PENDAHULUAN
Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari
peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains dan teknologi adalah
matematika. Hal ini dapat di buktikan karena sejak peradaban awal manusia ,
matematika sudah memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari- hari. oleh
karena itu, matematika sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya.
Begitu juga dengan manusia tidak akan pernah bisa melawan arus nya
kemajuan zaman sekarang ini kecuali manusia tersebut dapat menggunakan
keterampilan- keterampilan nya dalam mengatasi masalah tersebut. Sehingga
kemajuan sains dan teknologi erat kaitannya dengan matematika dan manusia itu
sendriri.
Menyadari akan hal ini, keterampilan –keterampilan Matematika ,
Keterampilan ilmu pengetahuan alam atau sains dan keterampilan teknologi sangat
di perlukan seseorang dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari baik di bidang pendidikan, sosial, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis akan mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan
Keterampilan Matematika, Keterampilan Sains, dan Keterampilan Teknologi.
31
4. Bagaimana cara mengembangkan Keterampilan Matematika?
5. Apa yang di maksud dengan keterampilan IPA?
6. Apa yang di maksud dengan keterampilan Teknologi ?
1.3 TUJUAN
31
BAB II
PEMBAHASAN
31
Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan
dengan bilangan. Bahkan matematika diartikan sebagai ilmu bantu dalam
menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan (Sujono 1988:5). Matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan (KBBI).
31
Penilaian keterampilan matematika siswa tergantung dari proses
pembinaan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Untuk menilai
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal matematika diperlukan suatu
arahan atau tujuan pembelajaran matematika. Hal ini menunjukkan bahwa
keterampilan ditetapkan oleh pengajar sebelum melaksanakan proses
pembelajaran sebagai standar penilaian keterampilan matematika.
31
Dalam penilaian keterampilan matematika siswa membutuhkan suatu
kejelasan guru dalam menentukan indikator penilaian yaitu geometri, aljabar,
fungsi, kalkulus, dan lain-lain serta penerapannya sebagai tujuan
pembelajaran matematika di kelas.
31
Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui
konsep propabolitas.
Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan
masalah tentang kelistrikan.
Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi
jumlah penduduk dll.
b. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Memecahkan persoalan dunia nyata
Menghitung luas daerah
Menghitung laju kecepatan kendaraan
Mengunakan perhitungan matematika baik dalam pertanian, perikanan,
perdagangan, dan perindustrian.
2.1.4 Mengembangkan Keterampilan Matematika
Suka atau tidak, matematika selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Saat bekerja, berbelanja, merencanakan biaya untuk keluarga. Hal ini perlu
diperkenalkan pada anak sejak masih kecil
Matematika bukan hanya bagian dari ilmu pengetahuan untuk
menghitung sudut, panjang gelombang suara, dan teori pelik lainnya.
Matematikan sebenarnya dasar konsep berpikir logis yang membantu kita
menghitung kemungkinan, atau pro dan kontra, sehingga kita bisa
memecahkan masalah dalam kehidupan. Hal inilah yang sebenarnya penting
dipelajari oleh anak. Karenanya sejak dini anak perlu dibuat tertarik dan tidak
terbebani ketika berhadapan dengan matematika.
Cara paling menarik untuk mengajarkan matematika adalah mengajak
anak mengalaminya secara langsung. Anda bisa menemukan berbagai
permainan yang didesain untuk mengembangkan keterampilan strategi, dan
melibatkan kemampuan berpikir logis, contohnya ular tangga, atau
31
monopoli.Mainan ini bisa dimainkan bersama oleh orang tua dan anak. Ketika
ia mengalami masalah selama bermain, Anda bisa membantunya dengan
memberikan contoh sehingga ia mendapatkan panduan menyelesaikan
masalahnya
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh seorang ahli perkembangan
anak dari Florida, California, USA disarankan 8 cara praktis untuk membantu
siswa mengakrabi matematika. Cara tersebut adalah:
1. Dorongan positif Sebagai dasar proses belajar, dorongan positif
merupakan hal yang penting. Sehingga anak mengerti harapan yang
diinginkan dari mereka, dan terdorong untuk selalu mencapainya. Setiap
kali anak mendapatkan nilai baik atau berhasil mengerjakan tugasnya
dengan cepat dan tepat, jangan lupa untuk memuji atau memberikan
hadiah kecil, seperti ekstra waktu bermain game, dan nonton film
kartun. Sebaliknya ketika anak belum berhasil, jangan memarahi atau
memberi target. Beri penjelasan yang mudah dipahami tentang cara
menyelesaikan tugasnya, agar ia mengerti dan dapat mengerjakan
latihannya lebih baik.
2. PR monitor Guru matematika cenderung memberi PR agar anak bisa
berlatih di rumah. Anak yang telah paham pelajaran tersebut, tentu tak
kesulitan mengerjakannya. Sebaliknya, jika tidak paham maka anak
cenderung mengabaikan PRnya. Orang tua diharapkan untuk
mendampingi anak mengerjakan PR matematikanya. Hal ini tidak berarti
matematika lebih istimewa dibanding pelajaran lain, tetapi karena rasa
nyaman dan pendampingan orang tua akan memberi dorongan yang
besar bagi anak untuk menyelesaikan PR yang sulit. Anak juga akan
aman karena tahu bahwa ia akan mendapatkan penjelasan ketika
dibutuhkan.
3. Beri contoh Orang tua dapat memberi contoh yang praktis pada ana
ketika mengajari matematika. Untuk anak berusia SD (6-12 tahun),
secara sederhana bisa meminta mereka menghitung berapa uang yang
harus disiapkan untuk membeli tiket Kidzania, misalnya. Atau, ketika
31
berada di jalan, ajak mereka menghitung jumlah mobil merah yang
berpapasan dengan mobil keluarga Anda.
4. Matematika praktis Jelaskan pada anak bahwa matematika sangat
dibutuhkan dalam kehidupan, sehingga mereka mengerti bahwa bukan
rumus yang sulit yang harus mereka pelajari, tetapi pemahaman
menggunakannya. Contoh sederhana; Anda bisa meminta anak
menghitung total potongan pizza yang harus dibeli jika setiap orang
dalam keluarga ingin mendapatkan 2 potong. Anda bisa mengajarinya
dengan penjumlahan, atau dengan perkalian bagi anak yang telah lebih
besar (usia SD).
5. Biarkan anak terbuka Bantu anak untuk terbuka membicarakan
kesulitannya belajar matematika. Ini adalah langkah yang baik untuk
memantau kemampuannya. Jika anak perlu dibantu, Anda akan segera
tahu darinya, bukan dari nilai-nilai ulangannya yang rendah, atau PR
yang dengan sengaja tidak dikerjakannya.
6. Nilai Uang Anda bisa menggunakan uang, untuk membantu anak mahir
berhitung. Anak bisa belajar pengurangan, penambahan, dan
pembagian untuk menentukan uang yang harus mereka miliki untuk
mendapatkan sesuatu, sisa uang yang akan mereka terima sebagai
kembalian, pada proses membeli.
7. Menyebutkan Waktu Ajari anak menyebutkan waktu dengan melihat
jam. Gunakan lebih dulu jam digital, ketika anak baru belajar angka,
baru kemudian gunakan jam analog (memiliki jarum) ketika anak mulai
dapat mengerti penjumlahan dan pengurangan dua digit (total detik dan
menit adalah dua digit). Jelaskan secara detail tentang konsep detik,
menit, jam dan hari.
8. Permainan Matematika Belajar matematika mestinya bisa menjadi
menarik dan menyenangkan bagi anak. Anda bisa memadukan
matematika dengan berbagai cara praktis yang membuat siswa
merasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya belajar
31
angka dengan menggunakan remote control TV, atau menggunakan
flash card berisi angka-angka yang dimainkan seperti permainan kartu
9. Gunakan komputer Anda bisa meningkatkan kecepatan siswa belajar
dengan menggunakan komputer, dan berbagai software pendidikan.
Saat ini anak-anak lebih familiar dengan komputer dibandingakn kita
saat seusia mereka. Bisa ditemukan berbagai permainan komputer yang
melibatkan keterampilan matematika.
31
dapat mengetahui secara pasti apakah suatu pengetahuan tertenti diperoleh
dengan metode ilmiah atau tidak.
Nash, dalam bukunya The Nature of Nature Science (Nash,1993)
berpendapat bahwa : “Science is away of looking at the world”. Sains atau
IPAdipandang sebagai suatu cara atau metode untuk mengamati sesuatu, dalam
hal iniadalah dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu berbeda dengan
caramemandang biasa. Cara memandang IPA bersifat analitis, melihat sesuatu
secaralengkap dan cermat serta dihubungkan dengan obyek yang lain
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang
diamati.
Lebih lanjut Nash menandaskan “The whole science in nothing more than
arefinement of everyday thinking”. IPA sebagai suatu cara/pola berpikir terhadap
sasaran dengan seksama dan lengkap tidak sama dengan pola berpikir sehari-
hari.
Pendapat Nash tentang IPA ini diperkuat oleh Einstein (Nash, 1963)
yangmengatakan bahwa “Science is the attempt to make the chaotic diversity of
our sense experience correspond to logically uniform system of thought. In this
singleexperiences must be correlated with the theoretic structure in such a way
that theresulting is unique and convincing. Sain dipandang sebagai a logically
uniformsystem of thought”, atau sains merupakan suatu pola pikir logis dan
seragam yangtak lain adalah metode ilmiah.
Pembelajaran IPA yang baik adalah jika dilakukan seperti bagaimana IPA
ditemukan. IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan lewat metode ilmiah
dan meggunakan ketrampilan proses. Keterampilan proses sangat penting untuk
dipelajari dan dikuasai siswa. Bila siswa telah menguasai keterampilan IPA.
Maka siswa telah menguasai keterampilan yang diperlukan didalam belajar
tingkat tinggi yaitu melakukan pemecahan masalah dan penelitian.
Kemampuan pemecahan masalah dan penelitian merupakan keterampilan hidup
(life skill) yang merupakan hasil belajar yang paling tinggi.Keterampilan IPA
secara proses diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektal, sosial dan fisik yang bersumber dari
31
kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah adapada diri siswa
(DEPDIKBUD, Moedjiono, 1992/1993: 14).
Menurut Semiawan,dkk (Nasution, 2007) menyatakan bahwa ketrampilan
IPA adalah keterampilanfisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan
yang mendasar yangdimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan
ilmiah sehingga parailmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Sedangkan Dimyati dan Moedjiono (Sumantri, 1998/1999:113)
mengungkapkan bahwa keterampilan IPA bukanlah tindakan instruksional yang
berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Hal ini justru dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dengan
keterampilan IPA siswa akan mampu belajar mandiri,mengembangkan diri
sendiri dan belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar didalam IPA merupakan
hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiah berkaitan dengan subyek
yang dipelajari dan menggunakan keterampilan IPA.
31
Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses
penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.
Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai keterampilan IPA,
misalnya:
1. Mengidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variabel
berubah/tergayut
2. Menentukan apa yang diukur dan diamati,
3. Keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera
(tidak hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan,
mencari kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan
4. Keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat
secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-
hubungkan hasil pengamatan
5. Keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan
keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan,
6. keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan
hasil-hasil pengamatan, dan
7. keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu
digunakan.
8. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep, baik
penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam
pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun
dalam menyusun hipotesis.
9. Keterampilan berkomunikasi seperti :
(a) keterampilan menyusun laporan secara sistematis,
(b) menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan,
(c) cara mendiskusikan hasil percobaan,
(d) cara membaca grafik atau tabel, dan
(e) keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa
dan bagaimana, maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta
31
keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis.
Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan
tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi,
maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle menjadi suatu metode ilmiah.
Rezba dkk. mendeskripsikan keterampilan proses IPA yang harus
dikembangkan pada diri peserta didik mencakup kemampuan yang paling
sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan kemampuan tertinggi
yaitu kemampuan bereksperimen.
Menurut Bryce dkk. keterampilan proses IPA mencakup Keterampilan
proses tingkat dasar (Basic Science Proses Skill) sebagai kemampuan yang
terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan proses terpadu (Intergated
Science Proses Skill). Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan
investigasi (investigation skill).
Keterampilan Proses Tingkat Dasar mencakup:
melakukan pengamatan (observational skill),
mencatat data (recording skill),
melakukan pengukuran (measurement skill),
mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan
mengikuti instruksi (following instructions).
Keterampilan Proses Terpadu meliputi:
menginferensi (skill of inference) dan
menyeleksi berbagai cara/prosedur (selection of procedures).
Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan
melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga
harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan
sebagainya.
Mengingat dari perkembangan mental peserta didik SMP/MTs menurut
Piaget, Carin dan Sund, sebagian besar pada taraf transisi dari fase konkrit ke
fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mulai mampu
berpikir abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP terutama di kelas III
31
hendaknya sudah mengenalkan peserta didik kepada kemampuan untuk mulai
melakukan investigasi/ penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana.
Setidaknya, peserta didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan
pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan
hipotesis berdasar pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional
berdasar logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan/pengamatan baik
secara tertulis maupun lisan. Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar
yang dapat dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan
psikomotor. Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan
penyelidikan/investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih
bagaimana ia harus mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau
bagaimana ia dapat mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan
pembenar yang paling kuat.
Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan IPA berdasar ragam
obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka dalam
membelajarkan peserta didik untuk menguasai IPA bukan pada banyaknya
konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar peserta didik
berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah,
dan peserta didik dapat melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal
meningkatkan kreativitas dan mengapresisasi nilai-nilai.
31
sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan
pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi
juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses
informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.
Dengan keterampilan proses siswa akan mampu belajar mandiri,
mengembangkan diri sendiri dan belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar
didalam IPA merupakan hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiah
berkaitan dengan subyek yang dipelajari dan menggunakan keterampilan proses.
Metode ilmiah adalah metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui
dua jalur, yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Berikut diberikan bagan
metode ilmiah.
31
Pengajaran IPA mengikuti alur metode ilmiah diatas sangat dianjurkan
karena memiliki kualitas dan kuantitas hasil belajar yang lebih tinggi daripada
hanya sekedar menghafal. Untuk mewujudkan pembelajaran dengan
menggunakan metode ilmiah diperlukan ketrampilan proses
Karakterteristik dasar keterampilan proses sains yang sangat penting baik
secara individu maupun ketika kelompok, diantarnya adalah :
1. Pengamatan
Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita
mengamati benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera
31
kita, yang berarti kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan
untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan
keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi,
mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat
hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan pengamatan
kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan
yang melibatkan angka atau kuantitas adalah pengamatan kuantitatif
misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol
dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi
yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak
mengherankan, jika siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan
bantuan untuk membuat pengamatan yang baik.
Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus
diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar
selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan
penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka
tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca
indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar
membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini
dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong
mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa
yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek
tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin
menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat
mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak
hanya dari lima indera yang mereka gunakan.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua,
bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam
rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikasi
31
harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut.
Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan
rujukan (referensi). Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau
lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning.
Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang
baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa
rujukan, kita telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya
mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan
yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba
untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin
menggunakan ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng
bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.
3. Pengukuran
Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari
mengamati dan berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita
membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang
disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu
angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat
mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis,
atau dengan gambar. menggambar. Metode lain untuk
mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah
grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.
4. Pengelompokan
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda
atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka.
Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek
berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah
penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda
dari gejala alam. Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan
31
klasifikasi. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek
ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan pada beberapa
persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua
metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam
sistem klasifikasi biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua
himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap
objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang
punggung dan hewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi
biner juga dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat
yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik kelompok lain.
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di
sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi)
yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kita mampu membuat
kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar
kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar
kita. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu
peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil
penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan
antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan
dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan
dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan. Kita
dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu
mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi
rinci. Kemudian, dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang
pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang
makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara
ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah
diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya.
31
Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan
hasil pengamatan.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan
pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan
hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya kita lebih percaya diri tentang
kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan
pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat
mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba
untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat
pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil
kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan
akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan
akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak
kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang
bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah,
dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
5. Ramalan
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis
tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat
ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita untuk
berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan ini
didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat
tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan
pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga mengalami model
mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak
hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau
hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji
kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita
memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi /hipotesis. Ini adalah dasar
dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan
31
menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam
keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan
proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi)
lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang
lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan
sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka
pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih
dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan
menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif
terhadap sains.
B. Keterampilan Proses Terpadu IPA
31
1. Memformulasikan Hipotesa
2. Identifikasi Variabel
31
Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah
atau dimanipulasi dalam suatu situasi.
Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari
kegiatan manipulasi.
Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan
agar tidak berpengaruh terhadap variabel respon.
4. Melakukan Ekperimen
31
konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam
kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.
31
5. Menginterpretasikan Data
31
2.2.2 Keterampilan Teknologi
31
diaktualisasikan dengan memahami dan mempelajari teknologi, untuk kesuksesan
dan kemajuan pribadi individu dan kelompok, sehingga jauh dari kesan gaptek
(Gagap Teknologi) dan serba tertinggal (Jadul).
31
15. Pengetahuan Media Penyimpanan di Komputer (harddisks, CD, drive USB,
DVD,dll.)
16. Keterampilan Memindai (Scan)
17. Keterampilan Pencetakan Dokumen
18. Keterampilan Piranti Bergerak (Handphone, Smartphone, PDA, Tablet)
19. Pengetahuan Hak Cipta
20. Pengetahuan Keamanan Komputer
21. Pengetahuan Perangkat Google
22. Keterampilan Pemanfaatan Google Earth
23. Keterampilan Pemanfaatan Software Wiki dan Ensiklopedia Digital
24. Keterampilan Membuat dan Mengelola Blog
25. Keterampilan Pemanfaatan Social Bookmarking
26. Keterampilan Pemanfaatan Jejaring Sosial
27. Pemanfaatan Sumber Belajar Web Disesuaikan dengan Konten Spesifik
28. Keterampilan Pencarian di Web
29. Keterampilan Pemanfaatan Web 2.0
30. Keterampilan Papan Pintar Interaktif / Interactive White Board (SmartBoard
dan Promethean)
31. Keterampilan Pemanfaatan Pesan Instant
32. Video Streaming dan Podcast
33. Pengetahuan RSS Feed
34. Pengetahuan Virtual World (Second Life, dll)
35. Keterampilan Pemanfaatan Perangkat Kolaborasi & Komunikasi Online
36. Keterampilan Pemanfaatan Perangkat Penceritaan Digital
37. Keterampilan Pemanfaatan Software Organiser Grafik (Mind Mapping,
Concept Map, dll)
38. Keterampilan Pengolahan Gambar (Image Editing)
39. Keterampilan Pengolahan Video (Video Editing)
40. Keterampilan Penyusunan Multimedia untuk Bahan Ajar e-Learning
(SCORM)
31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
31
kecepatan siswa belajar dengan menggunakan komputer, dan berbagai
software pendidikan, dan lainnya.
keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan pada diri peserta didik
mencakup kemampuan yang paling sederhana yaitu mengamati, mengukur
sampai dengan kemampuan tertinggi yaitu kemampuan bereksperimen.
keterampilan proses IPA mencakup Keterampilan proses tingkat dasar (Basic
Science Proses Skill) sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti
dengan keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill).
Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation
skill).
teknologi merupakan ilmu pengetahuan yang bertopang pada ilmu-ilmu alam
yang mewujudkan ilmu-ilmu seperti perencanaan, konstruksi, pengamanan ,
utilitas, dan sebagainya dari semua bangunan teknik sipil maupun militer.
3.2 SARAN
31
Daftar Pustaka
Septiana, Nurul. 2014. Diktat Mata Kuliah Dasar Dasar Pendidikan MIPA.
Palankaraya: STAIN Palangkaraya
http://estinurmalinda.blogspot.co.id/2012/01/makalah-dasardasar-mipa.html
Di akses pada 02 november 2015.
http://mahasiswa-sibuk.blogspot.co.id/2012/01/dasar-dasar-keterampilan-
matematika.html Di akses pada 02 november 2015
http://www.mengejarasa.com/2014/10/makalah-ketrampilan-proses-sains-
kps.html Di akses pada 02 november 2015
http://indah-mozaeq.blogspot.co.id/2012/04/makalah-pembelajaran-
keterampilan.html Di akses pada 02 november 2015
31