HEMATOLOGY
02
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit
autoimun pada jaringan ikat. Autoimun berarti bahwa sistem imun
menyerang jaringan tubuh sendiri(2). Pada SLE ini, sistem imun terutama
menyerang inti sel (Matt, 2003 dalam Roviati, 2012)(1). Menurut dokter
umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Fajar Rudy
Qimindra (2008) , Lupus atau SLE berasal dari bahasa latin yang berarti
anjing hutan. Istilah ini mulai dikenal sejak abad ke-10. Sedang
eritematosus berarti merah. Ini untuk menggambarkan ruam merah pada
kulit yang menyerupai gigitan anjing hutan di sekitar hidung dan pipi.
Sehingga dari sinilah istilah lupus tetap digunakan untuk penyakit
Systemic Lupus Erythematosus(1).
Gejala awalnya sering memberikan keluhan rasa nyeri di
persendian. Tak hanya itu, seluruh organ pun tubuh terasa sakit bahkan
terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah
berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari. Dikatakan Qimindra,
batasan penyakit ini adalah penyakit autoimun, sistemik, kronik, yang
ditandai dengan berbagai macam antibodi tubuh yang membentuk
komplek imun, sehingga menimbulkan reaksi peradangan di seluruh tubuh.
Autoimun maksudnya, tubuh penderita lupus membentuk daya tahan tubuh
(antibodi) tetapi salah arah, dengan merusak organ tubuh sendiri, seperti
ginjal, hati, sendi, sel darah dan lain-lain. Padahal antibodi seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri atau virus yang masuk tubuh(1).
Sedangkan sistemik memiliki arti bahwa penyakit ini menyerang hampir
seluruh organ tubuh. Sementara kronis, maksudnya adalah sakit lupus ini
bisa berkepanjangan, kadang ada periode tenang lalu tiba-tiba kambuh
lagi. Penyakit lupus lebih banyak menyerang wanita usia 15-45 tahun
dengan perbandingan mengenai perempuan antara 10-15 kali lebih sering
dari pria. Artinya, penyakit ini sering mengenai wanita usia produktif
tetapi jarang menyerang laki-laki dan usia lanjut. Sebetulnya terdapat tiga
jenis penyakit lupus, yaitu lupus diskoid, lupus terinduksi obat dan lupus
sistemik atau SLE ini.
2.2 Epidemiologi
Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus adalah salah
satu dari penyakit autoimun yang menyerang sistem imun pada jaringan
tubuh yang mempengaruhi imunitas humoral dan selular. Penyakit lupus
bukanlah penyakit yang menular namun termasuk penyakit yang mematikan.
Berdasarkan data dari SIRS Online pada tahun 2016 terdapat 2.116 pasisen
menderita penyakit lupus dan 550 pasien meninggal dunia. Penyakit lupus
sulit dideteksi karena gejalanya mirip dengan penyakit lain, sehingga dalam
proses pemeriksaan dalam rangka menegakkan diagnosa yang tepat
membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6-12 bulan. Proses
pemeriksaan yang lama juga dapat mengakibatkan penyebaran penyakit ke
organ vital.
2.7 Penatalaksanaan/manajemen
Berdasarkan jurnal erepo UNUD,hingga saat ini belum ditemukan
pengobatan secara lebih spesifik yang dapat menyembuhkan LES.Meskipun
demikian, klinisi dapat memberikan penanganan untuk mengurangi dan
membantu meringankan gejala LES pada pasien serta mencegah terjadinya
kerusakan organ(4). Pada pasien yang memiliki keluhan disertai rasa
letih,nyeri di bagian tubuh tertentu dan autoantibodi yang disebabkan oleh
LES namun tanpa keterlibatan organ mayor,manajemen dapat difokuskan
untuk mengurangi keluhan pasien.Analgesik dan antimalaria merupakan
pengobatan yang umum diberikan kepada pasien.NSAID dikatakan
bermanfaat sebagai analgesik/anti-inflamasi terutama pada
arthriris/arthralgia.Meskipun demikian,penggunaanya berkaitan dengan dua
permasalahan yaitu:
(1) Pasien LES memiliki resiko meningitis aseptik akibat NSAID yang
lebih tinggi dibandingkan populasi umum
(2) Semua NSAID, khususnya yang menghambat cylooxigenase-
2,dapat meningkatkan resiko infark miokard.
Pengobatan anti malaria (hydroxychloroquine, chloroquine, dan
quinacrine) pada umumnya dapat mengurangi dermatitis, arthritis dan rasa
letih.
2.8 Komplikasi
2.9 Pencegahan
Minimnya tingkat pengetahuan pasien dengan SLE, maka akan
dikhawatirkan status perkembangan penyakitnya pun akan berada pada level
yang buruk akibat ketidaktahuan tentang apa saja yang harus diperhatikan
pada penyakit SLE ini. Maka dari itu, dibutuhkan suatu kajian mengenai
peran self regulation sebagai bagian dari terapi pada SLE yang dapat
dilakukan oleh pasien dalam rangka mengurangi efek negatif yang akan
muncul dari penyakit SLE ini.
Penerapan program self management ini pada pasien, salah satunya
adalah penyakit SLE. Telah terbukti bahwa program self management
memiliki efek dalam mengurangi kondisi fatigue dan depresi, serta dapat
meningkatkan kemampuan koping dan self efficacy. Oleh karena itu, self
management dapat menjadi suatu intervensi terbaik untuk pasien.
2.10 Prognosis
Sytemic Lupus Erythematosus (SLE) memiliki prognosis yang sangat
bervariasi sesuai dengan patofisiologi dan perjalanan penyakit pengidapnya.
Reaksi imun akibat SLE dapat menyebabkan komplikasi pada organ-organ
mulai dari yang ringan seperti kulit hingga organ vital seperti jantung, paru-
paru, dan otak.
Terapi dan kontrol rutin yang dilakukan oleh pasien SLE diharapkan
dapat meningkatkan keberlangsungan hidup lebih dari 10 tahun dan
menurunkan tingkat resiko kematian akibat Systemic Lupus Erythematosus.
BAB III
KESIMPULAN
1. Roviati E. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun
Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Sci Educ. 2012;1
edisi 2.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin Lupus di Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementeri Kesehat RI. Infodatin. 2017;
3. M M. “Undifferentiated connective tissue diseases (UCTD).” Autoimmun
Rev vol 6, no 1, 2006, pp 1-4 Sci
https//www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1568997206000358
Accessed 16 Agustus 2022. 2006;
4. M.A.S. D. Lupus Eritematosus Sistemik. Erepo.unud.ac.id. 2019;
DAFTAR PUSTAKA
Doria, A., dkk. 2006. Long-Term Prognosis and Causes of Death in Systemic
Lupus Erythematosus. The American Journal of Medicine. 119(8), 0–
706. doi:10.1016/j.amjmed.2005.11.034
https://lifestyle.bisnis.com/read/20210625/106/1409911/ini-bedanya-
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1568997206000358.
https://www.halodoc.com/artikel/mengapa-konsumsi-obat-bisa-