2014 Ban
2014 Ban
BAKTI ANJANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Manfaat
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Bagi Perikanan Berkelanjutan (Studi
Kasus Perairan Laut Berau, Kalimantan Timur) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bakti Anjani
C252110151
RINGKASAN
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
BAKTI ANJANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi : Dr Ir Fredinan Yulianda MSc
Judul Tesis : Kajian Manfaat Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Bagi Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus Perairan Laut
Berau, Kalimantan Timur)
Nama : Bakti Anjani
NIM : C252110151
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Mei 2013 ini
ialah manfaat konservasi, dengan judul Kajian Manfaat Program Konservasi
Perairan Bagi Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus Perairan Laut Berau,
Kalimantan Timur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Luky Adrianto, MSc dan
Bapak Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku komisi pembimbing, Bapak Dr Ir
Fredinan Yulianda, MSc selaku penguji luar komisi, serta Bapak Dr Ir Handoko
Adi Susanto, MSc yang telah banyak memberi saran.
Penulis menyadari, bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Bakti Anjani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................. 4
Halaman
1. Nilai Ekonomi Jasa dan Barang dari Sumberdaya Terumbu Karang ... 13
2. Matrik Prosedur Penelitian ................................................................... 20
3. Matrik dan Faktor Kebergantungan dalam Analisis Prospektif ............ 30
4. Keadaan yang Mungkin Terjadi di Masa Depan pada Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau ................................. 31
5. Luas Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Tahun 2013 ................ 32
6. Evaluasi Efektivitas Kawasan Konservasi Perairan Daerah Berau ...... 33
7. Koefisien Regresi Manfaat Sumber Daya Ikan Kerapu di
Kabupaten Berau ................................................................................. 42
8. Pendugaan Nilai Manfaat dan Surplus Konsumen Ekosistem Karang
terhadap Nelayan Kerapu ..................................................................... 43
9. Analisis Nilai Manfaat Ikan Kerapu .................................................... 43
10. Indikator dari Faktor Penting dalam Pengelolaan .............................. 45
11. Skenario Lima Faktor Terpilih dalam Kegiatan Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau ............................... 47
12. Prospektif Skenario Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ....... 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................... 5
2. Pendekatan Bioekonomi dengan
Ecosystem Approach to Fisheries ...................................................... 7
3. Siklus Evaluasi Efektifitas ................................................................... 10
4. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 21
5. Penurunan Luasan Tutupan Karang Kabupaten Berau ...................... 35
6. Persentase Tutupan Karang Hidup Tiap Lokasi ................................. 35
7. Tren Produksi Tahunan Ikan Kerapu................................................... 36
8. Tren Penurunan CPUE Tahun 2007 – 2011 ....................................... 37
9. Daerah Sebaran Tangkapan Nelayan Kerapu 2012 ............................ 37
10. Perubahan Daerah Penangkapan Nelayan ......................................... 38
11. Peta Pola Ruang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Berau ............................... 38
12. Hubungan Persentase Tutupan Karang Hidup dengan Kelimpahan
Ikan Karang ........................................................................................ 39
13. Tren Produksi Harian Ikan Kerapu .................................................... 40
14. Tren Penurunan CPUE Harian ........................................................... 40
15. Tren Penurunan RPUE Harian .......................................................... 41
16. Hubungan CPUE Harian dan RPUE Harian ..................................... 41
17. Dinamika Nilai CPUE dan RPUE Harian ......................................... 42
18. Kurva Permintaan Konsumen Terhadap Ikan Kerapu ....................... 43
19. Tumpang Tindih Kegiatan Perikanan dan Pengelolaan KKP ........... 44
20. Tingkat Kepentingan Berbagai Faktor dalam Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan Bagi Perikanan .................................. 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Tipe A (Nelayan) .............................................................. 59
2. Kesioner Tipe B (instansi pemerintahan dan non pemerintahan) ...... 63
3. Lokasi Penelitian dan Persentase Luas Tutupan Karang Hidup ........ 66
4. Penurunan Luas Tutupan Karang ........................................................ 68
5. Fluktuasi Upaya Tangkap (Total Trip Tahunan) ............................... 68
6. Produksi Ikan Kerapu Tahunan .......................................................... 68
7. Total Produksi Tahunan ..................................................................... 68
8. CPUE Relative ................................................................................... 68
9. Nilai FPI Jaring Insang ...................................................................... 69
10. Effort Standar ..................................................................................... 69
11. Effort Standar dan CPUE Standar ...................................................... 69
12. Korelasi Effort Standar dan CPUE Standar ....................................... 69
13. Tutupan Karang Hidup dan Total Kelimpahan Ikan .......................... 70
14. Korelasi Tutupan Karang Hidup dan Total Kelimpahan Ikan ........... 70
15. Tren Tangkapan Kerapu, CPUE, dan RPUE Harian .......................... 71
16. Korelasi Jumlah Bubu dan Hasil Tangkapan Kerapu per Bubu ........ 72
17. Korelasi Jumlah Bubu dan Nilai Kerapu per Bubu (RPUE) .............. 73
18. Data Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan ....................................... 74
19. Korelasi Hasil Tangkapan dengan Faktor Sosial-Ekonomi Nelayan... 82
20. Analisis Permintaan Konsumen Terhadap Sumber Daya Ikan .......... 83
21. Perspektif Masyarakat Mengenai KKP Berau ................................... 85
22. Pengaruh Langsung Antar Faktor Kunci ............................................ 86
23. Pengaruh Tidak Langsung Antar Faktor ............................................ 88
24. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 90
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Desember 1988 sebagai anak sulung dari
pasangan Undang Suntana dan Lilis. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, lulus pada
tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana IPB.
Penulis bekerja sebagai Guru di Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Bogor sejak
tahun 2012. Bidang penelitian yang menjadi tanggung jawab peneliti ialah manfaat
pengelolaan kawasan konservasi perairan bagi perikanan berkelanjutan.
Dalam melakukan penelitiannya, penulis didanai oleh dana hibah (Grand) dari Marine
Protected Area Governance yang bekerja sama dengan USAID pada tahun 2012. Sebagian
dari penelitian ini juga sedang diajukan untuk menjadi publikasi ilmiah (jurnal) skala
nasional.
1 PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Tulisan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak terkait dalam menentukan alternatif kebijakan
pengelolaan perikanan di Kawasan Konservasi Perairan Berau, Kalimantan
Timur, serta sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan kegiatan perikanan di
Kawasan tersebut. Selain itu, tulisan ini juga dapat dijadikan dasar untuk
mengambil keputusan terkait manfaat yang diberikan oleh sebuah Kawasan
Konservasi Perairan.
Tidak
Konsep KKP Revisi
Masalah
Pengelolaan KKP Implementasi
Pengelolaan Peningkatan
KKP
Salah satu alat pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang dinilai efektif
adalah dengan mengembangkan kawasan konservasi perairan yaitu
mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut sebagai tempat perlindungan
bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan
baik. Dengan mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, ekosistem terumbu karang yang sehat, dan
menyediakan tempat perlindungan bagi sumber daya ikan, maka pada akhirnya
akan mendukung kegiatan perikanan dan pariwisata berkelanjutan.
Claudet et al. (2006) mengGambarkan manfaat KKP dengan sangat jelas,
yaitu perbedaan kelimpahan ikan karang dan jenisnya pada suatu kawasan
sebelum ditetapkannya daerah tersebut sebagai KKP dan setelah ditetapkan
sebagai KKP. Pembentukan KKP memberikan dampak positif setelah tiga tahun
berjalan yaitu kelimpahan ikan meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelum
penetapan KKP, jenis (biodiversity) ikan-ikan karang meningkat dan ukuran ikan
juga menjadi beragam.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Syms dan Jones (2001) yang
menjelaskan bahwa terumbu karang sebagai habitat dari berbagai ikan karang
memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan karang. Jika terjadi gangguan
terhadap habitat (ekosistem terumbu karang) maka populasi ikan akan bergerak
untuk berpindah ke lokasi yang lebih nyaman. Selain manfaat terhadap
ekosistem, KKP juga bermanfaat terhadap kegiatan ekowisata. Kegiatan
ekowisata yang biasa dilakukan di kawasan terumbu karang yaitu menyelam. Gao
dan Hailu (2011) mengemukakan bahwa kondisi ekosistem karang yang baik akan
meningkatkan kekayaan ikan yang selanjutnya akan meningkatkan kegiatan
wisata sport fishing. Manfaat kawasan konservasi terhadap perikanan ini
selanjutnya akan memberikan dampak terhadap ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
10
- Zona lainnya adalah zona diluar zona inti, zona perikanan berkelanjutan dan
zona pemanfaatan yang diperuntukkan bagi zona rehabilitasi dalam rangka
mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati
kondisi ekosistem alamiahnya. Zona khusus untuk kepentingan aktivitas,
sarana penunjang kehidupan kelompok masyarakat atau masyarakat adat yang
tinggal di wilayah tersebut, dan kepentingan umum antara lain berupa sarana
telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan jaringan listrik. Kriteria penentuan
zona lainnya tergantung dari karakteristik kawasan seperti adanya perubahan
fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem
yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia, adanya invasif spesies
yang mengganggu jenis atau biota asli kawasan, dan adanya pemanfaatan lain
yang sesuai kebutuhan zona dengan tetap memperhatikan daya dukung dari
kawasan tersebut.
hewan karang pembangun terumbu. Karang batu ini termasuk kedalam kelas
Anthozoa, filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip.
Bell dan Galzin (1984) menjelaskan bahwa keadaan terumbu karang
(substrat) sebagai habitat yang dilihat dari luasan tutupan karangnya memiliki
pengaruh terhadap kekayaan spesies dan jumlah dari ikan yang terdapat
(berasosiasi) di dalamnya. Hal tersebut diperjelas dengan membandingkan
kekayaan jenis ikan dan kelimpahan ikan yang terdapat pada substrat yang tidak
terdapat tutupan karang. Dengan demikian, penting diperhatikan kondisi terumbu
karang sebagai habitat untuk mengendalikan kondisi ikan-ikan karang yang ada.
Menurut Nybakken (1997), pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa
faktor, antara lain adalah :
1. Kedalam
Kebanyakan terumbu karang dapat hidup antara kedalaman 0-25 m dari
permukaan laut. Tidak ada terumbu yang dapat hidup dan berkembang
pada perairan yang lebih dalam antara 50-70 m. Hal inilah yang
menerangkan mengapa struktur terumbu terbatas hingga pinggiran benua-
benua atau pulau-pulau.
2. Suhu
Terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran
suhu antara 23OC-25OC. Tidak ada terumbu karang yang dapat
berkembang pada suhu dibawah 18OC. Suhu ekstrim yang masih dapat
ditoleransi berkisar antara 36OC-40OC. Suhu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan terumbu karang dimana upwelling disebabkan oleh pengaruh
suhu. Upwelling sendiri menyediakan persediaan makanan yang bergizi
bagi pertumbuhan terumbu karang.
3. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena cahaya
sangat dibutuhkan bagi zooxanthellae untuk melakukan proses
fotosintesis. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosistesis akan berkurang
dan kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat (CaCO3)
serta membentuk terumbu akan semakin berkurang. Titik kompensasi
untuk karang yaitu kedalaman dimana intensitas berkurang hingga 15-20%
dari intensitas di permukaan.
4. Salinitas
Karang tidak dapat bertahan pada salinitas di luar 32-35‰. Namun pada
kasus khusus di Teluk Persia, terumbu karang dapat hidupp pada salinitas
42‰. Layaknya biota laut lainnya, terumbu karang pun mengalami
tekanan dalam penerimaan cairan yang masuk. Sehingga apabila salinitas
rendah dari kisaran diatas, terumbu karang akan kekurangan cairan
sehingga tidak banyak nutrien yang masuk dan sebaliknya jika salinitas
lebih tinggi akan menyebabkan cairang yang didalam tubuhnya akan
keluar,
5. Pengendapan
Faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap pertuambuhan terumbu
karang adalah pengendapan dimana pengendapan yang terjadi di dalam air
atau diatas karang mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Endapan
mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae
dalam jaringan karang.
14
Ikan kerapu hidup pada perairan tropis dan sub tropis, dan ada beberapa
ikan kerapu hidup di terumbu karang. Kerapu muda hidup di daerah padang
lamun, tetapi pada saat dewasa hidup di pantai berpasir atau di daerah pantai
berlumpur. Beberapa spesies kerapu hidup pada kedalaman 100-200 m
(adakalanya sampai kedalaman 500 m), tetapi pada umumnya kerapu hidup pada
kedalaman kurang dari 100 m (Philip & Randall 1993). Menurut Philip dan
Randall (1993), habitat ikan kerapu berada pada perairan dasar, terumbu karang
dan karang berbatu pada kedalaman kurang dari 60 m. Pada umumnya ikan
kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m,
selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40
m, dimana perpindahan ini biasanya terjadi pada siang dan sore hari. Telur dan
larva kerapu besifat pelagis, sedangkan muda hingga dewasa bersifat demersal
(Tampubolon & Mulyadi 1989).
15
Ikan kerapu tersebar luas di Pasifik Barat, mulai Jepang bagian selatan
sampai Palau, Guam, Kaledonia Baru, Kepulauan Australisa bagian selatan serta
Laut India bagian timur dari Nicobar sampai Broome. Di Indonesia, ikan kerapu
banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan
Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madur, Kalimantan dan Nusa
Tenggara (Heemstra & Randall 1993). Parameter lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada temperatur 24-31OC, salinitas 30-33 ppt,
kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH 77,8-8. Perairan dengan kondisi
seperti ini pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Lembaga
Penelitian Undana 2006).
Kebanyakan jenis komersial penting, termasuk jenis ikan kerapu dan
napoleon melakukan aktivitas reproduksi dalam suatu pemijahan massal
(spawning aggregation) melibatkan puluhan hingga puluhan ribu individu
(Sadovy 1996). Pemijahan massal adalah kelompok spesies ikan yang sama
berkumpul untuk tujuan pemijahan, dimana densitas dan jumlah ikan secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas dan jumlah ikan dilokasi
agregasi tersebut pada saat tidak dalam masa reproduksi (Domeier & Colin 1997).
Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar pada lokasi, musim
dan fase bulan yang spesifik untuk memijah (Sadovy 1996). Pada umumnya
lokasi dan waktu agregasi selalu tetap pada jangka waktu yang lama sehingga
kumpulan ikan ini menjadi target mudah bagi aktivitas penangkapan musiman
(Sadovy 1997).
Jenis ikan kerapu umumnya merupakan hermaprodit protogyni (Shapiro
1987 in Levin & Grimes 1991). Juvenil kerapu biasanya memiliki jenis kelamin
betina dan individu jantan terbentuk pada saat betina dewasa berubah kelamin
(Levin & Grimes 1991). Selanjutnya Levin & Grimes (1991) menjelaskan bahwa
ekploitasi terhadap lokasi pemijahan massal akan berimplikasi secara nyata
terhadap ekologi reproduksi ikan kerapu. Jika individu yang lebih tua dan
berukuran besar lebiih rentan terhadap penangkapan, maka proporsi jantan dalam
populasi akan menurun. Hilangnya individu dewasa menyisakan individu muda
yang belum memiliki pengalaman untuk melakukan pemijahan di lokasi
pemijahan massal tradisional seperti yang dilakukan pendahulunya, sehingga
lokasi pemijahan massal tersebut dapat menghilang pada akhirnya. Kalaupun
lokasi pemijahan tersebut masih berfungsi, penurunan jumlah individu jantan
menyebabkan keterbatasan sperma yang dapat mengganggu keberhasilan
pemijahan (Shapiro et al. 1994 in Levin & Grimes 1991).
Terumbu karang sebagai habitat dari berbagai ikan karang. Menurut Choat
dan Bellwood (1991) terdapat beberapa jenis interaksi antara ikan karang dengan
terumbu karang yang terbagi kedalam tiga bentuk, yaitu :
1. Interaksi langsung sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan
muda ;
2. Interaksi dalam mencari makan bagi ikan yang mengonsumsi biota pengisi
habitat dasar, meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup
pada karang dan alga ;
16
Menurut Lain (2011) ikan-ikan yang berasosiasi dengan karang yang ada di
Kawasan Konservasi Laut Daerah Liwutongkidi diantaranya : famili Serranidae
(ikan kerapu), Scaridae (ikan kaka tua), Lutjanidae (ikan kakap), Acanthuridae
(ikan pakol) yang biasanya dijadikan ikan target penangkapan. Selain itu, terdapat
pula ikan indikator dari famili Chaetodontidae (kepe-kepe), dan jenis ikan lain
dominan (mayor family) seperti Pomacentridae (ikan betok), Caesionidae,
Labridae, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan Lain (2011) juga dapat
diketahui bahwa keadaan karang terbaik terdapat di daerah pengamatan
Liwutongkidi dengan jumlah individu ikan indikator Chaetodontidae terbanyak.
Keterkaitan ikan pada terumbu karang disebabkan karena bentuk dan
pertumbuhan karang menyediakan tempat yang baik bagi perlindungan. Karang
merupakan tempat kamuflase yang baik serta sumber pakan dengan adanya
keragaman jenis hewan atau tumbuhan yang ada. Beberapa jenis ikan yang hidup
ditepi karang, menjadikan karang sebagai tempat berlindung dan daerah luar
karang sebagai tempat mencari makan. Selain itu terumbu karang berfungsi
sebagai tempat memijah dan daerah pengasuhan bagi biota laut.
Menurut Kuiter (1992) ikan kerapu tergolong ikan karnivora, hidup soliter
dan banyak terdapat di daerah terumbu karang serta muara sungai. Kerapu
termasuk kedalam predator yang dominan pada habitat karang dengan makanan
utamanya adalah ikan, krustachea dan chepalopoda (Heemstra dan Randall 1993).
Menurut Utojo et al (1999), ikan kerapu hidup secara soliter pada daerah terumbu
karanng yang berasosiasi dengan jenis Porites sp., Acropora sp., Foliosa, Songe,
Pinctada dan Tridacna. Umumnya ikan kerapu hidup di daerah terumbu karang
pada kedalaman 5-20 m disemua tipe terumbu karang dengan kategori kondisi
yang baik. ikan kerapu dalam kehidupannya biasanya menetap atau tidak
berpindah-pindah (sedentary), kebanyakan ikan kerapu macan memanfaatkan
liang atau lobang yang ada di daerah terumbu karang sebagai tempat berlindung
(Yeeting et al 2001).
17
Tabel 1. Nilai Ekonomi Jasa dan Barang dari Sumber Daya Terumbu Karang
Manfaat Ekonomi Lokasi Studi dan Pustaka Nilai Ekonomi
Manfaat Langsung :
- Perikanan Philippines (McAllister, 1988) US$ 80 juta/thn
Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 0,70/ha/thn (ikan dan krustase)
Indonesia Coral Reefs (Cesar, 1996) US$ 40.000 (peracunan ikan)
US$ 86.000 (pemboman ikan)
US$ 81.000 (sedimentasi)
US$ 109.000 (tangkap lebih)
Montego Bay Coral Reefs (Gustavson, 1998) US$ 1,31 juta (1996)
Great Barrier Reefs (Driml, 1999) US$ 143 juta (1996)
- Turisme/ Virgin Islands National Park, St. Johns US$ 8.295/ha (2.820 ha)
Rekreasi (Posner et.al., 1981)
Bacuit Bay, Philippines US$ 6.280 logging
(Hodgson dan Dixon, 1988) US$ 13.334 larangan logging
Galapagos National Park, Ecuador (Edwards, 1991) US$ 312/hari/orang
John Pennekamp/Key Largo (Leeworthy, 1991) US$ 285 - 426/hari/orang
Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 45/ha/thn
US$ 1300/ha/thn
Bonaire Marine Park (Pendleton, 1995) US$ 7,9 - 8,8 juta (1991)
NPV US$ 74,21 juta (r = 10%; 20
thn)
Indonesia Coral Reefs (Cesar, 1996) US$ 3.000 - 436.000 (peracunan ikan)
US$ 3.000 - 482.000 (pemboman ikan
dan penambangan karang
US$ 192.000 (sedimentasi)
Montego Bay Coral Reefs (Gustavson, 1998) US$ 315 juta (1996)
Great Barrier Reefs (Driml, 1999) AU$ 769 juta (1996)
Andaman Sea, Thailand (Seenprachawonng, 2003) US$ 205,42 juta (US$ 5.243/ha/thn)
Bolinao Coral Reefs, Philippines US$ 223/person
(Ahmed et.al., 2003) (US$ 1,3 juta) (2000)
Coral-surrounded Hon Mun Islands, Vietnam US$ 17,9 juta/thn
(Pham dan Tran, 2003)
Pulau Payar Marine Park, Kedah, US$ 390.000
Malaysia (Yeo, 2003)
- Perdagangan Phillipines (McAllister, 1988) US$ 10 juta/thn
akuarium
- Penjualan produk Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 0,40/ha/thn
Ornamen
- Material Bangunan Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 5,20/ha/thn
- Pendidikan Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 2,73/ha/thn
dan riset Panama Coral Reefs (Spurgeon, 1992) US$ 2,5 juta (1991)
Manfaat
Tidak Langsung :
- Perlindungan Philippines Coral Reefs (McAllister, 1991) US$ 22 milyar (22.000 km2)
US$ 9.000 - 193.000 (pemboman
Pantai Indonesia Coral Reefs (Cesar, 1996) ikan) ; US$ 12.000 - 260.000
(penambangan karang)
- Merawat
biodiversitas Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 4,9/ha/thn
- Perlindungan alami Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 0,55/ha/thn
Nilai Bukan Manfaat :
- Budaya/artistik Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 0,20/ha/thn
- Spritual Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 0,52/ha/thn
- Nilai pilihan Galapagos National Park (de Groot, 1992) US$ 120/ha/thn
3 METODE PENELITIAN
Lampiran 2). Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari : hasil
tangkapan kerapu harian, jumlah bubu harian yang digunakan untuk menangkap
kerapu, perspektif masyarakat mengenai program konservasi, data sosial ekonomi
nelayan setempat, serta profil umum mengenai kawasan konservasi perairan
Berau. Selain itu jenis data primer yang diambil adalah data sosial ekonomi
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengalaman sebagai nelayan,
dan informasi penting lainnya sesuai tujuan penelitian.
Beberapa pihak yang menjadi narasumber dari penelitian ini diantaranya
nelayan, instansi pemerintahan, dan sektor swasta, baik pengusaha ataupun
lembaga pengelola kawasan konservasi perairan Berau. Wawancara dan
pengisian kuesioner dilakukan untuk memperoleh informasi jumlah tangkapan
perhari, wilayah penangkapan ikan, dan jenis alat tangkap yang digunakan serta
data primer lainnya yang dapat digunakan sebagai informasi pendukung bagi
penelitian ini. Kegiatan wawancara atau pengisian kuesioner dilakukan pada
nelayan penangkap ikan karang yang ada pada saat pengamatan, sedangkan bagi
instansi pemerintahan dan lembaga terkait lainnya dilakukan sesuai dengan
kesempatan pada saat pengambilan data.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka, buku-
buku dan laporan ilmiah hasil penelitian sebelumnya ataupun data penelitian yang
diperoleh dari instansi (lembaga) lain, serta buku yang terkait dengan penelitian
ini. Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi empat yaitu data yang
terkait ekologi terumbu karang, data terkait produksi dan nilai ekonomi dari
karang dan perikanan karang, profil umum mengenai kawasan, serta data sosial
ekonomi masyarakat berdasarkan kependudukan. Data ekologi karang meliputi
sebaran/distribusi terumbu karang, jenis karang, dan kondisi tutupan karang
sebelum dan sesudah terbentuk menjadi KKP. Sedangkan untuk data perikanan
karang meliputi produksi ikan karang, dan nilai (harga) ikan tangkapan dalam
tahunan dan harian, serta upaya atau alat yang digunakan untuk kegiatan
penangkapan ikan. Selain itu, informasi mengenai kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat sekitar selama kurun waktu tertentu juga diperlukan untuk melihat
komposisi dan perubahan dari kesejahteraan masyarakat tersebut. Informasi-
informasi tersebut diperoleh dari instansi terkait baik dari pemerintahan ataupun
sektor swasta.
Alat yang digunakan adalah kamera digital untuk dokumentasi jenis ikan
yang terdapat dan tertangkap di KKP Berau, dan alat tulis (buku, pensil atau
bolpoin) untuk pencatatan data serta pengisian kuesioner, serta perangkat lunak
komputer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah responden di KKP Berau,
peta lokasi kawasan, formulir kuesioner, data sheet dan bahan pustaka yang
23
berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya jenis ikan dalam penelitian ini
dibatasi yaitu ikan kerapu sebagai ikan target dalam produksi perikanan
Kabupaten Berau. Berdasarkan tujuan penelitian, maka matrik prosedur
penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
narasumber. Peta dapat mengilustrasi distribusi spasial dari suatu sumber daya,
kegiatan termasuk penggunaan dalam komunitas dan wilayah. Peta menyediakan
informasi dasar yang bermanfaat dan umumnya dikembangkan pada proses
pengumpulan data untuk menetapkan penempatan corak, aktivitas, dan sumber
daya tertentu (Bunce et.al. 2000).
................................................................................................... (3)
Keterangan :
Y = Hasil tangkapan ikan kerapu (gram/alat tangkap), Kelimpahan ikan (ind/m2)
X = Upaya tangkap (bubu), Luas tutupan karang (m2)
a = Intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b = Slope kurva linear
..................................................................... (4)
26
Keterangan :
n = Jumlah data contoh (i = 1, 2, 3, ..., n)
xi = Nilai variabel bebas data ke i
yi = Nilai variabel tak bebas data ke i
Seperti analisis regresi linear sederhana, analisis regresi linear berganda juga
bertujuan untuk melihat suatu hubungan dari beberapa variabel bebas terhadap
satu variabel tidak bebas. Penelitian ini menggunakan variabel-veriabel bebas
seperti harga ikan (X1), jumlah tanggungan (X2), pengalaman (X3), pengeluaran
per hari (X4), dan pendidikan (X5) untuk menduga hasil tangkapan ikan kerapu
harian yang diperoleh nelayan Kabupaten Berau (Y). Hasil tangkapan ikan ini
digunakan untuk menduga permintaan ikan kerapu sebagai produk akhir dari
sumber daya yang ada di ekosistem terumbu karang dalam kawasan konservasi
perairan yang diinginkan oleh nelayan sebagai sumber penghasilannya.
Hubungan antara beberapa variabel ini dapat digambarkan melalui
persamaan matematika sebagai berikut (Walpole 1997) :
......................................................... (5)
Keterangan :
= Hasil tangkapan ikan kerapu
b0 = Intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b1, b2, ..., br = Slope kurva linear bagi x1, x2, ..., xr
x1 = Harga ikan
x2 = Jumlah tanggungan
x3 = Pengalaman
x4 = Pengeluaran per hari
x5 = Pendidikan
- Membuat pernyataan hipotesisnya yang terdiri dari hipotesis awal (H0) dan
hipotesis alternatifnya (H1).
- Ho : b = 0 (Variabel X tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
variabel Y).
- Ha : b ≠ 0 (Variabel X memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel
Y).
- Penentuan tingkat signifikansi (α), dalam penelitian ini ditentukan = 5%.
- Penentuan daerah kritis/daerah tolak Ho.
- Untuk menentukan ditolak atau diterimanya Ho maka harus
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Rumus thitung : b/Sb.
- Keputusan, jika nilai thitung < ttabel maka terima Ho dan tolak Ha.
- Jika nilai thitung > ttabel maka tolak Ho dan terima Ha.
- Kesimpulan
Menduga parameter biologi dan status dari sumber daya perikanan karang
dapat dilakukan dengan menggunakan data produksi dan upaya (alat) tangkap
secara time series. Seperti yang dijelaskan Khoiriya (2010), pendugaan tren
sumber daya perikanan ini akan dilihat dari ikan-ikan yang dominan tertangkap
oleh nelayan. Tren tersebut diduga berdasarkan nilai CPUE (catch per unit of
effort). Selain itu, Melmambessy (2010) menjelaskan estimasi potensi sumber
daya perikanan tangkap yang didasarkan atas jumlah hasil tangkapan ikan yang
didaratkan pada suatu wilayah dan variasi alat tangkap per trip. Prosedur estimasi
dilakukan dengan cara dalam Sparre dan Venema (1999).
- Catch per unit of effort menjelaskan kemampuan atau tingkat suatu alat
tangkap ataupun upaya tangkapan lainnya dalam menghasilkan
tangkapannya dalam satuan waktu.
.................................................................. (6)
Keterangan :
CPUEti = tangkapan per upaya pada waktu t upaya i (kg/orang/trip)
Yti atau catchn = tangkapan pada waktu ke t untuk tipe i
Eti = upaya tangkap waktu ke t tipe i, n = 1, 2, 3, ..........k
.............................................................................. (8)
.................................................................................. (9)
28
Keterangan :
r = 1, 2, 3, ..., P (alat tangkap yang distandarisasi)
s = 1, 2, 3, ..., Q (alat tangkap standar)
i = 1, 2, 3, ..., K (jenis alat tangkap)
CPUEr = total hasil tangkapan per upaya tangkap dari alat tangkap r yang
akan distandarisasi (ton/trip).
CPUEs = total hasil tangkapan per upaya tangkap dari alat tangkap s yang
dijadikan standar(ton/trip).
FPIi = fishing power index dari alat tangkap i (yang distandarisasi dan
alat tangkap standar).
Manfaat dari pendugaan ini adalah melihat nilai pasar dari komoditas
produksi yang dihasilkan. Peramalan manfaat ekonomi ini dapat dihitung
langsung dari nilai tangkapan per upaya dengan harganya, seperti yang dijelaskan
oleh Bene dan Tewfik (2000) :
........................................................................... (11)
Keterangan : RPUEj = revenue per unit of effort pada hari ke-j
CPUEj = catch per unit of effort pada hari ke-j
P = harga komoditas
Fungsi ekologis ekosistem terumbu karang dapat dilihat dari asosiasi atau
hubungannya dengan ikan-ikan karang. Fungsi tersebut diantaranya sebagai
tempat pemijahan ikan karang yang bernilai ekonomis penting seperti famili
Pomacentridae dan Balistidae dengan model pemijahan demersal (Allen dan
Robertson, 1997 in Lestaluhu, 2008). Sebagai tempat pengasuhan terdapat ikan-
ikan golongan Carangidae (karena di sekitar terumbu karang berukuran kecil dan
diluar terumbu karang merupakan pelagis kecil) dan sebagai tempat mencari
makan seperti yang dijelaskan Bel dan Galzin (1984) yang menunjukkan korelasi
antara karang hidup dan komunitas ikan, terumbu karang menyediakan makanan
untuk ikan.
Analisis hubungan ini juga dilakukan oleh Robertson dan Gaines (1986) in
Lestaluhu (2008) di Barrier Reef Aldabra, disebutkan bahwa terumbu karang
menyediakan tiga kelompok pemberian makan utama bagi 13 jenis ikan karang
29
............................................................................. (13)
Faktor Keadaan
Faktor 1 1A 1B 1C
Faktor 2 2A 2B 2C
Faktor 3 3A 3B 3C
Faktor n nA nB nC
32
(Sumber : http://kkji.kp3k.kkp.go.id)
33
Penelitian yang pernah dilakukan oleh The Nature Conservancy pada tahun
2003 (TNC 2003) dan pada tahun 2011 (TNC 2011) menunjukkan bahwa kondisi
terumbu karang yang berada di Kabupaten Berau mengalami kerusakan yang
cukup berat, hal tersebut ditunjukkan oleh menurunnya luasan tutupan karang
selama periode 2003 sampai 2011 tersebut. Penurunan luasan tutupan karang
yang terjadi cukup signifikan yaitu sebesar 36 %, dimana sebelumnya rata-rata
35
Hasil survey pada tahun 2011 di 23 lokasi yang ada di Kabupaten Berau
menunjukkan bahwa rata-rata persentase luasan tutupan karang hidup (karang
keras dan karang lunak) berada dibawah 40 % (Lampiran 3). Persentase tutupan
karang hidup terbesar terdapat di lokasi SGL_SW transek 1 yaitu Pulau Sangalaki
dengan besar tutupan karang mencapai 72 % dengan komposisi mayoritas karang
lunak sebesar 59 % dan karang keras 13 %, sedangkan persentase tutupan karang
terkecil terdapat di lokasi BKP_N transek 2 yaitu Pulau Balikukup dengan luasan
tutupan karang hanya 2 % yang terdiri dari 1 % karang keras dan 1 % karang
lunak. Kondisi ekosistem terumbu karang selama kurun waktu 8 tahun (2003-
2011) terakhir mengalami penurunan sebesar 36 % atau setara dengan 4,5 % per
tahun kondisi ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan (Lampiran 4).
Informasi persentase tutupan karang hidup tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6.
80
Persentase Penutupan Karang Hidup
70
60
50
40
30
20
10
0
SGL_NE
DGL_N
PJG_E
STG_E
BKP_E
MSB_E
MRT_NE
MRS_NE
KKB_N
KBS_N
BKP_N
PYG_SW
SGL_SW
BKP_S
KKB_S
DRW_E
SMM_E
MRS_W
MRT_W
MRS_SW
KNB_SW
KBS_NW
MTH_NW
Lokasi Pengamatan
Gambar 6. Persentase Tutupan Karang Hidup Tiap Lokasi
Sumber : TNC (2011) (diolah 2013)
36
1200
1151,6
1000
Produksi Kerapu
800
733,1 723,5 732,6 737,3
600
400
200
0
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
0,0300
0,0250 y = - 0,0000000366 x + 0,0451132446
CPUE standar
2
0,0200 R = 0,8781999520
0,0150
0,0100
0,0050
0,0000
0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000
Effort standar
Gambar 8. Tren Penurunan CPUE Tahun 2007 – 2011
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau
27%
berubah
tetap
73%
Gambar 11. Peta Pola Ruang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP3K) Kabupaten Berau
Sumber : BPSPL Pontianak (2011)
39
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Tutupan Karang Hidup (% )
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup
memberikan pengaruh positif terhadap kelimpahan ikan, hal tersebut ditunjukkan
oleh nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 73,22% (Lampiran 14).
Total kelimpahan ikan dalam penelitian ini merupakan jumlah seluruh individu
yang terdapat dalam persentase luas tutupan karang yang diamati, dimana
berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap 1 % tutupan
karang dapat memberikan masukan individu ikan sebesar 4,8369 x – 27,401 ekor.
40
8000
7000
6000
5000
4000
y = 385,91x + 1284,9
3000 R2 = 0,8368
2000
1000
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Jumlah bubu/trip nelayan hari
650
600
CPUE (gr/bubu)
550
500
450 y = -2,7555x + 778,3
2
R = 0,7735
400
350
300
0 20 40 60 80 100 120
Jumlah Perangkap (Bubu)
170000
150000
130000
110000
90000
70000
50000
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Perangkap (Bubu)
Analisis nilai per satuan upaya (RPUE) dapat digunakan untuk melihat
dinamika peramalan keuntungan bagi nelayan. Berdasarkan hasil analisis regresi
linear, dapat dijelaskan bahwa peningkatan jumlah bubu mengakibatkan nilai
pendapatan harian yang diperoleh nelayan kerapu menurun. Hal ini dibuktikan
oleh hubungan yang dihasilkan yaitu sebesar 65,66% (Lampiran 17). Penurunan
pendapatan yang diperoleh nelayan dapat terjadi akibat adanya tambahan biaya
produksi untuk pemasangan setiap bubu dalam menangkap kerapu. Untuk
melihat lebih jelas mengenai hubungan antara tangkapan kerapu per bubu dengan
pendapatan yang diperoleh per gram kerapu per bubu (Rp/gr /bubu) dapat dilihat
pada Gambar 16.
190.000,0000
180.000,0000
RPUE Harian (Rp/gr bubu)
170.000,0000
160.000,0000
150.000,0000
140.000,0000 y = 298,57x - 24670
130.000,0000 R2 = 0,9002
120.000,0000
110.000,0000
100.000,0000
450,0000 500,0000 550,0000 600,0000 650,0000 700,0000 750,0000
CPUE Harian (gr/bubu)
RPUE (Rp/gr/orang)
600 170000
550 150000
500 130000
450 110000
400 90000
350 70000
300 50000 CPUE Harian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 RPUE Harian
Hari ke-
Nilai manfaat dan surplus konsumen untuk total pemanfaatan langsung ikan
kerapu dapat diidentifikasi berdasarkan hasil olahan data primer harian yang
diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh nelayan (Lampiran 19).
Surplus konsumen merupakan selisih antara harga yang dibayarkan untuk
mendapat barang atau jasa (willingness to pay) dari rata-rata jumlah sumber daya
ikan kerapu dikali dengan harga per unit sumber daya yang dikonsumsi. Hasil
43
Q
Gambar 18. Kurva Permintaan Konsumen Terhadap Ikan Kerapu
44
Pendugaan nilai ekonomi sumber daya adalah suatu upaya untuk menilai
manfaat dan biaya dari ekosistem karang yang ada di KKP Berau. Valuasi
ekonomi sumber daya ikan kerapu bertujuan untuk melihat pemanfaatan ikan
kerapu yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Gambar kurva
permintaan diatas menunjukkan nilai P yang menyatakan harga rata-rata harian
ikan kerapu, sedangkan Q menyatakan jumlah tangkapan rata-rata harian dari ikan
kerapu yang terdapat di Kabupaten Berau (Lampiran 20). Berdasarkan hasil
analisis dengan bantuan perangkat lunak, rata-rata harga ikan kerapu per kg Rp.
241.472,8014 dengan rata-rata harga yang dibayarkan sebesar Rp. 986.826,8975
per nelayan untuk hasil tangkapan rata-rata yang diperoleh dan dugaan nilai
surplus konsumen sebesar Rp. 4.150.000.
2,50
Konflik kepentingan
1,00
sosialisasi
- -
- 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60
Ketergantungan
Tabel 11. Skenario Lima Faktor Terpilih dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan Kabupaten Berau
Faktor Kondisi
1A 1B
Meningkat, Tetap, pendidikan
Kualitas SDM pendidikan tinggi kondisi saat ini
2A 2B 2C
Meningkat, hasil Tetap, hasil Menurun, hasil
Produksi Perikanan tangkapan naik tangkapan tetap tangkapan menurun
3A 3B 3C
Meningkat, luas Menurun, luas
Lokasi Konservasi bertambah Tetap, luas saat ini berkurang
4A 4B
Pengawasan dan Meningkat, Rendah atau tidak ada
Penerapan Sanksi pengawasan tinggi pengawasan
5A 5B 5C
Harga Komoditas Meningkat, harga Tetap, harga tetap Menurun, harga
Perikanan tinggi (saat ini) rendah
kualitas sumber daya manusia yang tetap seperti saat ini (pendidikan baik
formal maupun non formal) tidak ditingkatkan, (b) produksi perikanan
tetap artinya tidak ada upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan
terhadap sumberdaya ikan karang atau kerapu, (c) luas kawasan konservasi
menurun seiring penambahan luas wilayah bagi peruntukkan lain, (d)
pengawasan dan penerapan sanksi yang rendah sehingga menimbulkan
tingginya perusakan kawasan akibat penangkapan tidak ramah lingkungan
serta dominansi nelayan luar yang menangkap di kawasan konservasi
perairan Kabupaten Berau, dan (e) harga komoditas perikanan yang tetap
dari waktu ke waktu tidak seimbang dengan peningkatan modal atau upaya
dalam melakukan kegiatan penangkapan dan pengelolaan.
2. Moderat terbangun dimana kawasan konservasi perairan mengalami
perubahan faktor-faktor kunci yang lambat dan kecil sehingga berdampak
kecil terhadap pengelolaan, (a) kualitas sumber daya manusia yang tetap
atau tidak ditingkatkan dari segi pendidikan (formal atau non formal), (b)
tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produksi perikanan dalam
upaya pengelolaan kawasan konservasi, (c) luas konservasi tidak
ditingkatkan dengan asumsi kondisi saat ini sudah mencukupi bagi
pengelolaan kawasan yang baik, (d) pengawasan dan penerapan sanksi
ditingkatkan untuk mencegah turunnya fungsi dan kualitas berbagai faktor
kunci, (e) harga komoditas perikanan meningkat seiring permintaan
konsumen terhadap sumber daya ikan yang dihasilkan.
3. Kondisi optimis terbangun dimana semua faktor kunci ditingkatkan
walaupun dengan asumsi kondisi harga komoditas tetap. Harga dapat
dipengaruhi oleh produksi perikanan yang dihasilkan sehingga nelayan
diharapkan dapat terus meningkatkan hasil tangkapannya untuk
meningkatkan produksi perikanan.
4. Sangat optimis terbangun dimana kondisi faktor kunci yang penting dan
berpengaruh tinggi terhadap pengelolaan terus ditingkatkan untuk
memaksimalkan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal
ini diperlukan kerjasama dengan komitmen tinggi dan konsisten antar
pemangku kepentingan sehingga dapat terlaksana.
4.4 Pembahasan
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Acosta CA, dan Robertson DN. 2002. Diversity In Coral Reef Fish Communities :
The Effects Of Habitat Patchiness Revisited. Marine Ecology – Progress
Series 227 : 87-96.
Allen, G.R. 2003. Coral Reef Fishes of Berau, East Kalimantan. TNC
Consultancy Report. The Nature Conservancy, East Kalimantan.
Anderson LG, dan Seijo JC. 2010. Bioeconomics Of Fisheries Management. State
Avenue, Ames, Iowa, USA. Wiley-Blackwell.
Bell JD, dan Galzin R. 1984. Influence Of Live Coral Cover On Coral-Reef Fish
Communities. Germany. Marine Ecology – Progress Series 15 : 265-274.
Bengen DG. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta Pengelolaan
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Makalah Pelatihan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu (29 Oktober-3 Nopember 2001).
Bohnsack JA. 1996. Marine Reserves, Zoning, And The Future Of Fishery
Management. Fisheries 21 (9) : 14-16.
Burke L, Selig E, dan Spalding M. 2002. Reefs At Risk In Southeast Asia. World
Resource Institute. Amerika Serikat.
Brown ME. 1957. The Physiology of Fishes. Academic Press Inc. New York.
Choat JH, dan Bellwood DR. 1991. Reef Fish : Their History And Evolution. In
The Ecology Of Fishes On Coral Reefs. San Diego, CA. Academic Press.
39-95 pp.
Cicin Sain dan Knecht RW. 1998. Integrated Coastal And Marine Management.
Island Press. Washington DC.
Claudet J, Pelletier D, Jouvenel JY, Bachet F, dan Galzin R. 2006. Assessing The
Effects Of Marine Protected Area (MPA) On a Reef Fish Assemblage In a
Northwestern Mediterranean Marine Reserve : Identifying Community-
Based Indicators. Perancis. Biological Conservation 130 : 349-369.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Cetakan kedua.
Jakarta. PT Pradnya Paramita.
Domier ML, Colin PL. 1997. Tropical Reef Fish Spawning Aggregations :
Defined and Reviewed. Bull. Mar. Sci 60 : 698-726.
English S, C Wilkinson, dan V Baker. 1997. Survey Manual For Tropical Marine
Resources. ASEAN-Australian Marine Science Project : Living Coastal
Resources. Australian Institute Of Marine Science. Townsville. 368p.
Gao L, dan Hailu A. 2011. Evaluating The Effects Of Area Closure For
Recreational Fishing In A Coral Reef Ecosystem : The Benefits Of An
Integrated Economic And Biophysical Modeling.
Heemstra PC and Randall JE. 1993. FAO Species Catalogue. Vol 16. Grouper of
the World (Family Serranidae, Sub Family Ephinephelus). An Annoted and
Illustrated Catalogue of the Grouper and Lyretail Species Known to Date.
Rome. FAO Fisheries Synopsis 125 (16) : 242 p.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/beritabaru/186-capaian-2013-pengelolaan-
efektif-kkp-3k-capai-3,647-juta-hektar,-luasan-kkp-3k-bertambah-689-ribu-
hektar [diunduh 20 Juli 2014]
Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor. IPB Press.
Kelleher G. 1999. Guidelines For Marine Protected Areas. Best Practice Protected
Area Guidelines Series No. 3. Gland, Switzerland. International Union for
Conservation of Nature (IUCN) : and Cardiff, Wales, UK. Cardiff
University.
Kuiter RH. 1992. Tropical Reef-fishes of the Western Pacific, Indonesia and
Adjacent waters. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Lestaluhu AR. 2008. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Pombo
Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (Tesis). Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Levin PS, Grimes CB. 1991. Reef Fish Ecology and Grouper Conservation and
Management. 377-389 p. Dalam PF Sale, editor. Coral Reef Fishes :
Dynamics and Diversity in a Complex Ecosystem. London. Academic
Press.
Munday PL, Jones GP, Pratchett MS, Williams A. 2008. Climate Change And
The Future For Coral Reef Fishes. Fish and Fish 9 : 261 – 285.
Munir S. 2008. Statistik Deskriptif (I) : Regresi Linear Sedarhana. Jakarta. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar – UMB. Universitas Mercu Buana.
Phillip CH and Randall JE. 1993. FAO Species Catalogue. Vol 16. Grouper of the
World. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome.
Pollnac RB, Pomeroy RS, Harkes I. 2001. Fishery Policy And Job Satisfaction in
Three Southeast Asian Fisheries. Ocean and Coastal Management 44 : 531 –
544.
Rodriguez IB. 2006. Relationships Between Reef Fish Communities, Water and
Habitat Quality on Coral Reefs. Thesis. Puerto Rico University. Fig 23 &
24.
57
Rudd MA. 2007. Evaluating The Economic Benefits Of Marine Protected Areas
(MPAs) In Canada.
Sadovy. 1997. The Case of the Disappearing Grouper : Ephinephelus striatus, the
Nassau Grouper, in the Caribbean and Western Atlantic. Proceedings of the
Gulf and Caribbean Fisheries Institute 45 : 5-22.
Salm VR, Clark JR, dan Siirila. 2000. Marine And Coastal Protected Area : A
Guide For Planners And Managers. IUCN. Washington DC.
Sparre P, dan Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Jakarta.
Syms C dan Jones GP. 2001. Soft Corals Exert No Direct Effects On Coral Reef
Fish Assemblages. Springer, Verlag. Oecologia 127 : 560 – 571.
Utojo, Tonnek, Suharyanto S dan Marsam A. 1999. Studi Bioekologi Ikan Kerapu
di Perairan Pantai Barat Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 5 (1) : 31-37.
Wilson SK, Graham NAJ, Pratchett MS, Jones GP, Polunin NVC. 2006. Multiple
Disturbances and the Global Degradation of Coral Reefs : Are Reef Fishes
at Risk or Resihent?. Global Change Biology 12 : 2220 – 2234.
Yeeting BM, Labrosse P, Adams TJH. 2001. The Live Reef Food Fish of Bua
Province for a Management Policy. Secretariat of the Pacific Community
Noumea. New Caledonia. 45 p.
59
No :
Waktu :
Hari/tanggal :
A. Data umum
Nama : ...........................................
Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
Umur : ........ tahun
Asal : ...........................................
Pendidikan : SD SLTP SLTA D3
lainnya.........
Pekerjaan Sampingan :
Pengeluaran per bulan : < 500 ribu > 2 juta
500 ribu – 1 juta ..................
1 juta – 2 juta
Status dalam keluarga : suami istri anak
Jumlah tanggungan : ..... orang
5. Jenis ikan, jumlah tangkapan dan harga ikan yang tertangkap/ikan target
setiap hari (5 jenis yang dominan)?
No Nama Ikan Jumlah Tangkapan Harga Catatan
1
2
3
4
5
4. Apakah Bapak / Ibu sudah merasakan manfaat dari adanya pengelolaan KKP ?
(a) Ya, ................................................
(b) Tidak
6. Bagaimana kecenderungan produksi perikanan ?
(a) Perikanan tangkap (Meningkat/sama/menurun): ..............................
(b) Budidaya (meningkat/sama/menurun): ...............................
7. Bagaimana pendapat Bapak / Ibu tentang program konservasi perairan/laut ?
(a) penting (b) kurang penting (c) tidak penting (d) biasa saja (e) lainnya, .........
8. Bagaimana hubungan konservasi dengan produksi perikanan ?
(a) konservasi meningkatkan produksi perikanan
(b) konservasi tidak berhubungan dengan produksi perikanan
(c) konservasi menurunkan produksi perikanan
(d) tidak tahu
9. Apakah masyarakat sudah paham mengenai program konservasi perairan ?
Ya / Tidak
10. Apakah nelayan sudah melakukan kegiatan penangkapan di zona yang
ditetapkan ? Ya / Tidak
11. Adakah aturan-aturan lokal/tradisional dalam kegiatan penangkapan ?
(a) Tidak
(b) Ya, sebutkan
12. Menurut Bapak / Ibu, adakah pengaruh konservasi terhadap pendapatan
masyarakat ?
(a) Ya, .........................
(b) Tidak
13. Menurut Bapak / Ibu, apakah pengelolaan kawasan konservasi perairan ini
sudah berhasil ? Ya / Tidak
14. Jika ya, faktor apa yang menyebabkan keberhasilan pengelolaan tersebut ?
(a) .................................. (c) ................................
(b) .................................. (d) ................................
65
15. Menurut Bapak, siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan
konservasi ?
(a) Pemerintah (b) Masyarakat (c) LSM (d) Perguruan Tinggi
(e) Pemerintah dan Masyarakat (f) Pengusaha (g) Semua lapisan (stakeholder)
16. Apa saran Bapak / Ibu untuk perbaikan pengelolaan kawasan konservasi
selanjutnya?
(a) sosialisasi
(b) pelibatan masyarakat
(c) penyuluhan (pendampingan pengelolaan)
(d) patroli / pengawasan
(e) Lainnya, sebutkan ..........................
66
Alat Tangkap
Tahun Pukat Kantong Pukat Cincin Jaring Insang Pancing Perangkap Lain-lain
2007 22482 5819 225081 238554 139681 60231
2008 23233 5593 225083 238553 139725 60273
2009 98880 6720 285120 254400 153360 64560
2010 91314 4314 246492 246060 148560 62700
2011 9840 4320 239100 95200 36960 6000
Alat Tangkap
Pukat Pukat Jaring Lain-
Tahun Kantong Cincin Insang Pancing Perangkap lain Total
2007 1702,2 953,7 6041,4 1765,9 1684,1 730,2 12877,5
2008 1701,8 936,9 6116,6 1890,5 1880,3 624 13150,1
2009 1848 1021,2 6461,5 1807,7 1844,6 683,4 13666,4
2010 1889 1027,9 6544,2 1883,5 1916,7 576,7 13838
2011 2040,5 1057,6 6509,7 1933,6 1446,5 1008,9 13996,8
9181,5 4997,3 31673,4 9281,2 8772,2 3623,2 67528,8
1836,3 999,46 6334,68 1856,24 1754,44 724,64 6334,68
Alat Tangkap
Tahun Pukat Kantong Pukat Cincin Jaring Insang Pancing Perangkap Lain-lain
2007 0,0757 0,1639 0,0268 0,0074 0,0121 0,0121
2008 0,0732 0,1675 0,0272 0,0079 0,0135 0,0104
2009 0,0187 0,1520 0,0227 0,0071 0,0120 0,0106
2010 0,0207 0,2383 0,0265 0,0077 0,0129 0,0092
2011 0,2074 0,2448 0,0272 0,0203 0,0391 0,1682
69
Alat Tangkap
Tahun Pukat Kantong Pukat Cincin Jaring Insang Pancing Perangkap Lain-lain
2007 2,8208 6,1061 1,0000 0,2758 0,4492 0,4517
2008 2,6955 6,1643 1,0000 0,2916 0,4952 0,3810
2009 0,8247 6,7056 1,0000 0,3135 0,5307 0,4671
2010 0,7792 8,9746 1,0000 0,2883 0,4860 0,3464
2011 7,6166 8,9920 1,0000 0,7460 1,4375 6,1761
Alat Tangkap
Pukat Pukat Jaring
Tahun Kantong Cincin Insang Pancing Perangkap Lain-lain
2007 63417,8962 35531,4579 225081,0000 65791,1308 62743,5548 27204,6456 479769,6854
2008 62624,0476 34476,7130 225083,0000 69567,9645 69192,6176 22962,3961 483906,7388
2009 81544,8054 45061,4477 285120,0000 79766,5285 81394,7771 30155,6926 603043,2513
2010 71150,5437 38716,5928 246492,0000 70943,3822 72193,8841 21721,8203 521218,2232
2011 74947,1635 38845,4399 239100,0000 71020,7475 53129,6604 37056,6985 514099,7097
X Y
Tahun Hasil Tangkapan Effort Standar CPUE Standar
2007 12877,5 479769,6854 0,0268
2008 13150,1 483906,7388 0,0272
2009 13666,4 603043,2513 0,0227
2010 13838 521218,2232 0,0265
2011 13996,8 514099,7097 0,0272
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,9371
R Square 0,8782
Adjusted R Square 0,8376
Standard Error 0,0008
Observations 5
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 0,000013 0,000013 21,630532 0,018747
Residual 3 0,000002 0,000001
Total 4 0,000015
Standard
Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%
Intercept 0,0451 0,0041 10,9899 0,0016 0,0320 0,0582
X Variable 1 (0,0000) 0,0000 (4,6509) 0,0187 (0,0000) (0,0000)
70
Lampiran 14. Korelasi Tutupan Karang Hidup dan Total Kelimpahan Ikan
Multiple R 0,8557
R Square 0,7322
Adjusted R Square 0,7130
Standard Error 46,0099
Observations 16,0000
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1,0000 81.016,2254 81.016,2254 38,2709 0,0000
Residual 14,0000 29.636,7746 2.116,9125
Total 15,0000 110.653,0000
Standard Upper
Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% 95%
Lampiran 16. Korelasi Jumlah Bubu dan Hasil Tangkapan Kerapu per Bubu (CPUE)
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,8795
R Square 0,7735
Adjusted R Square 0,7560
Standard Error 32,2125
Observations 15,0000
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1,0000 46.053,1504 46.053,1504 44,3825 0,0000
Residual 13,0000 13.489,3458 1.037,6420
Total 14,0000 59.542,4962
Lampiran 17. Korelasi Jumlah Bubu dan Nilai Kerapu per Bubu (RPUE)
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,8103
R Square 0,6565
Adjusted R Square 0,6301
Standard Error 12.480,8051
Observations 15,0000
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1,0000 3.870.840.271,4625 3.870.840.271,4625 24,8496 0,0002
Residual 13,0000 2.025.016.444,8299 155.770.495,7561
Total 14,0000 5.895.856.716,2924
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,9814
R Square 0,9632
Adjusted R Square 0,9619
Standard Error 0,0541
Observations 150,0000
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 5,0000 11,0448 2,2090 753,6008 0,0000
Residual 144,0000 0,4221 0,0029
Total 149,0000 11,4669
> restart;
> b0:=0.0001;b1:=-
0.9433;b2:=0.0904;b3:=0.0248;b4:=0.9202;b5:=0.1232;rata_lnQ:=1.3700;rata
_lnX1:=12.3543;rata_lnX2:=1.3325;rata_lnX3:=2.7788;rata_lnX4:=13.6969;r
ata_lnX5:=1.8608;
b0 := 0.0001
b1 := -0.9433
b2 := 0.0904
b3 := 0.0248
b4 := 0.9202
b5 := 0.1232
rata_lnQ := 1.3700
rata_lnX1 := 12.3543
rata_lnX2 := 1.3325
rata_lnX3 := 2.7788
rata_lnX4 := 13.6969
rata_lnX5 := 1.8608
> lna:=b0+b2*rata_lnX2+b3*rata_lnX3+b4*rata_lnX4+b5*rata_lnX5;
lna := 13.02261018
> a:=exp(lna);
a := 4.525303809 105
> b:=b1;
b := -0.9433
> f(Q):=(Q/a)^(1/b);
5
9.899155732 10
f(Q) :=
1.060108131
Q
> Qrata:=4.0867;
Qrata := 4.0867
> plot(f(Q),Q=0..Qrata);
84
> U:=int(f(Q),Q=0..Qrata);
U := Float(¥ )
> P:=(Qrata/a)^(1/b);
P := 2.225752782 105
> Pt:=P*Qrata;
Pt := 9.095983894 105
> CS:=U-Pt;
CS := Float(¥ )
>
85
A B C D E F G H I J K L M N
DARI THDP
A 0 2 0 3 1 1 1 2 3 0 0 2 2
B 3 3 3 2 3 2 0 0 0 3 3 0 3
C 3 3 3 2 1 2 0 0 2 2 2 0 3
D 3 0 3 3 2 2 2 1 2 2 2 0 3
E 2 2 2 1 2 0 0 0 3 0 0 1 2
F 0 1 1 0 1 0 0 2 1 2 0 2 2
G 1 1 1 2 1 1 0 0 0 1 0 1 2
H 0 0 1 0 1 2 0 2 2 2 3 0 0
I 0 2 0 0 2 3 0 3 1 1 0 2 3
J 3 3 3 2 3 1 2 1 2 3 3 3 3
K 3 3 1 1 3 3 1 2 1 0 2 0 3
L 0 2 3 2 1 2 2 3 1 2 3 0 2
M 0 2 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 2
N 0 2 2 2 3 1 1 1 2 0 3 1 0
DARI THDP
A B C D E F G H I J K L M N
A 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3
B 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
C 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3
D 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3
E 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3