Esofagus adalah saluran berongga yang secara keseluruhan merupakan
otot, dipisahkan oleh dua sfingter di antara faring di atas dan lambung di bawah. Fungsi utamanya untuk membawa bahan yang dicerna dari mulut ke lambung tetapi esofagus tidak punya peran dalam pencernaan.1 Esophageal Atresia atau Atresia esofagus adalah kelainan pada esofagus yang ditandai dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal, esophagus bagian proksimal mengalami dilatasi yang kemudian berakhir sebagai kantung dengan dinding muskuler yang mengalami hipertrofi yang khas memanjang sampai pada tingkat vertebra torakal segmen 2-4. Bagian distal esophagus merupakan bagian yang mengalami atresia dengan dinding muskuler yang tipis dan berdiameter kecil. Keadaan ini meluas sampai diatas diafragma. Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yang harus dicurigai sebagai salah satu differential diagnosis bila terdapat neonatus yang mengalami kesulitan makan dan bernapas dalam beberapa hari pertama lahir.2,3 Hasil penelitian Satendra Sharma dkk, yang dilakukan di Universitas King George’s di bagian bedah anak dan neonatologi, India, mendapatkan hasil bahwa atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus adalah tipe yang paling umum di 117 kasus (92%). Anomali kongenital terkait 52 (41%) pasien, yang paling umum menjadi anomali jantung, yang diikuti oleh anomali gastrointestinal. VACTERL ditemukan di 5% kasus. Prematuritas, anomali kongenital, kesenjangan antara ujung esofagus dan status pernapasan pra operasi adalah faktor signifikan yang mempengaruhi kelangsungan hidup. Pneumonitis dan sepsis adalah komplikasi yang paling umum terjadi (42%). Hipoksia dan kegagalan kardiorespirasi adalah penyebab umum kematian (11 kasus). Kelangsungan hidup sesuai kriteria Waterson adalah 100% pada kelompok A, 83 % pada kelompok B dan 22% pada kelompok C.4