PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi seorang siswa, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi
kemajuan hidup mereka. Sungguh sulit di bayangkan jika seorang siswa tidak
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam hal ini siswa
harus di bimbing untuk memecahkan semua masalah-masalah yang mereka hadapi
terutama di bidang pendidikan.
1
dalam belajar mereka tidak meraba, tetapi melihat dengan jelas media apa yang
harus di pelajari dengan benar. Melalui pengajaran
1. Identifikasi Masalah
2
kemampuannya dalam mengelola pembelajaran agar siswa memiliki keterampilan
belajar. Keterampilan tersebut harus mencakup keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri
(learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to
do), dan keterampilan untuk hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis
(learning to live together).
Tapi tidak jarang juga sering kita jumpai, masih banyak dari guru yang
kurang akan mengusai bahan ataupun kurangnya pendekatan pembelajaran
terhadap siswa, hal inilah yang menjadikan siswa kurang tanggap akan pelajaran
yang diberikan oleh guru, terlebih lagi dalam pelajaran sains yang mereka anggap
sulit, tentunya akan menjadi suatu beban tersendiri. Untuk itu guru SD di tuntut
agar menjadi seorang pendidik yang profesional, berkarakter dan lebih bisa
menjiwai siswa. Selain itu dapat membimbing siswa ke arah yang lebih baik lagi,
sehingga siswa dapat belajar dengan efektif.
Dari hasil tes yang tidak mencapai nilai maksimal 70% dalam proses
pembelajaran diketahui bahwa:
2. Analisis Masalah
Oleh karena itu, guru jangan sampai tergelincir mengajarkan hal-hal yang
terlampau teoritis yang berada di luar kemampuan siswa untuk menyerapnya.
Dalam pembelajaran sehari-hari, biasanya guru hanya menggunakan model
3
pembelajaran Konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas
pada siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa pun tidak mendapatkan
hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan hasil dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, guru harus bekerja sama dengan siswa secara total dan memiliki
keahlian yang briliant.
4
Dengan menerapkan pembelajaran melalui media, diharapkan siswa dapat
memperoleh ilmu, nilai serta kemampuan yang maksimal. Dalam proses
pembelajaran, media sangatlah penting bagi kemajuan belajar siswa. Dengan
demikian, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “upaya
meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Sains pada
SD negeri buket rata, kecamatan kota langsa”.
B. Rumusan Masalah
Pada prinsipnya tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil dan
aktivitas belajar siswa pada pokok pembahasan Magnet dan Listrik dengan
menggunakan alat peraga sains pada kelas VI SD negeri Buket Rata, Kecamatan
Kota Langsa.
1. Bagi Siswa
a. Siswa dengan mudah mengingat dan mempelajari meteri yang telah di
berikan oleh guru.
b. Siswa beranggapan bahwa pelajaran Sains merupakan pelajaran yang
menarik dan mudah mengerti oleh siswa.
5
Mampu miningkatkan kualitas belajar siswa dalam bentuk kegiatan belajar
yang dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja
yang produktif.
2. Bagi Guru
a. Sebagai perancang pembelajaran (designer of intruction) guru lebih
mampu untuk merancang kegiatan pembelajaran secara efektif dengan
suasana yang kondusif bagi siswa.
b. Sebagai penilai hasil belajar siswa (evaluator of student laerning) guru
harus berperan mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari
waktu ke waktu.
c. Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru senantiasa
menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
3. Bagi Peneliti
a. Kegiatan penelitian ini merupakan pembelajaran yang sangat besar
sekali maknanya, selain itu sebagai media belajar bagi peneliti dalam
melatih diri untuk menyusun sebuah karya tulis yang sistematis.
b. Sebagai bahan referensi mengenai meningkatkan hasil dan aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Sains.
4. Bagi Sekolah
a. Dengan meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa menggunakan
alat peraga Sains di harapkan dapat menjadi penyemangat dalam rangka
mencari kualitas sekolah.
b. Menjamin kemajuan yang lebih baik lagi bagi sekolah untuk kedepan.
6
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Sains sekolah di SD
Pengajaran Sains yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada
buku saja, tetapi pengajaran itu sendiri harus dilengkapi dengan alat praktik
ataupun alat peraga serta dihubungkan dengan lingkungan alam yang ada di
sekitar kita, sehinga dapat mendorong siswa untuk mengembangkan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna untuk melanjutkan studi
maupun untuk hidup dalam masyarakat. Dengan tersedianya peralatan praktik
berupa alat peraga Sains (Kit IPA) serta pedoman penggunaan untuk guru, akan
dapat membantu guru dalam proses belajar-mengajar dan dapat dijadikan
media/alat bantu dalam mencapai tujuan pengajaran Sains sesuai dengan
kurikulum.
Ilmu yang mempelajari Sains disebut Saintis. Banyak sekali para ilmuan
Sains (Saintis) yang terkenal di dunia, di antaranya adalah:
1. Jhon Dalton
2. Jabir Ibnu Haiyan
3. Antoine Lavoisier
4. Dimitry Mendeleev
7
5. J.J Thomson
6. Ernest Rutherford
7. Gay Lussac
8. Amedeo Avogadro
1. Proses Melalui Pembelajaran Sains
Sains merupakan salah satu dari ilmu yang erat kaitannya dengan alam ,
yaitu alam di sekitar kita. Pada saat belajar sains, siswa dianjurkan untuk
mengamati keadaan di sekitar, lalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul pada benak mereka.
Sains adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah
dari aktivis sains. Proses dalam aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa
disebut dengan keterampilan proses sains (science proccess skills). Mengajarkan
keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan mengajarkan
keterampilan yanga nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Selain itu, sains merupakan dimensi sains yang terfokus pada karakteristik
sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan
besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk
mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Metode-metode sains
yang dimaksud meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan bukti-bukti, kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang
data yang diperoleh.
8
1. Keterampilan mengamati (observation skiil)
2. Keterampilan komunikasi (communication skiil)
3. Keterampilan mengklasifikasi (classification skiil)
4. Keterampilan mengukur (measurement skiil)
5. Keterampilan menyimpulkan (inference skiil)
6. Keterampilan memprediksi (prediction skiil)
Di SD, sains diajarkan mulai dari kelas III yaitu dengan sifat yang lebih
memberi pengetauan, melalui pengamatan-pengamatan berbagai jenis perangai
lingkungan alam disekitar kita serta lingkungan buatan. Setelah memasuki kelas
tinggi, berulah siswa memperdalam ilmu sains disertai dengan penggunaan media
(alat peraga).
Media adalah alat peraga yang di gunakan oleh guru untuk menyampaikan
pesan yang dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat
berbentuk terlihat atau visual, terdengar atau audio dan teraba atau taktil. Dalam
pembelajaran, media sangatlah penting bagi kemajuan peserta didik, selain itu
media juga sebagai penunjang kemajuan suatu sekolah untuk mencapai hasil yang
lebih baik dan maksimal.
9
diperkenalkan pula rekayasa sederhana untuk menumbuhkan dan memupuk
kreativitas produktif dalam mendayagunakan sumber daya alam yang tersedia.
1. Menjadikan peserta didik lebih mudah untuk memehami materi yang sedang
dipelajari
2. Memperluas ilmu pengetahuan peserta didik
3. Menjadikan peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti materi yang
dipelajari
4. Menjadikan peserta didik lebih aktif untuk mengikuti pelajaran yang
dipelajari
5. Dapat mencapai keberhasilan nilai yang lebih maksimal
C. Pembelajaran Kooperatif
10
Pembelajaran kelompok dengan metode diskusi pada tahap
penyajian/pembahasan materi pelajaran dapat menggunakan tahapan sebagai
berikut:
11
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
No Tanggal Kegiatan
1 2 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan I
2 5 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan II
3 7 November 2015 Pelaksanaan siklus I pada pertemuan III
4 9 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan I
5 11 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan II
6 16 November 2015 Pelaksanaan siklus II pada pertemuan III
7 18 November 2015 Pelaksanaan siklus III pada pertemuan I
8 21 November 2015 Pelaksanaan siklus III pada pertemuan II
12
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan (observasi dan evaluasi)
4. Refleksi
a. Kegiatan Siklus 1
1. Perencanaan
13
Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
pokok bahasan Magnet dan Listrik.
Melakukan kegiatan belajar (praktek) dengan menggunakan alat peraga
sains yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
Membuat dan merancang pokok bahasan yang akan dibahas sesuai
dengan materi yang dipelajari.
Membuat hasil tes belajar untuk mengukur seberapa jauh peningkatan
yang telah dicapai siswa, sesuai dengan uji praktek dengan
menggunakan media atau alat peraga yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Pelaksanaan
Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan pada setiap pertemuan (kegiatan
pembelajaran) dalm siklus 1 adalah sebagai berikut:
14
3. Observasi
4. Refleksi
b. Kegiatan Siklus II
1. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus 1, maka harus diadakan perencanaan ulang.
Namun perencanaan pada siklus II ini lebih menekankan kepada arah perbaikan
untuk meningkatkan hasil belajar sains siswa, khususnya dengan menggunakan
bantuan alat peraga (media). Materi pada siklus II ini, merupakan kelanjutan
ataupun pengulangan kembali pembahasan yang telah dilakukan pada siklus I
sebelumnya.
2. Pelaksanaan
3. Observasi
15
Dalam hal ini pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
peraga, setelah itu barulah peneliti memberikan evaluasi tes hasil belajar siklus II
(ulangan harian).
4. Refleksi
Hasil dari penilaian siklus III merupakan kegiatan yang dilakukan pada
siklus II, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan kegiatan
siklus ini merupakan ulangan dari siklus II, dan penyempurnaan pembelajaran
pada siklus III.
2. Pelaksaan
Pada tahap ini, siswa harus bisa lebih memahami dan menyempurnakan
materi yang diberi guru, pada dasarnya tahapan disiklus ini sama dengan yang
dilakukan pada siklus II.
3. Observasi
16
Kegiatan siklus III sama halnya dengan kegitan siklus-siklus sebelumnya, yaitu
membuat perencanaan, pelaksanaa, observasi dan refleksi.
1. Sumber Data
2. Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Buket Rata,
dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Buket Rata.
Jenis Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang
terdiri dari:
a. Data tentang hasil belajar sains siswa yang diperoleh dan tes hasil
belajar sains dilakukan pada setiap akhir siklus.
b. Data mengenai keaktifan siswa diperoleh dari observasi selama
kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
17
22
Indikator kinerja
18
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila setelah
diterapkannya pembelajaran sains dengan menggunakan alat peraga sains terjadi
peningkatan pada:
d. Apabila hasil belajar siswa mencapai nilai 85% dan minimal hasil siswa
mencapai 65%, maka kelas dianggap tuntas secara klasikal
e. Aktivitas siswa
19
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pelaksanaan Tindakan
a) Siklus I
Aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
20
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 4 80 11,1
2 40 5 200 27,8
3 60 2 120 16,7
4 80 4 320 44,4
5 100 0 0 0
Jumlah 15 720 100
Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 4 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :
=320 x 100%
720
=44.4 %
b. Siklus II
Aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
21
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 0 0 0
2 40 5 200 21,7
3 60 4 240 26,1
4 80 6 480 52,2
5 100 0 0 0
Jumlah 15 920 100
Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 6 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :
=480 x 100%
920
=52,2 %
c. Siklus III
Aktivitas siswa pada siklus III dapat dilihat pada hasil observasi yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
22
No Skor Jumlah Siswa Nilai x jumlah Persentase
Nilai siswa
1 20 0 0 0
2 40 0 0 0
3 60 4 240 20
4 80 7 560 46,7
5 100 4 400 33,3
Jumlah 15 1200 100
Jumlah siswa yang tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai 80 yaitu
sebanyak 4 orang siswa, dengan persentase ketuntasan :
=960 x 100%
1200
= 80 %
Pembahasan dan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
23
Berdasarkan hasil data tabel tersebut siswa yang mendapat nilai 20 ada 4
orang dengan persentase 11,1% , siswa yang mendapat nilai 40 ada 5 orang
dengan persentase 27,8%, siswa yang mendapat nilai 60 ada 2 orang dengan
persentase 16,7% dan siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 orang dengan
persentase sebanyak 44,4%.
Sangat rendahnya skor yang dicapai oleh siswa, di karenakan siswa kurang
pemahaman tentang materi yang diajarkan.
Demi mencapai skor nilai, pada akhir siklus I siswa akan diberi tes tentang
materi yang sudah dibahas sebelumnya. dengan demikian, siswa harus lebih ekstra
dalam proses pembelajaran, hal itu tidak lepas dari penngawan guru. Karena hasil
tes siklus I ini masih sangat rendah, maka perlu dilanjutkan perbaikan tindakan
pada siklus II.
2. Siklus II
Pada umumnya seluruh kegiatan pada siklus II ini harus memperlihatkan
sedikit kemajuan dibandingkan siklus I. Di siklus II ini siswa sudah tampak lebih
baik dibanding dengan siklus I. Untuk itu siswa yang mendapat skor nilai 40 ada 5
orang dengan persentase 21,7% , siswa yang mendapat skor nilai 60 ada 4 orang
dengan persentase 26,1%, siswa yang mendapat skor nilai 80 ada 6 orang dengan
persentase 52,2%, sedangkan siswa yang mendapatkan skor nilai 20 dan 100
tidak ada.
Selain itu, siswa juga lebih aktif dan lebih memahami materi yang sudah
diajarkan. Pada siklus II ini, banyak dari siswa yang bertanya dan mau membahas
ulang tentang materi yang belum mereka pahami. Selain itu, dalam proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga, siswapun sedikit
demi sedikit sudah mulai menampakkan hasil yang lebih baik.
Sama halnya dengan siklus I, Pada akhir siklus II ini siswa kembali diberi tes
guna mengetahui hasil perubahan yang terrjadi. Selanjutnya penelitian ini akan
diteruskan ke siklus berikutnya yaitu siklus III.
24
2. Siklus III
pada siklus III ini, perubahan sudah tampak jauh lebih meningkat
dibanding dari siklus-siklus sebelumnya. Dari data yang diperoleh, dapat di lihat
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 20 dan 40 adalah 0, siswa yang mendapat
nilai 60 ada 4 orang dengan persentase sebanyak 20%, siswa yang mendapatkan
nilai 80 ada 7 orang dengan persentase sebanyak 46,7% dan siswa yang
mendapat nilai 100 ada 4 orang dengan persentase sebanyak 33,3%.
Dari siklus III ini dapat diketahui bahwa persentase yang di hasilkan oleh
siswa meningkat dengan lebih baik, dari pada siklus sebelumnya dan mencapai
hasil yang di inginkan. Sehingga proses pembelajaran ini mencapai ketuntasan
yang maksimal.
18
16
14
12
10 siklus 3
siklus 2
8
siklus 1
6
0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
25
Dari hasil kerja siswa mulai dari silkus I,II dan III, dapat dilihat pada Diagram
persentase seperti dibawah ini:
100%
90%
80%
70%
60%
siklus 3
50% siklus 2
40% siklus 1
30%
20%
10%
0%
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan, baik dari data kualitatif
maupun data kuantitatif dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran,
siswa mengalami peningkatan yaitu menjadi lebih kreatif, siswa menjadi lebih
aktif dalam berinteraksi antara guru dan siswa, selain itu pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga menjadikan siswa lebih maju dan kreatif.
B. Saran
27
Daftar Pustaka
Lesmana, Hadian. dkk, 2008. Pandai Olimpiade Sains. Bogor, Duta Grafika.
28