Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENGINDRAAN PADA KASUS KATARAK


DI RUANG RUANG GARUDA RUMAH SAKIT S.K LERIK KOTA KUPANG

OLEH

NAMA : Marlendang Fanggidae,S.kep

JURUSAN : Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANTHA

KUPANG
A.    Definisi
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa disertai rasa nyeri
yang berangsur-angsur penglihatan menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat oleh karena
mata tidak dapat menerima cahaya. Apapun katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Katarak senilis. Dapat dibagi dalam 4 stadium yaitu:
a.    Katarak insipien : kekeruhan lensa sangat tipis terutama di bagian perifer kortek. Biasanya
tidak menimbulkan gangguan penglihatan dan masih dapat dikoreksi 6/6.
b.   Katarak imatur: kekeruhan terutama terjadi di bagian posterior uji bayangan masih positif.
Visus 3/60-6/30.
c.    Katarak matur: kekeruhan lensa sudah menyeluruh dan uji bayangan sudah negatif. Tajam
penglihatan bervariasi antara 1/300 – seper tak terhingga.
d.   Katarak hipermetur: terjadi pengerutan kapsul lensa, kortek lensa mencair dan nukleus bergerak
ke bawah disebut juga katarak Morgagni.
2.      Katarak komplikata: katarak yang berkembang sebagai efek langsung dari adanya penyakit
intraokuler sesuai fisiologi lensa. Misal: uveitis anterior kronis, gloukoma kongesti akut.
3.      Katarak toksika: jarang terjadi, biasanya karena obat steroid, klorpromazin, preparat emas.
4.      Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik: bisa menyertai kelainan sistemik DM,
sindroma hipokalsemi, hipoparatiroidisme.
5.      Katarak traumatik: katarak akibat trauma, paling sering adanya korpus alienum yang
menyebabkan lesi atau injury pada lensa atau oleh trauma tumpul pada bola mata.
6.      Katarak kongenital : kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir atau segera setelah lahir.

B.     Etiologi
1)   Ketuaan ( Katarak Senilis )
2)   Trauma
3)   Penyakit mata lain ( Uveitis )
4)   Penyakit sistemik (DM)
5)   Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal,
seperti German Measles )
C.    Tanda dan Gejala
a.      Tanda : Lensah keruh, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit, pupil
berwarna putih, miopsasi pada katarak intumessen.
b.      Gejala : Merasa silau terhadap cahaya matahari, penglihatan kabur secara berangsur-angsur
tanpa rasa sakit, penglihatan diplolia monokuler (dobel), persepsi warna berubah, perubahan
kebiasaan hidup.

D.      Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
G.    Pemeriksaan Penunjang
1)      Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2)      Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3)      Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4)      Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5)      Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6)      Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7)      Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8)      EKG, kolesterol serum, lipid
9)      Tes toleransi glukosa : kotrol DM

H.     Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1)      Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2)      Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
setelah itu, untuk koreksi afakia dapat dipakai : kacamata, lensa kontak atau
pemasangan/implantasi lensa intra okuler.
I. Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian
a.    Data Subyektif
·       Pasien mengatakan penglihatan kabur/berawan
·       Pasien mengatakan silau bila terpancar sinar yang terang
·       Pasien mengatakan penglihatan dobel
·       Persepsi warna berubah
b.    Data Obyektif
·       Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
·       Perubahan aktivitas dari biasanya
·       Penurunan visus
·       Kekeruhan pada lensa
c.    Riwayat Penyakit
·      Sudah berapa lama
·      Riwayat pengobatan
·      Riwayat trauma
·      Riwayat penyakit sebelumnya
·      Riwayat penyakit keluarga/ keturunan
2.    Analisa Data
a. Pre operasi

No DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Klien menyatakan Katarak Gangguan
penglihatan tidak jelas persepsi sensori
DO: adanya gangguan Lensa mata keruh penglihatan
penglihatan, ketajaman
mata menurun, diplopia Penurunan visus

Penglihatan kabur
Gangguan penerimaan sensori

Gangguan persepsi sensori


penglihatan

No DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: klien mengatakan Resiko terjadi
Katarak
aktivitasnya dibantu cidera
DO: Ketajaman penglihatan
Lensa mata keruh
berkurang, kebutuhan ADL
dibantu keluarga.

Penurunan visus

Penglihatan kabur

Resiko terjadi cidera


DS: Klien menyatakan Cemas
Katarak
kecemasan menghadapai
rencana operasi
Lensa mata keruh
DS: Klien tampak gelisah,
sering bertanya, poliuri,
tekanan darah dan nadi
Penurunan visus
meningkat

Penglihatan kabur

Rencana operasi

cemas
b.      Post Operasi
No DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Klien menyatakan Katarak Gangguan
penglihatan terbatas hanya persepsi sensori
dengan satu mata Lensa mata keruh penglihatan
DO: ada bekas operasi di mata/
mata di perban Penurunan visus

Penglihatan kabur

Gangguan penerimaan sensori

Gangguan persepsi sensori


penglihatan

No DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Klien menyatakan Katarak Resiko infeksi
penglihatan tidak jelas
DO: adanya gangguan Prosedur insisi mata
penglihatan, ketajaman
mata menurun, diplopia Insisi mata

merupakan jalan bagi organisme

untuk masuk
Resiko infeksi
DS: klien menyatakan nyeri Nyeri akut
Katarak
mata bekas operasi
DO: klien meringis kesakitan, Insisi mata
istirahat kurang Reseptor nyeri ke cerebral

nyeri
3.    Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
a.    Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d perubahan persepsi sensori, perubahan
penangkapan sensori, transmisi dan integrasi.
b. Cemas b.d krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan.
c. Resiko cedera b.d fungsi regulasi (tidak berfungsinya sensori)

Post Operasi:
a.    Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
organ indera.
b.    Nyeri akut b.d agen injury fisik
c.    Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosudur invasive (bedah pengangkatan karatak)

4.      Intervensi keperawatan


Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri akut Setelah dilakukan -    Kaji ulang kondisi -  Dengan mengetahui
tindakan perawatan nyeri kondisi nyeri dapat
selama 3x 24 jam menentukan tindak-an
nyeri akut dapat selanjutnya
diatasi dengan -  Gunakan komunikasi -  Dgn komunikasi
kriteria: teraupetik teurapetik dpt membantu
- Skala nyeri menurun -Evaluasi pengalaman mengu-rangi rasa nyeri.
- Klien merasa nyaman nyeri pasien -  Dgn adanya
- Kecukupan istirahat pengalaman nyeri dpt
dan tidur. membantu membiasakan
- Kemampuan -    Meminimalkan faktor rasa nyeri yg dialami.
aktivitas pencetus nyeri
-    Ajarkan teknik distraksi -  Dpt menghindari
bertambahnya rangsang
-    Kolaborasi denagn nyeri.
dokter untuk pemberian -  Walau Cuma sesaat tp
analgetik dpt melatih untuk
menghilang kan/
mengurangi nyeri.
-  Dgn analgetik dpt
memutus reseptor nyeri
ke cerebral

Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Resiko infeksi Setelah dilakukan-      Jelaskan tanda dan -   Dpt melukan tindakan
tindakan perawatan gejala infeksi sedini mungkin untuk
selama 3x 24 jam mencegah infeksi
infeksi dapat-      Cuci tangan -   Meminimalkan invasi
dicegah dengan sebelum dan sesudah mikroorganisme penyebab
kriteria kontak dengan infeksi
-      Bebas tanda pasien.
infeksi -      Gunakan teknik -   Dpt manjaga kebersihan
-      Sel darah putih steril dalam luka dr kuman
dalam batas normal perawtan luka.
-      Pertahankankan -    Dpt menjaga keseibangan
intake nutrisi dan cairan dlm tubuh shg luka
cairan. akan cepat sembuh
-      Kelola antibiotik -    dpt menjaga kekebalan
sesuai order tubuh dari kuman
Cemas Setelah 4 kali-      Jelaskan pada -    Dpt memotivasi klien
tindakan perawatan pasien prosedur untuk dalam menghadapi
rasa cemas dapat operasi operasi.
dihilangkan/ -      Beri motivasi
diminimalisir kesembuhan dan -    Dpt memotivasi klien
dengan kriteria: libatkan keluarga untuk dalam menghadapi
-    klien menyatakan-      Anjurkan untuk operasi.
sudah siap operasi napas dalam.
-    klien tenang -      Kolaborasi dengan -    Denghan napas dalam
-    tekakan darah dan tim rohani diharapkan membuat relaks
nadi dalam batas -    Dengan pencerahan
normal diharapkan klien tenang.

Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan persepsi Setelah dilakukan -   Tentukan -  Dapat menentukasn


sensori penglihatan tindakan perawatan ketajaman tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam penglihatan selanjutnya
persepsi sensori -    Orientasikan -  Dgn mengetahui
penglihatan baik dengan pasien terhadap lingkungan klien dapat
kriteria: linkungan dan menentukan focus mata
- tidak ada gangguan libatkan keluarga
penglihatan -    Ingatkan klien -  Dgn memakai kecamata
- diplopia tidak ada untuk memakai klien dapat melihat
- klien menyatakan dapat kecamata katarak lingkungan.
melihat dengan jelas

Resiko cidera Setelah dilakukan -    Orientasikan -  Dgn mengetahui


tindakan perawatan pasien terhadap lingkungan klien dapat
selama 3x 24 jam cidera linkungan dan menentukan focus mata
tidak ada dengan kriteria: libatkan keluarga
- klien mengetahui -    Batasi aktifitas -  Dengan membatasi
lingkungan klien di tempat tidur diharapkan cidera tidak
- keluarga selalu ada
mendampingi klien

DAFTAR PUSTAKA
Arif, et al, (2005) Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

Barbara C. Long, (2004) Pendekatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, dalam
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Carpenito. L.J., (2004), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges M, (2004) Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan), EGC, Jakarta.

Marjory godon,dkk. 2004. Nursing diagnoses: Definition & classification 2005-2006. NANDA

Sidarta Ilyas. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

Anda mungkin juga menyukai