Anda di halaman 1dari 31

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM

LK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal
DOSEN PENGAMPU : Dr. Rani Sri Agustina, SH., MH.

Disusun Oleh : Kelompok 3


Kelas : 5A
Aldi Akbar Maulidani 1111190301
Arthur Cladius Samuel Manurung 1111190291
Gerry Estanza 1111190111
Khoiruttamam 1111190171
Muhamad Ihsan Nugroho 1111190281
Syauqi Dasa Kurnia 1111190312

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala nikmat dan kesempatan yang diberikan-Nya, kami dapat mengerjakan
makalah yang berjudul “Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM LK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)” dengan tepat waktu dan
sebaik mungkin.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Hukum Pasar Modal yang
akan dikumpulkan dalam waktu dekat ini. Makalah ini juga dikerjakan untuk
memberi pengetahuan kepada pembaca serta pada khususnya untuk memenuhi
nilai tugas dan mendapatkan nilai yang sebaik mungkin seperti yang kami
harapkan.
Terima kasih ditujukan kepada Ibu Dr. Rani Sri Agustina, SH., MH. selaku dosen
Hukum Pasar Modal atas waktu yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun masih merasa
banyak kekurangan yang harus diperbaiki di makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima masukan-masukan positif ataupun kritik yang
membangun dari para pembaca. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang, 16 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

2.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan OJK dan BAPEPAM-LK.............................4

2.1.1 Pengertian,Fungsi dan Tujuan BAPEPAM LK.......................................4

2.1.2 Pengertian,Fungsi dan Tujuan BAPEPAM LK.......................................5

2.2 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK dan BAPEPAM-LK Dalam Pasar
Modal..............................................................................................................6

2.2.1 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK................................................6

2.2.2 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK................................................9

2.3 Visi dan Misi OJK-BAPEPAM LK.............................................................10

2.3.1 Visi dan Misi OJK.................................................................................10

2.3.2 Visi dan Misi BAPEPAM LK...............................................................11

2.4 Asas-Asas dalam OJK..................................................................................11

2.5 Struktur OJK.................................................................................................12

2.6 Dasar-Dasar Hukum dalam OJK..................................................................13

2.7 Skema Pembiayaan OJK..............................................................................16

2.8 Implementasi UU No.21 tahun 2011 tentang OJK.......................................16

2.9 Peran OJK dalam Perbankan Syariah...........................................................19

BAB III..................................................................................................................23

iii
3.1 Kesimpulan...................................................................................................23

3.2 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

REPORT................................................................................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang oleh


dua instansi yang berbeda. Bank Indonesia melakukan pengawasan dalam sektor
perbankan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) melakukan pengawasan di kegiatan pasar modal dan lembaga keuangan non-
bank.

Bank Indonesia selaku Bank Sentral mempunyai tugas melakukan pengaturan


dan pengawasan bank yang bertujuan untuk menciptakan sistem perbankan yang
sehat, yang memenuhi aspek perbankan yang dapat memelihara kepentingan
masyarakat dengan baik dan berkembang secara wajar, dalam arti di satu pihak
memerhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial, maupun
sumber daya manusia.

Kewenangan Bank Sentral dalam melakukan pengaturan dan pengawasan bank


adalah sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat,
yang menjamin dan memastikan dilaksanakannya segala peraturan perundang-
undangan yang terkait dalam penyelenggaraan usaha bank yang bersangkutan.
Dengan demikian, bila ternyata dalam tugas mengatur dan mengawasi bank
tersebut Bank Sentral menemukan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh bank,
akan dapat segera dilakukan tindakan.

Bapepam-LK mempunyai tugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari


kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Akan tetapi, pada tanggal 22 November 2011 DPR telah mensahkan Undang-
Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa

1
2

Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan dalam sektor
jasa keuangan.

OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan


terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan kata lain, OJK
dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu
meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK mampu menjaga kepentingan
nasional yang meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan
kepemilikan sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
globalisasi.

Lebih dari itu, OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
transparasi, dan kewajaran (fairness). Secara kelembagaan, OJK berada di luar
pemerintah, yang dapat bermakna bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan
pemerintah. Namun tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur pemerintah
karena pada hakikatnya OJK merupakan otoritas yang memiliki relasi dan
keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter.
Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan keterwakilan dari unsur- unsur dari
kedua otoritas tersebut secara ex-officio. Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan
dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal,
moneter, dan sektor jasa keuangan. Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya
kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan
internasional, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran informasi demi menjaga dan
memelihara stabilitas sistem keuangan.

Dengan adanya OJK, pengawasan atas semua industri jasa keuangan akan
disatukan ke dalam satu atap, yaitu perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun,
dan lembaga keuangan nonbank. Undang-undang hanya mengecualikan industri
perdagangan berjangka saja dari pengawasan OJK. Selain itu, latar belakang
3

didirikannya OJK ini juga karena makin rumitnya produk keuangan serta
pemasaran atas produk ini dilakukan lintas industri seperti produk pasar modal
(seperti reksadana) atau produk asuransi ditawarkan oleh bank.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian, Fungsi dan Tujuan OJK dan BAPEPAM-LK ?
1.2.2 Apa Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK dan BAPEPAM-LK dalam
Pasar Modal ?
1.2.3 Apa Visi dan Misi OJK-BAPEPAM LK ?
1.2.4 Apa saja Asas-Asas dalam OJK ?
1.2.5 Bagaimana Struktur dalam OJK ?
1.2.6 Apa saja Dasar-Dasar Hukum OJK ?
1.2.7 Bagaimana Skema Pembiayaan OJK ?
1.2.8 Bagaimana Implementasi UU No.21 tahun 2011 tentang OJK ?
1.2.9 Bagaimana Peran OJK dalam Perbankan Syariah ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan OJK dan BAPEPAM-LK


2.1.1 Pengertian,Fungsi dan Tujuan BAPEPAM
LK Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen yang


berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam
menjalankan fungsi, terdapat tugas dan wewenang OJK yang harus dijalankan
dan bersinergi dengan berbagai lembaga keuangan di Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan atau biasa disingkat OJK, merupakan lembaga


independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk berdasarkan UU
Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan.OJK diharapkan menjadi lembaga pengawas industri
jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.

Fungsi

Fungsi utama Otoritas Jasa Keuangan adalah menyelenggarakan sistem


pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan. Berikut ini adalah beberapa fungsi OJK
beserta penjelasannya.

1. Menyelenggarakan Sistem Pengaturan dan Pengawasan Sektor Jasa


Keuangan : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Hal ini meliputi

4
5

2. sektor bank, sektor pasar modal serta sektor industri keuangan non-bank
(IKNB)
3. Mengambil Keputusan Mengenai Perkembangan dan Kemajuan Keuangan
: Fungsi OJK lainnya juga penting sebagai pengambil keputusan mengenai
perkembangan dan kemajuan keuangan. Pengambilan keputusan yang
diambil berasal dari berbagai sektor baik sektor bank, pasar modal,
financial technology (fintech) serta industri keuangan non-bank lainnya.
4. Melindungi Konsumen : OJK juga memiliki fungsi untuk melindungi
konsumen. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dibentuknya OJK, yakni
mewujudkan keuangan inklusif bagi masyarakat melalui perlindungan
konsumen yang kredibel. OJK mengatur regulasi terkait kewajiban
perlindungan data masyarakat bagi pihak terkait.

Tujuan

Tujuan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan adalah:

(a) Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;


(b) Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil; dan
(c) Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

2.1.2 Pengertian,Fungsi dan Tujuan BAPEPAM


LK Pengertian

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (disingkat


Bapepam-LK) merupakan suatu lembaga yang secara struktural berada di
bawah Kementerian Keuangan Indonesia. Bapepam bertugas membina,
mengatur, dan mengawasi setiap hari aktifitas di pasar modal serta
memikirkan dan mengaplikasikan kebijakan dan standardisasi teknis dalam
bidang lembaga keuangan.

Bapepam-LK adalah sebuah merger dari Badan Pengawas Pasar Modal


(Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan. Saat ini, Bapepam-
LK tidak menjalankan fungsi lamanya, karena sudah digantikan oleh
Otoritas
6

Jasa Keuangan (OJK) sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2011.

Fungsi

Berikut adalah Fungsi BAPEPAM LK:

a) Penyusunan peraturan di bidang pasar modal;


b) Penegakan peraturan di bidang pasar modal;
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha,
persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di
pasar modal;
d) Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan
Perusahaan Publik;
e) Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh Bursa Efek, Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian;
f) Penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;
g) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;
h) Pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
i) Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang
lembaga keuangan;
j) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan;
dan
k) Pelaksanaan administrasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan.

2.2 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK dan BAPEPAM-LK Dalam Pasar
Modal :
2.2.1 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK
Tugas OJK

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap;


a) Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
7

b) Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, dan


c) Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pension, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa kauangan lainnya.
Wewenang OJK
1. Terkait dengan tugas pengaturan dan pengawasan lembaga jasa keuangan
bank, OJK memiliki wewenang sebagai berikut :
a. Pemberian izin pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, akuisisi, dan pencabutan izin usaha bank.
b. Pengaturan kegiatan usaha bank yang mencakup sumber dana,
penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
c. Pengawasan rasio keuangan yang menunjukkan tingkat kinerja dan
kesehatan bank secara finansial yang mencakup likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan dan
pencadangan bank, laporan bank terkait kesehatan dan kinerja bank,
sistem informasi debitur, pengujian kredit, dan standar akuntansi bank.
d. Pengaturan dan pengawasan terhadap aspek kehati-hatian bank
berkenaan dengan manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal
uang dan anti pencucian uang, pinjaman keuangan terorisme dan
pinjaman perbankan, serta pemeriksaan bank.
2. Terkait dengan tugas pengaturan lembaga jasa keuangan bank dan non-
bank, wewenang OJK mencakup:
a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.
c. Menetapkan kebijakan berkenaan dengan tata cara penetapan tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.
d. Menetapkan peraturan tentang tata cara penetapan penyelenggaraan
statuter pada lembaga jasa keuangan. Statuter di sini dimaksudkan
sebagai pengelola statuter yang artinya adalah orang perseorangan atau
badan hukum yang ditetapkan oleh OJK untuk melaksanakan
8

kewenangan OJK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
e. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, mengelola, mengatur,
dan menatausahakan kekayaan dan kebutuhan.
f. Menetapkan peraturan tentang tata cara pemberlakuan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
3. Terkait dengan tugas pengawasan lembaga jasa keuangan bank dan non-
bank, wewenang OJK meliputi:
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
layanan keuangan.
b. Mengawasi implementasi tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif.
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga keuangan, perlindungan,
dan atau penunjang kegiatan.
d. Meminta bantuan kepada lembaga keuangan atau pihak tertentu.
e. Melakukan penunjukan pengelola statuter.
f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter.
g. Menetapkan sanksi administrasi terhadap pihak yang melakukan
penolakan terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
h. Menerima dan mencabut izin usaha, izin orang perseorangan,
efektivitas persetujuan pendaftaran, surat tanda pendaftaran,
persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau
penetapan pembubaran dan penetapan lain.
Kedudukan OJK :
Otoritas Jasa keuangan lembaga negara independen yang bebas dari campur
tangan pemerintah, yang mana OJK memiliki kewenangan, fungsi serta tugas
dalam pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan dalam sektor
perbankan,pasar modal, perasuransian, dana pensiun lembaga pembiayaan
dan lembaga jasa keuangan lainya. Hal ini di maksud di dalam Undang-
undang 21
9

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Hubungan kelembagaan antara


kementerian keuangan, Bank Indonesia, Bapepam dan OJK adalah untuk
memastikan kestabilan ekonomi negara. OJK melakukan pengawasan
terhadap lembaga keuangan Bank dan Non Bank agar bekerja sesuai dengan
undang- undang yang berlaku, serta melindungi masyarakat dari penipuan
investasi.

2.2.2 Tugas, Wewenang, dan Kedudukan OJK


Tugas Bapepam LK menurut Keppres No. 52/1976 tentang pasar modal yang
disempurnakan Keppres No. 58/1984 adalah :

1. Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan


menjual saham-saham nya melalui pasar modal apakah telah memenuhi
persyaratan yang di tentukan dan sehat serta baik
2. Menyelenggarakan bursa pasar modal yang efektif dan efisien
3. Terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang
menjual saham saham nya melalui pasar modal

Wewenang Bapepam LK adalah:

a) Memberikan izin usaha kepada:


1) Bursa efek,
2) Lembaga kliring dan penjaminan (LKP),
3) Lembaga penyimpanan dan penyelesaian (LPP),
4) Reksa dana,
5) Perusahaan efek,
6) Penasihat investasi, dan
7) Biro administrasi efek.
b) Memberikan izin orang perorangan bagi:
1) Wakil penjamin efek,
2) Wakil perantara pedagang efek,
3) Wakil manager investasi, dan
4) Wakil agen penjual efek reksa dana.
c) Memberikan persetujuan bagi bank custodian
d) Melakukan pemeriksaan dan penyidikan
e) Menetapkan persyaratan dan tata cara pendaftaran
1

f) Mewajibkan pendaftaran kepada profesi penunjang

pasar Kedudukan Bapepam LK terhadap pasar modal

Pengawasan di bidang pasar modal pada awalnya berada di bawah


pengawasan Bapepam-LK (Badan Pengawasan Pasar Modal Lembaga
keuangan) berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal bahwa pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar
Modal dilakukan oleh Bapepam-LK yang bertujuan untuk mewujudkan
kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Akan tetapi setelah UU no. 21 tahun
2011 maka peran Bapepam- LK digantikan oleh otoritas jasa keuangan.

UUPM memberikan kedudukan dan kewenangan demikian besar kepada


Bapepam-LK, yaitu sebagai lembaga pembina, pengatur dan pengawas pasar
modal. Kewenangan yang dimiliki Bapepam-LK masih dipandang belum
cukup untuk mengawasi transaksi pasar modal dan sektor jasa keuangan
lainnya.

UUOJK mengalihkan tugas, fungsi dan kewenangan pengaturan dan


pengawasan Bapepam-LK kepada OJK. Pasal 55 ayat 1 dan ayat 2 UUOJK
menegaskan batas waktu peralihan fungsi, tugas dan wewenang Bapepam-LK
dan perbankan serta sektor jasa keuangan lainnya ke dalam OJK, sebagai
berikut:

2.3 Visi dan Misi OJK-BAPEPAM LK


2.3.1 Visi dan Misi
OJK Visi OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri


jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.

Misi OJK
1

Misi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah:

a) Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa


keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b) Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
c) Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2.3.2 Visi dan Misi BAPEPAM


LK Visi BAPEPAM LK

Menjadi otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan
profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga
keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh
dan berdaya saing global

Misi BAPEPAM LK

a) Misi Di Bidang Ekonomi :


Menciptakan iklim yang kondusif bagi perusahaan dalam memperoleh
pembiayaan dan bagi pemodal dalam memilih alternatif investasi pada
industri Pasar Modal dan Jasa Keuangan Non Bank.
b) Misi Di Bidang Kelembagaan :
Mewujudkan Bapepam-LK menjadi lembaga yang melaksanakan tugas
dan fungsinya memegang teguh pada prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, independensi, integritas dan senantiasa mengembangkan diri
menjadi lembaga berstandar internasional.
c) Misi Sosial Budaya
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang memahami dan berorientasi
pasar modal dan jasa keuangan non bank dalam membuat keputusan
investasi dan pembiayaan.

2.4 Asas-Asas dalam OJK


1. Asas independensi
Asas ini memperlihatkan bahwa tidak ada campur tangan dari keputusan yang
diambil oleh OJK. Keputusan OJK diambil secara independen dengan tetap
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1

2. Asas kepastian hukum


Di bawah negara hukum, OJK jelas mengutamakan landasan perundang-
undangan dan keadilan dalam setiap dalam setiap kebijakan
penyelenggaraannya.
3. Asas kepentingan umum
OJK selalu membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
serta memajukan kesejahteraan umum.
4. Asas keterbukaan
OJK membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK. Dalam artian,
tidak ada yang ditutupi dari OJK kepada masyarakat umum. Namun, OJK tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia
negara.
5. Asas profesionalitas
Sudah tidak diragukan lagi, OJK tentu profesional dalam segi apapun. OJK
mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang dengan tetap
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Asas integritas
OJK adalah lembaga dengan integritas yang tinggi, sehingga mereka berpegang
teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil
dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
7. Asas akuntabilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap
kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan kata lain, OJK adalah lembaga
yang selalu transparan terhadap kegiatan yang dilakukan.

2.5 Struktur OJK


Struktur dalam OJK terdiri dari :

1. Dewan Komisioner OJK


2. Pelaksana Kegiatan Operasional

Struktur Dewan Komisioner terdiri

atas:
1

1. Ketua merangkap anggota;


2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia; dan
9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat
setingkat Eselon I Kementerian Keuangan.

Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:

1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;


2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor
Perbankan;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor
Pasar Modal;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor IKNB;
6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko; dan
7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

2.6 Dasar-Dasar Hukum dalam OJK


a. Bab I Ketentuan Umum.
Penjelasan mengenai: Pengertian, serta aturan dan ketentuan yang diatur UU
otoritas Jasa Keuangan.
b. Bab II Pembentukan, Status, dan Tempat Kedudukan.
1

Penjelasan mengenai: dasar hukum pembentukan, status independen, dan


kedudukan OJK.
c. Bab III. Tujuan, Fungsi, Tugas dan Wewenang.
Penjelasan mengenai: tujuan pembentukan, fungsi, tugas, dan wewenang yang
dimiliki OJK dalam kegiatan disektor jasa keuangan.
d. Bab IV Dewan Komisioner.
Penjelasan mengenai: pembentukan Dewan Komisioner OJK, termasuk Struktur
Dewan Komisioner, Pengangkatan dan Pemberhentian, Penggantian antar
waktu, serta Tugas dan Wewenang yang dimiliki dan yang dilarang.
e. Bab V Organisasi dan Kepegawaian
Penjelasan mengenai: Pembentukan Organisasi dan Kepegawaian di OJK.
f. Bab VI Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
Penjelasan mengenai: wewenang yang dimiliki OJK dalam rangka memberikan
perlindungan kepada konsumen dan masyarakat, termasuk didalamnya adalah
edukasi dan sosialisasi, pencegahan, serta pembelaan hukum jika diperlukan.
g. Bab VII Kode Etik dan Kerahasiaan Informasi
Penjelasan mengenai: kode etik yang dimiliki OJK, serta kerahasian informasi
yang harus dilakukan beserta sanksi jika terjadi pelanggaran.
h. Bab VIII Rencana Kerja dan Anggaran
Penjelasan mengenai: rencana kerja dan anggaran yang dimiliki OJK sebagai
pendukung dalam melaksanakan tugasnya.
i. Bab IX pelaporan dan Akuntabilitas
Penjelasan mengenai: kewajiban OJK untuk membuat laporan keuangan dan
laporan kegiatan, serta akuntabilitas dengan audit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.
j. Bab X hubungan Kelembagaan
Penjelasan mengenai: koordinasi dan kerjasama yang dilakukan OJK dengan
Bank Indonesia dalam fungsi pengawasan perbankan, serta protokol koordinasi
di Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dan hubungan yang bersifat
internasional.
k. Bab XI Penyidikan
1

Penjelasan mengenai: wewenang khusus untuk penyidikan yang dimiliki


Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di OJK.
l. Bab XII Ketentuan Pidana
Penjelasan mengenai: sanksi pidana bagi pelanggar UU OJK dan bagi yang
mengabaikan, tidak memenuhi serta menghambat pelaksanaan kewenangan
OJK.
m. Bab XIII Ketentuan Peralihan
Penjelasan mengenai: penjelasan pada tanggal 31 Desember 2012 sebagai
berlakunya fungsi, tugas, dan wewenang OJK dalam pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan, serta penetapan mengenai Anggota Dewan
Komisoner.
n. Bab XIV Ketentuan Penutup
Penjelasan mengenai: dasar hukum peralihan sejumlah fungsi, tugas, dan
wewenang yang tadinya dimiliki instansi keuangan lain ke OJK.
1

2.7 Skema Pembiayaan OJK

penetapan besaran
pungutan dilakukan
dengan tetap
memperhatikan
kemampuan pihak pembiayaan dari APBN
yang melakukan diperlukan pada saat
bersumber dari APBN kegiatan di sektor pungutan dari pihak
dan pungutan dari yang melakukan
pihak yang jasa keuangan
kegiatan di industri jasa
melakukan kegiatan keuangan belum dapat
di sektor jasa mendanaiseluruh
keuangan kegiatan OJK secara
mandiri

anggaran
OJK

2.8 Implementasi UU No.21 tahun 2011 tentang OJK


Pembentukan OJK adalah pelaksanaan amanah yang diatur dalam UU bank
Indonesia. OJK didirikan berdasarkan UU No.21 tahun 2011 tanggal 22/11/2011.
Apa yang mempertimbangkan penting pendirian OJK (dari penjelasan UU OJK) :
1. Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi
intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional
memiliki peran sangat strategis dalam sistem ekonomi
2. Negara memberikan perhatian serius terhadap perkembangan kegiatan sektor
jasa keuangan, dengan mengupayakan terbentuknya kerangka peraturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan yang terintegrasi dan komprehensif
1

3. Proses globalisasi sistem keuangan, pesatnya kemajuan di bidang IT serta


inovasi financial menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis,
dan saling terkait antara sub sektor keuangan baik dalam hal produk maupun
kelembagaan.
4. Konglomerasi dan keterkaitan kepemilikan telah menambah kompleksitas
transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan
5. Problem moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan
dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya
pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi.
Problematika Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia
(a) Track Record lembaga di Indonesia yang tersandung kasus korupsi
Independensi tidak menjamin apakah suatu lembaga bersih dari korupsi atau
tidak. Apalagi sebagai lembaga baru, OJK akan dikelilingi uang triliunan rupiah
dari industri perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya yang mereka bawahi. Maka
cukup menjadi perhatian lebih mengingat beberapa lembaga independen yang
ada di Indonesia sering terkait kasus korupsi dan merugikan negara.
(b) Perlindungan bagi Koperasi
Keputusan Mahkamah Konstitusi untuk menggagalkan UU No. 17 Tahun 2012
tentang koperasi membuat diakuinya kembali koperasi yang berbentuk “badan
usaha” tidak hanya yang berbentuk “badan hukum”. Koperasi yang masih
berupa badan usaha ada sangat banyak di Indonesia namun OJK tidak
menjangkau perlindungan pada koperasi terutama koperasi simpan pinjam.
Padahal sebagai salah satu dari tiga soko guru perekonomian nasional, koperasi
juga harus mendapat perlindungan dan pengawasan dari lembaga semacam OJK.
(c) Birokrasi yang menjadi lebih besar
OJK termasuk badan pengawasan yang besar sehingga dalam aplikasinya sangat
dimungkinkan membuat birokrasi lebih besar dari sebelumnya
ketika microprudential dan macroprudential masih ditangani oleh satu lembaga
yaitu Bank Indonesia. Akan sangat berbahaya jika birokrasi yang menjadi lebih
lebar tersebut malah menghambat deteksi masalah terutama yang membutuhkan
koordinasi dengan BI.
1

(d) Terbebaninya anggota pasar modal yang tidak bergerak di pasar keuangan
OJK menetapkan pungutan bagi emiten atau perusahaan terbuka yang akan
melakukan aksi korporasi. Penetapan itu tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh OJK.
Pemungutan tersebut memberatkan anggota pasar modal yang bukan di sektor
keuangan. Hal ini berbahaya karena perusahaan akan cenderung mencari
peraturan yang lebih sederhana di luar negeri.
(e) Kompetensi Dewan Komisioner OJK
OJK yang terdiri dari perwakilan regulator, perbankan, asuransi, dan pasar
modal, memerlukan orang yang memiliki kompetensi di semua bidang tersebut
tidak hanya spesialisasi di salah satu bidang. Kecenderungan yang terjadi ketika
rapat komisioner atau
(f) Tumpang tindih peran dan wewenang
Untuk menjalankan fungsi sebagai lembaga yang menjalankan pengawasan
sektor perbankan, OJK memiliki kewenangan melakukan pengawasan terhadap
bank di Indonesia agar tetap menjalankan kegiatan secara sehat dan mampu
memelihara kepentingan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan
(microprudential). Pada akhirya, OJK harus memastikan bahwa bank di
Indonesia harus berada dalam keadaan finansial dan kinerja yang sehat dan
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan industri perbankan. Di sisi
lain, Bank Indonesia sebagai lembaga yang memberikan arahan mengenai
perkembangan perbankan, melakukan pengawasan terhadap bank – bank di
Indonesia agar mereka terus menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga
kestabilan moneter (macroprudential). Tentu saja dalam hal ini BI harus
memastikan bahwa bank – bank tersebut turut mendukung kebijakan yang
dikeluarkan BI dalam menjaga stabilitas moneter.
(g) Transaction cost yang besar
Otoritas Jasa Keuangan telah dibentuk sebagai sebuah lembaga yang independen
dengan tugas dan fungsi utamanya untuk mengatur dan mengawasi sektor
keuangan di Indonesia menggantikan peran Bank Indonesia (pengawasan
perbankan) dan Bapepam LK (pengawasan non perbankan), sehingga peran
Bank Indonesia akan berfokus kepada stabilitas moneter dan peran Otoritas Jasa
1

Keuangan ada di stabilitas keuangan. Pengalihan fungsi pengawasan ini


memiliki efek negatif yaitu biaya transaksi yang besar dan juga waktu transisi
yang lama.

2.9 Peran OJK dalam Perbankan Syariah


Fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan, termasuk perbankan syariah
dan unit usaha syariah pada awalnya berada dalam otoritas Bank Indonesia.
Regulasi ini melekat pada Bank Indonesia sebagai mana diatur dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah terakhir dengan
UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-
Undang.
Pengawasan perbankan syariah pada dasarnya memiliki dua sistem. Pertama,
pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan pada perbankan secara umum dan
prinsip kehati-hatian bank. Kedua, pengawasan syariah pada kegiatan operasional
bank. Perbankan syariah saat ini diawasi oleh lembaga keuangan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Tetapi peran OJK akan pengawasan perbankan syariah terbatas
dan membutuhkan peran dari pengawas lainnya yaitu Dewan Pengawas Syariah
(DPS). DPS adalah lembaga pengawas syariah yang bertugas mengawasi
operasional lembaga keuangan syariah agar tetap konsisten dan berpegang teguh
kepada prinsip syariah.
Pedoman Dasar Dewan Syariah Nasional (DSN) Bab II ayat (5)
mengemukakan, Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di lembaga
keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah
Nasional di lembaga keuangan syariah.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
6/24/PBI/2004 DPS adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip
syariah dalam kegiatan usaha lembaga keuangan syariah. Dasar hukum Dewan
Pengawas Syariah (DPS) terdapat dalam Pasal 32 Undang-Undang nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah.
Terkait hubungan OJK dan DPS terdapat 2 (dua) sistem pada perbankan
syariah. DPS berwenang melakukan pengawasan secara internal yang lebih
mengatur ke dalam dan dilakukan agar mekanisme dan sistem control untuk
kepentingan manajemen. Sedangkan OJK berwenang melakukan pengawasan
secara eksternal
2

yang pada dasarnya diorientasikan untuk memenuhi kepentingan nasabah dan


publik secara umum.
Hubungan OJK dan DPS sebagai dua lembaga yang berwenang mengawasi
operasional perbankan syariah tidaklah terjadi tumpang tindih kewenangan dalam
pelaksanaan tugasnya dalam arti OJK akan berwenang mengawasi segala bentuk
kegiatan operasional perbankan syariah sebagaimana melakukan pengawasan pada
lembaga keuangan lainnya serta jika berbicara mengenai penerapan prinsip syariah
dalam operasional perbankan syariah adalah kewenangan dari DPS untuk
mengawasi sesuai atau tidaknya kegiatan perbankan syariah dengan prinsip-prinsip
syariah yang berlaku.
Dengan kewenangannya yang diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun
2011 OJK dapat menyelenggarakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap
Bank Syariah, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Perihal menentukan kriteria tingkat kesehatan dan ketentuan yang wajib
dipenuhi oleh Bank Syariah dan UUS.Dalam Pasal 7 huruf b Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 secara garis besar OJK diberikan wewenang untuk
mengatur dan mengawasi segala hal yang berhubungan dengan kesehatan bank.
Hal tersebut juga ditegaskan dalam penjelasan Pasal 41 ayat (2) Undang-
undangb Nomor 21 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa “Penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank merupakan kewenangan OJK”. Dengan demikian OJK
mempunyai kewenangan untuk menentukan kriteria kesehatan Bank Syariah dan
UUS.
b) Ketentuan memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat
/dokumen dan keterangan dari setiap pihak yang menurut penilaian BI memiliki
pengaruh terhadap bank. Dengan merujuk pada Pasal 7 huruf d Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 dinyatakan dengan jelas bahwa “Untuk melaksanakan
tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan OJK mempunyai
wewenang pemeriksaan bank’. Hal tersebut ditegaskan pula dalam Pasal 9 huruf
c yang mengatur bahwa untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK
mempunyai wewenang melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana yang dimaksud
dalam peraturan
2

perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Dengan demikian maka OJK


dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank Syariah dan UUS.
c) Memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening
Simpanan maupun rekening pembiayaan. Mengenai pemblokiran tersebut
menurut Pasal 49 ayat (3) huruf K kewenangan untuk memblokir rekening pada
bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat
dalam tindak pidana di sektor jasa keuangan tidak menjadi kewenangan dari
OJK melainkan merupakan kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengawasan sektor jasa
keuangan di lingkungan OJK. Dengan demikian dalam melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap Bank Syariah dan UUS OJK tidak
berwenang melakukan pemblokiran rekening.
d) Menugasi kantor akuntan publik dan / atau pihak lainnya untuk melaksanakan
pemeriksaan dan menyatakan Bank Syariah tidak dapat disehatkan dan
menyerahkan penanganannya ke Lembaga Penjamin Simpanan untuk
diselamatkan atau tidak diselamatkan. Hal tersebut termaktub dalam Pasal 8
huruf f yang mengatur bahwa OJK berwenang menetapkan peraturan mengenai
tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak
tertentu, dalam hal ini termasuk akuntan publik.
e) Mencabut izin usaha Bank Syariah tidak diselamatkan atas permintaan LPS dan
mencabut izin usaha Bank Syariah yang telah melaksanakan kewajibannya atas
permintaan bank yang bersangkutan. Mengenai kewenangan tersebut diatur
dalam Pasal 7 huruf a angka 1 yang menyatakan bahwa OJK berwenang dalam
hal perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank,serta pencabutan izin usaha bank.
f) Melakukan tindakan dalam rangka tindak pidana lanjut pengawasan yang
meliputi beberapa hal yang termaktub dalam Pasal 54 ayat (1) Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008. Tindak lanjut yang termaktub dalam pasal a quo tidak
termasuk dalam kewenangan OJK sehingga OJK tidak dapat melaksanakan
tindak lanjut tersebut. Namun dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011
diatur mengenai tindak lain pengawasan yang mencakup : melakukan
tindakan dalam rangka
2

tindak lanjut pengawasan; dalam hal OJK mengindikasikan bank tertentu


mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk,
OJK segera menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah sesuai
dengan kewenangan BI.
Otoritas Jasa keuangan (OJK) sebagai lembaga keuangan yang memiliki fungsi
mengatur dan mengawasi memiliki kewenangan memberikan sanksi kepada
perbankan syariah sebagai pelaku usaha yang melakukan pelanggaran sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 9 huruf g Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa, “OJK berwenang menetapkan
sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan”. Apabila terjadi sengketa
yang merugikan nasabah disebabkan pelanggaran yang dilakukan oleh perbankan
syariah selaku pelaku usaha maka sengketa harus diselesaikan di dalam lembaga
jasa keuangan (LJK) yang berkaitan terlebih dahulu. Kemudian jika tidak terjadi
kesepakatan diantara para pihak, maka para pihak diberikan kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa di luar pengadilan maupun melalui pengadilan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga baru yang didirikan berdasarkan
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Jasa Keuangan yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu. Otoritas Jasa Keuangan
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan mampu
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan perlu memiliki berbagai kewenangan, baik dalam rangka
pengaturan maupun pengawasan sektor jasa keuangan. Kewenangan di bidang
pengaturan diperlukan dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan baik yang
diatur dalam UU Otoritas Jasa Keuangan maupun UU di sektor jasa keuangan
lainnya, yang ditetapkan dalam bentuk peraturan Otoritas Jasa Keuangan maupun
Peraturan Dewan Komisioner. Sedangkan dalam melaksanakan tugas pengawasan,
wewenang Otoritas Jasa Keuangan adalah melakukan pengawasan, pemeriksaan,
penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa
Keuangan, pelaku, atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Untuk mencapai
tujuannya, OJK perlu dan harus membangun sistem koordinasi yang kuat dengan
Bank Indonesia, Kementrian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka kami dapat memberikan
saran- saran sebagai berikut :

1. Agar tidak terjadi benturan antara Bank Indonesia dan Otoritas JasaKeuangan
dalam pelaksanaan pengawasan terhadap industri perbankan, maka perlulah
adanya kejelasan mengenai pembagian tugas, wewenang, dan koordinasi antara
Bank Indonesia dengan OJK dalam pengawasan industri perbankan. Untuk
itu,

23
24

diperlukan adanya revisi dariUndang- undang Bank Indonesia mengenai fungsi


pengawasannya yangtelah dialihkan kepada OJK. Selain itu perlunya
pembentukan sebuah komite yang nantinya menangani industri keuangan
syari’ah. Hal ini karenabanyaknya lembaga jasa keuangan, seperti bank, pasar
modal, hingga lembaga keuangan nonbank yang berbentuk syariah. Komite ini
diperlukan tak hanya untuk mengawasi, tetapi juga untuk mengembangkan
industri keuangan syariah yang memiliki potensi yang cukup besar.
2. Meningkatkan pengawasan antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
Untuk mengawasi Bank yang berdampak sitemik (Berpengaruh) terhadap
perbankan sehingga terhindar dari Domino Effect.
3. Berkaca dari negara lain, sistem koordinasi antara OJK, BI, dan Kementrian
Keuangan merupakan kunci berhasil tidaknya sistem pengawasan jasa
keuangan di Indonesia. Jika koordinasi antar lembaga tersebut lemah, maka
tidak menutup kemungkinan kondisi yang dialami Inggris bisa terjadi di
Indonesia. Selain itu, OJK sendiri harus independen, adil, transparan,
akuntabilitas, dan tanggung jawab agar tujuan pembentukan OJK sendiri dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diakses dari https://www.sahamonline.id/2017/05/fungsi-bapepam-
lembaga-keuangan.html pada tanggal 18 September 2021 pukul 14.03

https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-otoritas-jasa-keuangan.aspx pada tanggal 18


September 2021 pukul 11.21

https://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/Pages/Visi-Misi.aspx pada tanggal 17


September 2021 pukul 14.23

Kayo Edison Sutan. 2012 Bapepam-LK. Diakses dari


https://www.sahamok.net/pasar-modal/bapepam-lk-badan-pengawas-pasar-
modal-dan-lembaga-keuangan/, pada tanggal 17 September 2021 pukul
12.23

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1984 Tentang


Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976 Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1978

Kusuma Welin. 2007. Diakses dari https://bapepam-lk.blogspot.com/, pada


tanggal 18 September 2021 pukul 10.20

Rahmah Zakiyatur. 2018. Diakses dari


http://zakiyatur97.blogspot.com/2018/09/makalah-otoritas-jasa-
keuangan.html?m=1 pada tanggal 18 September 2021 pukul 13.32

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Zakky. 2019. Fungsi OJK Pengertian, Tujuan, Tugas dan Wewenang OJK.
Diakses dari https://www.zonareferensi.com/fungsi-ojk/, pada tanggal 17
September 2021 pukul 13.42
REPORT
Pertanyaan 1 (Rezky)

Jika semisal ada bank yang diawasi oleh OJK, lalu bank tersebut menjadi pailit, apakah
OJK berwenang mengajukan kepailitan terhadap bank tersebut ?

Jawaban (Arthur Cladius)

Mengacu kepada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang


Otoritas Jasa Keuangan, hanya Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK) yang
mengalihkan seluruh fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan
keuangan di sektor Pasal Modal kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sedangkan
terhadap Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan masih menjalankan tugas dan
wewenang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu, maka prosedur permohonan pailit terhadap bank tetap diajukan
oleh BI.Namun,sejak berlakunya UU OJK, OJK berwenang mengaiukan kepailitan
terhadap bank.

Pertanyaan 2 (Tarina Mei)

Jika orang Bapepam ada yang melakukan pelanggaran, apa yang dilakukan Bapepam
untuk menindaklanjuti itu ?

Jawaban (M. Ihsan dan Gerry Estanza)

Ketika anggota BAPEPAM/ ojk melakukan pelanggaran maka mengacu pada undang
undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal pada pasal 5 ayat c mengandung
penjelasan bahwa Bapepam dapat memberhentikan untuk sementara waktu anggota
direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian apabila anggota direksi atau komisaris tersebut, antara
lain :

1) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia atau tidak cakap melakukan perbuatan


hukum;
2) Dinyatakan pailit;
3) Dihukum karena melakukan tindak pidana;
4) Melakukan perbuatan tercela di bidang Pasar Modal pada khususnya dan di bidang
keuangan pada umumnya;
5) Tidak memiliki akhlak dan moral yang baik; atau
6) Melakukan pelanggaran yang cukup material atas ketentuan peraturan perundang-
undangan Pasar Modal.
Adapun sanksi yang dapat di berikan yaitu sanksi administratif jika melakukan
pelanggaran administrasi, sanksi pidana jika melakukan tindak pidana dan sanksi perdata
jika melakukan pelanggaran perdata

Pertanyaan 3 (Fahruzi)
Apakah dengan adanya UU OJK, kewenangan Bapepam semuanya dialihkan ke OJK dan
terkait prosedur di pasar modal, apakah masih mengacu kepada UU Bapepam ?

Jawaban (Gerry Estanza dan Aldi Akbar)


UUOJK mengalihkan tugas, fungsi dan kewenangan pengaturan dan pengawasan
Bapepam- LK kepada OJK. Pasal 55 ayat 1 dan ayat 2 UUOJK menegaskan batas waktu
peralihan fungsi, tugas dan wewenang Bapepam-LK dan perbankan serta sektor jasa
keuangan lainnya ke dalam OJK, sebagai berikut: 1 Sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan ke OJK.
Sejak tanggal 1 Januari 2013 pengaturan dan pengawasan pasar modal sudah efektif
menjadi tugas dan tanggung jawab OJK. Ketentuan ini menghendaki fungsi, tugas dan
kewenangan pengaturan dan pengawasan Bapepam-LK terhadap pasar modal telah beralih
kepada OJK sejak tanggal 31 Desember 2012, sehingga sejak 1 Januari 2013 OJK
diharapkan telah efektif melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangan pengaturan dan
pengawasan di Pasar Modal.

Anda mungkin juga menyukai