BAB I
PENDAHULUAN
penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia dan menelan korban jiwa
paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah trauma kepala.
pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang tidaktepat dan
yang tidak memenuhi standar. (Depkes RI, 2015). Kecelakaan lalu lintas dapat
kepala.
persentase korban meninggal dengan ratarata 9,24% per tahun (Badan Pusat
dari jumlah di atas 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan
lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera
kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan
2012).
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
proses dimana terjadi cedera langsung atau deselerasi terhadap kepala yang
dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce dan Neil, 2014).
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam subtansi otak tanpa diikuti
tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak cranial serebri, contusio (memar) dan
otak). Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung
2. Klasifikasi
1) Berdasarkan Mekanisme
amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat
kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi, amnesia
serebrospinal).
3. Etiologi
jatuh, cedera olah raga, kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka sering
4. Pathofisiologi
atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera
langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan
otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
5. Manifestasi Klinik
b) Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepala karena
regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh
6. Komplikasi
2) Kejang
5) Infeksi
6) Edema cerebri
7. Pemeriksaan Penunjang
darah.
8
radioaktif.
thorak.
subarachnoid.
8. Penatalaksanaan
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
2) Suction / hisap
3) Guedel airway
b. Breathing
c. Circulation
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
d. Disability
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
2. Pengkajian Sekunder
dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal,
fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi
M : Medications
happened
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
e. Nyeri / kenyamanan
f. Pernapasan
hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada
g. Keamanan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan perfusi NOC: Monitor Tekanan Intra
rangsangan
hipotensi antibiotik
posisi netral
2) Perfusi jaringan
9) Minimalkan stimulus dari
serebral, dengan
lingkungan
indicator
15
kesadaran klien
terhadap pengobatan
TIK meningkat
klien
16
dari secret
tetap efektif
instruksi
humidifier
pemberian oksigen
6) Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
terhadap pemberian
oksigen
nyeri.
jah
18
makan nyeri.
adekuat untuk
meringankan nyeri.
Manajemen pengobatan
anjuran/ dosis.
dari pengobatan.
6) Jelaskan manfaat
pengobatan yg dapat
klien.
Pengelolaan analgetik
klien.
atau IM untuk
pengobatan, jika
mungkin.
pemberian analgetik.
analgetik, observasi
konstipasi.
pemberian yg
diindikasikan.
karakteristik, kualitas,
pengobatan.
prinsip 5 benar
makan
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Umur : 34 tahun
Alamat : Sinambek
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
No RM : 11.40.38
A. Primarry Assessment
1. Airway :
Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada obstruksi jalan nafas, tidak ada
penumpukan secret, tidak ada cidera servikal, pengembangan dada simetris,
suara nafas normal.
2. Breathing :
Inspeksi : Tidak ada jejas, ekspansi dada simetris.
23
Palpasi : Tidak ada masa, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
dinding dada, RR= 20x/menit.
Perkusi : Sonor dibagian dada, timpani dibagian perut
Auskultasi : Vesikuler
3. Circulation :
Tidak ada perdarahan, nadi teratur dan kuat (N=100x/menit), akral hangat
(S=36,4OC), TD= 130/90 x/menit
B. Fokus Assessment
KU : Sedang
Tingkat kesadaran : 14 (E(4) M(6) V(4))
- Keluhan utama : Pasien datang ke IGD RSUD Teluk Kuantan dengan
keadaan lemas dan memegangi kepala sambil meringis menahan sakit setelah
terjadi kecelakaan motor. Pasien datang pada pukul 10.30 WIB bersama
dengan kedua temannya. Pasien ditabrak oleh motor lain dan jatuh dengan
posisi punggung terlebih dahulu mengenai aspal. Pasien sudah periksa di
Klinik namun karena merasa kurang puas pasien periksa ke IGD RSUD Teluk
Kuantan. Pasien mengeluh nyeri dengan intensitas sedang dibagian kepala (P :
nyeri kepala, Q : nyeri cekot-cekot dan berputar, R : seluruh kepala, S: skala
nyeri 4, T: terus menerus). Pasien datang dengan kondisi bingung dan linglung
saat dikaji. Pasien mengatakan pengelihatannya agak buram. Pasien sempat
muntah darah sebanyak 3x.
C. Sekunder Assesment
Riwayat penyakit dahulu : Pasien Belum Pernah mengalami sakit yang
serius sebelumnya
24
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan maksila ofacial :
Tidak ada jejas, wajah simetris, tidak ada perdarahan dari hidung dan
telinga,
2. Vertebra servikalis dan leher :
Tidak ada jejas dileher, tidak ada trauma servikalis
3. Thoraks
a. Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada jejas
b. Auskultasi : cuara nafas vesiikuler
c. Perkusi : sonor
d. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada benjolan
4. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada jejas, abdomen tampak simetris
b. Auskultasi : terdengar suara bising usus normal (12x/menit)
c. Perkusi : timpani
d. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada benjolan
5. Muskuloskeletal :
Terdapat kelemahan pada ekstremitas. Pasien mampu melakukan gerakan
sesuai perintah perawat, namun lemah. Pasien kehilangan keseimbangan
untuk berjalan, tidak ada fraktur.
E. Terapi
- Paracetamol 500 mg
- Ranitidin 50 mg IV
- Ketorolac 30 mg IV
- Kaltrofen 5 ampul 2 ml IV
- Terapi O2 3liter/menit
- Infus NaCL 20 tpm
25
F. Data Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan lab.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Rotgen thorax : Tidak tampak adanya perdarahan, tidak tampak
adanya trauma, tidak tampak ada cairan, tak tampak
kelainan pada paru-paru dan jantung.
ANALISA DATA
DO :
- Pasien tampak bingung saat
ditanya
- Pasien tampak lemas
- GCS 14 (E(4) M(6) V(4))
- TD: 130/90 mmHg
- Nadi: 100x/menit
- RR: 20x/menit
Resiko perfusi serebral
- Suhu: 36,4oC
tidak efektif Cedera kepala
DS :
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan sedikit
buram untuk melihat
- Teman pasien mengatakan
pasien sempat muntah darah
sebanyak 3x dengan intensitas
sedang
26
DO :
- Pasien tampak memegangi
kepala
- Pasien tampak lemas
- Pasien sesekali meringis
menahan sakit
DS :
- P : nyeri kepala
Q : nyeri cekot-cekot dan Nyeri akut
Cidera fisiologis
berputar
R : seluruh kepala,
S: skala nyeri 4
T: terus menerus.
- Teman pasien mengatakan
pasien sempat jatuh dari motor
dengan posisi punggung
terlebih dahulu menyentuh
aspal
3.4 Intervensi
1. Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 jam Monitor TTV pasien
tidak efektif b.d cedera klien menunjukan status sirkulasi dan tissue Monitor tingkat kesadaran pasien
Berikan terapi oksigen 3
kepala perfusion cerebral membaik dengan KH:
liter/menit dengan kanul nassal
TD dalam rentang normal (120/80 Posisikan pasien semifowler
orientasi baik
gerakan involunter)
2. Nyeri akut b.d cidera Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 jam Monitor skala nyeri (PQRST)
28
CATATAN PERKEMBANGAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas kesinambungan antara teori dengan
Cedera Kepala Ringan yang dilakukan pada tanggal 24 Juli 2021. Kegiatan yang
4.1 Pengkajian
(Nursalam, 2011).
pasien dengan Cedera Kepala Ringan di Ruangan IGD RSUD Teluk Kuantan yang
dilakukan terhadap pasien pada tanggal 24 Juli 2021 dengan metode wawancara,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi dimulai dari biodata, riwayat kesehatan,
pengkajian pola kesehatan, pemeriksaan fisik dan didukung dengan hasil pemeriksaan
penunjang. Hasil pengkajian yang didapat antara lain pasien mengalami penurunan
kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya pasien mengalami
cedera kepala. Lebih dari 52.000 orang meninggal dunia, 275.000 orang
dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% dirawat dan dirujuk ke instalansi
hemiparise, gegar otak, fraktur tengkorak (Andra Saferi Wijaya & Yessie
Jadi hasil analisa peneliti dalam pengkajian pada pasien didapatkan beberapa
hasil yang sama dengan yang disebutkan dalam teori menurut Andra Saferi Wijaya &
Yessie Mariza Putri (2013). Adapun hasil yang sama antara lain terjadinya penurunan
34
kesadaran, sakit kepala, mual dan muntah, pedarahan otak dan lain sebagainya
trauma kepala, dan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
35
yang telah dibuat. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi
Teori ini sesuai dengan hasil implementasi yang peneliti dapatkan. Peneliti
sebelumnya. Hasil implementasi yang dilakukan dari tanggal 24 Juli 2021 pada
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diagnosa medis Cedera Kepala Ringan (CKR) di Ruang IGD RSUD Teluk
berhubungan dengan cedera kepala dan nyeri akut berhubungan dengan cidera
fisiologis (trauma).
Kedua diagnosa tersebut dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan dan kriteria
sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan pada BAB II, Pasien tampak membaik
5.2 Saran
1. Kepada Masyarakat
Cedera kepala dapat terkena pada siapa saja. Banyak yang terkena pada usia
3. Kepada STIKes
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.