Anda di halaman 1dari 10

Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec.

Drug Allergy

A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy


Shinta Tri Lusiani
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Introduction. Erythroderma is a skin inflammation that affects 90% or more on the surface of the skin, usually
accompanied by scaly. Case.47-year-old female patient came to the Abdoel Moelok hospital with complaints red
patches itchy and flaking skin all over the body since 3 months ago. Found scaly patches of erythema with multiple
coarse and demarcated, white and erosion throughout the body. General management of these patients is a diet
high in protein, monitoring vital signs and prevent hypothermia, should not scratch the itchy area, keep the skin
moist. Specifically management of these patients given methylprednisolone injection 62,5mg / 12 hours, 3x cetirizine
10 mg tabs, ciproflocaxin 3 x 500 mg tabs, 2x150 mg ranitidine tab. Conclusion.Drugs suspected as the cause of
allergies in this case is antibiotics and analgesics that consumed postoperatively. Management erythroderma ec
drug allergies can be done by providing a high-protein diet, monitor vital signs and prevent hypothermia, keeping
the skin moist, and consulting with a specialist of dermato and vererology.
Keyword : Allergy, Drug, Eritroderma

Abstrak

Pendahuluan. Eritroderma merupakan peradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang
biasanya disertai skuama. Kasus. Pasien wanita berusia 47 tahun datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek dengan
keluhan muncul bercak merah yang disertai rasa gatal dan kulit mengelupas di seluruh tubuh sejak 3 bulan yang
lalu. Ditemukan patch eritema disertai skuama multiple kasar dan berbatas tegas, berwarna putih dan erosi di
seluruh tubuh. Tatalaksana umum pada pasien ini adalah diet tinggi protein, antau tanda vital dan cegah hipotermi,
tidak boleh menggaruk daerah yang gatal, menjaga kelembaban kulit. Tatalaksana khusus pada pasien ini diberikan
injeksi Metilprednisolon 62,5mg/12 jam, cetirizin 3x 10 mg tab, ciproflocaxin 3 x 500 mg tab, ranitidin 2x150 mg tab.
Simpulan. Obat yang dicurigai sebagai penyebab alergi pada kasus ini adalah antibiotik dan analgetik yang
dikonsumsinya post operasi. Penanganan eritroderma ec alergi obat dapat dilakukan dengan memberikan diet
tinggi protein, memantau tanda vital dan mencegah hipotermi, menjaga kelembapan kulit, dan dapat
mengonsultasikan penanganan medikamentosa pada dokter spesialis kulit dan kelamin.

Kata Kunci : Alergi, Eritroderma, Obat

Pendahuluan pada kulit atau daerah mukokutan yang


Kulit merupakan salah satu organ terjadi sebagai akibat pemberian
1,2
tubuh yang sangat mudah memberikan dengan cara sistemik.
suatu manifestasi klinis apabila timbul Pemberian dengan cara sistemik di
gangguan pada tubuh. Salah satu sini berarti obat tersebut masuk melalui
gangguan tersebut dapat disebabkan mulut, hidung, rektum, vagina, dan
oleh reaksi alergi terhadap suatu obat. dengan suntikan atau infus. Sedangkan
Erupsi obat alergi atau allergic drug reaksi alergi yang disebabkan oleh
eruption itu sendiri ialah reaksi alergi

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 118


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

penggunaan obat dengan cara topikal, dermatos (skin = kulit), merupakan


yaitu obat yang digunakan pada peradangan kulit yang mengenai 90%
permukaan tubuh mempunyai istilah atau lebih pada permukaan kulit yang
sendiri yang disebut dermatitis kontak biasanya disertai skuama. Eritroderma
2,3
alergi. dapat timbul sebagai perluasan dari
Menurut WHO, sekitar 2% dari penyakit kulit yang telah ada
seluruh jenis erupsi obat yang timbul sebelumnya (psoriasis, dermatitis
tergolong ‘serius’ karena reaksi alergi atopik dan dermatosis spongiotik
obat yang timbul tersebut memerlukan lainnya), reaksi hipersensitivitas obat
perawatan di rumah sakit bahkan (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika,
mengakibatkan kematian. Steven- calcium channel blocker, dan bahan
Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic topikal), penyakit sistemik termasuk
Epidermal Necrolitic (TEN) adalah keganasan, serta idiopatik (20%).8,9,10
beberapa bentuk reaksi serius tersebut. Insiden eritroderma di Amerika
4,5 Serikat bervariasi, antara 0,9 sampai
71,0 per 100.000 penderita rawat jalan
Menurut hasil penelitian Chatterjee
dermatologi.8 Hasan dan Jansen (1983)
et al. (2006), insidens erupsi obat alergi
memperkirakan insiden eritroderma
mencapai 2,66% dari total 27.726
sebesar 1–2 per 100.000 penderita.
pasien dermatologi selama setahun.
Sehgal dan Srivasta (1986) pada sebuah
Erupsi obat alergi terjadi pada 2-3%
penelitian prospektif di India
pasien yang dirawat di rumah sakit,
melaporkan 35 per 100.000 penderita
tetapi hanya 2% yang berakibat fatal.
eritroderma dirawat jalan
Insidens erupsi obat alergi pada negara 11
dermatologi.
berkembang berkisar antara 1% – 3%.
Pada beberapa laporan kasus,
Di India, kasus erupsi obat alergi
didapatkan insiden pada laki-laki lebih
mencapai 2-5%. Erupsi obat alergi
besar daripada perempuan, dengan
terjadi 2-3% dari seluruh reaksi silang
proporsi 2:1 sampai 4:1, dan usia rata-
obat. Hampir 45% dari seluruh pasien
rata 41–61 tahun.11,12,13
dengan erupsi di kulit merupakan kasus
Karena tingginya angka kejadian
erupsi obat alergi. Lebih dari 50% kasus
eritroderma, penulis merasa perlu
Sindrom Steven Johnsons dan hampir
melaporkan kasus yang penulis
90% penderita toxic epidermal
temukan di RSUAM.
necrolysis terkait dengan penggunaan
obat.6
Angka kematian tergantung pada
penyebab eritroderma. Sigurdson
(2004) melaporkan dari 102 penderita
eritroderma terdapat 43% kematian,
18% disebabkan langsung oleh
eritroderma dan 74% tidak
berhubungan dengan eritroderma. 7
Salah satu jenis dari erupsi alergi
kulit adalah eritroderma. Eritoderma
berasal dari bahasa Yunani, yaitu
erythro- (red = merah) + derma,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 119


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

Kasus
Pasien wanita berusia 47 tahun
datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek
dengan keluhan muncul bercak merah
yang disertai rasa gatal dan kulit
mengelupas di seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Awalnya muncul
bercak-bercak kemerahan diseluruh
tubuh dari ujung kepala sampai ke
ujung kaki yang disertai rasa yang
sangat gatal. Setelah beberapa hari
kemudian sekitar 1-2 minggu, bercak
dan bintil kemerahan yang hampir
diseluruh tubuh tersebut menebal dan
lalu seperti kulit yang terkelupas.
Pasien menggaruk-garuk karena tidak
dapat menahan rasa gatal tersebut
sampai timbul luka lecet di daerah
tangan dan kaki pasien. Kemudian dari
luka tersebut mencul nanah dan
mengeluarkan bau tidak sedap.
Menurut pasien awal munculnya
keluhan-keluhan tersebut diawali
setelah pasien meminum obat yang
diberikan oleh dokter setelah pasien
meminum obat yang diberikan oleh
dokter setelah pasien menjalani operasi
kista di rumah sakit.
Menurut pasien setelah meminum
obat tersebut selama seminggu, namun
tidak ada perubahan. Pasien juga
sempat berobat ke salah satu klinik di
dekat rumahnya dan mendapat obat
minum, namun keluhan gatal tersebut
hanya berkurang sedikit dan keluhan di
kulitnya masih sama. Sehingga akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa Pada status dermatologis didapatkan
pasien ke RSAM. lokasi lesi yang menyeluruh/
Pada pemeriksaan fisik didapatkan generalisata, dan pada inspeksi
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 64 ditemukan patch eritema disertai
x/menit, repiratory rate 20 x/menit, skuama multiple kasar dan berbatas
suhu 36,9 o C. tegas, berwarna putih dan erosi.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 120


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

Hasil laboratorium menunjukkan masih akut tidak terdapat skuama,


kadar hemoglobin adalah 12,5gr/dL, pada stadium penyembuhan baru
hematokrit 37 % , LED 26 mm/jam , terdapat skuama.14
leukosit 20.600/ul , eritrosit 3,97 juta, Eritroderma dapat disebabkan oleh
trombosit 321.000 , SGOT 22, SGPT 19. akibat alergi obat secara sistemik,
Pasien ini ditatalaksana dengan perluasan penyakit kulit, penyakit
tatalaksana umum dan tatalaksana sistemik termasuk keganasan.8
khusus. Pada tatalaksana umum, Pada banyak kasus, eritroderma
diberikan diet tinggi protein, umumnya disebabkan kelainan kulit
pemantauan tanda vital dan yang ada sebelumnya (misalnya
pencegahan hipotermi, pemberian psoriasis atau dermatitis atopik),
anjuran untuk tidak menggaruk daerah cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau
yang gatal dan menjaga kelembaban reaksi obat. Identifikasi penyakit yang
kulit. Pada tatalaksana khusus setelah menyertai menggambarkan satu dari
dikonsultasikan dengan dokter spesialis sekian banyak kelainan kulit.15 Penyakit
kulit dan kelamin, pasien diberikan obat kulit yang dapat menimbulkan
Inj. Metilprednisolon 62,5mg/12 jam, eritroderma diantaranya adalah
Cetirizin 3x 10 mg tab, Ciproflocaxin 3 x psoriasis 23%, dermatitis spongiotik
500 mg tab, Ranitidin 2x150 mg tab. 20%, alergi obat 15%, CTCL atau
sindrom sezary 5%.16
Pembahasan Nama lain penyakit ini adalah
Berdasarkan anamnesis, pasien dermatitis eksfoliativa generalisata,
mengeluh demam lalu timbul bercak- meskipun sebenarnya mempunyai
bercak kemerahan yang disertai gatal pengertian yang agak berbeda.
yang berawal pada lengan kemudian Dermatitis eksfoliativa dianggap
menyebar keseluruh tubuh. Bercak- sinonim dengan eritroderma.13,17.
bercak kemerahan pada kulit tersebut Nama lain untuk penyakit ini adalah
merupakan pelebaran pembuluh darah dermatitis eksfoliatif, pityriasis rubra
yang disebut eritema. Tanda ini khas (Hebra) dan eritroderma (Wilson-
pada pasien dengan eritroderma Brocq), dan eritema scarlanitiform. 8,18
karena tempat predileksinya hampir Kata ‘eksfoliasi’ berdasarkan
mengenai seluruh tubuh. pengelupasan skuama yang terjadi,
Dari anamnesis juga didapatkan walaupun kadang-kadang tidak begitu
bahwa keluhan pasien timbul setelah terlihat, dan kata ‘dermatitis’
pasien mengkonsumsi obat selama 1 digunakan berdasarkan terdapatnya
minggu setelah pasien menjalani reaksi eksematus.19
operasi kista. Pasien juga mengeluh Secara morfologis gambaran
wajah yg dirasakan membengkak. eritroderma menyerupai beberapa
Waktu mulai masuknya obat hingga kelainan kulit dan penyakit sistemik,
timbul penyakit bervariasi dapat segera begitu pula akibat alergi obat-obatan
sampai 2 minggu. Bila ada obat lebih tertentu, berikut klasifikasi eritroderma
dari satu yang masuk ke dalam badan : 1. Eritroderma yang disebabkan oleh
yang disangka sebagai penyebabnya alergi obat secara sistemik. Keadaan ini
ialah obat yang paling sering banyak ditemukan pada dewasa muda.
menyebabkan alergi. Gambaran Obat yang dapat menyebabkan
klinisnya adalah eritema universal. Bila eritroderma adalah arsenik organik,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 121


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

emas, merkuri (jarang), penisilin, lainnya, epidermis melakukan


barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi regenerasi secara rutin yang terjadi
karena kebiasaan masyarakat orang pada membrana basalis, dan sel-sel ini
sering melakukan pengobatan sendiri berubah menjadi struktur keratin yang
dan pengobatan secara tradisional.17 utuh melalui proses selama 10-12 hari.
2. Eritroderma yang disebabkan oleh Pada umumnya, sel-sel ini
perluasan penyakit kulit. Eritroderma et membutuhkan tambahan sekitar 12-14
causa psoriasis, merupakan hari lagi di stratum korneum sebelum
eritroderma yang paling banyak sel ini dilepaskan.8
ditemukan dan dapat disebabkan oleh Berdasarkan penelitian, jumlah
penyakit psoriasis maupun akibat skuama yang hilang pada manusia
pengobatan psoriasis yang terlalu normal antara 500-1000 mg/hari.
kuat.14 Pengelupasan keratin paling banyak
Dermatitis seboroik pada bayi juga terjadi pada telapak tangan, kulit
dapat menyebabkan eritroderma yang kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5
juga dikenal sebagai penyakit Leiner. gr/m2 per 24 jam) dan paling sedikit
Etiologinya belum diketahui pasti. Usia pada dada, lengan bawah dan tungkai
penderita berkisar 4-20 minggu. bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam). Karena
Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung tubuh mengkatabolisme 50-60 gr
selama beberapa minggu dapat pula protein per hari, pengelupasan kulit
menjadi eritroderma. Selain itu yang yang fisiologis ini berperan penting
dapat menyebabkan eritroderma dalam metabolisme protein secara
adalah pemfigus foliaseus, dermatitis keseluruhan.8
atopik dan liken planus.17,20 Patogenesis eritroderma masih
3. Eritroderma akibat penyakit menjadi perdebatan.Penelitian terbaru
sistemik. Berbagai penyakit atau mengatakan bahwa hal ini merupakan
kelainan alat dalam termasuk infeksi proses sekunder dari interaksi
fokal dapat memberi kelainan kulit kompleks antara molekul sitokin dan
berupa eritroderma. Jadi setiap kasus molekul adhesi seluler yaitu Interleukin
eritroderma yang tidak termasuk akibat (IL-1, IL-2, IL-8), molekul adhesi
alergi obat dan akibat perluasan interselular 1 (ICAM-1), tumor nekrosis
penyakit kulit harus dicari faktor, dan interferon-γ.19
penyebabnya, yang berarti perlu Pada eritroderma terjadi
pemeriksaan menyeluruh (termasuk peningkatan laju pengelupasan
pemeriksaan laboratorium dan sinar X epidermis. Meskipun beberapa peneliti
toraks), untuk melihat adanya infeksi memperkirakan sekitar 100 gr
penyakit pada alat dalam dan infeksi epidermis hilang setiap harinya, tetapi
fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis pada beberapa literatur menyatakan
namun tidak ditemukan penyebabnya, bahwa hanya 20-30 gr yang hilang.
jadi terdapat infeksi bakterial yang Pada skuama penderita eritroderma
tersembunyi (occult infection) yang ditemukan peningkatan jumlah asam
perlu diobati.14 nukleat dan hasil metabolismenya,
Dalam mempelajari patogenis dari penurunan jumlah asam amino, dan
eritroderma membutuhkan peningkatan jumlah protein bebas.8
pengetahuan biologi normal dari Reaksi tubuh terhadap suatu agen
epidermis. Seperti pada jaringan dalam tubuh (baik itu obat-obatan,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 122


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

perluasan penyakit kulit dan penyakit Pada eritroderma ec alergi obat


sistemik) adalah berupa pelebaran berbeda dengan eritroderma pada
pembuluh darah kapiler (eritema) yang umumnya yang biasanya disertai
generalisata. Eritema berarti terjadi dengan eritem dan skuama. Pada
pelebaran pembuluh darah yang eritroderma ec alergi obat terlihat
menyebabkan aliran darah ke kulit adanya eritem tanpa adanya skuama.
meningkat sehingga kehilangan panas Skuama justru baru akan timbul pada
bertambah. Akibatnya pasien merasa stadium penyembuhan. 14
dingin dan menggigil. Pada eritroderma Gambaran klinis eritroderma
kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga beraneka ragam dan bervariasi tiap
dapat terjadi hipotermia akibat individu. Kelainan yang paling pertama
peningkatan perfusi kulit. Penguapan muncul adalah eritema, yang
cairan yang makin meningkat dapat disebabkan oleh pelebaran pembuluh
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu darah, yang umumnya terjadi pada area
badan meningkat, kehilangan panas genetalia, ekstremitas, atau kepala.
juga meningkat. Pengaturan suhu Eritema ini akan meluas sehingga
terganggu. Kehilangan panas dalam beberapa hari atau minggu
menyebabkan hipermetabolisme seluruh permukaan kulit akan terkena,
kompensatoar dan peningkatan laju yang akan menunjukan gambaran yang
metabolisme basal. Kehilangan cairan disebut “red man syndrome”.8
oleh transpirasi meningkat sebanding Berdasarkan anamnesa dan
laju metabolisme basal.8,14 pemeriksaan fisik yang telah
Kehilangan skuama dapat mencapai didapatkan, diagnosa merujuk kepada
9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih eritroderma, yaitu dimulai dengan
sehari sehingga menyebabkan bercak eritem yang cepat sekali meluas,
kehilangan protein. Hipoproteinemia disertai dengan demam, menggigil
dengan berkurangnya albumin dan serta melaise yang tidak terlalu berat.
peningkatan relatif globulin terutama Deskuamasi dimulai di daerah-daerah
gammaglobulin merupakan kelainan lipatan kulit, dan seluruh kulit tampak
yang khas. Edema sering terjadi, kemerahan, mengelupas serta teraba
kemungkinan disebabkan oleh panas dan menebal pada palpasi.
pergesaran cairan ke ruang Pada anamnesis terhadap kasus,
14
ekstravaskuler. pasien ini mengalami eritroderma e.c.
Eritroderma akut dan kronis dapat alergi obat. Obat-obat yang sering
menganggu mitosis rambut dan kuku menyebabkan alergi ialah Sulfonamid,
berupa kerontokan rambut dan kuku golongan antimalaria, penisilin,
berupa kerontokan rambut difus dan sefalosporin, arsen, merkuri, barbiturat,
kehilangan kuku. Pada eritroderma aspirin, kodein, deifenilhidantoin,
yang telah berlangsung berbulan – yodium, isoniazid, kuinidin, kaptopril.
bulan dapat terjadi perburukan
keadaan umum yang progresif. 17
Pada pemeriksaan dermatologis
pasien ini, lokasi lesi generalisata
tampak patch eritema disertai skuama
multiple kasar dan berlapis, berbatas
tegas, berwarna putih, krusta dan erosi.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 123


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan skuama.14,17 Pada eritroderma akibat


Timbulnya Eritroderma alergi obat, dapat disertai edema pada
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan wajah dan leher.14,21
Dermatitis atopik Mikosis fungoides Sulfonamid Tidak adanya riwayat psoriasis,
Dermatitis Penyakit Hodgkin Antimalaria
kontak Limfoma Penisilin limfoma/leukemia, pemfigus, pityriasis
Dermatofitosis Leukemia akut dan Sefalosporin rubra pilaris, lichen planus,
Penyakit Leiner kronis Arsen
Liken planus Multipel mieloma Merkuri dermatofitosis, skabies pada pasien
Mikosis Karsinoma paru Barbiturat sebelum onset eritroderma telah
fungoides Karsinoma rektum Aspirin
Pemfigus Karsinoma tuba Kodein menyingkirkan diagnosa banding kausa
foliaceus falopii Difenilhidantoin eritroderma ec psoriasis,
Pitiriasis rubra Dermatitis Yodium
Psoriasis papuloskuamosa Isoniazid limfoma/leukemia, pemfigus, pityriasis
Sindrom Reiter pada AIDS Kuinidin rubra pilaris, lichen planus,
Dermatitis Kaptopril
seboroik dermatofitosis, scabies. Sedangkan
Dermatitis statis eritroderma ec alergi obat dapat
Sumber : Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s terpikirkan karena onset eritroderma
dermatology in general medicine. berupa munculnya eritema di seluruh
tubuh dan menggigil telah terjadi
Dalam kasus ini, pasien memiliki setelah pasien mendapatkan
riwayat konsumsi oral beberapa jenis pengobatan. Pada pasien ini dilakukan
obat seperti antibiotik dan analgetik pemeriksaan laboratorium dan
yang diminumnya untuk rawat jalan didapatkan hasil : Hemoglobin 12,5
setelah post operatif ginekologi di gr/dL, Hematokrit 37 % , LED 26
rumah sakit. Keluhan lesi disertai gatal mm/jam, leukosit 20.600/ul, eritrosit
dan demam mulai dirasakan setelah 3,97 juta, trombosit 321.000 ,SGOT
mengkonsumsi obat tersebut selama 2 22, SGPT 19.
hari. Dari pemeriksaan laboratorium ini
Dasar diagnosis erupsi alergi obat belum dapat ditentukan dengan jelas
ialah didapatkan riwayat penggunaan penyebab yang mungkin menjadi
obat-obat disertai kelainan kulit yang etiologi penyakit ini sehingga disarakan
timbul baik secara akut maupun yang untuk melakukan pemeriksaan
timbul beberapa hari sesudah penunjang lain yaitu pemeriksaan
penggunaan obat. Rasa gatal dapat GDN, GDPP, fungsi ginjal, kadar
terjadi disertai demam yang biasanya elektrolit, albumin, radiologi : rontgen
subfebril. thoraks, histopatologi. Diagnosis agak
Pengendalian regulasi suhu tubuh sulit ditegakkan, harus melihat dari
menjadi hilang, sehingga sebagai tanda dan gejala yang sudah ada
kompensasi terhadap kehilangan panas sebelumnya misalnya, warna hitam-
tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil kemerahan di psoriasis dan kuning-
untuk dapat menimbulkan panas kemerahan di pilaris rubra pityriasis;
metabolik. Eritroderma akibat alergi obat perubahan kuku khas psoriasis;
secara sistemik diperlukan anamnesis likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di
yang teliti untuk mencari obat dermatitis atopik dan eksema
penyebabnya. Umumnya alergi timbul
menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa
akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya
skuama, dan pityriasis rubra; ditandai
kulit hanya eritem saja, setelah
bercak kulit dalam eritroderma. Dengan
penyembuhan barulah timbul

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 124


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

beberapa biopsi biasanya dapat dan kelainan berupa sindrom Lyell dan
menegakkan diagnosis.8,17,22 sindrom Steven Johnson, prognosis
Pasien ini mendapatkan tatalaksana sangat tergantung pada luas kulit yang
berupa tatalaksana umum : diet tinggi terkena. Prognosis buruk bila kelainan
protein, pantau tanda vital dan cegah meliputi 50-70% permukaan kulit. 2,4,24
hipotermi, tidak boleh menggaruk Secara umum, prognosis baik pada
daerah yang gatal, menjaga pasien yang disebabkan oleh reaksi
kelembaban kulit. Tatalaksana khusus obat, setelah obat penyebab dihindari
pada pasien ini yaitu : inj. dan penderita diberikan edukasi.
Metilprednisolon 62,5mg/12 jam, Penderita dengan eritroderma idiopatik
cetirizin 3x 10 mg tab, ciproflocaxin 3 x prognosisnya buruk, sering kambuh
500 mg tab, ranitidin 2x150 mg tab. atau kronis dengan gejala komplikasi
Terapi yang optimal untuk pemakaian steroid jangka panjang.
eritroderma tergantung pada Pada penderita dengan keganasan
penegakan penyebab penyakit. Pada 17 tergantung pada proses yang terjadi
eritroderma karena alergi obat, dan komplikasinya.13,25,26
penghentian dari obat-obat yang
menyebabkan alergi atau berpotensi Simpulan
menyebabkan alergi memberikan hasil Obat yang dicurigai sebagai
yang baik. Pada eritroderma karena penyebab alergi pada kasus ini adalah
penyakit kulit, penyakit yang mendasari antibiotik dan analgetik yang
harus diatasi. Pemberian salep ter pada dikonsumsinya post operasi.
psoriasis sebaiknya secara hati-hati Penanganan eritroderma ec alergi obat
karena mampu mencetuskan dapat dilakukan dengan memberikan
eksaserbasi eritroderma. 14 diet tinggi protein, memantau tanda
Karena terdapat peningkatan vital dan mencegah hipotermi, menjaga
kehilangan cairan transepidermal, kelembapan kulit, dan dapat
dehidrasi sering ditemukan sebagai mengonsultasikan penanganan
komplikasi. Input dan output cairan medikamentosa pada dokter spesialis
harus dipantau secara hati-hati. kulit dan kelamin.
Pengobatan disesuaikan dengan
penyakit yang mendasarinya, namun Daftar Pustaka
tetap memperhatikan keadaan umum, 1. Revus J, Allanore AV. Drugs Reaction. In:
seperti keseimbangan cairan dan Bolognia Dermatology. Volume One. 2nd
edition. Elserve limited, Philadelphia.
elektrolit tubuh,memperbaiki United States of America. 2003. p: 333-352
hipoalbumin dan anemia, serta 2. Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu
pengendalian infeksi sekunder.23 Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition.
Pemberian kortikosteroid efektif Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
dalam mengatasi inflamasi pada kulit. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Pemberian antihistamin ditujukan Universitas Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-
untuk mengatasi pruritus.17 142
Pada dasarnya erupsi kulit karena 3. Andrew J.M, Sun. Cutaneous Drugs
obat akan menyembuh bila obat Eruption.In: Hong Kong Practitioner.
penyebabnya dapat diketahui dan Volume 15. Department of Dermatology
University of Wales College of Medicine.
segera disingkirkan. Akan tetapi pada Cardiff CF4 4XN. U.K.. 1993.
beberapa bentuk, misalnya eritroderma

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 125


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

15. Shimizu H. Shimizu’s textbook of


4. Lee A, Thomson J. Drug-induced skin. In: dermatology. 1st ed. Hokkaido: Nakayama
nd
Shoten Publishers; 2007.p; 122-25, 98-
Adverse Drug Reactions, 2 ed.
101.
Pharmaceutical Press. 2006. Available at:
16. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa.
http
://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdf Saripati penyakit kulit. 2nd ed. Jakarta:
EGC. 2005.p; 94-106,236-238.
5. Riedl MA, Casillas AM, Adverse Drug
17. Champion RH. Eczema, Lichenification,
Reactions; Types and Treatment Options.
In: American Family Physician. Volume 68, prurigo, and erythroderma. In: Champion
RH eds. Rook’s, textbook of dermatology,
Number 9. 2003.
5th ed. Washington; Blackwell Scientific
6. Adithan, C., 2006. Stevens-Johnson
Publications. 1992.p;17.48-17.52.
Syndrome. In: Drug Alert Departement of
Pharmacology Volume 2 Issue 1. India: 18. Arnold HR, Odam RB, James WD. Rosea,
pityriasis rubra pilaris, and Other
JIPMER, 1-4.
Papulosquamous. In: James WD, Berger
7. Sigurdsson V, Toonstra J, Hazemans-Boer M,
Van Vloten WA. Erythroderma. 2004. A TG, Elston DM, editors. Andrews' Diseases
clinical and follow-up Erythroderma. A of the Skin Clinical Dermatology. tenth ed.
Philadelphia:Elsevier; 2006. p. 215-6.
clinical and follow-up study of 102 patients
19. Burton JL, Holden CA. Eczema,
with special emphasis on survival. Journal of
the American Academy of Dermatology. Lichenification and Prurigo. In: Champion
RH, Burton JL, Burn DA, Breathnach,
35(1): 53–7
editors. Rook, Wilkinson, Ebling. Textbook
8. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ.
of Dermatology. 6th ed. Oxford: Blackwell,
Exfoliative Dermatitis In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller scientific publication; 1998. p. 673–7
20. Gupta S et al. Allergic contact dermatitis
AS, leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s
with exfoliation secondary to
Dermatology in General Medicine. 7th ed.
New York: McGraw-Hill Book Co; 2008. p. calamine/diphenhydramine lotion in a 9
225–32. year old girl. Journal of clinical and
diagnostic research [serial online] 1:147-
9. Gibson LE, Perry HO. Papulosquamous
150
Eruption and Exfoliative Dermatitis. In:
Moschella, Hurley, editors. Dermatology. 21. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis
from sodium sulphocyanate therapy. Can
3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co;
Med Assoc J. 1930 January; 22(1): 80–81.
1992. p. 607–46.
22. Imtikhananik. Dermatitis Exfoliativa. Cermin
10. Guliz Karakayll, Grant Beckham, MD, Ida
Orengo, MD, et al. Exfoliative Dermatitis. Dunia Kedokt 1992;74:16-18.
23. Guliz K, Grant B, Ida O. 2004. Exfoliative
Am Fam Phys 1999; 59: 1–12.
Dermatitis. American Family Physicians.
11. Hasan T, Jansen CT: Erythroderma: a follow-
up of fifty cases. J Am Acad Dermatol 1983; 59:1–12.Schön MP, Boehncke WH.
8: 836–840. Psoriasis. N Engl J Med 2005;352:1899-912.
24. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI,
12. Sehgal VN, Srivastava G. Exfoliative
Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In: Kapita
dermatitis: A prospective study of 80
patients. Dermatologica 1986; 173: 278– Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
284.
Media Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-
13.Umar HS, Kelly PA. Erythroderma
139
(Generalized Exfoliative Dermatitis).
Available from: URL: 25. Maryam Akhyani, Zahra S Ghodsi, Siavash T,
H. Dabbaghian. Research article:
http://emedicine.medscape.com/article/1
Erythroderma: A clinical study of 97 cases.
106906-overview diakses tanggal 25
September 2014 BMJ Dermatology 2005; 5:5. Available from:
URL: http://www.biomedcentral.com/1471-
14. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa.
5945/5/5 diakses tanggal 25 September
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th ed.
2014
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.p;197-200. 26.Mlika B, Mourad, Mokni. Reseasearch
article: Erythroderma in adult: a case report

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 126


Lusiani ST | A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy

of 80 cases. Int J of Derm 2005; 44(9): 731–


5.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 127

Anda mungkin juga menyukai