Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Thyroid
Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Thyroid
I. PENDAHULUAN
Kelenjar thyroid berkembang mulai pada minggu keempat kehidupan fetal dengan
membentuk endoderm di medial, tumbuh ke bawah dari pangkal lidah. Proses tumbuh ke
bawah ini dengan cepat membentuk saluran yang disebut ductus thyroglossus. Saluran ini
bermuara pada lidah berhubungan dengan foramen secum. Ujung bawah terbelah menjadi
dua lobus dan akhirnya terletak berhubungan dengan trachea pada sekitar minggu ketujuh.
Ductus thyroglossus kemudian menghilang, tetapi bagian terbawah sering tetap ada dalam
bentuk lobus piramidalis.3, 4
Melalui pertumbuhan ke dalam dari mesenkim vaskular yang mengelilinginya, sel-sel
endodermal dipisahkan menjadi kelompokan sel kecil, yang dengan cepat membentuk suatu
lumen yang dikelilingi oleh selapis sel-sel. Koloid tampak dalam lumen pada sekitar minggu
kesebelas dan strukturnya sekarang disebut folikel. Tiroksin tampak ada dalam kelenjar pada
perkembangan saat ini.3, 4
Bersamaan dengan pembentukan lobus thyroid, berkembang pula badan ultimobranchial dari
kantong insang keempat. Badan ini terdiri atas sel-sel yang berasal dari krista neuralis. Badan
ultimobranchial menjadi satu dengan primordium thyroid dan sel-selnya menyebar menjadi
sel-sel C.3, 4
Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah kecoklatan
dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris.
Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal yang besar. Antara kedua
lobus dihubungkan oleh isthmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang
bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada
di sebelah kiri linea mediana.5, 6, 7
Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia pretrachealis
yang membentuk false capsule.7, 8
Topografi Kelenjar Thyroid Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di sebelah
ventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan dengan vertebra
C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua lobus bersama-sama dengan isthmus memberi bentuk huruf
“U”. Ditutupi oleh m. sternohyoideus dan m.sternothyroideus. Ujung cranial lobus mencapai
linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin trachea 5-6.
Isthmus difiksasi pada cincin trachea 2,3 dan 4. Kelenjar thyroid juga difiksasi pada trachea
dan pada tepi cranial cartilago cricoidea oleh penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan
ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak pada
saat proses menelan berlangsung. Topografi kelenjar thyroid adalah sebagai berikut:
Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior, arteri thyroidea inferior dan
kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara
kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis.8
Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama arteri caroticus eksterna, melintas turun
ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar thyroid, menembus fascia pretrachealis dan
membentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis posterior.8
Arteri thyroidea inferior merupakan cabang truncus thyrocervicalis, melintas ke superomedial
di belakang caroted sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar thyroid. Truncus
thyrocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arteri subclavia. Arteri thyroidea
inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasok
darah ke kutub bawah kelenjar thyroid.8
Arteri thyroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus atau langsung
dipercabangkan dari arcus aortae.8
Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan anterior
kelenjar thyroid dan trachea. Vena thyroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas,
vena thyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus dan vena thyroidea
inferior menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena thyroidea superior dan vena thyroidea
media bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena thyroidea inferior bermuara ke
dalam vena brachiocephalica.8
Innervasi Kelenjar Thyroid
Persarafan simpatis diperoleh dari ganglion cervicalis superior dan ganglion cervicalis media
yang mencapai kelenjar thyroid dengan mengikuti arteri thyroidea superior dan arteri
thyroidea inferior atau mengikuti perjalanan nervus laryngeus superior ramus eksternus dan
nervus laryngeus recurrens. Serat-serat saraf simpatis mempunyai efek perangsangan pada
aktifitas sekresi kelenjar thyroid.3, 8
Nervus laryngeus superior mengandung komponen motoris untuk m. cricothyroidea, dan
komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah cranial plica vocalis. Nervus laryngeus
recurrens mengandung komponen motoris untuk semua otot intrinsik laryngeus dan
komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah caudal dari plica vocalis.8
Nervus laryngeus superior mempercabangkan ramus internus dan ramus eksternus. Ramus
internus berjalan menembus membrana thyrohyoidea, dinding anterior fossa piriformis dan
mencapai otot-otot lateral serta membawa komponen sensoris untuk dinding larynx di cranial
plica vocalis dan aditus laryngeus. Sedangkan ramus eksternus mempersarafi m.
cricothyroidea. Kerusakan pada nervus laryngeus superior menyebabkan perubahan suara
yang khas dan hilangnya sensasi dalam larynx di cranial plica vocalis.8
Nervus laryngeus recurrens yang terletak dalam sulkus tracheoesophagus memasuki pharynx
dengan melewati bagian profunda tepi inferior m. constrictor pharyngeus inferior dan berada
pada bagian dorsal articulatio cricothyroidea. Kerusakan pada nervus recurrens menyebabkan
paralisis plica vocalis.8
Pembuluh limfe kelenjar thyroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus dan
berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini pembuluh limfe menuju ke
lymphonodus cervicalis anterior profunda prelaryngealis, lymphonodus cervicalis anterior
profunda pretrachealis dan lymphonodus cervicalis anterior profunda paratrachealis.8
Di sebelah lateral, pembuluh limfe mengikuti vena thyroidea superior dan melintas ke
lymphonodus cervicalis profunda.8
Kelenjar thyroid hampir seluruhnya terdiri atas kista-kista bulat yang disebut folikel. Folikel
adalah unit struktural dan unit fungsional, terdiri atas epitel selapis kubis yang mengelilingi
suatu ruangan yang berisi koloid. Folikel-folikel bervariasi ukurannya dari diameter sekitar
50 μm sampai 1 mm dan yang terbesar tampak secara makroskopis. Folikel dikelilingi oleh
membrana basalis yang tipis dan jaringan ikat interstisial membentuk jala-jala retikulin
sekeliling membrana basalis.3
Sel-sel folikular biasanya berbentuk kubis, tetapi tingginya berbeda-beda, tergantung pada
keadaan fungsional kelenjar itu. Jika thyroid secara relatif tidak aktif, sel-selnya hampir
gepeng. Sedangkan dalam keadaan kelenjar sangat aktif, sel-sel akan berbentuk kolumnar.
Namun keadaan fungsional kelenjar tidaklah harus secara ekslusif berdasarkan pada
tingginya epitel.3
Sel-sel folikular semuanya membatasi lumen dan mempunyai inti bulat dengan warna agak
pucat. Di ruang interfolikular, terdapat fibroblast yang tersebar dan serat-serat kolagen yang
tipis. Selain itu, terdapat sejumlah besar kapilar tipe fenestrata yang sering berhubungan
langsung dengan lamina basalis folikel.3
Ultrastruktur sel-sel folikular memperlihatkan semua ciri-ciri sel yang pada saat yang sama
membuat, mengekskresikan, menyerap dan mencerna protein. Bagian basal sel-sel ini penuh
dengan retikulum endoplasma kasar. Inti umumnya bulat dan terletak di pusat sel. Kompleks
Golgi terdapat pada kutub apikal. Di daerah ini terdapat banyak lisosom dan beberapa
fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki mikrovili. Mitokondria, retikulum
endoplasma kasar dan ribosom tersebar di seluruh sitoplasma.3, 11
Sel-sel C terletak di antara membrana basalis dan sel-sel folikular. Berbentuk lonjong, lebih
besar dan lebih pucat daripada sel folikular dan juga berisi inti lebih besar dan lebih pucat.3,
11
IV. FISIOLOGI KELENJAR THYROID
Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon thyroid.
Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar thyroid
mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke dalam koloid.
Mekanisme transport tersebut dikenal dengan “ iodide trapping mechanism”. Na+ dan I-
ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel thyroid, kemudian Na+ dipompa ke
interstisial oleh Na+-K+ATPase.1
Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium. Iodium kemudian
berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Tiroglobulin adalah molekul
glikoprotein yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks Golgi sel-sel thyroid.
Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.1, 2
Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid peroksidase.
Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT). Dua molekul
DIT kemudian mengalami suatu kondensasi oksidatif membentuk tetraiodotironin (T4).
Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT dengan DIT. Sejumlah kecil
reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin melalui kondensasi DIT dengan MIT.
Dalam thyroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium adalah 23 % MIT, 33
% DIT, 35 % T4 dan 7 % T3. RT3 dan komponen lain terdapat hanya dalam jumlah yang
sangat sedikit.1, 2, 3, 11
Sel-sel thyroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di dalam sel, globulus koloid
menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dengan tiroglobulin terputus
oleh protease di dalam lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT dibebaskan ke dalam sitoplasma.
T4 dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan dilepaskan ke dalam sirkulasi.1, 2, 11
MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya sudah dibebasakan
sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin dehalogenase. Hasil dari reaksi enzimatik ini
adalah iodium dan tirosin. Iodium digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal
menyediakan iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa
iodium.1, 2, 11
Mekanisme kerja hormon thyroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan ekspresi
gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan mitokondria.1,
12
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut, hormon thyroid
yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan berikatan
dengan reseptor thyroid (TR). T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan reseptor tersebut,
tetapi ikatannya tidak sama erat. T3 terikat lebih erat daripada T4.1,12
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari “zinc” dan
meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang
mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.1, 12
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor α pada kromosom 17 dan gen reseptor β pada
kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk paling tidak dua mRNA yang
berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein reseptor yang berbeda. TRβ2 hanya ditemukan
di otak, sedangkan TRα1, TRα2 dan TRβ1 tersebar secara luas. TRα2 berbeda dari ketiga
reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui. Reseptor thyroid
(TR) berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer bersama dengan
reseptor inti yang lain.1, 12
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada T4.
Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat, tetapi terikat lebih
erat pada reseptor hormon thyroid.1, 12
Fungsi thyroid diatur terutama oleh kadar TSH hipofisis dalam darah. Efek spesifik TSH
pada kelenjar thyroid adalah:
• Meningkatkan proteolisis tiroglobulin dalam folikel
• Meningkatkan aktifitas pompa iodida
• Meningkatkan iodinasi tirosin
• Meningkatkan ukuran dan aktifitas sel-sel thyroid
• Meningkatkan jumlah sel-sel thyroid.1, 2
Sekresi TSH meningkat oleh hormon hipotalamus, thyrotropin releasing hormone (TRH)
yang disekresi oleh ujung-ujung saraf pada eminensia media hipotalamus. TRH mempunyai
efek langsung pada sel kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran
TRHnya.2, 14
Salah satu rangsang yang paling dikenal untuk meningkatkan kecepatan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior adalah pemaparan dengan hawa dingin. Berbagai reaksi emosi juga dapat
mempengaruhi pengeluaran TRH dan TSH sehingga secara tidak langsung dapat
mempengaruhi sekresi hormon thyroid.2 , 14
Peningkatan hormon thyroid dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh hipofisis
anterior. Bila kecepatan sekresi hormon thyroid meningkat sekitar 1,75 kali dari normal,
maka kecepatan sekresi TSH akan turun sampai nol. Penekanan sekresi TSH akibat
peningkatan sekresi hormon thyroid terjadi melalui dua jalan, yaitu efek langsung pada
hipofisis anterior sendiri dan efek yang lebih lemah yang bekerja melalui hipotalamus.2, 14
Abnormalitas sekresi terjadi akibat defisiensi iodium, malfungsi hipotalamus, hipofisis atau
kelenjatr thyroid.6
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon thyroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktifitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental melambat dan peningkatan
simpanan lemak.6
Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya
akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga terlihat penampakan edema. Sedangkan
pada anak kecil, hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental dan fisik.6, 15
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah terjadinya produksi hormon thyroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktifitas metabolik meningkat, berat badan menurun, gelisah, tremor, diare,
frekuensi jantung meningkat dan pada hipertiroidisme berlebihan gejalanya adalah toksisitas
hormon.6, 15
Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit Grave).
Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah kantong mata, sehingga bola mata
menonjol.6, 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua puluh.
Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003.
2. Guyton, Arthur C. Hormon Thyroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, edisi
ketiga. Jakarta, EGC. 1995.
3. Geneser, Finn. Kelenjar Thyroid, Buku Teks Histologi, jilid 2, edisi pertama. Jakarta,
Binarupa Aksara.1994.
5. Sabiston, David C. Glandula Thyroidea, Buku Ajar Ilmu Bedah, jilid 1. Jakarta, EGC.
1995.
6. Sloane, Ethel. Kelenjar Thyroid, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, edisi pertama.
Jakarta, EGC.2004.
7. Guibson, John. Kelenjar Thyroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat, edisi kedua.
Jakarta, EGC. 2003.
8. Moore, Keith L. and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea, Anatomi Klinis Dasar.
Jakarta, Hipokrates. 2002.
9. Putz, R. and R. Pabst. Neck, Sobotta, Atlas of Human Anatomy, part 1, 12th edition. Los
Angeles, Williams & Wilkins. 1999.
11. Junqueira, L. Carlos, et al. Tiroid, Histologi Dasar, edisi kedelapan. Jakarta, EGC. 1998.
12. Price, Sylvia Anderson, et. al. Gangguan Kelenjar Thyroid, Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, edisi keenam. Jakarta, EGC. 2006.
13. Syaifuddin. Kelenjar Thyroid. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia, edisi pertama.
Jakarta, Widya Medika. 2002.
14. Schwartz, Seymour I., et. al. Tiroid dan Paratiroid, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah,
edisi keenam. Jakarta, EGC. 2000.
15. Thomson, A. D., et. al. Penyakit Kelenjar Endokrin, Catatan Kuliah Patologi, edisi ketiga.
Jakarta, EGC.1997