ANATOMI FISIOLOGI
KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada
waktunya.Tugas ini kami buat untuk melatih kami agar dapat membuat makalah yang baik dan
benar.Karena hasil yang memuaskan membutuhkan kerja keras dan bersungguh-sungguh.Kami
sadar apabila di dalam makalah ini masih banyak kesalahan penulisan dan tanda baca yang jauh
dari harapan dosen pembimbing.
Terima kasih kepada dosen telah mempercayai kami untuk mengerjakan tugas
ini.Kesalahan yang ada di dalam makalah ini bukanlah disengaja namun karena kekhilafan,
kelupaan dan kurang ketelitian kami dalam mengerjakannya.Kami telah berusaha dan
semaksimal mungkin untuk memberikan makalah ini selengkap-lengkapnya dan sebaik-
baiknya.Saya harap dosen dan teman-teman dapat menerima makalah dari kami ini.
Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan banyak saran dan
komentarnya. Demikian, saya harap makalah ini berguna untuk dapat menambah ilmu dan
referensi teman-teman sekalian.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………17
B. Saran……………………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan.Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstrseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler(plasma), cairan intersitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Cairan dan Elektrolit?
1.2.2 Bagaimana Pembagian Ruangan Cairan Tubuh Dan Volume Dalam Masing-
Masing Ruangan?
1.2.3 Apa Perbedaan Komposisi Elektrolit Di Intraseluler dan Ekstraseluler?
1.2.4 BagaimanaPertukaran Cairan Tubuh Sehari-hari (Antar Kompartemen)?
1.2.5 Bagaimana Pengaturan Keseimbangan Elektrolit?
1.2.6 Bagaimana Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh?
1.2.7 Contoh Kelainan Pada Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit?
1.2.8 Apa Pengertian Keseimbangan Asam Basa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Cairan dan Elektrolit
1.3.2 Mengetahui Pembagian Ruangan Cairan Tubuh Dan Volume Dalam Masing-
Masing Ruangan
1.3.3 Mengetahui Perbedaan Komposisi Elektrolit Di Intraseluler dan Ekstraseluler
4
1.3.4 Mengetahui Pertukaran Cairan Tubuh Sehari-hari (Antar Kompartemen)
1.3.5 Mengetahui Pengaturan Keseimbangan Elektrolit
1.3.6 Mengetahui Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh
1.3.7 Mengetahui Pengertian Keseimbangan Asam Basa
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengetahui bahwa kita benar – benar sedang kehilangan air pada saat sedang keluar dari
tubuhnya.
Dalam cuaca sangat panas ,kehilangan air di dalam keringat kadang – kadang
meningkat sampai sebanyak 1,5 literPer hari,yang tentu saja dapat cepat menghabiskan
cairan tubuh.Gerak badan meningkatkan kehilangan air dengan dua cara yaitu
1. Meningkatkan kecepatan pernapasan yang memperbesar kehilangan air melalui
traktur respiratorius sesuaiDengan peningkatan kecepatan ventilasi.
2. Gerak badan meningkatkan suhu tubuh dan sebagai akibatnya mengeluarkan
keringat yang berlebihan.
Dengan mengetahui presentasi air dalam tubuh harus di pahami bahwa hilangnya
sejumlah air dalam tubuh dengan presentasi yang sama menpunyai akibat yang berbeda pada
setiap umur.Kehilangan cairan dalam tubuh akan berakibat tubuh kita kekurangan cairan.
6
.
2.2 Pembagian Ruangan Cairan Tubuh Dan Volume Dalam Masing-Masing Ruangan
Total air dalam tubuh dibagi menjadi 2 bagian : ekstraseluler dan intraseluler. Cairan
ekstraseluler menyusun ± 1/3 dari total air dalam tubuh dan 2/3 sisanya
merupakan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler menyusun 20% dari berat badan total
yang terdiri dari plasma ( 5% dari berat badan ) dan cairan interstitial ( 15 % dari berat badan
). Jumlah cairan intraseluler dihitung dengan cara mengurangi total air dalam tubuh
dengan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler terdiri dari 40% berat badan total pada
masing – masing individu dengan proporsi terbesar terdapat pada otot rangka
% berat badan total
Plasma 5%
Cairan interstitial 15%
Volume intraseluler 40%
1. Cairan Intraseluler adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau
solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme.
Cairan intraseluler membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intraseluler
memiliki banyak solut yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstraseluler.
Namun proporsi subtansi-subtansi tersebut berbeda.Misalnya, proporsi kalium lebih
besar didalam cairan intraseluler daripada dalam cairan ekstaseluler.Kation utama dalam
cairan intraselular adalah potasium (K+ ) dan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43- ).
Komposisi cairan intraseluler :
Na+ 15 HCO3- 10
K+ 150 CL- 1
7
Ca++ 2 HPO4 = 100
Mg++ 27 SO4 = 20
Protein 63
2. Cairan Ekstraseluler, terdiri dari cairan interstisial (CIS), cairan intravascular (plasma),
dan transeluler. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar
sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian
cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.cairan transeluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.Kation (ion positif) utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+)
dan anion (ion negative) utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3- ). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstisial kurang
lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraseluler.
Komposisi cairan ekstraseluler :
8
a. Cairan intertisial adalah cairan disekitar sel tubuh dan limfe adalah
cairandalam pembuluh limfatik. Gabungan kedua cairan ini mencapai tiga
perempatCES
b. Plasma darah adalah bagian cair dari darah dan mencapai seperempat CES
c. Cairan transeluler sekitar 1% sampai 3% berat badan, meliputi seluruh
cairantubuh yang dipisahkan dari CES oleh lapisan sel epitel,
subkompartemen inimeliputi keringat, cairan serebrospinal, cairan
synovial, cairan dalamperitoneum, peri kardiak dan rongga pelura,
cairan dalam ruag-ruang mata,dan cairan dalamsistem naria, pencernaan
dan urinaria.
2.5 Pengaturan Keseimbangan Elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,
paru, dan gastrointestinal.Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem
atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti
diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur
air, pengatur konsentrasi garam dalam darah.pengatur keseimbangan asam-basa darah,
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan.Keluaran urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/
bb/jam.
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriolkutan dengan cara vasodilatasi
dan vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui
cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut
berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi,
yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
9
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasan air
yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh
yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible
water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.
5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal
di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi
merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal.Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
10
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan
cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,
sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.
2.6 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh
a) Osmosis
Peristiwa ini merupakan suatu factor yang amat penting dalam terjadinya
fisiologis.Kecenderungan molekul pelarut bergerak ke daerah yang mempunyai keadaan
zat larut yang lebih tinggi dan dapat dicegah dengan menggunakan tekanan pada larutan
yang lebih pekat.Tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah peralihan pelarut disebut
tekanan osmotis efektif sebuah larutan.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
11
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Tekanan osmotik daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut
di dalamnya.Gerakan molekul-molekul pelarut melalui membrane ke arah zat pelarut
yang lebih kental tidak merembes melalui membrane. Kecenderungan pelarut bergerak
kearah daerah yang mempunyai kadar pelarut yang lebih tinggi. Volume setiap
kompartemen bukan hanya ditentukan oleh jumlah air yang ada dan dapat melintasi
membrane sel tetapi terutama ditentukan oleh komposisi kimiawinya yang saling
berkaitan :
1. Setiap kompartemen cairan memiliki satu zat larut utama yang oleh berbagai
mekanisme terikat dalam kompartemen itu. Tekanan osmotik mengatur volume
kalium untuk ruang intraseluler, natrium untuk ruang ekstraseluler, dan protein
plasma untuk kompartemen intravaskuler.
2. Tekanan osmotic tidak bergantung pada kegiatan kimiawi khusus melainkan pada
jumlah partikel-partikel yang ada didalam suatu larutan atau kompartemen tertentu.
Molekul air mempunyai sifat umum bergerak secara difusi sesuai dengan gradient
(laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah yang sedikit zat
terlarut (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlah zat yang terlarut (konsentrasi
pelarut rendah).
Bila suatu zat terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini menurun konsentrasinya
dalam campuran tersebut.Jadi semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu
larutan, semakin rendah konsentrasi airnya.Selanjutnya cairan berdifusi dari area
dengan konsentrasi zat terlarut rendah (konsentrasi air tinggi) ke arah yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut tinggi (konsentrasi air rendah).Oleh karena membrane sel relatif
impermeabel terhadap zat terlarut dan sangat permeabel terhadap air pada salah satu sisi
membrane sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi maka air berdifusi melintasi
membrane menuju daerah dengan konsentrasi zat pelarut lebi tinggi. (Syaifudin, 2014)
b) Difusi
Dalam tubuh difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair tetapi dari satu ruangan
ke ruangan lain yang mempunyai sawar (sekat) yang antara ruangan tersebut permeabel
12
untuk zat yang berdifusi. Kecepatan difusi melalui sawar lebih lambat dari pada
kecepatan difusi dalam air.
Semua molekul dan ion dalam cairan tubuh termasuk molekul air dan zat pelarut
berada dalam gerakan yang konstan.Masing-masing partikel bergerak sesuai dengan
caranya sendiri.Gerakan ini disebut panas.Semakin besar pergerakannya semakin tinggi
suhunya.
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat
secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui
membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada
faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil.
Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
1. Difusi melalui membrane sel
Terdapat dua jenis difusi :
Difusi sederhana
Gerakan kinetik (mekanisme) molecular dan molekul atau ion terjadi melalui
celah membrane atau ruang intermolekular tanpa perlu diberikan dengan protein
membawa dalam membrane.Kecepatan difusi ditentukan oleh jumlah zat yang
tersedia oleh kecepatan gerakan kinetik dan jumlah celah membrane sel yang
dapat dilalui oleh molekul ketika ion dapat lolos. Hal ini dapat terjadi melalui :
a. Celah pada lapisan lipid ganda khususnya jika bahan terlarut dalam lipid.
b. Saluran licin pada beberapa protein transport.
Difusi yang dipermudah, membutuhkan interaksi antara molekul maupun ion
dengan protein pembawa. Protein pembawa membantu lewatnya molekul dan
ion melalui membrane, melalui ikatan kimia sehingga molekul atau ion dapat
keluar dan masuk membrane.
2. Difusi melalui saluran protein
Difusi ini merupakan satu jalan lintas yang menembus sela-sela molekul
protein.Saluran berbentuk corong mulai dari ujung ekstraselular. Zat yang dapat
berdifusi dengan cara sederhana langsung melalui saluran ini dari satu sisi
membrane ke sisi membrane lainnya saluran ini dibedakan oleh dua sifat khas :
Permeabilitas selektif, melakukan transpor satu atau dua lebih ion molekul
spesifik. Bentuk dan jenis muatan listrik negative yang kuat dilukiskan dengan
tanda negatif. Sebaliknya terdapat serangkaian saluran protein lain yang bersifat
13
selektif untuk transpor. Kalsium tidak mengandung muatan negatif mempunyai
daya tarik yang kuat untuk menarik ion-ion agar masuk ke dalam saluran.
Gerbang saluran protein, untuk mengatur permeabilitas saluran, gerbang ini
mempunyai perluasan mirip gerbang pada molekul dan protein transpor yang
dapat menutup dan membuka saluran. Dengan cara mengubah bentuk molekul
protein itu sendiri. Saluran natrium pembukaan dan penutupan gerbang ini
terjadi pada ujung saluran bagian luar membrane sel, sedangkan untuk kalium
terjadi pada bagian dalam ujung saluran. (Syaifudin, 2014)
c) Filtrasi
Filtrasi adalah gerakan cairan dari area yang mempunyai tekanan
hidrostatik tinggi ke area yang bertekanan hidrostatik rendah.Misalnya pada
filtrasi darah pada glomelurus dimana tekanan pada pangkal arteri lebih tinggi
daripada ujung arteri, sehingga tekanan filtrasi terjadi karena perbedaan tekanan
antara tekanan hidrostatik dengan tekanan osmosilk. Benda cair dipaksa melintasi
membrane ataupun penyekat lain oleh perbedaan tekanan hidrostatik dikedua
belah sisinya. Jumlah cairan di filtrasi jangka waktu tertentu berbanding
proposional dengan perbedaan tekanan dan luas permukaan membran. Molekul
yang lebih kecil dari pori pori membrane akan melintas bersama zat cair,
sedangkan molekul yang lebih besar, akan bertahan. Hal ini terjadi apabila
tekanan hidrostatik di dalam pembulu lebih besar daripada tekanan didalam
jaringan di luar pembuluh.
14
rongga dinamakan efusi, misalnya efusi pericardium dan efusi pleura.Penimbunan cairan
dalam rongga peritoneum dinamakan asistes.Edema umum dinamakan anasarka.
2. Penyebab Edema
Edema terjadi akibat :
Tekanan darah kapiler yang meningkat sehingga darah sperti diperas jaringan. Hal
ini dapat terjadi :
Bendungan vena cava inferior dan vena dalam panggul yang menyebabkan
edema pada kaki (mis. Pada ibu hamil). Pada kasus payah jantung
(dekompesasio kordis) bendungan bersifat menyeluruh akibat kegagalan
vertikel jantung memompakan darah sehingga darah berkumpul pada
pembuluh vena atau kapiler. Cairan diperas ke jaringan intestisial.
Dilatasi atau pelebaran artiora. Darah dari arteri langsung mengisi kapiler
dalam jumlah yang banyak, pelebaran arteora mungkin hanya setempat seperti
pada alergi atau gigitan nyamuk akibat reaksi setempat terhadap elergen,
jaringan tubuh setempat melepaskan histamine yang melebarkan arteriola.
Berkurangnya jumlah protein plasma. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, daya tarik cairan kearah lumen pembuluh darah berkurang.
Keseimbangan cairan bergeser kearah jaringan. Contoh yang sesuai dengan keadaan
ini adalah edema pada penyakit ginjal nefrotik ketika protein banyak terbuang lewat
ginjal yang rusak. Juga pada pasien yang diet rendah protein dalam jangka lama atau
malnutrisi kalori protein.
Bendungan aliran limfe. Bila aliran limfe terbendung pada bagian tubuh, maka
mekanisme pengembalian molekul-molekul besar (protein) yang lolos ke jaringan
dan ke aliran darah melalui vena subklavia tidak terjadi. Akibatnya molekul-molekul
protein tersebut makin lama makin banyak terkumpul di jaringan interstisial,
15
akibatnya meninggikan tekanan koloid osmotik jaringan. Kemudian terjadi
pergeseran cairan kearah jaringan interstisial lebih banyak dari biasanya (edema).
Permeabilitas kapiler meningkat. Dinding kapiler dapat berubah menjadi sangat
permeabel pada keadaan tertentu, seperti :
Pada bagian tubuh yang mengalami luka bakar
Penderita syok yang secara tiba-tiba permeabilitasnya sangat meningkat.
Plasma berpindah cepat ke jaringan. Volume vaskuler menjadi kurang, cairan
yang kembali ke jantung berkurang, sehingga organ-organ vital kekurangan
darah
Terkena toksin infeksi kuman meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah
Ginjal gagal membuang air. Jumlah air masuk seperti biasa tetapi pengeluaran air
berkurang, mengakibatkan air terkumpul dalam badan. Ginjal terlalu banyak
mengabsorpsi natrium dan air karena tingginya hormone aldosterone yang
dikeluarkan oleh korteks adrenal.
16
3. Gejala Edema
Edema tampak sebagai pembengkakan diatas kulit.Umumnya teraba kenyal, dapat
disertai nyeri ataupun tidak, dapat disertai demam ataupun tidak.Edema biasanya
ditemui pada kaki (diatas tulang kering dan diatas punggung kaki), perut, lengan, wajah,
dan kelopak mata bagian atas.
Edema yang disertai rasa nyeri dan demam biasanya diakibatkan oleh
infeksi.Edema yang disertai warna kemerahan dan gatal biasanya diakibatkan oleh reaksi
alergi. Edema pada gagal jantung biasanya bersifat pitting, yakni jika kulit yang bengkak
kita tekan maka kulit tidak akan langsung kembali seperti semula melainkan akan
meninggalkan bekas penekanan. (Fredy, F.C 2014)
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan edema atau bengkak ialah mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya edema.
Edema yang diakibatkan alergi kulit, gigitan serangga, atau memar akibat terbentur
dapat dikurangi dengan mengompres air hangat. Pemberian salep kulit pada infeksi
kulit juga akan mengurangi edema.
Pada edema akibat infeksi perlu diberikan antibiotic untuk penyebab infeksinya.
Pada edema akibat sumbatan pembuluh darah perlu dilakukan evaluasi berapa besar
sumbatan terjadi. Terkadang penderita cukup meminum obat agar sembuh, tetapi
pada beberapa kasus dibutuhkan tindakan operasi.
Pada edema akibat gagal jantung, penderita harus mengurangi asupan air dan
mendapat terapi untuk ‘menguras’ kelebihan air pada tubuh.
Pada edema akibat gagal ginjal, perlu dilakukan evaluasi tingkat keparahan gagal
ginjal. Pada gagal ginjal tahap akhir, penderita harus mendapat terapi cuci darah.
Pada edema akibat gagal hati, perlu diobati penyakit hati/liver. Selain itu, sebagian
besar penderita membutuhkan asupan protein tambahan melalui infusan. (Fredy,
F.C 2014)
2.8 Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam
cairan tubuh.pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika
pH <7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama
diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat.
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
17
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan
ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
1. Mengaktifkan sistem dapar kimia
2. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk kesehatan dan kehidupan,cairan dan elektrolit harus berada dalam proporsi
yang benar dalam berbagai jaringan.Hal ini dicapai dengan serangkaian manuver fisiko-
kimia yang kompleks.Keseimbangan cairan berupa air dicapai dengan asupan dan
keluaran air yang seimbang.Ketika air tidak dapat dihindari keluar setiap saat melalui
ginjal,kulit,paru masalah utama adalah untuk mempertahankan cukup air dalam tubuh.
Keseimbangan air dicapai dengan asupan dan keluaran air yang seimbang.Ketika air
tidak dapat dihindari keluar setiap saat melalui ginjal,kulit dan paru,masalah utama
adalah mempertahankan cukup air dalam tubuh.
B. Saran
.
19
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, dkk. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Deepublish
Departemen Kesehatan R.I. (2006). Panduan Panduan Nasional Nasional Keselamatan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Estiwidani, Meilani, Widyasih,
Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. (2011).
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
20