Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Mengapa orang ingin pergi ke sekolah? Jawaban yang paling populer


adalah karena di sekolah orang akan memperoleh ilmu pengetahuan yang akan
membuatnya pintar. Pengetahuan dapat menjadi strategi untuk kehidupan dan
pengambilan sikap. Pendidikan dimaknai sebagai pewaris, baik itu pewaris nilai-
nilai ataupun pewaris ilmu pengetahuan. Pendidikan diperlukan tatkala manusia
menyadari bahwa mereka perlu menggunakan semua potensi yang dimilikinya,
baik potensi jasmani maupu potensi rohani. Tujuannya untuk mempertahankan
hidup mereka.

Bagi seorang siswa, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi
kemajuan hidup mereka. Sungguh sulit di bayangkan jika seorang siswa tidak
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam hal ini siswa
harus di bimbing untuk memecahkan semua masalah-masalah yang mereka hadapi
terutama di bidang pendidikan.

Tujuan mata pelajaran di sekolah adalah membimbing dan mengilhami


siswa untuk menekuni bidang yang akan dipelajarinya kelak. Tujuan pendidikan
adalah membangun generasi muda yang akan memberi sumbangan ilmu bagi
perkembangan bangsanya. Generasai muda inilah yang akan memberi dampak
pada lingkaran sosialnya. Melalui pengajaran dan pembelajaran, siswa disiapkan
menjadi pribadi yang kritis.

Pada dasarnya, pendidikan dirancang untuk menghasilkan manusia yang


komprehensif, memiliki watak yang baik, pengetahuan yang cukup, dan
keterampilan yang memadai guna menghadapi kehidupan di dunia dan dimasa
depan supaya menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

IPA atau SAINS merupakan pelajaran yang di anggap sulit sebahagian


besar siswa, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman sains. Dalam hal ini
siswa harus diberi penjelasan yang disertai dengan pemberian media, sehingga

1
dalam belajar mereka tidak meraba, tetapi melihat dengan jelas media apa yang
harus di pelajari dengan benar. Melalui pengajaran

sains ini di harapkan akan menambah kemampuan bagi siswa dan


mengembangkan keterampilan serta cara berfikir siswa.

1. Identifikasi Masalah

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya pendidikan sangatlah


penting bagi kita semua. Begitu pula pada saat sekarang ini, pendidikan memiliki
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang bagi siswa, selain
matematika, sains pun dianggap pelajaran yang sulit bagi mereka. Apabila kita
kaji kembali, sains ini sangat erat kaitannya dengan keghidupan kita sehari, dan
semua yang dipelajari dalam sains pun sangat banyak terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari. Namun, tentu dapat kita pahami, bahwa tidak semua siswa
mempunyai pemahaman yang sama tentang materi yang diberikan oleh guru.

Sebagai tenaga pendidik, seorang guru SD harus mampu berperan sebagai


pembimbing, pelajar dan pelatih. Harus bisa membawa siswa ke suasana belajar
yang menyenangkan dan kreatif sangat lah penting bagi guru, dengan hal yang
demikan siswa dapat belajar dengan maksimal dan tidak merasa terbebani dengan
apa yang mereka pelajari.

Seorang guru dianggap profesional apabila ia mampu mengerjakan tugasnya


dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen, cepat, produktif,
tepat, efisien, dan inivatif. Guru pun harus memiliki prinsip-prinsip yang
didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan
profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang regulatif. Pengembangan
wawasan guru dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan
ataupun upaya pengembangan, dan belajar secara mandiri.

Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan


profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan

2
kemampuannya dalam mengelola pembelajaran agar siswa memiliki keterampilan
belajar. Keterampilan tersebut harus mencakup keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri
(learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to
do), dan keterampilan untuk hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis
(learning to live together).

Tapi tidak jarang juga sering kita jumpai, masih banyak dari guru yang
kurang akan mengusai bahan ataupun kurangnya pendekatan pembelajaran
terhadap siswa, hal inilah yang menjadikan siswa kurang tanggap akan pelajaran
yang diberikan oleh guru, terlebih lagi dalam pelajaran sains yang mereka anggap
sulit, tentunya akan menjadi suatu beban tersendiri. Untuk itu guru SD di tuntut
agar menjadi seorang pendidik yang profesional, berkarakter dan lebih bisa
menjiwai siswa. Selain itu dapat membimbing siswa ke arah yang lebih baik lagi,
sehingga siswa dapat belajar dengan efektif.

Dari hasil tes yang tidak mencapai nilai maksimal 70% dalam proses
pembelajaran diketahui bahwa:

1. Siswa kurang memperhatikan pelajaran


2. Siswa kurang menguasai materi
3. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
4. Siswa mengalami kesulitan dalm menjawab soal-soal
5. Siswa tidak pernah membuat PR di rumah

2. Analisis Masalah

Menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi


siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa merupakan salah satu daya
upaya guru, yang harus di laksanakan.

Oleh karena itu, guru jangan sampai tergelincir mengajarkan hal-hal yang
terlampau teoritis yang berada di luar kemampuan siswa untuk menyerapnya.
Dalam pembelajaran sehari-hari, biasanya guru hanya menggunakan model

3
pembelajaran Konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas
pada siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa pun tidak mendapatkan
hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan hasil dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, guru harus bekerja sama dengan siswa secara total dan memiliki
keahlian yang briliant.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Untuk menghindari masalah-masalah yang sering terjadi di dalam


pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan kegiatan yang menarik. Salah
satu contoh kegiatannya yaitu, menciptakan kondisi awal pembelajaran yang
menyenangkan, seperti bernyanyi. Karena menciptakan suasana pembelajaran
yang seperti itu akan menambah semangat belajar siswa, sehingga siswa tidak
akan cepat merasa jenuh ataupun bosan. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran guru harus menggunakan metode yang bervariasi (tidak hanya
dengan ceramah).

Pada dasarnya guru menggunakan strategi belajar-mengajar untuk


mengaktifkan siswa belajar. Pendekatan pembelajaran sangatlah penting, salah
satunya adalah pendekatan pembelajaran pada Sains. Oleh karena itu, upaya guru
menumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat
dilakukan dengan cara, antara lain:

a) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat, atau


minat siswa.
b) Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Misalnya, penggunaan
metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak
terpaku hanya didalam kelas saja.

Tugas guru adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi


berlangsungnya proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengenal
berbagai unsur yang ada dalam lingkungan, dan selanjutnya mengurangi pengaruh
lingkungan yang kurang mendukung dan mengembangkan unsur-unsur
lingkungan yang mendukung.

4
Dengan menerapkan pembelajaran melalui media, diharapkan siswa dapat
memperoleh ilmu, nilai serta kemampuan yang maksimal. Dalam proses
pembelajaran, media sangatlah penting bagi kemajuan belajar siswa. Dengan
demikian, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “upaya
meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Sains pada
SD negeri buket rata, kecamatan kota langsa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka dirumuskanlah suatu


masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa dengan Menggunakan Alat Peraga Sains Pada Pokok Pembahasan Magnet
Dan Listrik pada Kelas VI SD Negeri Buket Rata”.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pada prinsipnya tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil dan
aktivitas belajar siswa pada pokok pembahasan Magnet dan Listrik dengan
menggunakan alat peraga sains pada kelas VI SD negeri Buket Rata, Kecamatan
Kota Langsa.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi suatu masukan


bagi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan sains. Adapun
manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Siswa
a. Siswa dengan mudah mengingat dan mempelajari meteri yang telah di
berikan oleh guru.
b. Siswa beranggapan bahwa pelajaran Sains merupakan pelajaran yang
menarik dan mudah mengerti oleh siswa.

5
Mampu miningkatkan kualitas belajar siswa dalam bentuk kegiatan belajar
yang dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja
yang produktif.

c. Dengan adanya kegiatan penelitian ini, diharapkan siswa akan lebih


baik lagi dalam proses pembelajaran kedepan.

2. Bagi Guru
a. Sebagai perancang pembelajaran (designer of intruction) guru lebih
mampu untuk merancang kegiatan pembelajaran secara efektif dengan
suasana yang kondusif bagi siswa.
b. Sebagai penilai hasil belajar siswa (evaluator of student laerning) guru
harus berperan mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari
waktu ke waktu.
c. Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru senantiasa
menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
3. Bagi Peneliti
a. Kegiatan penelitian ini merupakan pembelajaran yang sangat besar
sekali maknanya, selain itu sebagai media belajar bagi peneliti dalam
melatih diri untuk menyusun sebuah karya tulis yang sistematis.
b. Sebagai bahan referensi mengenai meningkatkan hasil dan aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Sains.

4. Bagi Sekolah
a. Dengan meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa menggunakan
alat peraga Sains di harapkan dapat menjadi penyemangat dalam rangka
mencari kualitas sekolah.
b. Menjamin kemajuan yang lebih baik lagi bagi sekolah untuk kedepan.

6
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Sains sekolah di SD

Kebijaksanaan pendidikan nasional dalam Repelita VI sebagaimana


diamanatkan dalam GBHN 1993 antara lain dinyatakan, bahwa “Pendidikan
Dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah lebih ditingkatkan
pemerataan, kualitas dan pengembangannya agar dapat memberikan dasar
pembentukan pribadi manusia sebagai manusia warga masyarakat dan warga
negara yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, serta berkemampuan dan berketerampilan dasar sebagai bekal untuk
pendidikan selanjutnya atau untuk bekal hidup dalam masyrakat”. Pada bagian
lain dari GBHN tersebut juga dinyatakan secara lebih eksplisit bahwa “kualitas
pendidikan perlu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tuntutan perkembangan pembangunan.

Pengajaran Sains yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada
buku saja, tetapi pengajaran itu sendiri harus dilengkapi dengan alat praktik
ataupun alat peraga serta dihubungkan dengan lingkungan alam yang ada di
sekitar kita, sehinga dapat mendorong siswa untuk mengembangkan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna untuk melanjutkan studi
maupun untuk hidup dalam masyarakat. Dengan tersedianya peralatan praktik
berupa alat peraga Sains (Kit IPA) serta pedoman penggunaan untuk guru, akan
dapat membantu guru dalam proses belajar-mengajar dan dapat dijadikan
media/alat bantu dalam mencapai tujuan pengajaran Sains sesuai dengan
kurikulum.

Ilmu yang mempelajari Sains disebut Saintis. Banyak sekali para ilmuan
Sains (Saintis) yang terkenal di dunia, di antaranya adalah:

1. Jhon Dalton
2. Jabir Ibnu Haiyan
3. Antoine Lavoisier
4. Dimitry Mendeleev

7
5. J.J Thomson
6. Ernest Rutherford
7. Gay Lussac
8. Amedeo Avogadro
1. Proses Melalui Pembelajaran Sains

Sains merupakan salah satu dari ilmu yang erat kaitannya dengan alam ,
yaitu alam di sekitar kita. Pada saat belajar sains, siswa dianjurkan untuk
mengamati keadaan di sekitar, lalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul pada benak mereka.

Sains dan pembelajaran sains tidak hanya sekedar pengetahuan yang


bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang
menjadi bagian sains. Pertama adalah muatan sains (content of science) yang
berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi inilah yang menjadi
objek kajian ilmiah manusia.

Sains adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah
dari aktivis sains. Proses dalam aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa
disebut dengan keterampilan proses sains (science proccess skills). Mengajarkan
keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan mengajarkan
keterampilan yanga nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan mereka
sehari-hari.

Selain itu, sains merupakan dimensi sains yang terfokus pada karakteristik
sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan
besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk
mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Metode-metode sains
yang dimaksud meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan bukti-bukti, kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang
data yang diperoleh.

Berikut ini merupakan enam jenis keterampilan proses sains, yaitu:

8
1. Keterampilan mengamati (observation skiil)
2. Keterampilan komunikasi (communication skiil)
3. Keterampilan mengklasifikasi (classification skiil)
4. Keterampilan mengukur (measurement skiil)
5. Keterampilan menyimpulkan (inference skiil)
6. Keterampilan memprediksi (prediction skiil)

Keterampilan-keterampilan tersebut diatas merupakan bagian yang


membentuk landasan untuk menerapkan metode-metode ilmiah.

B. Pembelajaran Sains Realistik


a. Landasan Sains

Mata pelajaran sains berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang


lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran
teknologi dalam kaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

Di SD, sains diajarkan mulai dari kelas III yaitu dengan sifat yang lebih
memberi pengetauan, melalui pengamatan-pengamatan berbagai jenis perangai
lingkungan alam disekitar kita serta lingkungan buatan. Setelah memasuki kelas
tinggi, berulah siswa memperdalam ilmu sains disertai dengan penggunaan media
(alat peraga).

Media adalah alat peraga yang di gunakan oleh guru untuk menyampaikan
pesan yang dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat
berbentuk terlihat atau visual, terdengar atau audio dan teraba atau taktil. Dalam
pembelajaran, media sangatlah penting bagi kemajuan peserta didik, selain itu
media juga sebagai penunjang kemajuan suatu sekolah untuk mencapai hasil yang
lebih baik dan maksimal.

SLTP siswa diperkenalkan pada pengertian dasar keilmuan, seperti hukum


sebab akibat dan cara-cara yang bersifat objektif dengan menggunakan alat-alat
yang dapat memperluas jangakauan panca indra manusia. Selain itu di SLTP

9
diperkenalkan pula rekayasa sederhana untuk menumbuhkan dan memupuk
kreativitas produktif dalam mendayagunakan sumber daya alam yang tersedia.

Adapun manfaat pembelajaran sains dengan menggunakan media, yaitu:

1. Menjadikan peserta didik lebih mudah untuk memehami materi yang sedang
dipelajari
2. Memperluas ilmu pengetahuan peserta didik
3. Menjadikan peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti materi yang
dipelajari
4. Menjadikan peserta didik lebih aktif untuk mengikuti pelajaran yang
dipelajari
5. Dapat mencapai keberhasilan nilai yang lebih maksimal

C. Pembelajaran Kooperatif

Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu


pembelajaran kelompok yang memiliki aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajarkan antar
siswa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa
harus pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan oleh
siswa lain.

Ada beberapa metode yang memungkinkan dapat digunakan dalam


pembelajaran kelompok yaitu untuk diskusi, kerja kelompok, simulasi, dan
penelitian sederhana (observasi).

Metode yang sering digunakan dalam belajar kelompok di antaranya


adalah metode diskusi. Metode ini membina siswa untuk belajar secara sistematis
berdasarkan pada prosedur yang harus ditempuh. Dalam pelaksanaannya metode
ini perlu ditunjang oleh metode lain seperti ceramah dan tanya jawab.

10
Pembelajaran kelompok dengan metode diskusi pada tahap
penyajian/pembahasan materi pelajaran dapat menggunakan tahapan sebagai
berikut:

1. Merumuskan masalah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan


pembelajaran. Perumusan masalah harus dilakukan oleh siswa dibawah
bimbingan guru yang bersangkutan.
2. Mengidentifikasi masalah atau sub-sub masalah berdsarkan permasalahan
yang telah di rumuskan. Banyaknya sub-sub masalah dapat dijadikan dasar
untuk pembentukan kelompok.
3. Menganalisis masalah berdasarkan sub-sub masalah.
4. Penyusunan laporan oleh masing-masing kelompok.
5. Persentasi kelompok atau melaporkan hasil diskusi kelompok kecil pada
seluruh kelompok dilanjutkan diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh
guru. Dalam tahapan ini sekaligus melaksakan penguatan pemahaman
konsep dan prinsip yang diperoleh dari diskusi.
6. Menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan rumusan masalah dan sub-sub
masalah.

Setiap tahapan dalam pembelajaran kelompok perlu dilandasi dengan


pelaksanaan bimbingan, pemberian motivasi serta perhatian pada siswa
secara individu maupun secara kelompok.

11
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

Penelitian PKP ini dilakukan di SD Negeri Buket Rata, dengan subjek


penelitiannyaa adalah seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 15 orang siswa pada
tahun ajaran 2015-2016.

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan dalam 3 siklus dengan


jadwal pelaksanaannya adalah:

1. Siklus 1 : Senin, 2 November 2015


2. Siklus 2 : Senin, 9 November 2015
3. Siklus 3 : Senin, 16 Nonember 2015

Pihak yang membantu dalam kegiatan ini adalah suvervesor I

Tabel. 3. Alokasi Waktu Penelitian

No Tanggal Kegiatan
1 2 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan I
2 5 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan II
3 7 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan III
4 9 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan I
5 11 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan II
6 16 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan III
7 18 November 2015 Pelaksanaan siklus III pada pertemuan I
8 21 November 2015 Pelaksanaan siklus III pada pertemuan II

12
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom


Action Research) yang menerapkan pendekatan pembelajaran Sains dengan
menggunakan media atau alat peraga demi meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) siklus, dan 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan (observasi dan evaluasi)
4. Refleksi

Dalam 3 (tiga) siklus ini, tiap siklusnya dilaksanakan sesuai dengan


perubahan yang ingin dicapai.

a. Kegiatan Siklus 1
1. Perencanaan

Pada tahapan perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

 Peneliti melakukan observasi lapangan pada kelas VI SD Negeri Buket


Rata sebagai lokasi penelitian, dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Peneliti mengamati kegiatan belajar-mengajar sains di kelas VI.
 Peneliti mengidentifikasi faktor-faktor penghambat guru dalam
proses mengajar sains khususnya pada pokok pembahasan Magnet
dan Listrik.
 Memeriksa kurikulum untuk dapat mengatur pokok bahasan Magnet
dan Listrik agar dapat diajarkan dalam 6 kali pertemuan dalam waktu
yang berbeda.
 Membuat lembar observasi untuk mengamati proses belajar-mengajar
sains di kelas dengan menggunakan media.

13
 Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
pokok bahasan Magnet dan Listrik.
 Melakukan kegiatan belajar (praktek) dengan menggunakan alat peraga
sains yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
 Membuat dan merancang pokok bahasan yang akan dibahas sesuai
dengan materi yang dipelajari.
 Membuat hasil tes belajar untuk mengukur seberapa jauh peningkatan
yang telah dicapai siswa, sesuai dengan uji praktek dengan
menggunakan media atau alat peraga yang telah dilakukan sebelumnya.

2. Pelaksanaan

Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan pada setiap pertemuan (kegiatan
pembelajaran) dalm siklus 1 adalah sebagai berikut:

 Mengajarkan materi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) yang telah dibuat.
 Setelah presentasi kelompok, peneliti memberikan peluang kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami.
 Menjelaskan materi yang dipertanyakan oleh siswa dan memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab ataupun
menanggapinya.
 Memberi pengarahan terhadap siswa untuk membuat kesimpulan
dan materi yang telah dipelajari, sebagai hasil dari proses kontruksi
siswa terhadap konsep yang telah dipahaminya.
 Memberikan tugas (dengan menggunakan media) kepada siswa
untuk dikerjakan di kelas.
 Memeriksa kembali tugas yang telah dikerjakan oleh siswa, dengan
harapan apa yang telah siswa kerjakan mendapatkan hasil yang baik
dan maksimal.

14
3. Observasi

Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap pelaksanaan


tindakan selama pembelajaran berlangsung dengsn menggunakan alat peraga
( media), setelah itu barulah siswa diberikan tes melalui evaluasi berupa tes hasil
belajar Siklus I (ulangan harian).

4. Refleksi

Refleksi pada siklus 1 ini dilaksanakan segara setelah tahap pelaksanaan


tindakan kelas selesai dilakukan. Refleksi sikus 1 ini meliputi hasil observasi dan
hasil tes evaluasi siklus 1. Dari hasil yang diperoleh peneliti, harus ditinjau sejauh
mana materi yang telah dicapai oleh sisswa, dan materi-materi apa saja yang
belum dicapai secara maksimal. Hasil refleksi pada siklus 1 ini digunakan sebagai
acuan atau pedoman pelaksanaan pada siklus II.

b. Kegiatan Siklus II
1. Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus 1, maka harus diadakan perencanaan ulang.
Namun perencanaan pada siklus II ini lebih menekankan kepada arah perbaikan
untuk meningkatkan hasil belajar sains siswa, khususnya dengan menggunakan
bantuan alat peraga (media). Materi pada siklus II ini, merupakan kelanjutan
ataupun pengulangan kembali pembahasan yang telah dilakukan pada siklus I
sebelumnya.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan


pelaksanaan yang dilakukan disiklus I, namun pelaksaaan pembelajaran sains
pada silkus II ini harus disesuaikan pula dengan perencanaan untuk siklus II.

3. Observasi

Sama halnya pada observasi siklus I, observasi disiklus II inipun dilakukan


dengan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung.

15
Dalam hal ini pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
peraga, setelah itu barulah peneliti memberikan evaluasi tes hasil belajar siklus II
(ulangan harian).

4. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap pelaksanaan


tindakan kelas selesai. Refleksi pada siklus II ini meliput hasil tes praktek dan
hasil tes evaluasi siklus II. Dari hasil yang didapatkan, peneliti menarik
kesimpulan bahwasannya apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai
indikator yang diinginkan atau belum.

c. Kegiatan Siklus III


1. Perencanaan

Hasil dari penilaian siklus III merupakan kegiatan yang dilakukan pada
siklus II, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan kegiatan
siklus ini merupakan ulangan dari siklus II, dan penyempurnaan pembelajaran
pada siklus III.

2. Pelaksaan

Pada tahap ini, siswa harus bisa lebih memahami dan menyempurnakan
materi yang diberi guru, pada dasarnya tahapan disiklus ini sama dengan yang
dilakukan pada siklus II.

3. Observasi

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran


yang sedang berlangsung pada saat itu. Pada siklus III ini peneliti harus
mengamati jalannya kegiatan pembelajaran sambil mengisi lembar observasi
untuk mengidentifikasi keterampilan siswa dalam mendemontrasikan alat peraga.
Di siklus III ini siswa di tuntut agar lebih aktif lagi.

16
Kegiatan siklus III sama halnya dengan kegitan siklus-siklus sebelumnya, yaitu
membuat perencanaan, pelaksanaa, observasi dan refleksi.

Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data

1. Sumber Data
2. Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Buket Rata,
dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Buket Rata.

Jenis Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang
terdiri dari:

a) Hasil belajar sebagai data kuntitatif.


b) Hasil observasi sebagai data kualitatif.

3. Cara Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan oleh 2 orang observer


secara bergantian. Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:

a. Data tentang hasil belajar sains siswa yang diperoleh dan tes hasil
belajar sains dilakukan pada setiap akhir siklus.
b. Data mengenai keaktifan siswa diperoleh dari observasi selama
kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

17
22

Teknik Analisis Data

1. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan


analisis statistik deskriptif. Skor hasil belajar rata-rata yang diperoleh dari tes
pada setiap akhir siklus ditafsirkan ke dalam kategori berdasarkan pendekatan
penilaian acuan kriteria sebagai berikut:

Interval skor Kategori


0-3 Sangat rendah
4-6 Rendah
7-9 Sedang
10-12 Tinggi
13-15 Sangat tinggi

Data hasil observsasi aktivitas siswa dianalisis secara kualitatif dengan


mengelompokan persentase rata-rata dan aktivitas siswa berdasarkan kategorisasi:

Tabel 3.2 Kategorisasi Aktivitas Belajar

Interval skor Kategori


0-3 Sangat Rendah
4-6 Rendah
7-9 Sedang
10-12 Tinggi
13-15 Sangat Tinggi

Indikator kinerja

18
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila setelah
diterapkannya pembelajaran sains dengan menggunakan alat peraga sains terjadi
peningkatan pada:

d. Apabila hasil belajar siswa mencapai nilai 85% dan minimal hasil siswa
mencapai 65%, maka kelas dianggap tuntas secara klasikal
e. Aktivitas siswa

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

19
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian mengenai upaya


meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga
sains siswa kelas VI pada SD Negeri Buket Rata dengan pokok pembahasan
Magnet dan Listrik dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan data analisis
kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas ini
pada setiap pertemuan dilengkapi dengan catatan lapangan dari tiap-tiap
pertemuan dianalisis secara kualitatif, sedangkan skor hasil belajar yang diperoleh
dari tes siklus I, tes siklus II, dan tes siklus III dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik dskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, modus, nilai
terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa.

1. Pelaksanaan Tindakan

Siklus ini dilaksanakan selama 8 (delapan) kali pertemuan, pada


pembelajaran ini dilakukan pembelajaran secara berkelompok untuk
menyelesaikan lembar kerja, kemudian dilanjutkan dengan tugas per invidu
diakhir pertemuan. Sama halnya dengan siklus I, siklus II pun menerapkan hal
yang sama yaitu dalam setiap pertemuan selalu dilaksakan selama 8 (delapan) kali
pertemuan. Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus I, II, dan
III.

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

a) Siklus I
Aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Buket


Rata Pada Siklus 1

20
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 4 80 11,1
2 40 5 200 27,8
3 60 2 120 16,7
4 80 4 320 44,4
5 100 0 0 0
Jumlah 15 720 100

Dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa:


Nilai rata-rata = 720 = 48
15

Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 4 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :

% ketuntasan = Jumlah nilai ≥ 80 x 100%


Jumlah total

=320 x 100%
720
=44.4 %
b. Siklus II
Aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Buket


Rata Pada Siklus 2

21
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 0 0 0
2 40 5 200 21,7
3 60 4 240 26,1
4 80 6 480 52,2
5 100 0 0 0
Jumlah 15 920 100

Dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa:


Nilai rata-rata = 920 = 61,3
15

Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 6 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :

% ketuntasan = Jumlah nilai ≥ 80 x 100%


Jumlah total

=480 x 100%
920
=52,2 %

c. Siklus III
Aktivitas siswa pada siklus III dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3. Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Buket


Rata Pada Siklus 3

22
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 0 0 0
2 40 0 0 0
3 60 4 240 20
4 80 7 560 46,7
5 100 4 400 33,3
Jumlah 15 1200 100

Dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa:


Nilai rata-rata = 1200 = 80
15

Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 4 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :

% ketuntasan = Jumlah nilai ≥ 80 x 100%


Jumlah total

=960 x 100%
1200
= 80 %
Pembahasan dan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I

Pada tahap pembelajaran siklus I , masih banyak masalah-masalah yang


ditemukan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum bisa
mencapai nilai yang maksimal, dan pada tahapan ini skor nilai siswa masih sangat
rendah.

23
Berdasarkan hasil data tabel tersebut siswa yang mendapat nilai 20 ada 4
orang dengan persentase 11,1% , siswa yang mendapat nilai 40 ada 5 orang
dengan persentase 27,8%, siswa yang mendapat nilai 60 ada 2 orang dengan
persentase 16,7% dan siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 orang dengan
persentase sebanyak 44,4%.
Sangat rendahnya skor yang dicapai oleh siswa, di karenakan siswa kurang
pemahaman tentang materi yang diajarkan.

Demi mencapai skor nilai, pada akhir siklus I siswa akan diberi tes tentang
materi yang sudah dibahas sebelumnya. dengan demikian, siswa harus lebih ekstra
dalam proses pembelajaran, hal itu tidak lepas dari penngawan guru. Karena hasil
tes siklus I ini masih sangat rendah, maka perlu dilanjutkan perbaikan tindakan
pada siklus II.
2. Siklus II
Pada umumnya seluruh kegiatan pada siklus II ini harus memperlihatkan
sedikit kemajuan dibandingkan siklus I. Di siklus II ini siswa sudah tampak lebih
baik dibanding dengan siklus I. Untuk itu siswa yang mendapat skor nilai 40 ada 5
orang dengan persentase 21,7% , siswa yang mendapat skor nilai 60 ada 4 orang
dengan persentase 26,1%, siswa yang mendapat skor nilai 80 ada 6 orang dengan
persentase 52,2%, sedangkan siswa yang mendapatkan skor nilai 20 dan 100
tidak ada.

Selain itu, siswa juga lebih aktif dan lebih memahami materi yang sudah
diajarkan. Pada siklus II ini, banyak dari siswa yang bertanya dan mau membahas
ulang tentang materi yang belum mereka pahami. Selain itu, dalam proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga, siswapun sedikit
demi sedikit sudah mulai menampakkan hasil yang lebih baik.
Sama halnya dengan siklus I, Pada akhir siklus II ini siswa kembali diberi tes
guna mengetahui hasil perubahan yang terrjadi. Selanjutnya penelitian ini akan
diteruskan ke siklus berikutnya yaitu siklus III.

24
2. Siklus III
pada siklus III ini, perubahan sudah tampak jauh lebih meningkat
dibanding dari siklus-siklus sebelumnya. Dari data yang diperoleh, dapat di lihat
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 20 dan 40 adalah 0, siswa yang mendapat
nilai 60 ada 4 orang dengan persentase sebanyak 20%, siswa yang mendapatkan
nilai 80 ada 7 orang dengan persentase sebanyak 46,7% dan siswa yang
mendapat nilai 100 ada 4 orang dengan persentase sebanyak 33,3%.

Dari siklus III ini dapat diketahui bahwa persentase yang di hasilkan oleh
siswa meningkat dengan lebih baik, dari pada siklus sebelumnya dan mencapai
hasil yang di inginkan. Sehingga proses pembelajaran ini mencapai ketuntasan
yang maksimal.

Berdasarkan hasil tugas yang dikerjakan siswa tersebut dapat diketahui


bahwa setiap tugas yang dikerjakan hasilnya ada peningkatan yang signifikan
dengan kemampuan menulisnya. Hal ini juga dapat digambarkan dalam bentuk
diagram dibawah ini :

18

16

14

12

10 siklus 3
siklus 2
8
siklus 1
6

0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

25
Dari hasil kerja siswa mulai dari silkus I,II dan III, dapat dilihat pada Diagram
persentase seperti dibawah ini:

100%
90%
80%
70%
60%
siklus 3
50% siklus 2
40% siklus 1

30%
20%
10%
0%
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan, baik dari data kualitatif
maupun data kuantitatif dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran,
siswa mengalami peningkatan yaitu menjadi lebih kreatif, siswa menjadi lebih
aktif dalam berinteraksi antara guru dan siswa, selain itu pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga menjadikan siswa lebih maju dan kreatif.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan penulis berdasarkan hasil penelitian ini


adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru disarankan agar dalam pembelajaran menggunakan alat


peraga, sehingga mempermudah siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
2. Guru disarankan mempersiapkan semua alat peraga sains sebelum
melakukan pembelajaran di dalam kelas, tentunya dengan soal dan materi
yang sesuai.
3. Kepada siswa disarankan agar lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran
yang dilakukan didalam kelas.

27
Daftar Pustaka

Ambarjaya, Beni.S. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung, Tinta


Emas.

Lesmana, Hadian. dkk, 2008. Pandai Olimpiade Sains. Bogor, Duta Grafika.

Moedjiono dan Dimyati. 1993. Strategi Belajar-mengajar. Dirjen Dikti.

Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah (classroom Action


Research). Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution,S. 1992. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar-Mengajar, Bumi


Angkasa.

Surya, M. 1996. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung, IKIP


Bandung.

Surya, M. 1993. Peranan Konselor Pendidikan dalam Proses Kegiatan Belajar-


mengajar. Buletin Empatik adisi No.2, November 1993.

Surya,HM. ddk, 1997. Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

T. Raka Joni. 1982. Strategi Belajar-mengajar, Dirjen Dikti, 1982.

Wardani, ddk. 2014. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) - PGSD.

28

Anda mungkin juga menyukai