskipun masih terdapat 27,6% pasien dengan sisa nasi > 20 persen. Terdapat
pengaruh yang signifikan antara perubahan porsi diet pasien terhadap sisa nasi
(r=0,804; p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa perubahan porsi nasi pada diet
pasien mampu menurunkan sisa makanan (Lestari et al., 2017). Hasil penelitian
serupa juga pasien rawat inap menyisakan makanan di rumah sakit Universitas
Muhammadiyah Malang. Pasien mempunyai sisa makanan > 25% melalui
observasi langsung sisa makanan dengan pendekatan
Comstock pada 6 pasien yang berusia 18-35 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan pasien dalam 3 kali waktu makan
yaitu 57%. Faktor yang dominan mempengaruhi pasien menyisakan makanan
meliputi faktor internal (kondisi klinis, kebiasaan makan, jenis
kelamin), faktor eksternal (rasa makanan, suhu makanan, tekstur, warna
makanan, porsi dan variasi bahan makanan), faktor lingkungan (makanan luar
rumah sakit). Faktor internal, faktor eksternal, dan faktor lingkungan secara
langsung mempengaruhi persepsi pasien terhadap makanan
rumah sakit sehingga mendorong pasien untuk menyisakan makanan rumah
sakit.(Tanuwijaya, Sembiring and Dini, 2018)

Universitas Sriwijaya
134

Penelitian Agustina, 2018 menunjukkan hasil bahwa responden yang


berpendapat bahwa rasa lauk hewani sesuai dengan rata-rata sisa lauk hewani
saat pagi sebanyak 71,33% dan responden yang berpendapat sangat sesuai
dengan rata-rata sisa lauk hewani saat pagi sebanyak 37,8% (P-value 0,04).
Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata sisa lauk hewani dengan suhu lauk hewani saat malam hari (P-
value 0,03) dengan responden yang menilai sesuai sebanyak 53% dan yang
menilai sangat sesuai sebanyak 38% (Agustina and Primadona, 2018).
Penelitian Alberry, 2010 dengan melakukan penimbangan sisa
makanan biasa di RSUD Abdul Moeloek Lampung, bahwa sisa makanan yang
diteliti pada siang hari kelas III selama 3 hari berturut-turut sebesar 20,3% dari
59 responden artinya sudah mendekati standar yang ditetapkan sebagai
indikator keberhasilan makanan dirumah sakit (Alberry, 2010).
Adapun hubungan jenis diet dengan kejadian sisa makanan dengan
analisis Chi-square didapatkan nilai P-value sebesar 1,000 prevalensi rasio
1,049 95%CI (1,006-1,094) ini menunjukkan pemberian jenis diet tidak
terdapat hubungan signifikan terhadap sisa makanan, selanjutkan jenis diet
makanan khusus memberikan resiko sisa makanan sebesar 1,049 kali
dibandingkan dengan jenis diet makanan biasa. Penilaian makanan merupakan
salah satu evaluasi dari pelayanan gizi dan sisa makanan sebagai indikator
keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit, dengan pasien menghabiskan
makanan yang diberikan sangat membantu mempercepat kesembuhan dan
dapat memperpendek lama hari rawat (Usdeka, 2013). Penelitian Djamaluddin,
2002, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur, dan cita rasa pasien
mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan yang dikonsumsi
(Djamaluddin, 2002).
Penelitian serupa yang dilakukan Mas’ud et al, 2015 bahwa sisa
makanan dapat terjadi akibat dari kondisi patologis dan klinis pasien, yaitu
gangguan menelan, nafsu makan, penurunan fungsi pengecapan dan lama
perawatan (Mas’ud et al, 2015).

Universitas Sriwijaya
135

Sisa makanan pada pasien COVID-19 termasuk dalam limbah. Limbah


merupakan sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan (Kementerian Kesehatan RI,
2020). Sisa dari kegiatan yang tidak dipakai lagi yang memiliki peluang
terkontaminasi oleh zat-zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan pasien
dan atau petugas yang menangani. Adapun prosedur penanganan limbah
infeksius pasien COVID ini sudah diatur dalam Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang disahkan oleh Surat Keputusan Direktur. Adapun prosedur
penanganan sisa makanan tersebut yaitu pegawai masuk keruangan isolasi
menggunakan APD lengkap dan mencuci tangan, petugas mengambil alat
makan disposable diruang rawat pasien, kemudian petugas memasukkan alat
makan (sampah infeksius) kedalam kantong plastic kuning dan kemudian
membawanya masuk kedalam kotak sampah kuning yang selanjutnya petugas
Kesling (Kesehatan Lingkungan) membawa sampah tersebut kelimbah B3
yang selanjutnya diserahkan ke pihak ketiga atau dihancurkan menggunakan
incinerator.
Pada penelitian ini sisa makanan memiliki hubungan signifikan
terhadap efektifitas kesembuhan pasien COVID-19, namun masih terdapat
tinggi nya sisa makanan pokok. Dengan demikian diperlukan adanya
modifikasi menu serta standar diet dan standar porsi dalam siklus menu yang
dibuat sebagai pedoman penyajian makanan sehingga angka sisa makanan pada
jenis makanan pokok dapat berkurang.
4.3.3. Analisis hubungan Daya Terima dengan kesembuhan
Pada penelitian ini tekstur makanan kurang, terdapat 17 responden
(73,9%) yang sembuh dan 6 responden (26,1%) responden yang perbaikan.
Sedangkan, pada tekstur makanan baik, terdapat 61 responden (68,5%)
responden yang sembuh dan 28 (31,5%) responden yang perbaikan. Variasi
menu makanan kurang, terdapat 23 responden (69,7%) yang sembuh dan 10
responden (30,3%) responden yang perbaikan. Sedangkan, pada variasi menu
makanan baik, terdapat 55 responden (69,6%) responden yang sembuh dan 24
(30,4%) responden yang perbaikan. Penampilan makanan kurang, terdapat 20
responden (71,4%) yang sembuh dan 8 responden (28,6%) responden yang

Universitas Sriwijaya
136

perbaikan. Sedangkan, pada penampilan makanan baik, terdapat 58 responden


(69,0%) responden yang sembuh dan 26 (31,0%) responden yang perbaikan.
Aroma makanan kurang, terdapat 25 responden (67,6%) yang sembuh dan 14
responden (32,4%) responden yang perbaikan. Sedangkan, pada aroma
makanan baik, terdapat 53 responden (70,7%) responden yang sembuh dan 22
(29,3%) responden yang perbaikan.
Penelitian yang dilakukan Rohati, 2008 menyebutkan bahwa daya
terima makanan pasien dipengaruhi nafsu makan, kebiasaan makan, adanya
makanan dari luar rumah sakit, adanya rasa bosan ataupun cita rasa makanan
itu sendiri (penampilan, rasa makanan, waktu makan, jarak makanan, kelas
perawatan dan cara penyajian makanan (Rohati, 2008). Penelitian serupa yang
dilakukan oleh Mutmainnah, 2008 mengatakan bahwa adanya perbedaan daya
terima yang terjadi pada penilaian makanan juga dipengaruhi factor eksternal
lain seperti penampilan makanan (warna, penyajian, besar porsi dan bentuk
makanan) dan rasa makanan (aroma, bumbu, keempukan, tingkat kematangan
dan suhu makanan) (Mutmainnah, 2008).
Adapun daya terima makanan pada pasien COVID-19 dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya refeeding syndrome, kehilangan
pengecap. Pasien COVID-19 kemungkinan juga mengalami malnutrisi,
terutama setelah beberapa hari/minggu evolusi. Staf medis dan perawat yang
menangani pasien COVID-19 sering tidak menyadari konsekuensi buruk dari
dukungan gizi yang tidak sesuai, terutama refeeding syndrome. Oleh karena
itu, setiap unit khusus yang menerima penanganan COVID-19 harus mampu
mencegah terjadinya refeeding syndrome. Selanjutnya pemberian
suplementasi yang tepat dengan elektrolit, termasuk magnesium, potasium dan
fosfor, vitamin, trace elemen dan pemantauan klinis dan biologis yang ketat:
pemantauan asupan energi dan protein, berat badan (jika memungkinkan), dan
elektrolit, termasuk magnesium, kalium dan fosfor sehingga membutuhan
makanan nutrisi parenteral maupun enteral dan suplemen dalam membantu
imunitas tubuh (Thibault et al., 2021).

Universitas Sriwijaya
137

Asupan makanan berkurang disebabkan beberapa faktor yaitu


anoreksia sekunder akibat infeksi, dispnea, disosmia, dysgeusia, stres, isolasi,
dan pembatasan makanan. Pada pasien yang dirawat dengan resiko tinggi,
terjadinya malnutrisi juga sangat pengaruh disebabkan infeksi,
hipermetabolisme, dan fisik imobilisasi. Hal ini dapat dicegah dengan strategi
atau perencanaan gizi (Diet) yang tepat (Thibault et al., 2020).
Pada fase akut COVID-19, perawatan gizi dan aktivitas fisik yang
dioptimalkan sejak dini sulit dilakukan. Banyak pasien mungkin menderita
sindrom kelemahan pasca-ICU dan kehilangan massa otot yang parah bahkan
pada pasien non-ICU umumnya. Oleh karena itu, rehabilitasi perawatan pasca-
akut adalah untuk meningkatkan massa dan fungsi otot, dan pemulihan pasien
dengan menggabungkan perawatan gizi dan aktivitas fisik. Profesional gizi
klinis harus menjadi salah satu aktor kunci dari rehabilitasi ini. Karena evaluasi
gizi mungkin terbatas pada penyakit akut, tahapan skrining gizi yang lebih
menyeluruh harus dilakukan tepat sebelum dipulangkan atau saat masuk ke
rehabilitasi. Dukungan gizi dapat lebih mudah dilakukan dan disesuaikan
dengan pedoman pencegahan pengendalian virus COVID-19 (Lugli et al.,
2019).
Dalam penelitian ini variabel daya terima makanan tidak terdapat
hubungan signifikan dengan kesembuhan pasien, namun jika daya terima
makanan baik maka asupan akan baik sehingga keadaan fisioligis pasien dapat
menjadi baik dengan demikian dapat membantu mempercepat kesembuhan
pasien. Dengan demikian diperlukan adanya evaluasi dan modifikasi dalam
membuat kebijakan standar diet, standar porsi dan pedoman menu pelayanan
gizi. Berdasarkan observarsi dilapangan diketahui bahwa untuk membantu
pasien COVID-19 dapat menerima makanan yang diberikan oleh instalasi gizi
rumah sakit telah membuat regulasi yaitu pedoman sklus menu 7 hari, 10 hari
sehingga pasien tidak mengalami pengulangan menu dan kebosanan serta
dalam standar diet TETP pada pasien COVID-19 diberikan minuman herbal
seperti rebusan daun sungkai, air jahe dan madu serta susu tinggi protein,

Universitas Sriwijaya
138

vitamin c, vitamin D dan zinc sebagai salah satu sumber antioksidan sebagai
upaya dalam membantu menjaga imunitas pasien.
Pada masing-masing rumah sakit memiliki kebijakan tersendiri
mengenai standar diet yang diberikan, namun tetap merujuk pada standar yang
ditetapkan seperti diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein) pada rumah sakit
A standar 2600 kkal sedangkan pada rumah sakit B menggunakan 3000 kkal,
namun pada prinsipnya zat gizi tersebut sudah mencukupi kebutuhan pasien
yang dirawat.

4.3.4. Analisis Implementasi kebijakan Pelayanan Gizi


Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap implementasi kebijakan
pelayanan gizi di RS rujukan COVID-19 dapat disimpulkan dalam Tabel 4.29.
Tabel 4.29. Kesimpulan Variabel yang mempengaruhi keberhasilan
Implementasi
No Variabel Hasil
1 Standar dan Rumah Sakit telah memiliki standar dalam membuat
sasaran Kebijakan kebijakan yaitu berpedoman pada Surat Edaran
Kementerian Kesehatan RI No. HK…diturunkan
dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit,
Standar Operasional Prosedur (SPO), standar diet.
2 Sumber Daya 1) Sumber daya tenaga masih terdapat kekurangan
utamanya di bagian tenaga pengolahan, masih
kurang diberikan pelatihan terkait pelayanan gizi
maupun COVID-19.
2) Sumber dana sudah sesuai dengan anggaran yang
ada.
3) Sumber sarana sudah mencukupi sesuai dengan
standar rumah sakit rujukan dan infeksi

3 Karakteristik Pelaksana sudah melaksanakan kebijakan sesuai


Organisasi aturan yang berlaku dan stakeholder sangat ketat
Pelaksana mengingatkan karena terkait dengan kepuasan dan
kesembuhan pasien.
4 Sikap para Sangat mendukung kebijakan pelayanan gizi
Pelaksana
5 Komunikasi antar Sudah dilakukan baik secara internal ataupun
Organisasi eksternal

Universitas Sriwijaya
139

6 Lingkungan Sosial, Kepala unit, kasie, kabid sampai Direktur sangat


Ekonomi dan mendukung mengingat pandemi dan organisasi
Politik profesi Persagi ASDi sangat konsisten dengan terus
mengadakan webinar kepada ahli gizi dan penjamah
makanan terkait penatalaksanaan pelayanan gizi dan
penyelenggaraan makanan di unit instalasi gizi

Hal ini sesuai dengan teori Van Meter dan Van Horn (dalam Agustinus,
2006) menyatakan pemahaman pelaksana akan mempengaruhi standar dan tujuan
kebijakan sehingga implementasi dapat terlaksana.
Pelayanan gizi memiliki kontribusi dalam upaya kesembuhan pasien.
Akibat tidak maksimalnya pelayanan gizi menyebabkan mutu layanan tidak
berjalan dengan baik dan outcome pasien dalam hal ini kesembuhan tidak mampu
tercapai. Menurut Habiba, 2017 menyebutkan bahwa semakin tinggi mutu
pelayanan gizi di rumah sakit maka kepuasan pasien juga semakin tinggi (Habiba
and Adriani, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Madi, 2020 bahwa protokol atau peraturan
dibuat untuk membantu identifikasi pasien COVID-19 yang mengalami malnutrisi.
Pasien COVID-19 utamanya mengalami malnutrisi merupakan pasien kritis, tidak
hanya akan mengganggu pernapasan, fungsi otot dan meningkatkan kelemahan otot
pernapasan tetapi dapat memperburuk fungsi kekebalan dan memburuk penyakit.
Sehingga, melakukan penilaian dan dukungan nutrisi yang yang tepat penting untuk
mencegah malnutrisi di antara pasien kritis. Prosedur keamanan dan kebersihan
makanan adalah komponen penting dari perawatan gizi rumah sakit secara
keseluruhan. Praktik-praktik ini menangani semua aspek penerimaan makanan dari
pertanian dan pabrik hingga penyajian dan distribusi makanan. Selama empat belas
hari masa pemulihan, pasien membutuhkan isolasi dan pemantauan kesehatan
secara teratur (Madi et al., 2020b).
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh data mean setiap pertanyaan
yang diajukan kepada responden di lima lokasi penelitian yaitu nilai mean dengan
kriteria “sangat tinggi” terdapat pada 3 pertanyaan. Pertanyaan P2, P4, P5.
Pertanyaan P2 yaitu Petugas melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan SOP
mendapakan nilai mean sebesar 4,57. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan yang

Universitas Sriwijaya
140

dibuat oleh pihak rumah sakit sudah dilaksanakan sesuai dengan standar
operasional prosedur dan peraturan lainnya. P4 yaitu petugas melakukan distribusi
makanan tepat waktu menunjukan bahwa pasien mendapatkan makanan tepat
waktu serta P5 menunjukan bahwa Dietisien/nutrisionis telah memberikan diet
sesuai dengan prediksi diet pasien COVID-19. P11 yaitu pertanyaan yang dinilai
responden dengan kriteria “Cukup” tidak ada pemasalahan yang timbul dalam
kebijakan ini.
Kesimpulannya antara data hasil wawancara mendalam dengan informan,
serta observasi dilapangan di instalasi gizi serta dengan hasil analisis deskriptif
kuisioner menunjukan bahwa pihak rumah sakit dalam hal ini bagian instalasi gizi
telah melaksanakan kebijakan terkait pelayanan gizi dengan baik karena standar
prosedur yang mereka laksanakan sudah disesuaikan dengan keadaan dari pasien
COVID-19.
Pada penelitian ini ke enam faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi pelayanan gizi sudah terlaksana dengan baik, walaupun masih
terdapat beberapa bagian yang masih kurang baik pelaksanaanya seperti disalah
satu rumah sakit SOP terbaru nya belum ada karena masih menyesuaikan dengan
kebijakan pelayanan gizi pada makanan infeksius. Aktor implementasi nya sudah
sangat memaksimalkan agar suatu kebijakan dapat terlaksana dengan baik sampai
ke pekarya nya. Oleh sebab itu dalam penelitian ini ke enam faktor tersebut dapat
terlaksana dengan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marhaeni, 2012 bahwa mekanisme penyediaan makan cukup terstruktur dan jelas,
meskipun masih ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang belum dimiliki
katering seperti SOP untuk menu pasien anak-anak, penyiapan logistik dan
membersihkan peralatan makan pasien. Beban kerja karyawan katering sangat
tinggi dan rangkap tugas. Tim Panitia Asuhan Gizi (PAG) khususnya perawat dan
petugas gizi dapat bekerja lebih baik, namun belum mempunyai perencanaan
stratejik untuk pelayanan gizi. Kapasitas tim PAG dalam pelayanan gizi belum
optimal (Marhaeni et al., 2012).
Menurut Suharyono, 2006 dalam penelitiannya bahwa produktifitas tenaga
pekarya gizi masih rendah karena faktor kelelahan dan kejenuhan. Implementasi

Universitas Sriwijaya
141

tidak akan efektif jika ketenagaannya tidak produktif akan mengakibatkan kinerja
tidak optimal (Suharyono et al., 2006). Oleh karena itu instalasi gizi melakukan
inovasi pada karyawan dengan penyegaran saat briefing sebagai upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petugas dengan mengupgrade ilmu serta
memberikan pelatihan namun belum semua petugas mendapatkan pelatihan yang
mendukung terutama pelatihan mengenai penanganan makanan terkait COVID-19.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Markhandieni, 2009 menyebutkan terdapat
pengaruh pelatihan kerja dengan peningkatan kinerja petugas. Sejumlah tenaga
yang bekerja di instalasi gizi sudah bekerja lebih dari 5 tahun (Marhaeni et al.,
2012).
Masa kerja sangat berdampak pada keterampilan bekerja. Ini selaras dengan
penelitian Marsulina, 2004 yaitu pengalaman kerja 1 tahun keatas menunjukkan
kearah baik, baik dari segi pengetahuan maupun segi keterampilan, demikian juga
masa kerja 2 tahun akan lebih meningkat (Studi et al., 2015).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zela, 2019 bahwa masih ada
permasalahan di sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan standar
operasional prosedur, pengantaran bahan makanan tidak tepat waktu. Perlu adanya
peningkatan pengelolaan Instalasi Gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
Achmad Provinsi Riau sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seperti melakukan
rekrutmen untuk sumber daya manusia yang masih kurang, melengkapi sarana dan
prasarana yang rusak seperti pemanas air, memperbaiki suply air yang masih
kurang, melakukan pelayanan sesuai standar operasional prosedur seperti
pengantaran makanan kepada pasien tepat waktu (Zela.et.al, 2019).
Penelitian serupa lainnya peran manajer pada kedua situs cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari dibentuknya tim terapi gizi rumah sakit dan peningkatan kualitas
SDM. Teknologi pelayanan gizi pada kedua situs belum memenuhi standar
Kemenkes. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan makanan pada Situs 1 belum
baik sedang pada situs 2 sudah baik. Asupan gizi pasien Situs 1 lebih rendah
dibanding kebutuhan pasien, sedang pada Situs 2 lebih tinggi dari pada kebutuhan.
Kerugian ekonomi akibat sisa makanan pada Situs 1 lebih tinggi dibanding Situs 2.
Pelayanan gizi rumah sakit belum berjalan optimal, kerugian ekonomi akibat sisa

Universitas Sriwijaya
142

makanan pasien masih tinggi. Rumah sakit diharapkan membuat kebijakan


operasional pelayanan gizi rumah sakit agar pasien mendapat pelayan yang lebih
adekuat (Marhaeni et al., 2014).
Dukungan nutrisi yang baik sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh
untuk melawan virus corona (COVID-19). Namun, dalam konteks pandemi dengan
penularan yang sangat tinggi, penerapan praktik gizi mungkin sulit. Penelitian yang
dilakukan oleh Amelia, tsunghui, et.al, 2020 dengan menggunakan elektronik
multicenter yang melibatkan 62 ahli gizi untuk memahami hambatan yang terkait
dengan kepatuhan terhadap pedoman gizi pasien COVID-19 rawat inap di
Indonesia. Sebanyak 69% ahli gizi merasa stres saat melakukan perawatan gizi, dan
90% mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan kekebalan terhadap virus
corona. Kekhawatiran terkait dengan praktik klinis termasuk kurangnya kejelasan
pedoman (74%), kurangnya akses ke catatan medis (55%), pengalaman atau
pengetahuan yang tidak memadai (48%), dan kurangnya efikasi diri/kepercayaan
diri (29%) dalam melakukan asuhan gizi. Setengah (52%) dari ahli gizi telah
melakukan penyuluhan/penyuluhan gizi, 47% telah memantau berat badan pasien,
dan 76% telah memantau asupan makanan pasien. Regresi linier yang disesuaikan
menunjukkan bahwa kepatuhan pedoman secara mandiri memprediksi perilaku
penatalaksanaan gizi konseling (ß: 0,24 (0,002, 0,08); P-value 0,04), dan
pemantauan berat badan (ß: 0,43 (0,04, 0,11); P-value 0,001 dan asupan makanan
(ß: 0,47 (0,03, 0,10); P-value 0,001 pasien COVID-19. Secara keseluruhan,
kepatuhan pedoman gizi COVID-19 dikaitkan dengan perilaku manajemen gizi
yang lebih baik dalam pelayanan gizi pasien COVID-19 (Amelia Faradina, Sung-
Hui Tseng, Dang Khanh Ngan Ho, Esti Nurwanti and Sintha Dewi Purnamasari,
2021).
Penelitian lain menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang
menyenangkan akan menimbulkan gairah kerja tinggi sehingga seseorang dapat
berhasil dalam kerjanya. Penelitian Musfi Efrizal (2010) menyatakan bahwa
kepuasan pada kondisi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
(Indonesia, Gizi and Sakit, 2015) .

Universitas Sriwijaya
143

4.4. Keterbatasan Penelitian


Adanya kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan sampel serta
menggunakan metode penelitian mix-methods yaitu upaya peneliti untuk
mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan, namun pada
prakteknya terdapat beberapa kendala dan keterbatasan penelitian.
1. Salah satu indikator mutu pelayanan gizi adalah sisa makanan pasien < 25%
(Permenkes 78, 2012). Untuk pasien non COVID-19 data ini setiap hari
dikumpulkan di unit instalasi gizi, sedangkan untuk ruangan isolasi COVID-
19 tidak dilakukan mengingat sisa makanan pasien adalah sampah infeksius.
2. Kesulitan dalam hal pengambilan data secara virtual menyebabkan kurang
mendalam penggalian data.

Universitas Sriwijaya
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis diet dan


komorbid) secara statistik Chi-square tidak terdapat hubungan signifikan
dengan kesembuhan sedangkan karakteristik ( status gizi dan lama hari rawat)
memiliki hubungan signifikan secara statistik Chi-square dengan kesembuhan
pasien COVID-19 di rumah sakit rujukan.
b. Secara statistik Chi-square terdapat hubungan signifikan antara sisa makanan
dengan kesembuhan pasien COVID-19.
c. Secara statistik Chi-square tidak terdapat hubungan daya terima (tekstur,
rasa, variasi, aroma, penyajian dan penampilan) makanan dengan
kesembuhan pasien COVID-19.
d. Kebijakan pelayanan gizi di Instalasi Gizi sudah menerapkan peraturan
Kementerian Kesehatan dan telah diimplementasikan oleh rumah sakit
rujukan dengan dibuatnya Surat Keputusan Direktur. Regulasi, SPO, dan
instuksi kerja dilaksanakan petugas untuk menjaga keamanan dan
keselamatan pasien dan petugas. Manajemen mutu pelayanan gizi tetap
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan minimal rumah sakit.
e. Proses pelayanan gizi di rumah sakit rujukan COVID-19 terdapat perubahan
dari sebelum COVID-19, yaitu sebagian besar rumah sakit bahan makanan
yang biasanya didatangkan setiap hari maka karena adanya COVID-19
dilakukan seminggu 2 kali guna membatasi kerumunan dan penularan COVID-
19.
f. Standar diet pasien COVID-19 yaitu diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
untuk pasien non komorbid, dan sesuai dengan penyakitnya untuk pasien
komorbid, kemudian diberikan tambahan minuman herbal yaitu daun
sungkai, air jahe dan madu untuk membantu menjaga imunitas pasien.

144 Universitas Sriwijaya


145

g. Faktor dominanyang mempengaruhi kesembuhan pasien yaitu variabel yang


lama hari rawat.
5.2. Saran

a. Bagi Masyarakat
Melaksanakan protokol kesehatan dan konsumsi makanan bergizi.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan pelayanan gizi tentang
modifikasi menu, standar diet dan standar porsi pada pasien COVID-19.
c. Bagi peneliti lain
Untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan menganalisis asupan
makanan dengan imunologi tubuh.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. And Primadona, S. (2018) ‘Hubungan Antara Rasa Makanan Dan


Suhu Makanan Dengan Sisa Makanan Lauk Hewani Pada Pasien Anak
Di Ruang Rawat Inap RUMKITAL Dr . Ramelan Surabaya Correlation
Between Food Taste And Temperature With Plate Waste Of Animal-
Based Food Among Pediatric Patients At Dr . Ramelan Naval Hospital
Surabaya’, Pp. 245–253. Amerta Journal. Doi:
10.20473/Amnt.V2.I3.2018.245-253.
Amelia Faradina, Sung-Hui Tseng, Dang Khanh Ngan Ho, Esti Nurwanti, H. H.
And Sintha Dewi Purnamasari, I. Y. R. And J.-S. C. (2021) ‘Adherence
To COVID-19 Nutrition Guidelines Is Associated With Better
Nutritional Management Behaviors Of Hospitalized’, Nutrients Journal
2021, 13, 1918. Https://Doi.Org/10.3390/Nu13061918
Https://Www.Mdpi.Com/Journal/Nutrients, 2019, Pp. 1–12.
Ariyanti V, Widyaningsih EN, Rauf R. Hubungan antara karakteristik sensorik
makanan dengan sisa makanan biasa pada pasien rawat inap RSUD Dr.
Soeratno, Gemolong, kabupaten Sragen. Journal Kesehatan.
2017;10(1):17–25.
Ana.Et.Al (2020) ‘Can Probiotics And Diet Promote Beneficial Immune
Modulation And Purine Control In’, Nutrients, 12,1737.
Arkin, N. Et Al. (2020) ‘Nutrition In Critically Ill Patients With COVID-19 :
Challenges And Special Considerations’, Clinical Nutrition. Elsevier
Ltd, 39(7), Pp. 2327–2328. Doi: 10.1016/J.Clnu.2020.05.007.
Aryani, V. (2017) ‘Hubungan Antara Karakteristik Sensorik Makanan Dengan Sisa
Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Rsud Dr. Soeratno, Gemolong,
Kabupaten Sragen’, Jurnal Kesehatan, 10(1), Pp. 17–25.
Arkin, N. et al. (2020) ‘Nutrition in critically ill patients with COVID-19 :
Challenges and special considerations’, Clinical Nutrition. Elsevier Ltd,
39(7), pp. 2327–2328. doi: 10.1016/j.clnu.2020.05.007.
Arinda lironika dan Mailia Yunda Suryadi,2019. Jadwal Distribusi dan Citarasa
Makanan Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien di Ruang
Perawatan Obgyn dan Bedah RSD. dr. Soebandi Jember The Distribution
Schedule and Food Taste was Correlated with Patient’s PlateWaste at
Obstetric and Surgical Room in dr. Soebandi Hospital, Jember. Amerta
Nutr (2019) 194-200 194 DOI: 10.2473/amnt.v3i3.2019. 194-200.
Azzolino, D. Et Al. (2021) ‘Nutritional Strategies For The Rehabilitation Of
COVID-19 Patients’, European Journal Of Clinical Nutrition. Springer

146 Universitas Sriwijaya


147

US, Pp. 728–730. Doi: 10.1038/S41430-020-00795-0.


Cheah, K. (2020) ‘International Journal Of Infectious Diseases Potential Role Of
Statins In COVID-19’, International Journal Of Infectious Diseases.
International Society For Infectious Diseases, 96, Pp. 615–617. Doi:
10.1016/J.Ijid.2020.05.115.
Cintoni, M. (2020) ‘Nutritional Management In Hospital Setting During SARS-
Cov-2 Pandemic: A Real-Life Experience’, European Journal Of
Clinical Nutrition. Springer US, 74(5), Pp. 846–847. Doi:
10.1038/S41430-020-0625-4.
Cook, T. M. (2020) ‘Review Article Personal’. Doi: 10.1111/Anae.15071.
Covid-, T. (2020) ‘ESPEN Expert Statements And Practical Guidance For
Nutritional Management Of Individuals With SARS-Cov-2 Infection’,
39. Doi: 10.1016/J.Clnu.2020.03.022.Clinical nutriotion Journal.
Cut Sari Mutia dan Rachmawati, Pengaruh modifikasi menu makanan lunak
terhadap tingkat kepuasan pasien dan sisa makanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh
The effect of modification of soft food menu on the level of patient
satisfaction and leftovers in the Meuraxa District General Hospital
Banda Aceh SAGO: Gizi dan Kesehatan 2020, Vol. 1(2) 152-158 © The
Author(s) 2020 DOI: http://dx.doi.org/10.30867/gikes.v1i2.408
https://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/ gikes Poltekkes
Kemenkes Aceh. naval hospital surabaya. Amerta Nutr. 2018;2(3):245–
53.
Creswell, J. W., (1999). Mixed-Method Research: Introduction and Application.
University of Nebraska, Lincoln. Handbook of Educational Policy.
Academic Press.number: 455-472.
Creswell, J. W. Clark, V. L. P., Gutmann, M. L., Hanson, W. E, (2003). Advanced
mixed methods research design. In A. Tashakkori & C. Teddlie (Eds),
Handbook of mixed methods in social & behavioral research (pp. 209-
240). Thausand Oaks, CA: Sage
Davies, P. D. O. (2002) ‘Multi-Drug Resistant Tuberculosis’, CPD Infection, 3(1),
Pp. 9–12.
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, (2020) ‘Daftar Rumah Sakit Rujukan COVID-
19 Di Indonesia No Provinsi Alamat’, (1).
Direktorat Jenderal Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI (2020). Pedoman
Gizi Rumah Sakit Darurat COVID-19.
Dias-ferreira C, Santos T, Oliveira V. Hospital food waste and environmental and
economic indicators – A Portuguese case study. Waste Management.

Universitas Sriwijaya
148

2015;46:146–54.
El-Wehedy, S. E. (2019) ‘Hygienic Status Of Meat Served At Hospitals And Its
Improvement After HACCP Implementation’. Doi:
10.14943/Jjvr.67.1.61.
Essabah, N. (2021) ‘Clinical Nutrition ESPEN Nutritional status assessment in
patients with COVID-19 after discharge from the intensive care unit’, 41.
doi: 10.1016/j.clnesp.2020.09.214.
Fallis, A. (2013) ‘Teori Kebijakan Implementasi’, Journal Of Chemical
Information And Modeling, 53(9), Pp. 1689–1699. Doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Fatkhurohman F, Lestari YN, Torina DT. The relationship of the changingin
standard portion toward food waste among holistic hospital patients in
2016 (food waste study of rice on lunch menu in holistic hospital). Gizi
Indones. 2017;40(1):1.
Fadilla C, Rachmah Q, Juwariyah J. Inpatients food waste description at Sidoarjo
general hospital. Amerta Nutr. 2020;4(3):198–204.
Grace, C. (2020) ‘Manifestasi Klinis Dan Perjalanan Penyakit Pada Pasien COVID-
19’, Majority, 9, Pp. 49–55.
Guan Z,, 2020 (2020) ‘Clinical Characteristics Of Coronavirus Disease 2019 In
China _ Enhanced Reader.Pdf’.
Habiba, R. A. And Adriani, M. (2017) ‘Hubungan Depresi , Asupan , Dan
Penampilan Makanan Dengan Sisa Makan Pagi Pasien Rawat Inap (
Studi Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya ) Association Between
Depression , Intake , And Appearance Of Food With The Morning Food
Waste Among Inpatients ( Study At The Islam Hospital Jemursari
Surabaya )’, Pp. 198–208. Doi: 10.20473/Amnt.V1.I3.2017.198-
208.Journal Amerta.
Hariadi, W. (2020). Analisis Survival Waktu Sembuh Pasien COVID-19 Di
Kabupaten Banyuwangi. 4(2), Pp. 375–386.
Iddir, M. Et Al. (2020) ‘Strengthening The Immune System And Reducing
Inflammation And Oxidative Stress Through Diet And Nutrition:
Considerations During The COVID-19 Crisis’, Nutrients, 12(6), Pp. 1–
43. Doi: 10.3390/Nu12061562.
Ii, B. A. B. (1998) ‘Aspek Pendanaan Rumah Sakit 2.1’, Pp. 23–34.
Ilham Et.Al (2018) ‘Perbandingan Daya Terima Makanan Serta Faktor-Faktor
Yang Swakelola Dan Outsourcing Jurusan Gizi , Poltekkes Kemenkes
Pontianak , Indonesia’, Pontianak Nutrition Journal, 01(02), Pp. 1–4.

Universitas Sriwijaya
149

Indonesia, M. K., Gizi, P. And Sakit, R. (2015) ‘Analisis Implementasi Pelayanan


Gizi Di RSUD Tugurejo Semarang Analysis On The Implementation Of
Nutrition Services In Tugurejo General Hospital Semarang’, 03(02).
Jennifer Byrne, BA, & Aine M. Humble. (2007). An Introduction to Mixed Method
Research. Atlantic Research Centre for Family- Work Issues. Mount
Saint Vincent University, 3 Desember 2007
Jin Y, Yang H, Ji W, Wu W, Chen S, Zhang W, Duan G. Virology,
Epidemiology, Pathogenesis, and Control of COVID-19. Viruses.
2020 Mar 27;12(4):372
Karunia Tanuwijaya L, Gresari Sembiring L, Yanuar Dini C, Putri Arfiani E,
Arimba Wani Y. Sisa Makanan Pasien Rawat Inap: Analisis Kualitatif.
Indonesia Journal Hum Nutr. 2018;5(1):51–61.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelayanan gizi dan dietetik
di rumah sakit darurat dalam penanganan pandemi COVID-19. Jakarta;
2020.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit
(PGRS). Jakarta; 2013.
Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta; 2008.
Kementerian, R. (2020) ‘Halaman Sampul’, Pedoman Pengendalian Infeksi
COVID-19 Revisi Ke-5, 4(3), Pp. 1–214. Doi: 10.33654/Math.V4i3.272.
Kementerian Kesehatan RI. (2013a) ‘Berita Negara’, (1559), Pp. 1–4.
Kim, Y., Min, J. And Huh, J. W. (2018) ‘Comparison Of Accuracy Of NUTRIC
And Modified NUTRIC Scores In Predicting 28-Day Mortality In
Patients With Sepsis : A Single Center Retrospective Study’. Doi:
10.3390/Nu10070911.
Kementerian Kesehatan, R. (2020) ‘(https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/ )’,
Pengendalian Pencegahan Infeksi Emerging, pp. 1–11.
Kementerian Kesehatan RI, PERSAGI, A. 2020 (2020) ‘Pedoman Pelayanan Gizi
dan Dietetik Di Rumah Sakit Darurat Dalam Penanganan Pandemi
COVID-19’.
Komunitas, J. K., Manajemen, A. and Instalasi, P. (2019) ‘Analysis of Nutritional
Unit Service Management in Arifin Achmad Regional General Hospital
of Riau Province in 2019’, 5(November), pp. 218–226.
Lai, J. Et Al. (2020) ‘Factors Associated With Mental Health Outcomes Among
Health Care Workers Exposed To Coronavirus Disease 2019’, 3(3), Pp.

Universitas Sriwijaya
150

1–12. Doi: 10.1001/Jamanetworkopen.2020.3976.


Lau, H., Khosrawipour, V. and Kocbach, P. (2020) ‘Since January 2020 Elsevier
has created a COVID-19 resource centre with free information in
English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- research that
is available on the COVID-19 resource centre - including this
ScienceDirect Internationally lost COVID-19 cases’, (January).
Lawrence, V. (2021) ‘A UK Survey Of Nutritional Care Pathways For Patients
With 19 Prior To And Post- ­ Hospital Stay’, (March), Pp. 1–10. Doi:
10.1111/Jhn.12896.
Lei Fang, George Karakiulakis, *Michael Roth (2020) ‘Since January 2020
Elsevier Has Created A COVID-19 Resource Centre With Free
Information In English And Mandarin On The Novel Coronavirus
COVID- Research That Is Available On The COVID-19 Resource
Centre - Including This For Unrestricted Research Re-Use A’, (January).
Doi: 10.1111/All.14238.Wan.
Lestari, Y. N. (2017) ‘Gizi Indonesia’, 40(1), Pp. 1–8.
Li X, Lui F. Anosmia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/bo
oks/NBK482152/
Li, P. O. (2020) ‘Novel Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ): The Importance
Of Recognising Possible Early Ocular Manifestation And Using
Protective Eyewear’, 2019, Pp. 2019–2020. Doi:
10.1016/J.Jiph.2019.04.011.
Lugli, A. K. (2019) ‘Medical Nutrition Therapy In Critically Ill Patients Treated On
Intensive And Intermediate Care Units : A Literature Review’, Journal
Of Clinical Medicine MDPI, J. Clin. M, Pp. 1–18.
Madi, M. F. (2020b) ‘Coronavirus Nutritional Care Protocol’, Scholars Academic
Journal Of Biosciences, 08(04), Pp. 97–110. Doi:
10.36347/Sajb.2020.V08i04.005.
Mantovani, A. (2020) ‘Nutrition , Metabolism & Cardiovascular Diseases Diabetes
As A Risk Factor For Greater COVID-19 Severity And In- Hospital
Death : A Meta-Analysis Of Observational Studies’, Nutrition,
Metabolism And Cardiovascular Diseases. Elsevier B.V, 30(8), Pp.
1236–1248. Doi: 10.1016/J.Numecd.2020.05.014.
Marhaeni, D. (2012) ‘Analisis Kebijakan Outsourcing Penyelenggaraan Makan
Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang Policy Analysis Of
Food Services Outsourcing In Sumedang District Hospital’, 46(38), Pp.
234–240.

Universitas Sriwijaya
151

Marhaeni, D. (2014) ‘Analisis Pelayanan Gizi Rumah Sakit Dengan Pendekatan


Health Technology Assessement (HTA) Health Technology Assessment
Approach’, 1(38), Pp. 97–105.
Mccourt, E. (2019) ‘Are Australian Pharmacists Willing To Work In A Disaster’,
(May). Doi: 10.1017/S1049023X19002097.
Medika, J. M. (2020) ‘Jurnal Menara Medika
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index JMM 2020 p-
ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862’, 3(1), pp. 15–21.
Morley, J. E., Kalantar-Zadeh, K. And Anker, S. D. (2020) ‘COVID- 19 : A Major
Cause Of Cachexia And Sarcopenia ?’, (June), Pp. 863–865. Doi:
10.1002/Jcsm.12589.
Mardianingsih N, Utami FA, Palupi IR. Capaian standar pelayanan minimal gizi di
rumah sakit umum daerah (RSUD) Manokwari Papua Barat. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia. 2020;16(4):152–67.
Permatasari, I. A. (2020) ‘Thejournalish : Social And Government Kebijakan
Publik’, 1, Pp. 34–38.
Puspita WL, Prawiningdyah Y, Nisa FZ. Penerapan Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis pada
makanan khusus anak berbasis hewani di rumah sakit umum daerah dr.
Soedarsono Pontianak. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2010;7(1):8.
Ratih A, 2006 (2006). Perpustakaan Universitas Airlangga. Skripsi. Hubungan
Aspek Kualitas Dan Kuantitas Makanan
Riadi, A. (2019) ‘Pedoman Dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19)’, Math
Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 4, Pp. 1–214. Doi:
10.33654/Math.V4i0.299.
Ridwan, B. (2017) ‘Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Di Rsud
Undata Provinsi Sulawesi Tengah’, Jurnal Katalogis, 5(12), Pp. 108–
117.
Rees, E. M. (2020) ‘COVID-19 length of hospital stay : a systematic review and
data synthesis’. BMC Medicine.
Ronitawati P, Puspita M, Citra K. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa
makanan di rumah sakit umum daerah Koja Jakarta Utara tahun 2017.
Heal Sci Growth. 2018;3(2):57–76.
Saskia R, Primadona S, Mahmudiono T. Hubungan tingkat kematangan dan suhu
dengan sisa makanan lauk nabati pada pasien anak di ruang inap
Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Media Gizi Indonesia.
2018;13(2):100–7.

Universitas Sriwijaya
152

Septyaningtrias, D. E., Fachiroh, J. And Paramita, D. K. (2020) ‘Review Of


Immune Responses Correlated With COVID-19 Outcomes : The Fight ,
Debacle And Aftermath In The Indonesian Context .’, 52(3), Pp. 138–
162.
Shereen, M. A. (2020) ‘COVID-19 Infection: Origin, Transmission, And
Characteristics Of Human Coronaviruses’, Journal Of Advanced
Research. 24(March), Pp. 91–98. Doi: 10.1016/J.Jare.2020.03.005.
Singer, P. (2019) ‘ESPEN Guideline ESPEN Guideline On Clinical Nutrition In
The Intensive Care Unit’, Clinical Nutrition. Elsevier Ltd, 38(1), Pp. 48–
79. Doi: 10.1016/J.Clnu.2018.08.037.
Studi, P. (2015) Makanan Di Rumah Sakit ‘ Aisyiyah Purworejo’.
Sugyati, C., Sjoraida, D. F. And Anwar, R. K. (2017) ‘Pemahaman Kebijakan
Kesehatan Masyarakat Bidang Ibu Dan Anak Pada Pelaksana Lapangan
Di Jawa Barat’, Jurnal Ilmu Pemerintahan : Kajian Ilmu Pemerintahan
Dan Politik Daerah, 2(1), P. 52. Doi: 10.24905/Jip.V2i1.690.
Suharyono, M. W. (2006) ‘Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan’, 09(02), Pp.
72–79.
Surveillances, V. (2020) ‘The Epidemiological Characteristics Of An Outbreak Of
2019 Novel Coronavirus Diseases ( COVID-19 ) — China , 2020’, 2(X),
Pp. 1–10.
Susilo, A. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini
Coronavirus Disease 2019 : Review Of Current Literatures’, 7(1), Pp.
45–67.
Sugiyono, (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung. Edisi 2: Cetakan Ke-1. Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI). ISBN: 978-602-9328-06-6.
Tanuwijaya, L. K., Sembiring, L. G. And Dini, C. Y. (2018) ‘Indonesian Journal
Of Human Nutrition’, Pp. 51–61.
Thibault R, Coëf M, Joly F, Bohé J, Schneider SM, Déchelotte P. How the COVID-
19 epidemic is challenging our practice in clinical nutrition — feedback from
the field. Eur J C. 2021;75:407–16.
Thibault, R. (2020) ‘Nutrition Of The COVID-19 Patient In The Intensive Care
Unit ( ICU ): A Practical Guidance’. Critical Care, Pp. 1–8.
Teddlie, C., & Tashakkori, A. (2003). Major issues and controversies in the use of
mixed methods in the social and behavioral sciences. In A. Tashakkori
&C. Teddlie (Eds), Handbook of mixed methods in social & behavioral
research (pp 3-50). Thousand Oaks, CA:Sage.

Universitas Sriwijaya
153

Usdeka Muliani, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makanan


saring pasien rawat inap. Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April
2013 ISSN 1907 - 0357
Uyami. (2001) ‘Menu Standar Di Rsud Sunan Kalijaga Demak The Difference Of
Food Acceptance , Food Waste And Food Intake Of Standard And’.
Verbeek JH, Rajamaki B, Ijaz S, Sauni R, Toomey E, Blackwood B, et al. Personal
protective equipment for preventing highly infectious diseases due to
exposure to contaminated body fluids in healthcare staff. Cochrane
Database Syst Rev. 2019;7(7):1–106.
Wang, S. (2020) ‘Since January 2020 Elsevier Has Created A COVID-19 .
Diagnosis And Treatment Of Novel Coronavirus Pneumonia Based On
The Theory Of Traditional Chinese Medicine’, (January).
Whittle, J. (2020) ‘Persistent hypermetabolism and longitudinal energy
expenditure in critically ill patients with COVID-19’. Critical Care, pp.
1–4.
Wu, F. (2020) ‘A new coronavirus associated with human respiratory disease in
China’, Nature, 579(7798), pp. 265–

Williams PG, Walton K. Plate waste in hospitals and strategies for change. Eur e-
journal Clinical Nutrition Metab. 2011;6(6):e235–41.
World Health Organization. Coronavirus. WHO.int.2020
Yang, C. (2020) ‘Does Hand Hygiene Reduce SARS-Cov-2 Transmission?’
Graefe’s Archive For Clinical And Experimental Ophthalmology, Pp. 5–
6.`
Zela. (2019) ‘Analysis Of Nutritional Unit Service Management In Arifin Achmad
Regional General Hospital Of Riau Province In 2019’, Jurnal Kesehatan
Komunitas (Journal Of Community Health) Http://Jurnal.Htp.Ac.Id,
5(November), Pp. 218–226.
Zhou, F., Yu, T., Du, R., Fan, G., Liu, Y., Liu, Z., Xiang, J., Wang, Y., Song, B.,
Gu, X.,Guan, L., Wei, Y., Li, H., Wu, X., Xu, J., Tu, S., Zhang, Y., Chen,
H., & Cao, B.(2020). Clinical Course And Risk Factors For Mortality Of
Adult Inpatients With COVID-19 In Wuhan, China: A Retrospective
Cohort Study. The Lancet, 395(10229), 1054–1062.
Https://Doi.Org/10.1016/S0140-6736(20)30566-3

Universitas Sriwijaya
154

Lampiran 1

FORM INFORMED CONSERN

Analisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi Pada Unit Instalasi Gizi Rumah
Sakit Rujukan COVID-19 di Kota Palembang

Bapak/Ibu/ sdra yang saya hormati,

Saya Devi Eryanti Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan


Masyarakat Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Negeri
Sriwijaya. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan
judul “Analisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi pada Unit Instalasi Gizi
Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di Kota Palembang”.

Pertama izinkan saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan


Bapak/Ibu/sdr untuk menjadi informan dan memberikan keterangan secara luas,
bebas, mendalam, benar dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan
nanti akan digunakan sebagai masukan untuk implementasi kebijakan pelayanan
gizi di rumah sakit. Peneliti memohon izin untuk merekam pembicaraan selama
proses wawancara berlangsung dan peneliti menjamin kerahasiaanisi informasi
yang diberikan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya ucapkan


terimakasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat saya

Devi Eryanti

Universitas Sriwijaya
155

FORM IDENTITAS INFORMAN

Kode Informan * : …………………………………………………….

Nama Informan : …………………………………………………….

Jenis Kelamin : …………………………………………………….

Umur : …………………………………………………….

Pendidikan : …………………………………………………….

Jabatan/Pekerjaan : …………………………………………………….

Lama Kerja : …………………………………………………….

Hari/Tanggal Wawancara : …………………………………………………….

Dengan ini saya bersedia menjadi informan untuk penelitian mengenai “Analisis
Implementasi Kebijakan Pelayanan Gizi pada Unit Instalasi Gizi rumah Sakit
Rujukan COVID-19 di Kota Palembang”

Palembang, 2021

(…………………………….)

*) diisi peneliti

Universitas Sriwijaya
156

Lampiran 2.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

Tata Cara Wawancara

1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesediaan menjadi informan dan menandatangani
persetujuan menjadi informan
4. Menanyakan nama informan
5. Meminta izin untuk merekam pembicaraan selama wawancara
berlangsung
6. Memberikan pertanyaan pemanasan (sudah lama bekerja dan bagaimana
kabar hari ini)
7. Memberikan pertanyaan inti
8. Menutup sesi wawancara
9. Mengucapkan terima kasih
10. Memberikan Souvenir
11. Selesai

Pertanyaan untuk Kepala Seksi Gizi dan Kepala Instalasi Gizi

1. Apa Bapak/Ibu tau COVID-19? (Probing : bagaimana bekerja disaat COVID-


19 ini?)

2. Bisa diceritakan bagaimana kebijakan pelayanan gizi? (untuk menggali


pemahaman informan)
3. Apa peran Bapak/Ibu dalam kebijakan kegiatan pelayanan gizi?

Universitas Sriwijaya
157

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tujuan, sasaran kebijakan pelayanan gizi


ini?(apakah kebijakan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan peraturan
RS)
5. Bagaimana menurut Bapak/ibu tentang kemampuan sumber daya pelaku,
sumber daya sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kepada
pasien COVID-19 di RS?(Probing : berapa jumlah SDM, sudah berapa lama
bertugas, prasarana yang tersedia apa saja sudah memadai atau belum?)
6. Bagaimana tentang sumber pendanaan yang digunakan dalam
memberikan pelayanan gizi pada pasien COVID-19 di RS?(Probing : sumber
pendanaan dari mana saja, pengelolanya siapa, besarannya berapa, sudah
cukupkah?
7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu cara RS Rujukan membuat kebijakan
sesuai harapan? (probing : Ada SOP terkait kebijakan sendiri atau tidak,
ada peraturan terkait pelayanan gizi atau tidak, siapa?)
8. Bagaimana sikap/kecenderungan (disposition) Bapak/Ibu terhadap
pelayanan gizi terkait COVID-19? (probing : kalau menolak kenapa, kalau
mendukung kenapa, ada pandangan lain?)
9. Bagaimana komunikasi yang terjalin antar para pelaksana (pihak terkait)
mengenai kebijakan pelayanan gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : kondisi
seperti apa, informasi untuk pasien seperti apa, pelaporan, monitoring,
evaluasi, penanganan keluhan?)
10. Permasalahan apa yang muncul selama implementasi kebijakan pelayanan
gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : Sumber permasalahan, yang
bertanggung jawab, solusi, harapan terhadap kebijakan pelayanan gizi RS
rujukan COVID-19?)

Universitas Sriwijaya
158

Pertanyaan untuk Penanggung Jawab/ Ahli Gizi

1. Apa Bapak/Ibu mengetahui apa itu COVID-19? (Probing : bagaimana


bekerja disaat COVID-19 ini?)

2. Bisa diceritakan bagaimana kebijakan pelayanan gizi? (untuk menggali


pemahaman informan)
3. Apa peran Bapak/Ibu dalam kebijakan kegiatan pelayanan gizi?
4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tujuan, sasaran kebijakan pelayanan gizi
ini?(apakah kebijakan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan peraturan
RS)
5. Bagaimana menurut Bapak/ibu tentang kemampuan sumber daya pelaku,
sumber daya sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kepada
pasien COVID-19 di RS?(Probing : berapa jumlah SDM, sudah berapa lama
bertugas, prasarana yang tersedia apa saja sudah memadai atau belum?)
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu/Sdr dalam melaksanakan asuhan gizi pasien di
RS rujukan COVID-19?(Probing :APD yang digunakan, sikap pada pasien,
teman kerja, dan imunitas tubuh?
7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu cara RS Rujukan membuat kebijakan
sehingga lancar sesuai harapan? (probing : Ada SOP terkait kebijakan
sendiri atau tidak, ada peraturan terkait pelayanan gizi atau tidak, siapa?)
8. Bagaimana sikap/kecenderungan (disposition) Bapak/Ibu terhadap
pelayanan gizi terkait COVID-19? (probing : kalau menolak kenapa, kalau
mendukung kenapa, ada pandangan lain?)
9. Bagaimana komunikasi yang terjalin antar para pelaksana (pihak terkait)
mengenai kebijakan pelayanan gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : kondisi
seperti apa, informasi untuk pasien seperti apa, pelaporan, monitoring,
evaluasi, penanganan keluhan?)
10. Permasalahan apa yang muncul selama implementasi kebijakan pelayanan
gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : Sumber permasalahan, yang

Universitas Sriwijaya
159

bertanggung jawab, solusi, harapan terhadap kebijakan pelayanan gizi RS


rujuakan COVID-19?)

Pertanyaan untuk Pengolah Makanan dan Pramusaji

1. Apa Bapak/Ibu mengetahui apa itu COVID-19? (Probing : bagaimana


bekerja disaat COVID-19 ini?)

2. Bisa diceritakan bagaimana kebijakan pelayanan gizi? (untuk menggali


pemahaman informan)
3. Apa peran Bapak/Ibu dalam kebijakan kegiatan pelayanan gizi?
4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tujuan, sasaran kebijakan pelayanan gizi
ini?(apakah kebijakan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan peraturan
RS)
5. Bagaimana menurut Bapak/ibu tentang kemampuan sumber daya pelaku,
sumber daya sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kepada
pasien COVID-19 di RS?(Probing : berapa jumlah SDM, sudah berapa lama
bertugas, prasarana yang tersedia apa saja sudah memadai atau belum?)
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu/Sdr dalam mengolah makanan dan
mengantarkan makanan ke pasien di RS rujukan COVID-19?(Probing : APD
yang digunakan, teknik mengolah makanan apakah berbeda sebelum
COVID-19 atau tidak?
7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu cara RS Rujukan membuat kebijakan
sehingga lancar sesuai harapan? (probing : Ada SOP terkait kebijakan
sendiri atau tidak, ada peraturan terkait pelayanan gizi atau tidak, siapa?)
8. Bagaiman sikap/kecenderungan (disposition) Bapak/Ibu terhadap
pelayanan gizi terkait COVID-19? (probing : kalau menolak kenapa, kalau
mendukung kenapa, ada pandangan lain?)
9. Bagaimana komunikasi yang terjalin antar para pelaksana (pihak terkait)
mengenai kebijakan pelayanan gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : kondisi

Universitas Sriwijaya
160

seperti apa, informasi untuk pasien seperti apa, pelaporan, monitoring,


evaluasi, penanganan keluhan?)
10. Permasalahan apa yang muncul selama implementasi kebijakan pelayanan
gizi RS Rujukan COVID-19?(Probing : Sumber permasalahan, yang
bertanggung jawab, solusi, harapan terhadap kebijakan pelayanan gizi RS
rujuakan COVID-19?)
Lampiran 3.

PEDOMAN OBSERVASI

No Subjek Observasi Jumlah Standar Tidak Standar


Tersedia
1 Ketersediaan
peraturan, SOP
2 Ketersediaan sarana
prasarana (APD,
fasilitas, SDM)
3 Adanya alur
pelayanan
4 Kegiatan mengikuti
SOP
5 Standar Diet yang
diberikan
6 Standar Menu
7 Minuman Herbal yang
diberikan
8 Laporan indikator
mutu pelayanan
1. Ketepatan
pemberian makan
2. Sisa makanan
3. Kepatuhan
petugas

)* Adopsi kuesioner : Wahyu Manggala Putra, 2014

Universitas Sriwijaya
161

Lampiran 4

KUESIONER PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU


PENYELENGGARAAN MAKANAN

No Tindakan Indikator Y Tidak NA


a
1 Kebersihan Pencucian alat secara manual
Peralatan Pencucian alat secara Automatic Washer
makanan dan
minuman
2 Cara Pengaturan
Penyimpanan - Barang yang disimpan mudah diambil
makanan dan mudah penyimpanan
(sanitasi) - Ada rotasi penyimpanan teratur
barang lama dan baru first in first out
Keamanan dan kebersihan gudang
- Bebas serangga (kecoa, semut, tikus)
- Tinggi rak dari permukaan lantai
minimal 30 cm
- Jarak antara penyimpanan barang
paling atas dengan langit-langit
minimal 60 cm
- Jarak antara penyimpanan dengan
dinding minimal 15 cm
3 Cara Tempat pengolahan dapur
Pengolahan - Air memenuhi syarat air minum, tidak
makanan terkontaminasi.
- Pembuangan air kotor lancar
- Tempat sampah tertutup
- Rapat serangga dan tikus
Tenaga Pengolah
Kebersihan perseorangan baik, selalu
mencuci tangan sebelum menjamah
makanan, memakai tutup kepala, masker,
celemek, berkuku pendek, tidak memakai
perhiasan tangan, menjamah makanan
matang menggunakan alat penjepit, garpu,
sarung tangan plastik.

Proses Pengolahan

Universitas Sriwijaya
162

- Cara pengolahan makanan yang


bersih
- Bahan makanan yang akan diolah
harus sesuai jenis spesifikasi
- Tempat persiapan, meja peracikan
bebas kecoa, semut, tikus, kucing
- Peralatan pengolahan tidk
dicampur adukkan cara
penggunaanya
4 Kebersihan - Lantai bersih dari debu dan sampah
Dapur - Permukaan lingkungan bersih/tidak
berdebu
- Lawa-lawa tidak ada
- Lantai kering/tidak licin
5 Cara - Alat pengangkut makan/kereta makan
pengangkutan harus bersih
makanan - Makanan senantiasa dalam keadaan
tertutup
6 Penyimpanan - Sesuai bahan makanan
dingin - Sesuai suhunya
- Isi lemari pendingin tidak penuh sesak
dan tidak sering buka tutup
- Ada form pemantauan suhu
- Diisi secara rutin
7 Cara penyajian - Kebersihan alat dan tempat di lokasi
makanan penyajian baik
- Hygiene perorangan baik
- Cek kemampuan kebersihan tangan
- Teknik pelayanan ramah, sopan,
menghormati
- Tehnik penyajian baik, makanan
ditutup wrap
KETERANGAN

Ya : Ada/tersedia/dikerjakan sesuai indikator


Tidak : tidak ada/tidak tersedia/tidak dikerjakan sesuai indikator
NA : not applicacaple/tidak dapat diterapkan

Universitas Sriwijaya
163

Lampiran 5

ANGKET PENELITIAN

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI PADA


UNIT INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19 DI KOTA
PALEMBANG

I. PETUNJUK PENGISIAN

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik dan seksama, kemudian


berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia bagi setiap
pertanyaan yang menurut bapak / ibu rasa paling tepat.

Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari :

SS : Sangat setuju (5)


S : setuju (4)
KS : kurang setuju (3)
S : tidak setuju (2)
TS : sangat tidak setuju (1)
Profil responden

Usia : ….s.d 30 31 s/d 35


36 s.d 40 41 s.d 4

46 s.d 50 50 s.d ….tahu

Jenis Kelamin Pria Wanita

Status Belum Menikah Menikah

Pendidikan Terakhir SLTA Akademi/Sarjana Muda

Universitas/Sarjan Pasca Sarjana

Universitas Sriwijaya
164

Pertanyaan variabel implementasi kebijakan JAWABAN


tentang pelayanan gizi SS S KS TS ST
S
5 4 3 2 1
Kebijakan pelayanan gizi dimasa pandemik
COVID-19 sesuai dengan peraturan yang ada
Petugas melakukan kegiatan pelayanan sesuai
dengan SOP
Komunikasi antar unit, dan tenaga kesehatan
lancar
Petugas melakukan distribusi makanan tepat
waktu
Dietisien/Nutrisionis memberikan diet sesuai
dengan preskripsi diet pasien COVID-19
Kepatuhan petugas dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan protokol kesehatan
dalam mencegah penularan COVID-19
Standar makanan rumah sakit pada pasien
COVID-19 sesuai dengan peraturan
Petugas memiliki tambahan kinerja dalam
melayani pasien COVID-19
Sikap petugas dalam melaksanakan kebijakan
pelayanan gizi ramah dan loyalitas
Jumlah petugas dalam melaksanakan kebijakan
sesuai dengan peraturan
Permasalahan yang timbul dalam kebijakan ini
adalah tidak mampu menerapkan kebijakan
dengan maksimal
Harapan dari implementasi kebijakan
pelayanan gizi dapat mengoptimalkan
kesembuhan pasien dan melindungi petugas

Universitas Sriwijaya
165

Lampiran 6.

FORM COMSTOCK SISA MAKANAN PASIEN

Universitas Sriwijaya
166

Lampiran 7

KUESIONER DAYA TERIMA MAKANAN PASIEN


A. Data Umum :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama dirawat :
5. Jenis Diet :
6. Pendidikan :
7. Komorbid :
B. Data Khusus (pilih jawaban yang paling sesuai menurut anda)
Daya Terima Makan
Tekstur Makan
1. Bagaimana menurut anda tentang tekstur makanan pokok (nasi) yang disajikan
a) sesuai
b) biasa saja
c) tidak sesuai dengan selera saya
2. Bagaimana menurut anda hidangan lauk hewani (daging, ikan, ayam dll) dan
nabati yang disajikan
a) matang dan empuk
b) tidak tentu
c) keras/alot
3. Bagaimana menurut anda dengan hidangan lauk nabati (tempe, tahu dll) yang
disajikan
a) matang dan empuk
b) biasa saja
c) tidak tahu
4. Bagaimana kesan anda terhadap hidangan sayuran yang disajikan
a) matang dan warnanya kelihatan segar
b) sering terlalu matang sehingga lembek &warnanya tidak menarik
c) suka kurang matang sehingga agak keras
5. secara keseluruhan menurut anda dari segi tekstur, makanan yang disajikan
a) sangat cocok dengan saya
b) biasa saja
c) kurang cocok dengan saya

Rasa Makanan

Universitas Sriwijaya
167

1. Bagaimana menurut anda mengenai suhu makanan yang disajikan


a) selalu dalam keadaan hangat
b) tidak tentu
c) selalu dalam keadaan sudah dingin
2. Dari menu yang dihidangkan, apakah menurut anda sesuai dengan resepnya
a) semuanya sesuai
b) ada Sebagian yang tidak sesuai
c) tidak tahu
3. Bagaimana menurut anda mengenai tingkat kematangan makanan yang
disajikan
a) selalu matang
b) sering kematangan
c) tidak tahu
4. Bagaimana menurut anda mengenai bumbu pada makanan yang disajikan
a) sesuai dengan selera saya
b) tidak tentu
c) tidak sesuai dengan selera saya
5. Secara keseluruhan bagaimana menurut anda mengenai rasa makanan yang
disajikan
a) sangat cocok dengan selera saya
b) biasa saja
c) tidak enak

Aroma makanan

Jika aroma makanan membuat anda mual apakah anda tetap meneruskan makan?
a) ya
b) sedikit
c) tidak
1. Apakah aroma masakan hewani, sayuran yang disajikan dapat merangsang
nafsu makan anda
a) ya
b) kadang-kadang
c) tidak
2. Apakah menurut anda hidangan yang baik adalah yang tercium aromanya
a) ya
b) tidak
c) tidak tahu
3. Secara keseluruhan, apakah anda menyukai aroma dari makanan yang
disajikan
a) suka
b) kadang-kadang
c) tidak suka

Universitas Sriwijaya
168

Variasi menu

1. Menurut anda bagaimana resep yang digunakan pada makanan yang disajikan
a) baik dan menarik
b) biasa saja
c) kurang menarik
2. Menurut anda bagaimana variasi dalam pengolahan bahan makanan yang
digunakan
a) sangat bervariasi
b) biasa saja
c) kurang bervariasi

Penampilan Makanan

1. Bagaimana menurut anda mengenai besar porsi nasi, lauk hewani/nabati yang
disajikan
a) sesuai
b) cukup
c) terlalu kecil
2. Apakah menurut anda tampilan hidangan yang disajikan sudah sesuai dengan
jenis masakannya?
a) sesuai
b) kadang-kadang
c) idak sesuai
3. Bagaimana menurut anda mengenai kombinasi makanan dan penampilan yang
disajikan
a) menarik
b) biasa saja
c) membosankan

Penyajian Makanan

1. Apakah anda menyukai hidangan yang diberi hiasan (garnis) dalam penyajian
makanan

Universitas Sriwijaya
169

b) Suka
c) Biasa saja
d) Tidak suka
1. Bagaimana menurut anda mengenai kelengkapan alat makan
a) Lengkap
b) Kurang lengkap
c) Tidak tahu
2. Bagaimana menurut anda mengenai kebersihan alat makan
a) Bersih
b) Biasa saja
c) Kurang bersih
3. Apakah petugas menyapa anda dan mempersilahkan anda untuk makan?
a) Ya
b) Kadang-kadang
c) tidak

Universitas Sriwijaya
170

LAMPIRAN DOKUMENTASI SELAMA PENELITIAN

1. Etik Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya
171

Surat izin Survey Awal ke Kesbangpol Provinsi

Universitas Sriwijaya
172

Surat Izin Penelitian RSUD Siti Fatimah

Universitas Sriwijaya
173

Surat Izin Penelitian RSUD Palembang BARI

Universitas Sriwijaya
174

Surat Izin Penelitian RSUP Moehammad Hoesin

Universitas Sriwijaya
175

Surat Izin Penelitian RS Charitas

Universitas Sriwijaya
176

Surat Izin Penelitian RS Ernaldi Bahar

Universitas Sriwijaya
177

Surat Selesai Penelitian RSUD Siti Fatimah

Universitas Sriwijaya
178

Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Diklit RSMH

Universitas Sriwijaya
179

Sertifikat Etik Penelitian RS Ernaldi Bahar

Universitas Sriwijaya
180

Surat Izin Selesai Melaksanakan Penelitian RS Ernaldi Bahar

Universitas Sriwijaya
181

Surat Balasan Penolakan RS Siti Khodijah

Universitas Sriwijaya
182

Wawancara Mendalam dengan Informan (Kasie Gizi) di RS Ernaldi Bahar

Pengambilan Data Sisa Makanan dan Daya Terima Makanan pada Pasien
COVID-19 di RS Ernaldi Bahar

Supervisi dan Monitoring Komite Etik Penelitian RS ERBA

Universitas Sriwijaya
183

Gambar Sisa Makanan Pasien COVID-19 di RSUD Palembang BARI

Gambar Sisa Makanan Pasien COVID-19 di RSUD Palembang BARI

Universitas Sriwijaya
184

Observasi Pelayanan Gizi di RSUP Moehammad Hoesin Palembang

1. Bersama Dietisien dan Pengawas

2. Distribusi Makanan pasien COVID-19

3. Distribusi Snack Pasien COVID-19 dan Non COVID-19

Universitas Sriwijaya
185

4. Kegiatan Penerimaan Bahan Makanan

5. Kegiatan Penerimaan Bahan Makanan

6. Bersama Tim Penerima melakukan observasi dan checklist kelengkapan

Universitas Sriwijaya
186

Kegiatan Pengambilan Data Pelayanan Gizi di RS Charitas

1. Wawancara Mendalam dengan Informan melalui media Zoom Meeting

2. Distribusi Makanan Pasien COVID-19

3. Distribus Makanan di Ruang COVID-19

Universitas Sriwijaya
187

4. Distribusi Makanan hanya sebatas zona Hijau selanjutnya untuk yang


mendapatkan perawatan intensif perawat yang membawa masuk dengan
menggunakan APD lengkap

Pengambilan Data di RSUD Siti Fatimah

1. Pertemuan bersama Kepala Diklat, Ka. Intalasi, Kepala Ruangan


Perawatan COVID-19

2. Wawancara Mendalam dengan Informan Ka. Instalasi Gizi

3. Wawancara kuesioner Daya Terima Makanan dengan Pasien COVID-19


menggunakan video call di ruang zona hijau (nurse station)

Universitas Sriwijaya
188

4. Wawancara Mendalam dengan Informan Kasie/Kabid Gizi

5. Alat Makan Pasien Non-COVID

Universitas Sriwijaya
189

6. Alat Makan Pasien COVID-19 menggunakan alat Disposible

7. Wawancara Mendalam Bersama Informan Pramusaji

Universitas Sriwijaya
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM (IN DEPTH INTERVIEW)
PENELITIAN ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI PADA UNIT INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19 DI KOTA PALEMBANG

INFORMAN KASIE GIZI


NO PERTANYAAN KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
1 Apa Bapak/Ibu tau “Iya mengetahui ya “Ya, saya tahu. “Tau..Covid-19 “Iya mengetahui, “Iya, mengetahui.
COVID-19? Mbk..” Untuk dirumah merupakan penyakit yang Sistem kerja sudah
Probing : sakit ini kita penyakit yang disebabkan virus sar mengacu pada
Bagaimana bekerja bekerja seperti disebabkan virus cov” permenkes”
di saat COVID-19 biasa namun ada yang
ini? beberapa mengakibatkan
kebijakan baru pandemi global
terkait covid ini. saat ini ya..”
Misalnya setiap
karyawan harus
menerapkan 3 M
(menggunakan
masker, mencuci
tangan dan
menjaga jarak)”
KODING LEVEL 1 “Informan mengetahui apa itu COVID-19
KODING LEVEL 2 “Informan mengetahui apa itu COVID-19, sistem kerja sudah mengacu pada PERMENKES, serta menerapkan 3
M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak”
INTERPRETASI Semua informan mengetahui apa itu COVID-19 dan menerapkan sistem kerja mengacu pada PERMENKES
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5

190 Universitas Sriwijaya


191

2 Bisa diceritakan “Kebijakan pelayanan “Kebijakan “Manajemen terus “Kebijakan pelayanan “Kebijakan
bagaimana gizi tidak ada pelayanan gizi membuat gizi sudah dilakukan pelayanan gizi
kebijakan pelayanan permasalahan ya tetap dilakukan terobosan, sesuai dengan mengikuti dari
gizi? selama covid ini, kita seperti biasa membetuk tim peraturan yang ada peraturan pusat
Probing : masih tetap sama namun ada siaga covid untuk yaitu sesuai dengan dan diturunkan
Bagaimana melaksanakannya, ahli beberapa mengantisipasi panduan rumah skait dari direktur
kebijakan pelayanan gizi masih melakukan kebijakan antara pasien-pasien darurat utama rumah sakit
gizi di saat COVID- asuhan kerawat inap, lain : penerimaan covid yang dating, yang dituangkan
19? kegiatan bahan makanan memberikan APD dalam bentuk surat
penyelenggaraaan basah selama pada karyawan, keputusan,
makanan tetap pandemic covid memberikan panduan,
berjalan seperti biasa, dilakukan 2 hari makanan pedoman, standar
karena kita pakai dalam seminggu, tambahan untuk prosedur
pihak ke3 ya jadi baik yaitu hari rabu karyawan sebagai operasional
sebelum covid sampai dan sabtu pada imunitas dan
sekarang. Dan nanti pukul 07.30- menyiapkan ruang
direncakan tahun ini 11.00. petugas isolasi karena
kita mulai Kelola penerima bahan diberikan SK oleh
sendiri. Ada makanan dibantu gubernur, dimulai
perjanjijan Kerjasama tim instalasi gizi dari 3 bed, 50 bed
dengan pihak ke 3 melakukan sampai sekarang
sesuai dengan pengemasan 100 bed. Untuk
panduan bahan makanan pelayanan gizi
penyelenggaraan agar tetap terjaga sendiri mengganti
pelayanan gizi. mutu dan menjadi alat-alat
kualitasnya serta dispoible yang
aman dari terkena covid dan
membatasi

Universitas Sriwijaya
192

penularan covid- karyawan untuk


19. masuk keruangan.
Khusus untuk Pengatar makan
pasien covid hanya sebatas
mendapatkan didepan (nurse
menu diet tktp, station)
alat makanan menggunakan
yang digunakan APD level 3. Untuk
bahan disposable regulasi kami
sekali pakai dan pantau terus
untuk petugas menerus”.
covid
mendapatkan Pelayanan nya
makanan utama tidak bisa tatap
3x sehari dan muka seperti dulu,
ekstra pudding tidak hanya pada
berupa susu, telur pasien covid saja
dan sari kacang ya semua pasien
hijau. Untuk yak arena kitakan
petugas instalasi pakai masker ya,
terkait yang jadi tauch
menangani covid- (sentuhan)
19 seperti kepasien nya agak
instalasi IGD, kurang ya.
labor, radiologi Untuk APD hanya
dan laundry menggunakan
mendapatkan masker bedah jadi
ekstra pudding level 1 ya..

Universitas Sriwijaya
193

berupa susu dan


telur”. Sisa
makanan tidak
dapat dilihat
langsung ya,
biasanyakan
kalua alat makan
diambil itu kita
ukur dan timbang
sisa makanannya,
tapi karena ini
pasien covid
infeksius jadi
tidak bisa kami
lakukan.”
KODING LEVEL 1 “Kebijakan pelayanan gizi antara lain penerimaan bahan makanan basah selama pandemi COVID-19 dilakukan
selama 2 hari dalam seminggu pada hari rabu dan sabtu, petugas penerima bahan makanan dibantu tim instalasi
gizi melakukan pengemasan bahan makanan agar tetap terjaga mutu dan kualitasnya serta aman dari penularan
covid-19. Asuhan gizi pada pasien tetap dilakukan, untuk data antropometri didapatkan dari data rekam medis
atau dengan video call dengan pasien. Selain itu kebijakan yang dikeluarkan oleh kementerian Kesehatan dengan
diberikan diet tinggi kalori tinggi protein dengan menggunakan wadah disposable dan diserahkan hanya sebatas
nurse station dan menggunakan alat disposable. Tidak hanya pasien yang diberikan pelayanan gizi, pegawai
khusus seperti radiologi, IGD, laundry, petugas ruang isolasi COVID juga diberikan makanan khusus extra
pudding (susu, telur) dan makanan utama untuk menjaga imunitas petugas.”
KODING LEVEL 2 “Kebijakan pelayanan gizi mengacu pada PERMENKES dan surat keputusan Direktur, pelayanan gizi asuhan dan
penyelenggaraan makanan dilakukan tidak jauh berbeda dengan regulasi sebelum COVID-19, semua tetap
dilaksanakan namun saat COVID ini asuhan gizi dilakukan dengan daring, alat makanan pasien dengan disposable,
sisa makanan pasien tidak dapat dilihat secara langsung sebagai indikator mutu unit”

Universitas Sriwijaya
194

INTERPRETASI “Kebijakan pelayanan gizi saat COVID-19 mengacu pada PERMENKES, surat keputusan Direktur, standar
prosedur operasional (SPO) dan alat makan menggunakan disposable (sekali pakai), asuhan gizi tetap dilakukan
secara daring, penyelenggaraan makanan dilakukan dengan meminimal pertemuan dengan pihak ke3.”
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS5
3 Apa peran Sebagai kepala bidang Sebagai PPK Sebagai Direktur Sebagai kepala Kepala instalasi
Bapak/Ibu dalam penunjang medik makan minum pelayanan medik instalasi gizi, kepala gizi
kebijakan pelayanan petugas covid yang membawahi instalasi disini kalau
gizi? serta sebagai pelayanan ditempat lain setara
Probing : pengawas instalasi gizi dengan kabid
Sebagai apa, apa kegiatan
yang dilakukan. pelayanan di
instalasi gizi
KODING LEVEL 1 Setiap informan melakukan perannya sesuai dengan kebijakan
KODING LEVEL 2 Sudah sesuai dengan peran dan tupoksi wewenang
INTERPRETASI Informan sudah melakukan tupoksi dan wewenang masing-masing
KS 1 KS 2 KS 3 KS4 KS5
4 Bagaimana menurut “sudah sesuai sih ya, “ya sudah sesuai “tujuan dan “sudah sesuai dengan “sudah terlaksana
Bapak/Ibu tujuan, rumah sakit kita dengan peraturan sasaran nya agar tujuan sesuai peraturan
sasaran kebijakan mengikuti pedoman rumah sakit” pelayanan gizi ini
pelayanan gizi ini? yang ada.jadi selama dapat efektif dan
Probing : ini pelayanan gizi efisien dalam
Apakah kebijakan masih optimal tidak rangka membantu
yang dilaksanakan terkendala” proses
sudah sesuai dengan kesembuhan
peraturan pasien”.
KODING LEVEL 1 Tujuan sasaran kebijakan pelayanan gizi telah sesuai.
KODING LEVEL 2 Tujuan sudah sesuai dengan peraturan untuk membantu proses kesembuhan dan melakukan pencegahan
penularan virus corona melalui makanan.

Universitas Sriwijaya
195

INTERPRETASI Tujuan sasaran kebijakan pelayanan gizi telah sesuai, belum ada kendala, tujuanya untuk membantu proses
kesembuhan dan melakukan pencegahan penularan virus corona melalui makanan.
KS 1 KS 2 KS3 KS 4 KS 5
5 Bagaimana menurut Ahli gizi ada 6, Dengan SDM 22 Untuk SDM Saat ini SDM yang Sudah memadai
Bapak/Ibu tentang pramusaji 3, kitakan orang dengan tambahan sih tidak ada masih sesuai karena untuk
kemampuan sumber outsourching ya, jadi masa kerja lebih ya, karena pada karena jumlah pasien tenaga pengolahan
daya pelaku, sumber untuk yang mengolah kurang 13 tahun saat awal-awal selama pandemic tidak ada
daya sarana dan kan pihak katering. pelayanan di pandemi ini menurun, namun penambahan
prasarana dalam Selama ini sih tidak instalasi gizi karyawan banyak beban kerja tenaga karena
memberikan ada masalah cuman berjalan dengan yang resign atau bertambah karena BOR juga turun
pelayanan kepada memang APD ya lebih baik dan lancar pun pensiun dini, bertambahnya layanan ya, ruangan-
pasien COVID-19 di ditingkatkan, kalau walaupun dengan kemudian hari yaitu juga ruangan kita
RS? sebelumnya gak pakai SDM yang kerja juga menyiapakan makanan merger, pramusaji
Probing : masker mengantar terbatas dipotong 50%, tambahan untuk hemat bisa
Berapa jumlah makanan sekarang Dapat bantuan petugas covid, sarana membantu ke
SDM, sudah berapa pakai. kalau ventilator dari prasarana sejauh ini bagian instalasi
lama bertugas, dipengolahan iya biasa pemerintah.terkait sudah baik, APD kami gizi. Kalau untuk
prasarana yang memang harus pakai anggaran karena tidak kekurangan tenaga ahli gizi
tersedia apa saja, APD baik sebelum kami rs swasta bahkan bisa dikatakan sebenarnya masih
sudah memadai atau covid maupun tidak ada, tapi berlebih ya, karena kurang kebutuhan
belum sekarang covid seperti APD itu banyaknya yang kita itu 41
ada diberikan. menyumbang. sekarang baru ada
Dan pemerintah sedangkan dana 28. Kalau sarana
juga menjamin anggaran makan prasarna sudah
setiap warga pasien juga masih baik ya..kita juga
negara yang terkendali. sudah pindah
terkena COVID kegedung yang
nah mungkin itu baru, alur juga

Universitas Sriwijaya
196

yang bisa kami Karena rumah sakit sudah sesuai


claim. inikan punya standar
Anggaran makan pemerintah kota
minum pasien
tidak ada beda.
Untuk pasien covid
disini
mendapatkan
fasilitas ruang
sendiri-sendiri 1
bed (bisa
dikatakan standar
kelas 1).
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mengatakan untuk kemampuan SDM masih memiliki kekurangan
KODING LEVEL 2 SDM sebagian masih memiliki kekurangan, anggaran ada baik rumah sakit pemerintah maupun swasta, fasilitas
terus diperbaiki disesuaikan dengan standar pelayanan COVID, hampir semua informan mengatakan SDM yang
bekerja sudah lebih dari 5 tahun.
INTERPRETASI Sebagian besar informan mengatakan kemampuan SDM masih memiliki kekurangan, lama bekerja rata-rata lebih
dari 5 tahun, jumlah SDM masih kurang khususnya pada tenaga pengolahan, namun tetap dapat memaksimalkan
pekerjaan, fasilitas dilengkapi disesuaikan dengan standar pelayanan COVID serta anggaran dana juga tersedia.
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
6 Bagaimana tentang Ya…rumah sakit Rumah sakit Emm…kita rumah Rumah sakit kita kan Rumah sakit in
sumber pendanaan meniapkan ya, menyiapkan sakit swasta ya punya pemerintah ikan rumah sakit
yang digunakan Alhamdulillah tidak anggaran khusus bu...sumber dana kota,, sumber dana vertical, jumlah
dalam memberikan ada untuk kita itu dari nya dari BLUD, ada pasien nya banyak,
palayanan gizi pada kendala…anggarannya penanganan Yayasan, kita PPK (Pejabat pembuat memang sekarang
pasien COVID-19 di sama seperti pasien covid-19 diambil belanja secara Komitmen) dalam lagi turun ya
RS? non COVID, masih dari anggaran langsung,, ada PJ pengadaan makanan karena

Universitas Sriwijaya
197

Probing : sumber gabung disana BLUD rumah yang belanjanya,, minum pasien,, kita COVID…diawal
pendanaan dari ya…kita rumah sakit sakit. kalo sebelum sistem tender ya…jadi COVID itu hanya
mana saja, pakai anggaran BLUD Anggaran makan COVID kita bahan makanan yang 50% nya, tapi
pengelolanya siapa, ya, dan sistemnya minum ini dibuat belanjana setiap antar itu rekanan, dan sekarang sudah
besarannya berapa, masih outsourching.. setahun ya…dan hari barang anggarannya masih mulai meningkat
sudah cukupkah? direncanakan sudah Alhamdulillah datang ya bahan sesuai dan tersedia hamper 75% nya,
mau mulai swakelola cukup” makanan basah cukup untuk kita punya
ditahun ini..” kalau bahan kering pengadaan makan anggaran masing-
sebulan 2 kali. pasien..” masing, baik itu
Namun karena untuk makan
COVID ini kita minum pasien,
membatasi petugas pegawai,
sehingga hanya 2 makanan khusus
kali saja dalam petugas COVID.
seminggu untuk Dananya dari
mencegah BLUD, ada PPK
penularan juga makan minum nya,
sama tenaga gizi ada tim
dan pekaryanya. pengadaannya.
Sejauh ini masih Sejauh ini
cukup ya anggarannya
dianggarkan masih cukup”
dananya dari
manajemen”
KODING LEVEL 1 Sebagian informan mengatakan sumber dana tersedia dari manajemen dan mencukupi kebutuhan pasien
KODING LEVEL 2 Dana yang tersedia bersumber dari BLUD dan ada pengelola kegiatannya
INTERPRETASI Informan mengatakan sumber dana tersedia mencukupi sesuai kebutuhan pasien, pengadaannya dilakukan
secara tender oleh pihak ke3, sedangkan yang dari Yayasan belanja langsung

Universitas Sriwijaya
198

KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
7 Bagaimana menurut “Disosialisasikan ke “Kita membuat “Komunikasi dan “Dilakukan sosialisasi “Kita membuat
Bapak/Ibu cara RS semua pihak baik kebijakan dan koordinasi baik kepada semua kebijakan sesuai
Rujukan membuat secara internal SOP rumah sakit secara internal, pegawai dan dengan peraturan
kebijakan sesuai maupun eksternal ya, sesuai dengan eksternal berbagai dibuatkan peraturan yang ada,
harapan? kita buatkan juga peraturan yang unit ya..” yang dibagikan ke unit disosialisasikan ke
Probing : adakah semacam edaran untuk berlaku, misalkan bagian masing- koordinator dan
SOP terkait bisa dibaca” kebijakan masing” juga ke bagian
kebijakan sendiri pelayanan gizi sterilisasi, rawat
atau tidak, ada selama pandemi inap terkait
peraturan terkait COVID harus kebijakan
pelayanan gizi atau sesuai pedoman pelayanan gizi”
tidak, siapa? pencegahan dan
pengendalian
corona virus”.
KODING LEVEL 1 Rumah sakit membuat SPO pelayanan gizi kemudian disosialisasikan kepada semua pihak baik secara internal
maupun eksternal terutama yang berada diinstalasi gizi.
KODING LEVEL 2 Peraturan sudah ada, dibuat berdasarkan surat Keputusan Direktur yang diedarkan dan disosialisasikan ke semua
unit dan bagian
INTERPRETASI Peraturan dibuat sesuai dengan surat Keputusan Direktur yang selanjutnya dibuat SPO lalu kemudian
disosialisasikan ke bagian bidang, unit secara internal maupun eksterna, saat briefing, rapat atau melalui
pengumuman”
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
8 Bagaimana sikap “Sangat mendukung “Sangat “Tidak ada “Mendukung kegiatan “Sangat
kecenderungan pelayanan ini mendukung masalah sejauh pelayanan ini” mendukung
(disposition) ya.karena dengan terkait ini, tidak ada yang kegiatan
Bapak/Ibu terhadap adanya pelayanan gizi penambahan menolak” pelayanan ini,

Universitas Sriwijaya
199

pelayanan gizi RS proses kesembuhan ekstra pudding namun diharapkan


Rujukan COVID- pasien bisa lebih cepat petugas khusus ada solusi buat
19? dan optimal” COVID, karena tenaga pramusaji
Probing : sangat membantu dan ahli gizi
Kalau menolak untuk diruang covid bisa
kenapa, kalau meningkatkan sama seperti
mendukung kenapa, daya tahan profesi lain.”
ada pandangan lain? tubuh”
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mendukung peraturan dalam kegiatan pelayanan gizi
KODING LEVEL 2 Perlu ada solusi terkait tenaga pramusaji dan ahli gizi yang diruangan covid agar bisa sama seperti profesi lain
INTERPRETASI Informan mendukung peraturan dalam kegiatan pelayanan gizi, namun perlu solusi terkait tenaga pramusaji
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
9 Bagaimana “Baik ya, semuanya “Sejauh ini “ komunikasi “Berjalan dengan baik “Sejauh ini lancar
komunikasi yang berjalan dengan baik, berjalan dengan dilakukan baik masing-masing unit, ya, saya terus
terjalin antar para laporan dibuat tiap lancer dan internal maupun tenaga Kesehatan dan memantau baik
pelaksana (pihak akhir bulan, ada mudah-mudahan eksternal, sejauh lainnya” dari laporan
terkait) mengenai evaluasi dan pandemi ini cepat ini tidak ada ya koordinator,
kebijakan pelayanan monitoring yang berakhir sehingga keluhan dari maupun dari grup
gizi RS Rujukan dilakukan “. kita dapat pasien maupun whatsap saya
COVID-19? melakukan keluarga, dan kita pantau, walau hari
Probing : aktivitas dengan juga punya libur pun saya
Kondisi seperti apa, normal kembali. layanan tetap pantau”
informasi untuk Pelaporan pengaduan jika
pasien seperti apa, dilakukan di akhir memang ada
pelaporan, bulan, jika ada complain”
monitoring, keluhan kita
evaluasi, komunikasikan
dan kita atasi”

Universitas Sriwijaya
200

penanganan
keluhan?
KODING LEVEL 1 Komunikasi berjalan dengan baik antar pegawai ke seemua unit terutama yang berada di instalasi gizi.
KODING LEVEL 2 Tidak ada keluhan, ada layanan pengaduan jika terdapat complain
INTERPRETASI Informasi dilakukan disetiap unit, baik secara tertulis maupun lisan, juga menggunakan media grup watshapp,
ada pemantauan dari kepala unit, koordinator dan jika ada komplain segera diatasi
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5
10 Permasalahan apa “Tidak ada” “Tidak ada” “Sejauh ini belum “Alhamdulillah “Tidak ada,
yang muncul selama ada permasalahan sampai saat ini belum kalaupun ada itu
implementasi terkait kebijakan ada ya” segera
kebijakan pelayanan yang diterapkan “ diselesaikan”
gizi RS Rujukan
COVID-19?
Probing :
Sumber
permasalahan, yang
bertanggung jawab,
solusi, harapan
terhadap kebijakan
pelayanan gizi RS
rujukan COVID-19.
KODING LEVEL 1 Sejauh ini belum ada permasalahan yang berarti dan harapan kedepan semoga pandemi ini segera berakhir.
KODING LEVEL 2 Tidak ada permasalahan
INTERPRETASI Tidak ada permasalahan sejauh ini,, kepala unit, koordinator ataupun penanggung jawab kegiatan akan langsung
mengatasi jika terdapat masalah.

Universitas Sriwijaya
201

INFORMAN KEPALA INSTALASI GIZI


NO PERTANYAAN KI 1 K1 2 KI 3 KI 4 KI 5
1 Apa Bapak/Ibu tau “Iya mbk “Tau…kita bekerja “Tau..covid-19 “Iya mengetahui” “COVID adalah
COVID-19? mengetahui. Kita masih seperti biasa yaitu penyakit yang penyakit yang
Probing : bekerja masih sama namun menerapkan disebabkan virus disebabkan oleh
Bagaimana bekerja seperti biasa, kalua prokes ya…diawal sar cov. Bekerja virus novel corona.
di saat COVID-19 diawal kita ada wfh, pandemi kemarin seperti biasa ya Bekerja seperti
ini? jadi untuk kita membatasi ada mbk…kita biasanya, ada yang
mengurangi wfh, mengetatkan menerapkan shift tapi kita tetap
kerumunan” pemakaian masker prokes..” menerapkan
terutama sama protocol Kesehatan,
tenaga pengolah “ jaga jarak, pakai
masker, selalu cuci
tangan.. lebih
didisiplan kan
pegawainya”
KODING LEVEL 1 Informan mengetahui apa itu covid-19
KODING LEVEL 2 Bekerja sama seperti biasanya namun menerapkan protokol Kesehatan dengan menjaga jarak, pakai masker dan
cuci tangan, lebih disiplim
INTERPRETASI Informan mengetahui apa itu COVID-19, sistem bekerja sama seperti biasa dengan menerapkan protokol
Kesehatan
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
2 Bisa diceritakan “Untuk kebijakan “Instalasi gizi “Kebijakan “Kebijakan “Kebijakan
bagaimana pelayanan gizi ini sebagai salah satu pelayanan gizi pelayanan gizi pelayanan gizi
kebijakan pelayanan berdasarkan SK unit dalam untuk covid kita diatur berdasarkan dibuat sesuai
gizi? pelayanan gizi, jadi melayani makanan belum ada ya mbk surat keputusan peraturan yang ada,

Universitas Sriwijaya
202

Probing : sehubungan dengan pasien COVID ya..tapi kita tetap pelayanan gizi, dan semua file nya ada
Bagaimana COVID berpedoman maupun petugas menerapkan berdasarkan sama koordinator
kebijakan pelayanan dengan pedoman gizi COVID. Sudah protokol pedoman gizi dan kalu tentang
gizi di saat COVID- rumah sakit kita buat mengikuti Kesehatan, menu dietetik rumah sakit regulasi, pedoman
19? lebih spesifik dalam kebijakan yang COVID itu belum darurat yang nya. dan semua
bentuk SOP nya. dikeluarkan oleh ada mbk..tapi kita dikeluarkan oleh peraturan itu juga
Untuk alat makan kementerian sesuaikan dengan kementerian sudah
pasien covid kita Kesehatan dengan menu kelas Kesehatan. Saat ini disosialisasikan ke
menggunakan diberikan diet mbk..kita kan kami mengacu semua pegawai”
disposable”. tinggi kalori tinggi screening gizi nah kecana namun
protein dengan itu kita lihat diet disesuaikan dengan
menggunakan nya apa, dari lapangan, tapi pad
wadah disposable penyaji, DPJP kasi aintinya sama ya,
dan diserahkan etiket diet baru karena pelayanan
hanya sebatas dioper ke gizi kan memang
nurse station dan pramusaji mbk. dasarnya sudah
menggunakan alat Standar diet kita menerapkan
disposable””. ada mbk. penggunaan APD,
Kita selama cuman tadinya
COVID ada diawal pandemi
dikasih vitamin untuk pengantaran
mbk sama sarapan makanan kan
sama snack” sampai hanya nurse
station, tapi ini jadi
masalah saling over
akhirnya
dikembalikan ke
pramusaji instalasi

Universitas Sriwijaya
203

gizi yang
mengantarkan
namun mereka juga
harus mendapatkan
insentif tambahan
sama seperti tenaga
Kesehatan yg
berada diruang
COVID”.
KODING LEVEL 1 Kebijakan pelayanan gizi mengacu pada pedoman pelayanan gizi rumah sakit darurat
KODING LEVEL 2 Ada surat keputusan Direktur dan dituang kan dalam bentuk peraturan
INTERPRETASI Kebijakan pelayanan gizi mengacu pada pedoman pelayanan gizi rumah sakit darurat yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan kemudian dibuatkan surat keputusan dari Direktur rumah sakit, dan tetap mengacu pada
peraturan pelayanan gizi rumah sakit (PGRS)
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
3 Apa peran “Sebagai kepala “Sebagai kepala “Saya sebagai “Sebagai “Koordinator unit
Bapak/Ibu dalam instalasi gizi” instalasi gizi” koordinator disini” penanggung jawab produksi makanan”
kebijakan pelayanan kegiatan harian””
gizi?
Probing :
Sebagai apa, apa
yang dilakukan.
KODING LEVEL 1 Masing-masing informan melaksanan perannya
KODING LEVEL 2 Sudah melaksanakan peran dan tugas
INTERPRETASI Informan sudah melaksanakan peran dan tugas nya masing-masing
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
4 Bagaimana menurut “Sudah sesuai ya” “Tujuannya sudah “Kebijakan yang “Sudah sesuai “Sudah terlaksana
Bapak/Ibu tujuan, sesuai sasaran” ada selama ini dengan tujuan sesuai peraturan

Universitas Sriwijaya
204

sasaran kebijakan sudah mengacu


pelayanan gizi ini? pada peraturan
Probing : pelayanan gizi
Apakah kebijakan rumah sakit no 78
yang dilaksanakan ya, jadi itu juga
sudah sesuai dengan masih kita pakai
peraturan saat COVID ini”
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mengatakan tujuan dari kebijakan pelayanan gizi sudah memenuhi sasaran
KODING LEVEL 2 Sudah sesuai dengan peraturan
INTERPRETASI Tujuan dari kebijakan pelayanan gizi sudah memenuhi sasaran, sesuai dengan peraturan PERMENKES No 78
dan panduan pelayanan rumah sakit darurat
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
5 Bagaimana menurut “Terkait sumber “Untuk tenaga ahli “Sumber daya di “Sesuai ya, karena “Untuk saat ini
Bapak/Ibu tentang daya karena kita kan gizi sementara sini 41 orang, tahun ini kita juga tenaga masih
kemampuan sumber pake pihak ke3 jadi masih cukup, sudah termasuk ada penambahan memadai ya karena
daya pelaku, sumber selama ini masih namun kalo boleh ka.instalasi gizi, CPNS ya sebanyak 6 ada nya ruangan
daya sarana dan sesuai dengan SDM ado penambahan ahli gizi nya 9 orang”, yang dimerger jadi
prasarana dalam dan pasien yang ada, untuk dibagian orang, sudah pramusaji nya bisa
memberikan adanya covid kan pengolahan. Tapi termasuk tenaga ditarik sebagai
pelayanan kepada alat makan pake sekarang pengolah dan tenaga pengolahan,
pasien COVID-19 di disposable jadi alat memaksimalkan pramusaji.kalau untuk sarana
RS? makan tidak diambil yang ada. masalah tenaga prasarana sudah
Probing : untuk dicuci lagi, Untuk sarana sebenarnya mbk memadai baik
Berapa jumlah jadi itu sudah prasarana masih sebelum covid pun Gedung, alat
SDM, sudah berapa mengurangi kurang dialat sudah kekurangan maupun APD”
lama bertugas, pekerjaan, walaupun penyimpanan dan yam bk, misal ada
prasarana yang menambah pekerjaan masih kendala yang cuti.kita ada
tersedia apa saja, dalam hal melipat 4 pelayanan :

Universitas Sriwijaya
205

sudah memadai atau kotak nasi, dan dialat distribusi rawat inap, rawat
belum pengantaran makan makanan” jalan,
juga didelegasikan ke penyelenggaran
perawat sehingga dan litbang.
sejauh ini tidak ada Kita melayani
permasalahan SDM. pasien, menu
Kita juga karyawan, menu
memberikan terapi diet, menu
makanan extra dokter dan suster,
fooding baik ke snack karyawan
pegawawi dan pasien dan pasien.
terkait dietnya ya, Untuk sarana
misalnya prasarana masih
penambahan extra yang lama mbk “,
susu untuk membantu
meningkatkan
imunitas”.
KODING LEVEL 1 Untuk SDM ada 41 orang sudah termasuk Ka. Instalasi Gizi, ahli gizi, tenaga pengolah dan pramusaji. Kegiatan
yag dilakukan selama masa pandemi sudah sesuai .
KODING LEVEL 2 SDM, fasilitas dan anggaran pasien COVID-19 sudah ada dianggarkan, disesuaikan dengan peraturan dan
penyakit infeksi. Untuk sarana dan fasilitas terus membenahi dengan tetap memanfaatkan sarana yang ada
INTERPRETASI Informan mengatakan sumber daya manusia belum mencukupi terutama tenaga pengolahan makanan dan
pramusaji. Ada merger ruangan mengingat adanya wfh dan tenaga yang isolasi mandiri.
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
6 Bagaimana tentang “sumber dana untuk “di rumah sakit “Rumah sakit kami “Rumah sakit kami “ini rumah sakit
sumber pendanaan makan pasien di kita sumber dana Yayasan ya ini punya nya kami ini rumah sakit
yang digunakan rumah sakit masuk itu hanya satu ya mbk…jadi dananya pemkot ya vertical
dalam memberikan anggaran BLUD ya bu..itu BLUD semua bersumber mbk…sampai ya…punyanya

Universitas Sriwijaya
206

palayanan gizi pada mbk…kita punya (Badan Layanan dari Yayasan dan sekarang kita idak kemenkes…jadi
pasien COVID-19 di anggarannya sesuai Umum kas rumah sakit. kekurangan dana. semuanya
RS? SK Direktur. Kita Daerah).”untuk Kalo untuk covid Anggaran makan bersumber dari
Probing : sumber tender ya Mbk tiap makan minum ini ada sih hibah, minum cukup mbk pusat..anggaran
pendanaan dari tahun. Kita masih pasien covid masih bantuan dari ya…kita ada makan minum
mana saja, pake pihak ke tiga sama digabung pemerintah sama ppknya…pake alhamdulillah masih
pengelolanya siapa, dalam memasaknya dengan pasien non relawan. Sejauh ini rekanan jugo sistem cukup..untuk covid
besarannya berapa, makanan pasien. covid anggaran kami lelang”. masih gabung sama
sudah cukupkah? Tapi instalasi gizi ya….Alhamdulillah masih cukup yam pasien non covid.
tetap yang masih cukup. Ada bk…karena kita Ada penggung jawab
menyiapkan sampe PPK makan beli langsung. Ada pelaksana
distribusi. minumnya. Kita penanggung jawab kegiatannya…ada
Ado PPK makan system tender ya dan ppk nya…barang
minumnyo nyo yang setiap tahun nya. bendaharanya”. dating diterima
mengelola kegiatan Rekanan yang Selama pandemic sama ppk dan tim
ini ya mbk… mengantar bahan ini juga ya penerima dibantu
makanan sesuai mbk….kita dapat staf instalasi gizi
dengan bon bantuan dari untuk melihat sesuai
pemesanan dari pemerintah yaitu idak nya dengan
instalasi gizi. Dicek alat ventilator, spesifikasi bahan.
diterima langsung dapat hibah dari Selama covid ini
oleh ppk dan tim relawan yaitu juga tidak banyak
penerimanya. Kalo APD, relawan yang bantu
ada yang dak memberikan
bagus langsung bantuan, APD,
diganti sama vitamin, minuman
rekanan. untuk tenaga
Kesehatan”. Jadi

Universitas Sriwijaya
207

tenakesnya tetap
bisa melaksanakan
pelayanan dengan
menjaga imunitas”
KODING LEVEL 1 Dana cukup, sumbernya dari pemerintah daerah, kas rumah sakit dan pemerintah pusat untuk yang vertical
KODING LEVEL 2 Anggaran dana dikelola oleh penanggungjawabnya yaitu bendahara rumah skait. Sedangkan kegiatannya yang
bertanggung jawab adalah ppk dan instalasi gizi
INTERPRETASI Anggaran dana sampai saat ini masih cukup untuk pasien COVID maupun non COVID…ada hibah dari
pemerintah dan relawan seperti alat ventilator, APD, Vitamin.
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
7 Bagaimana menurut “Sudah disampaikan “Adanya pedoman “Disosialisasikan “Ada sosialisasi “Koordinasi dan
Bapak/Ibu cara RS kepada semua sdm dari kementerian baik secara dari pihak sosialisasi
Rujukan membuat yang berada Kesehatan dan internal maupun manajemen” “dipantau melalui
kebijakan sesuai dinstalasi gizi sudah surat keputusan eksternal” watshap grup,
harapan? kita sosialisaskan direktur yang laporan dan
Probing : adakah terkait spo, pedoman mengatur briefing”
SOP terkait pelayanan gizi” kebijakan
kebijakan sendiri pelayanan gizi ini
atau tidak, ada yang kemudian
peraturan terkait dibuat dalam
pelayanan gizi atau bentuk sop,
tidak, siapa? panduan, pedoman
dan intruksi kerja
serta
disosialisasikan
dengan petugas.”
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mengatakan kebijakan yang telah dibuat disosialisasikan oleh kepala instalasi gizi dan
ahli gizinya sehingga dapat diterapkan sesuai dengan prosedur.

Universitas Sriwijaya
208

KODING LEVEL 2 SPO ada, kebijakan ada ..semuanya sudah disosialisasikan oleh penanggung jawab, kainstalasi dan manajemen
melalui pengumuman, edaran bahkan briefing atau rapat rutin
INTERPRETASI Informan mengatakan SPO terkait pelayanan gizi sudah ada, peraturan seperti SK Direktur juga sudah ada,
disebar dan diumumkan melalui rapat rutin, briefing, edaran sampai di watshap grup.
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
8 Bagaimana sikap “Mendukung “Sangat “Sangat “Mendukung “Sangat
kecenderungan kegiatan pelayanan mendukung” mendukung mendukung”
(disposition) ini, karena kegiatan ini “
Bapak/Ibu terhadap pelayanan gizi
pelayanan gizi RS sangat penting dalam
Rujukan COVID- menunjang proses
19? kesembuhan pasien”
Probing :
Kalau menolak
kenapa, kalau
mendukung kenapa,
ada pandangan lain?
KODING LEVEL 1 Mendukung pelayanan instalasi gizi
KODING LEVEL 2 Mendukungkegiatan pelayanan ini
INTERPRETASI Semua informan mengatakan untuk mendukung kegiatan dan peraturan dalam pelayanan gizi
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
9 Bagaimana “Terjalin dengan “Alhamdulillah “Sudah baik antar “Berjalan dengan “Lancar ya sejauh
komunikasi yang baik ya kesemua berjalan dengan pegawai” baik” ini, kita punya
terjalin antar para pegawai, semua lancer baik dari koordinasi dengan
pelaksana (pihak unit” profesi gizi maupun koordinator,
terkait) mengenai tenaga Kesehatan pengawas kemudian
kebijakan pelayanan lainnya” kita juga punya grup
whatsap, jadi

Universitas Sriwijaya
209

gizi RS Rujukan semuanya tercover


COVID-19? disana”
Probing :
Kondisi seperti apa,
informasi untuk
pasien seperti apa,
pelaporan,
monitoring,
evaluasi,
penanganan
keluhan?
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mengatakan komunikasi antar pihak pelaksana terjalin dengan baik
KODING LEVEL 2 Informan mengatakan komunikasi antar pelaksana sudah baik
INTERPRETASI Komunikasi antar pelaksana berjalan dengan baik, semua kegiatan dilaporkan kepenaggung jawab, dan atasan
secara langsung, kemudian dilakukan evaluasi setiap akhir kegiatan
NO PERTANYAAN KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 KI 5
10 Permasalahan apa “Tidak ada “Belum ada “Tidak ada “Belum ada “Tidak ada,
yang muncul selama masalah” permasalahan” masalah, tapi permasalahan” kalaupun ada itu
implementasi harapannya covid segera diselesaikan”
kebijakan pelayanan ini segera berakhir
gizi RS Rujukan karena beban kerja
COVID-19? pegawai
Probing : bertambah karena
Sumber harus melayani
permasalahan, yang makan petugas
bertanggung jawab, covid, sedangkan
solusi, harapan karyawan juga
terhadap kebijakan

Universitas Sriwijaya
210

pelayanan gizi RS sudah berkurang


rujukan COVID-19. akibat covid ini.”
KODING LEVEL 1 Tidak ada permasalahan
KODING LEVEL 2 Tidak ada masalah
INTERPRETASI Tidak ada permasalahan selama kegiatan

INFORMAN AHLI GIZI (DIETISISIEN/NUTRISIONIS)


NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
1 Apa Bapak/Ibu tau “Iya “Iya tahu, Covid- “Tau mbk…virus “Iya tau, yang “Covid adalah
COVID-19? mengetahui”…kita 19 merupakan yang menyebabkan disebabkan virus” penyakit yang
Probing : kerja seperti biasa suatu jenis penyakit pandemic disebabkan oleh
Bagaimana bekerja yam bk…tapi lebih penyakit yang saat ini” virus novel corona”
di saat COVID-19 ketat APDnya, sama penyebabnya
ini? kita hanya sebatas dikarena virus
nurse station yam SARS-COV.
bk…gak masuk Penularannya
kedalam lagi…kalo melalui udara,
pasien non covid kan airbone”
kita masuk kedalam
nimbang, ngukur
langsung.
KODING LEVEL 1 Informan mengetahui covid-19
KODING LEVEL 2 Informan mengatakan bekerja seperti biasa, lebih ketat pakai APD, dan hanya sebatas nurse station melakukan
kegiatan asuhan gizi.
INTERPRETASI Informan mengatakan mengetahui apa out covid-19, bekerja sama seperti biasanya karena di gizi covid gak
covid tetap menggunakan APD (masker, tutup kepala, handscoon, sandal ganti, baju kerja), bedanya saat
melakukan asuhan gizi rawat inap ahli gizi (Dietisien/Nutrisionis) hanya sebatas nurse station.

Universitas Sriwijaya
211

NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
2 Bisa diceritakan “Kebijakan “Kebijakan “Iya mbk, saat “Kebijakan pelayan “Pasien diberikan
bagaimana pelayanan gizi itu ada pelayanan gizi di covid ini kita beda gizi terdiri dari diet TKTP dengan
kebijakan pelayanan SK nya, jadi kami rs ini mengacu ya melayani pasien standar baik energi 2500 kkal.
gizi? bekerja sesuai dengan pada buku covid dan non regulasi, panduan, Apabila pasien covid
Probing : pedoman dan pedoman gizi dan covid, kalu dulu SPO. Intinya masih ada penyakit
Bagaimana panduan yang ada, dietetik rs darurat kitakan tatap muka sama sebelum covid tertentu diberikan
kebijakan pelayanan tidak ada perbedaaan yang dikeluarkan sama pasien saat cuman ada diet sesuai penyakit.
gizi di saat COVID- pelayanan gizi baik oleh kementerian pengukuran perbedaan dimana Pasien covid
19? sebelum covid Kesehatan” antropometri. Tapi kita ahli gizi diberikan 3 x makan
maupun saat covid kalau sekarang keruangan harus + 2 x selingan, air
yang beda jauh, ya..kita lihat dari pakai APD lengkap mineral 10 cup
karena sebelum covid catatan di rekam Hazmat ya, karena Makanan diberikan
kita disini sudah medis buat saya kan diruangan juga kepada
pakai APD (masker, assessment covid, lebih berat keluarga pasien
apron, tutup kepala pasiennya, terus sih ya karena pendamping pasien
dan sandal ganti), kita lihat dari cctv bekerja dengan pake anak dan geriatric”
namun yang nya buat liat fisik hazmat, masker n-
berbedanya adalah klinis pasien. 95, tapi sejauh ini
alat makan pasien. Untuk data-data masih aman”
Kalau sblmnya atau lain kayak biokimia
kalau pasien non atau yg lainnya
covid itu tergantung kan kita juga lihat
kelas ada ompreng direkam medis”
(bento) ada keramik, baru bisa kita
tapi kalau pasien tentukan diagnose
covid semuanya oake gizi nya apa, diet
alat makan nya apa.saat covid

Universitas Sriwijaya
212

disposable. Kemudian kit akita dapat


untuk asuhan pasien suplemen vitamin
rawat inap kami dari rumash sakit
lakukan secara terus sarapan pagi,
online, video call” snack buat
imunitas kita,
kusus yang bekerja
diruang covid”
KODING LEVEL 1 Kebijakan pelayanan gizi mengikuti SPO yang disesuaikan dengan pasien covid-19.
KODING LEVEL 2 Pelayanan gizi untuk rawat inap hanya dilakukan sebatas nurse station namun ada satu rumah sakit yang tetap
melaksanakan seperti ruangan non covid dengan menggunakan APD lengkap yaitu hazmat “
INTERPRETASI Kebijakan pelayanan gizi di rumah sakit sudah mengikuti peraturan pemerintah dan kementerian Kesehatan
dengan merujuk pedoman pelayanan gizi rumah sakit darurat. Kegiatan tetap dilaksanakan seperti biasa dengan
menerapkan SPO dan kebijakan yang diatur oleh surat keputusan Direktur
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
3 Apa peran “Sebagai ahli gizi” “Sebagai Dietisien “Dietisien ruangan “Sebagai dietisien” “Sebagai
Bapak/Ibu dalam di ruangan isolasi COVID” Nutrisionis”
kebijakan pelayanan covid sekaligus
gizi? sebagai Menyusun
Probing : panduan
Sebagai apa, apa pelayanan gizi di
yang dilakukan. rs ini”
KODING LEVEL 1 Informan mempunyai peranya masing-masing
KODING LEVEL 2 Informan sebagai Dietsiein dan NUtrisionis ruang rawat inap Isolasi COVID-19
INTERPRETASI Informan sudah melaksankana sesuai dengan peran masing-masing yaitu sebagai Dietisien dan Nutrisionis ruang
rawat inap isolasi COVID-19
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5

Universitas Sriwijaya
213

4 Bagaimana menurut “Sudah sesuai dengan “Sudah sesuai “Iya sesuai ya “Sudah sesuai” “Sudah
Bapak/Ibu tujuan, sasaran dan tujuan dengan peraturan mbk, karena dilaksanakan”
sasaran kebijakan dari pelayanan gizi ya ya mbk…SK tujuannya kan
pelayanan gizi ini? yaitu untuk membantu Direktur, SPO dan pelayanan gzi baik
Probing : proses kesembuhan dapat diterapkan” ke pasien maupun
Apakah kebijakan pasien” karyawan uda
yang dilaksanakan bagus si ya”
sudah sesuai dengan
peraturan
KODING LEVEL 1 Sudah sesuai
KODING LEVEL 2 Kebijakan yang dilakukan di pelayanan gizi sudah sesuai dengan peraturan, kebijakan, surat keputusan dan SPO
INTERPRETASI Informan mengatakan bahwa kebijakan yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan
pelayanan gizi, sesuai dengan regulasi, surat keputusan Direktur dan SPO.
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
5 Bagaimana menurut “Masih sesuai ya..kita “Di rs ini kalau “Untuk ahli gizi “Masih sesuai baik “Bertugas di ruang
Bapak/Ibu tentang kan ahli gizi nya ada untuk tenaga masih kurang, sdm mauapun covid sudah 6 bulan,
kemampuan sumber 6, pramusajinya ada 3 sepertinya masih APD itu suka sarana prasarana” sarana prasarana
daya pelaku, sumber dan tenaga kurang, namun kurangnya topi” sudah memadai”
daya sarana dan pengolahnya dari mengingat keadaan
prasarana dalam pihak ke3 dan jumlah pandemic saat ini
memberikan pasien juga belum dengan jumlah
pelayanan kepada terlalu banyak jadi pasien yang
pasien COVID-19 di masih sesuai la” dilayani berkurang
RS? Rumah sakit kita juga maka masih dirasa
Probing : berdiri nya baru yam cukup. Sarana
Berapa jumlah bk tiga tahun ini prasarana masih
SDM, sudah berapa ya..jadi semua tenaga terus dibenahi dan
lama bertugas, disini masa kerja nya ditambah yam bk

Universitas Sriwijaya
214

prasarana yang hampir sama dengan menyesuaikan


tersedia apa saja, berdirinya rs ini. untuk kelengkapan
sudah memadai atau Untuk prasarana kita ruang covid
belum terus menambah, ya..pihak
meperbaiki ya manajemen terus
khususnya untuk memantau dan
ruang covid yam membenahi…”
bk..itu sentralnya Untuk pegawai gizi
semua ada dilantai 6” sendiri itu
semuanya bekerja
sudah lebih dari 5
tahun bahkan ada
yang sudah 20
tahun kerja disini”
KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
6 Bagaimana cara Kami tetap Asuhan gizi pada Asuhan gizi Saya pakai APD
Bapak/Ibu/Sdr melaksanakan asuhan pasien tetap dilakukan lengkap mbk. Pakai
dalam melaksanakan gizi melalui media dilaksanakan baik screening pada hazmat, masker N95
asuhan gizi pasien di online, video call di ruangan covid pasien melalui sesuai dengan
RS Rujukan sama pasien maupun non covid. rekam medis dan prosedur pemakaian
COVID-19? menanyakan keadaan Dietsiien dan tenaga Kesehatan pakaian APD di
Probing : fisik klinik dan nutrisionis saat lainnya. Asesmen ruang covid mbk
APD yang asupannya, melaksanakan gizi menggunakan
digunakan, sikap sedangkan data visite asuhan format ADIME
pada pasien, teman pendukung kita keruang rawat inap

Universitas Sriwijaya
215

kerja dan imunitas peroleh dari rekam menggunakan APD


tubuh) medis (yaitu masker, baju
APD. Untuk
diruangan covid
assessment
dilakukan di area
zona hijau, dengan
melihat cctv untuk
melihat atau
mengases pasien.
KODING LEVEL 1 Asuhan gizi yang dilakukan secara online video call dengan menanyakan keadaan fisik, klinik, dan asupan
makanannya. Serta data pendukung lainnya didapatkan dari rekam medic.
KODING LEVEL 2 Asuhan gizi dapat dilaksanakan hanya berbda dengan sebelum COVID-19, asuhan dilakukan hanya sebatas zona
hijau (nurse station)
INTERPRETASI Asuhan gizi dilakukan screening pada pasien melalui rekam medis dan tenaga Kesehatan lainnya. Asesmen gizi
menggunakan format ADIME tidak melakukan tatap muka.
Asuhan gizi tetap dilaksakana seperti biasanya sebelum adanya covid, hanya saja ada perbdaan yaitu ahli gizinya
menggunakan APD

NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
7 Bagaimana menurut Ada spo, standar, Ya disosialisasikan Kita dikasi Ada kebijakan itu
Bapak/Ibu cara RS panduan dan yam bk sama pengumuman, sama coordinator
Rujukan membuat pedoman ya yang karyawan semua sosialisasi, edaran
kebijakan sesuai disampaikan atasan dalam bentuk
harapan? ke kami yang peraturan baik
Probing : adakah disosialisakina diumumkan secara
SOP terkait kekami semua lisan maupun
kebijakan sendiri sehingga kami dibagikan secara

Universitas Sriwijaya
216

atau tidak, ada mentehui kebijakan tertulis. Kemudian


peraturan terkait pelayanan gizi nt ada briefing
pelayanan gizi atau
sehingga kami diruangan kita
tidak, siapa? bekerja sesuai dengan Kembali diingatkan
pedoman yang ada.
KODING LEVEL 1 Dilakukan sosialisasi kepada semua pegawai dan dibuatkan peraturan yang dibagikan ke unit bagian masing-
masing
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
8 Bagaimana sikap Sangat mendukung Sangat mendukung Mendukung yam Mendukung Sangat mendukung
kecenderungan bk..apalagi kan ini
(disposition) buat kesembuhan
Bapak/Ibu terhadap pasien
pelayanan gizi RS
Rujukan COVID-
19?
Probing :
Kalua menolak
kenapa, kalua
mendukung kenapa,
ada pandangan lain?
CODING LEVEL 1 Disosialisasikan dan koordinasi baik secara internal, eksternal berbagai unit
CODING LEVEL 2
INTERPRETASI
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
9 Bagaimana Komunikasi Komunikasi Berjalan dengan Jika ada pasien baru
komunikasi yang terjalin dengan berjalan baik, bila baik, jika ada yang dietisien memberi

Universitas Sriwijaya
217

terjalin antar para baik, dan juga ada complain kita kurang paham info ke bagian
pelaksana (pihak memiliki kelompok identifikasi dulu segera ditanyakan penyelenggaraan
terkait) mengenai grup unit masing- masalahnya apa keatasan makanan. Dietisien
kebijakan pelayanan masing, sehingga menterjemahkan
gizi RS Rujukan informasi dapat preskripsi diet ke
COVID-19? berjalan dengan pramusaji
Probing : baik
Kondisi seperti apa,
informasi untuk
pasien seperti apa,
pelaporan,
monitoring,
evaluasi,
penanganan
keluhan?
KODING LEVEL 1 Komunikasi terjalin dengan baik
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
NO PERTANYAAN AG 1 AG 2 AG 3 AG 4 AG 5
10 Permasalahan apa Karena kita ahli Gak ada Tidak ada masalah Tidak ada, kalaupun
yang muncul selama gizi nya kerjanya mbk…semuanya ya, kalau pun ada ada itu segera
implementasi masih rangkap lancer lancer saja kurang sepakat itu diselesaikan
kebijakan pelayanan sama kegiatan didiskusikan
gizi RS Rujukan penyelenggaraan
COVID-19? makanan
Probing :
Sumber
permasalahan, yang

Universitas Sriwijaya
218

bertanggung jawab,
solusi, harapan
terhadap kebijakan
pelayanan gizi RS
rujukan COVID-19.
KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI

INFORMAN PENGOLAHAN MAKANAN


NO PERTANYAAN P1 P2 P3 P4 P5
1 Apa Bapak/Ibu tau Iya mengetahui Iya mengetahui Tau, gejalanya Tau..covid-19 itu Tau mbk..yang
COVID-19? panas, tenggorokan virus. Cara sekarang ini jadi
Probing : panas, sakit kepala. mencegahnya cuci penyakit mbk..
Bagaimana bekerja tangan, pakai
di saat COVID-19 masker, jauh dari
ini? jarak (jaga jarak
maksudnya).
P6 P7 P8 P9 P10
Tau mbk..kita harus Iya tau, kita harus Iya tau Iya tau, takut sih tapi Tau
pake masker, cuci jaga imun tubuh, harus diawan
tangam dan jagaa jaga jarak
jarak
KODING LEVEL 1 Informan mengetahui apa itu covid 19
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI

Universitas Sriwijaya
219

P1 P2 P3 P4 P5
2 Bisa diceritakan Kalau disini masih Kita dikasi tau ya Kebijakan APD Ada peraturan yang Iya sama aja ya mbk
bagaimana sama. Kami dari ada panduannya lebih ditingkatkan, dibuat yang mo covid apa nggak
kebijakan pelayanan pihak ke3 masih dalam cuci tangan lebih disampaikan kepala kerjanya, iya tapi
gizi? melaksanakan melaksanakan disiplin kan untuk instalasi gizi. Beda beban kerja nambah
Probing : pekerjaan kami baik kegiatan baik dari imunitas kita lah, antara sebelum sih mbk, karena
Bagaimana sebelum covid nerima, nyimpan, jago-jagolah covid rasonyo pake untuk ruang COVID
kebijakan pelayanan maupun sebelum ngolah bahan APD samo bae pake kan mo diantar lebih
gizi di saat COVID- covid sama saja ya, makanan. Terus masker, apron, topi. cepat jadi masak nya
19? kami hanya kita ada standar Cuman kalo sebelum lebih cepat, tapi kita
memasak atau dietnya jadi kita covid kan masih dikasih vitamin mbk
mengolahnya saja, masak sesuai galak malas-malas dari rumah sakit
karena yang bagian dengan diet, menu pakai masker.nah sama sarapan smaa
plating nya masih dan standarnya. sekarang la covid snack,
dirumah sakit Kami hanya jadi idak malas lagi
pegawai nya yang memasak atau pakai masker, jadi
mengerjakan.tapi ngolahnya bae was-was takut kalau
kami tetap terus nanti diantar lepas masker.
melaksanakan semua kerumah sakit.
kegiatan baik dari Nanti di rumah
segi penerimaan skait pegawainya
bahan makanana yang menyiapkan
penyimpanan itu masuk ke dalam
sesuai dengan wadah-wadahnya.
standar akreditasi
sesuai yang tertuang
dalam butir

Universitas Sriwijaya
220

perjanjian
Kerjasama.

P6 P7 P8 P9 P10
Sama aja ya mbk Iya sama sih ya, Sama ya dengan Kita bekerja covid Kita kerja ikut
karena saya kita tetap bekerja sebelum covid gak covid sama aja aturan mbk, kita
dibagian walaupun mbk, kan memang pakai APD lengkap
pengolahan, APD pandemic ini, APD sbelumnya kita uda sebelum masuk
yang dipake mo yang kita pakai pake masker, keruang pengolahan,
covid mau nggak masih sama, handscoon, tutup iya APD kita sama
dari dulu ya gini masker, Apron, kepala, apron, dan aja ya sebelum covid
mbk kami..pake tutup kepala. Tapi sandal khusus, tapi maupun nggak,
masker, pake apron, jam untuk saat covid ini kami karena kitakan
pake tutup kepala, penyiapan keruang malah sering tambah sudah sering
pake sandal khusus, covidkan lebih cuci tangan, jaga penilaian, standar
cuci tangan cepet, jadi jarak. Dari sini kita APD kit aitu yang
masaknya juga dapat suplemen begitu, jadi kalau
sudah harus selesai pernah vitamin c masker ini
lebih dulu untuk sekali ya, terus kalau alhamdulillah gak
ruang covid pagi kita dapat pernah lepas lepas
sarapan kalau gak lagi, soalnya takut
puasa, kalau puasa juga ya kalu kena
sekarang kita diganti covid. Ada
sama susu telur biar peraturan, standar
nambah imun kita SPO yang sudah kita
baca dan itu yang
kita kerjakan

Universitas Sriwijaya
221

misalnya standar
diet DM, nah itu kita
harus sesuai.kita kan
shift juga mbk jadi
juga harus overran
KODING LEVEL 1 Kebijakan pelayanan gizi mengikuti peraturan pusat dan diturunkan dari direktur utama rumah sakit yang
dituangkan dalam bentuk surat keputusan, panduan, pedoman, standar prosedur operasional
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
3 Apa peran Sebagai tenaga Sebagai pengolah Ibu sebagai Sebagai pengolahan Sebagai pengolahan
Bapak/Ibu dalam pengolahan makanan pasien pengolah makanan makanan makanan
kebijakan pelayanan covid-19 maupun pasien maupun
gizi? karyawan karyawan
Probing :
Sebagai apa, apa
yang dilakukan.
P6 P7 P8 P9 P10
Sebagai pengolahan Sebagai pengolah Sebagai pengolah Sebagai tenaga Sebagai tenaga
makanan makanan makanan pengolahan makan pengolahan makan
pasien pasien
KODING LEVEL 1 Informan memiliki perannya.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
4 Bagaimana menurut Sudah sesuai Sudah sesuai Sudah sesuai La sesuai galo Ada standar
Bapak/Ibu tujuan, dengan yang menurut ibu, sudah prosedur yang
diterapkan diterapkan sesuai diberikan, jadi kita

Universitas Sriwijaya
222

sasaran kebijakan yang diberitahukan melaksanakan


pelayanan gizi ini? kepala instalasi gizi pekerjaan sesuai
Probing : ke kami kami ini dengan standar ya,
Apakah kebijakan mungkin ada juga
yang dilaksanakan yang 25% nggak ya..
sudah sesuai dengan
peraturan
P6 P7 P8 P9 P10
Sudah baik yam Sudah sesuai sudah sesuai Sudah terlaksana Sudah terlaksana
bk..sudah sesuai
KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
5 Bagaimana menurut “Karena kami pihak “Kami pihak ke3 “Sebenarnya kalau “Alhamdulillah “Kalau untuk
Bapak/Ibu tentang ke3 jadi sejauh ini kami sih dak ada untuk tenaga di cukup saat ini, kondisi sekarang kan
kemampuan sumber tidak ada kendala. Karena pengolahan ini jadilah walau karena memang
daya pelaku, sumber permaslaahan baik mau covid mau masih kurang, tapi memang kadang dikurangi kan,
daya sarana dan dari sdm, sarana, nggak sama aja dak apolah cumin beduo pas sekarang beban
prasarana dalam maupun dana “” kami kerjanya..” dikerjoin bae. dinas, untuk kerjanya itu lebih
memberikan Untuk alat sudah peralatan disini terasa, dikurangin
pelayanan kepada cukup jadilah. Kalu untuk pasien covid karena dampak
pasien COVID-19 di untuk covid kan sekarang pakai covid ini mbk, kalo
RS? memang ado beda disposible. “ sekarang sih uda
Probing : biasonyo sebelum hamper Kembali
Berapa jumlah covid pakai alat normal, kalau
SDM, sudah berapa makan ompreng, diawal-awal covid
lama bertugas, jadi ini kan pake

Universitas Sriwijaya
223

prasarana yang kotak galo kalu sih memang jauh


tersedia apa saja, covid. Satu sisi turun ya pasiennya.”
sudah memadai atau nambah kerjo
belum nyiapin kotak tapi
satu sisi idak nyuci
ompreng
P6 P7 P8 P9 P10
“Selama pandemic “Kalau pasien ini “Sudah sesuai “Sudah cukup si “Sudah cukup semua
ya mbk ya..kalau seperti ini ndak semua karena sekarang kan ya, apalagi kan
sumber daya nya ya papa, sudah sesuai pasien uda 550 an sekarang sudah
begitulah mbk..kita dengan jumlah sdm ya jadi masih cukup Gedung baru, alat-
kerjakan saja sesuai yang ada” lah” alat juga sudah
dengan intruksi, banyak yang baru
kalau untuk APD y dan canggih,
akita covid gak covid kaa]lau SDM si
sama aja mbk, masih cukup”
karena memang uda
gitu seharian kita
ya..pakai masker,
apron, tutup kepala,
cumin memang kalo
maskernya kan kl
dulu masih suka
lepas-lepas kalau
sekarang covid kan
nggak lagi”
KODING LEVEL 1 Sudah sesuai
KODING LEVEL 2

Universitas Sriwijaya
224

INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
6 Bagaimana cara
Bapak/Ibu/Sdr
dalam mengolah
makanan pasien RS
rujukan COVID-19?
Probing :
APD yang
digunakan, tekhnik
mengolah makanan,
apakah berbeda
sebelum COVID-
19?
INFORMAN KS 6 INFORMAN KS 7 INFORMAN KS 8 INFORMAN KS 9 INFORMAN KS 10

KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
7 Bagaimana menurut “Kami mendapatkan “Kami medapatkan “Ado sosialisasi “Ado peraturan “Ya ada standar
Bapak/Ibu cara RS sosialisasi dan spo sosialisasi dari dari kepala yang sudah dibuat, yang disampaikan
Rujukan membuat terkait pelayanan atasan kami terkait instalasi, ahli gizi kalo ibu si cumin ahli gizinya jadi ya
kebijakan sesuai gizi yang kami kebijakan yang jalankan bae, ado selama ini si lancar-
harapan? lakukan sehingga pelayanan gizi, menyampaikan kepala instalasi, ahli lancar aja ya”
Probing : adakah apa yang kami misal spo, standar peraturan tentang gizi nyo yang ngasih
SOP terkait lakukan sesuai diet, yang kegiatan digizi dan tau peraturannyo. “
kebijakan sendiri

Universitas Sriwijaya
225

atau tidak, ada dengan panduan, didapatkan dari terkait penanganan


peraturan terkait standar yang ada.” rumah sakit” pasien covid”
pelayanan gizi atau
tidak, siapa?
P6 P7 P8 P9 P10
“Iya mbk..ada yang “Ada sosialisasi” “Dikasi tau sama “Kita dikasi “Kita diberikan
menyampaikan ke kepala instalasi sosialisasi sama sosialisasi, arahan,
kami, biasanya ahli atau sama ahli kepala instalasi gizi setiap seminggu
gizi nya sih mbk, gizinya” dikasi tau peraturan sekali diadakan
atau dibuat disini saat kita briefing dan
pengumuman gitu, pertama kali masuk evaluasi, nah
jadi kita tau” kerja disini, terus biasanya juga disitu
ahli gizi juga kami diingatkan
menyampaikan baik Kembali kebijakan,
debriefing maupun peraturan, standar
di umumkan” pelayanan gizi”
KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
8 Bagaimana sikap “Sangat “Sangat “Sangat dukung “Sangat “Ya mendukung ya
kecenderungan mendukung” mendukung” kegiatan ini” mendukung” mbk…karena kan
(disposition) memang disini kerja
Bapak/Ibu terhadap kita ya..”
pelayanan gizi RS
Rujukan COVID-
19?
Probing :

Universitas Sriwijaya
226

Kalua menolak
kenapa, kalua
mendukung kenapa,
ada pandangan lain?
P6 P7 P8 P9 P10
Ya mendukung ya Mendukung Mendukung Mendukung kegiatan Sangat mendukung
mbk.. ini
KODING LEVEL 1 Sangat mendukung
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
9 Bagaimana “Berjalan dengan “Alhamdulillah “Selamo ini lancer- “Alhamdulillah “Alhamdulillah
komunikasi yang baik, jika ada selamo ini belum lancar bae selamo ini aman dan selamo ini belum
terjalin antar para perubahan menu,diit ado masalah” komunikasi. Kalo lancer bae, katik ado masalah”
pelaksana (pihak koordinasi dan ado masalah itu masalah”
terkait) mengenai komunikasi berjalan ditanyoken dulu
kebijakan pelayanan dengan baik, samo yang
gizi RS Rujukan sehingga tidak ada complain terus
COVID-19? kesalahan” dilaporken ke
Probing : kepala instalasi.”
Kondisi seperti apa,
informasi untuk
pasien seperti apa,
pelaporan,
monitoring,
evaluasi,
penanganan
keluhan?

Universitas Sriwijaya
227

P6 P7 P8 P9 P10
“Baik-baik aja ya “Baik-baik aja yam “Baik” “Baik ya, kita juga “Lancar, tidak ada
mbk..lancar-lancar bk selama ini..” punya grup watshap, maslaah selama
aja ya selama ini” jadi kalua ada yang ini.kita juga punya
kurang-kurang kita grup whatsap.jadi
tanyakan dengan semua komunikasi
pengawas dan berjalan dengan
biasanya informasi baik”
juga diberitahukan
digrup. Jadi selama
ini tidak ada
masalah”
KODING LEVEL 1 Terjalin koordinasi yang baik.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
P1 P2 P3 P4 P5
10 Permasalahan apa “Dak katek masalah, “Alhamdulillah “Gak ada “Tidak ada” “Tidak ada,
yang muncul selama cuman galak selamo ini belum mbk…aman aman kalaupun ada itu
implementasi kewalahan nyiapken ado masalah” saja selama ini” segera diselesaikan”
kebijakan pelayanan makanan petugas
gizi RS Rujukan covidnyo kan nak
COVID-19? dikotakin.itu bae. “
Probing :
Sumber
permasalahan, yang
bertanggung jawab,
solusi, harapan
terhadap kebijakan

Universitas Sriwijaya
228

pelayanan gizi RS
rujukan COVID-19.
KODING LEVEL 1 Sebagian besar informan mengatakan tidak ada masalah namun perlu kekompakan pada tenaga pelaksananya.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI

INFORMAN PRAMUSAJI
NO PERTANYAAN PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
1 Apa Bapak/Ibu tau Tau, virus corona, Tau, penyakit yang Iya tau..penyakit Iya tau, harus cuci Tau mbk, virus yang
COVID-19? cara pencegahannya dari virus yang sekarang lagi tangan jaga jarak disebabkan lewat
Probing : pakai masker, cuci banyak yang udara ataupun
Bagaimana bekerja tangan, sama makan ditakutin tangan
di saat COVID-19 makanan yang penularannya
ini? bergizi
KODING LEVEL 1 Informan mengetahui apa itu covid-19
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
2 Bisa diceritakan “Kebijakan “Ada peraturan “Ada prosedur “Lebih berat ya, “Kerjanya ada beda
bagaimana pelayanan gizi yang dibuat yang missal standar karena kalau blm ya dengan sebelum
kebijakan pelayanan sebelum covid kan dijelaskan oleh prosedur, misal covid kan tatap covid, lebih awal
gizi? pakai ompreng, kepala instalasi memberikan muka sama pasien setengah jam
Probing : sekarang covid gizi” prosedur diet yang gak perlu pakai dibandingkan
Bagaimana pakai disposable, benar, tepat waktu, APD, sekarang ruangan lainnya,
kebijakan pelayanan terus APD nya pakai menanyakan harus pake APD sebelum covid cumin
gown” identitas pasien lengkap dengan pakai masker,

Universitas Sriwijaya
229

gizi di saat COVID- dahulu sebelum hazmat karena saya sekarang pakai
19? diberikan di ruang covid ya, masker, gown, tutup
makanan.” sedangkan teman- kepala. Peraturan
teman yang lain juga kebijakan yang
wajib pakai masker, sampaikan itu
tutup kepala dan koordinator sama
gown” ahli gizi nya mbk..”
KODING LEVEL 1 Kebijkan pelayanan gizi selama covid-19 di buat lebih spesifik untuk SOP nya menggunakan APD serta
menggunakan alat makan yang disposable.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR3 PR 4 PR 5
3 Apa peran “Sebagai pengantar “Sebagai “Sebagai penyaji “Sebagai pramusaji “Sebagai tenaga
Bapak/Ibu dalam makanan pasien” pengantar makanan” diruang covid” pramusaji”
kebijakan pelayanan makanan dan
gizi? pengolahan nasi”
Probing :
Sebagai apa, apa
yang dilakukan.
KODING LEVEL 1 Informan memiliki perannya.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
4 Bagaimana menurut “Tujuannya adalah “Sudah sesuai “Tidak ada “Sudah sesuai”
Bapak/Ibu tujuan, untuk melakukan sasaran” kendala, tujuan
sasaran kebijakan pencegahan dan sasarannya. “
pelayanan gizi ini? penularan virus
Probing : corona ini melalui

Universitas Sriwijaya
230

Apakah kebijakan makanan ataupun


yang dilaksanakan bahan makanan”
sudah sesuai dengan
peraturan
KODING LEVEL 1 Tujuan dan sasarannya agar pelayanan gizi agar membantu proses kesembuhan pasien.
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
5 Bagaimana menurut “Disinikan “Ado kekurangan “Sudah baik ya, “Sudah sesuai
Bapak/Ibu tentang pramusajinya ada 3 yaitu di bagian sudah cukup, kita semua
kemampuan sumber orang dengan tenaga distribusi” pakai APD level 1,
daya pelaku, sumber kondisi pasien pakai masker, tutup
daya sarana dan sekarang masih kepala”,
prasarana dalam cukuplah, masih
memberikan terhandel, tapi kalau
pelayanan kepada ada peningkatan
pasien COVID-19 di mungkin perlu
RS? mengajukan
Probing : penambahan
Berapa jumlah tenaga”
SDM, sudah berapa
lama bertugas,
prasarana yang
tersedia apa saja,
sudah memadai atau
belum
KODING LEVEL 1 Sumber daya pelaku terdiri dari ahli gizi 6 orang dan pramusaji 3 orang dan tenaga pengolahnya menggunakan
pihak ke 3

Universitas Sriwijaya
231

KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
6 Bagaimana cara
Bapak/Ibu/Sdr
dalam mengantarkan
(distribusi) makanan
ke pasien COVID-
19 ?
Probing :
APD yang
digunakan, prosedur
pelaksanaan apakah
berbeda dengan
sebelum COVID-19.
KODING LEVEL 1
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
7 Bagaimana menurut “Disosialisasikan “Dari direktur kan “Komunikasi dan “Dikasi tau kami “Kita melaksanakan
Bapak/Ibu cara RS oleh kepala instalasi ya yang buat sosialisasi, dan tentang peraturan, peraturan yang
Rujukan membuat gizi dan ahli gizi aturan, ado spo selama saya 21 kebijakan yang ada sudah dibuat mbk,”
kebijakan sesuai berdasarak nyo ado intruksi tahun bekerja yang berhubungan
harapan? peraturan yang kerja “ sudah lebih dari dengan pekerjaan
Pro bing : adakah sudah dibuat cukup” kami.”
SOP terkait direktur.”
kebijakan sendiri
atau tidak, ada

Universitas Sriwijaya
232

peraturan terkait
pelayanan gizi atau
tidak, siapa?
KODING LEVEL 1 Kita membuat kebijakan sesuai dengan peraturan yang ada, disosialisasikan ke koordinator dan juga ke bagian
sterilisasi, rawat inap terkait kebijakan pelayanan gizi
KODING LEVEL 2
INTERPRETASI
PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
8 Bagaimana sikap :Mendukung “Sejauh ini “Ya mendukung, “Mendukung “Sangat mendukung
kecenderungan kegiatan ini” mendukung cuman kalo
(disposition) pelayanan ini, biasanya kita kan
Bapak/Ibu terhadap cumin mungkin tatap muka sama
pelayanan gizi RS perlu diberikan pasien, inikan kita
Rujukan COVID- sumplemen vitamin tidak. Kita tidak
19? pada tenaga gizi tau smaa pasien
Probing : sebagai imunitas nya.”
Kalau menolak tubuh”
kenapa, kalau
mendukung kenapa,
ada pandangan lain?
KODING LEVEL 1 Sangat mendukung
KODING LEVEL 2 Sangat mendukung
INTERPRETASI Informan mengatakan sangat mendukung peraturan dan kebijakan pelayanan gizi selama pandemi
PR 1 PR 2 PR 3 PR PR 5
9 Bagaimana “Alhamdulillah “Selamo ini baik, “Sudah seperti “Baik” “Selama ini
komunikasi yang selama ini berjalan lancer kalu ado keluarga gak ada Alhamdulillah baik
terjalin antar para dengan baik, baik masalah biasonyo masalah,” baik saja ya, gak ada
pelaksana (pihak dari sesama unit gizi diatasi dulu baru mis komunikasi.”

Universitas Sriwijaya
233

terkait) mengenai maupun tenaga dilaporkan ke


kebijakan pelayanan lainnya” kepala instalasi
gizi RS Rujukan gizi”
COVID-19?
Probing :
Kondisi seperti apa,
informasi untuk
pasien seperti apa,
pelaporan,
monitoring,
evaluasi,
penanganan
keluhan?
KODING LEVEL 1 Komunikasi dilakukan kepada setiap pihak yang terkait dalam kebijakan pelayann gizi.
KODING LEVEL 1 Komunikasi dilakukan setiap operan shift, melalui watshap grup, briefing dan rapat
INTERPRETASI Informan mengatakan komunikasi dilakukan sudah cukup baik, setiap selesai kegiatan ada operan shift dalam
bentuk buku laporan pengawas, melaui media watshap grup, briefing dan rapat. Untuk keluarga pasien tetap
diberikan edukasi

PR 1 PR 2 PR 3 PR 4 PR 5
10 Permasalahan apa “Alhamdulillah “Secara umum dak “Tidak ada” “Sejauh ini sy “Tidak ada,
yang muncul selama selama ini tidak ado, tapi mungkin bekerja nggak ada kalaupun ada itu
implementasi ada.” untuk di unitnya ya” segera diselesaikan”
kebijakan pelayanan kekompakan biar
gizi RS Rujukan satu”
COVID-19?
Probing :

Universitas Sriwijaya
234

Sumber
permasalahan, yang
bertanggung jawab,
solusi, harapan
terhadap kebijakan
pelayanan gizi RS
rujukan COVID-19.
KODING LEVEL 1 Tidak ada
KODING LEVEL 2 Tidak ada
INTERPRETASI Informan mengatakan tidak ada permasalahan, penaggung jawab masing-masing kegiatan melaksanakan sesaui
tupoksi, harapannya instalasi gizi dapat lebih baik, lebih kompak dan pandemic berakhir jadi kami bisa bersapa
dengan teman-teman diruangan

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai