Anda di halaman 1dari 55

Beberapa Keterampilan untuk sukses di Abad 21

Posted on Oktober 7, 2010 by M Sofyan Lubis Oleh Jim Rohn saya rasa sangat penting untuk masuk ke awal abad ke-21 ini dengan keterampilan ganda. Saya juga menemukan bahwa jika Anda sudah dalam bidang penjualan, pemasaranan jaringan (MLM) atau memiliki bisnis sendiri (atau berencana untuk di masa depan), Anda dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk masa depan saat Anda mencari nafkah saat ini. Berikut ini daftar singkat pembelajaran yang dapat anda lakukan sambil anda bekerja saat ini: 1) PENJUALAN Saya mulai perjalanan saya dengan penjualan, yang tentu saja secara dinamis mengubah hidup saya pada usia 25. Tahun pertama penghasilan saya meningkat lima kali lipat. Saya dibesarkan di daerah pertanian. Saya tahu bagaimana memeras susu sapi, tetapi bayarannya kurang baik dan penjualan mengubah jalan hidup saya, belajar untuk menyajikan produk di pasar, bicara tentang nilai-nilai (value) dari produk dan jasa untuk mendapatkan seseorang untuk mengatakan ya. Dan kemudian memberikan pelayanan purna jual yang baik. 2) Merekrut Kemudian sistem merekrut, cara untuk mengembangkan bisnis adalah dengan membangun sebuah organisasi atau perusahaan. Kita semua telah mendengar pertanyaan ini, yang manakah lebih baik, memiliki satu orang menjual $ 1000 atau memiliki 100 orang menjual $ 10? Jika anda bertanya padaku, aku akan memilih 100 orang yang mnjual $10. Merekrut, kemampuan untuk melipatgandakan usaha Anda dan merupakan salah satu sumber daya manajemen kepemimpinan terbesar sepanjang masa. 3) PENGORGANISASIAN Lalu saya belajar mengatur. Menjaga jadwal Anda sendiri bisa dikatakan sulit, tapi sekarang Anda harus menyeimbangkan banyak tugas dan orang-orang agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Tapi Anda akan menemukan bahwa hasil yang bisa anda capai menjadi lebih besar setelah Anda bisa memanfaatkan momentum sinergi dan dinamika kelompok dan kerja sama tim. 4) PROMOSI Berikutnya adalah promosi. Pertama-tama promosi musim semi dan kemudian promosi musim gugur, dan kemudian fokus pada kampanye bulanan. Anda tidak pernah tahu kapan hal itu akan klik bagi seseorang untuk ingin atau harus membeli dari Anda atau menjadi

bagian dari apa yang Anda lakukan, jadi selalu menawarkan promosi baru,promosi khusus atau kontes dan sebagainya, apabila target pasar anda sudah siap mereka dapat membuat semua perbedaan dan hanya produk dan servis anda yang ada dalam benak mereka. 5) PENGAKUAN/AKTUALISASI Ini hanya tentang pengakuan. Beberapa orang bekerja lebih keras untuk mendapatkan pengakuan dari apa yang mereka lakukan lebih daripada sekedar uang. Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pengakuan. Membuat orang untuk melakukan sesuatu yang biasanya mereka sendiri tidak berpikir untuk melakukan. Mereka bisa, tetapi mereka tidak memikirkan hal itu. Anda datang dengan sedikit promosi untuk bulan ini atau kuartal ini dan melakukan perubahan total bagi mereka, dan saya menemukan bahwa mereka akan membayar dengan uang dalam jumlah besar. 6) KOMUNIKASI Lalu saya belajar komunikasi. Bagaimana melakukan pelatihan, bagaimana melakukan pengajaran, dan mungkin kepuasan terbesar dari semua ini adalah belajar bagaimana untuk menginspirasi orang dengan kata-kata. Mengilhami orang untuk melihat diri mereka lebih baik daripada yang mereka pernah tahu; semua itu adalah karunia, semua ini adalah keterampilan. Menjadi orang yang memberitahu mereka bahwa mereka telah membuat keputusan yang bijaksana berikut dengan alasan-alasan pendukungnya. Sekarang, saya percaya bahwa ketika Anda masuk ke abad ini hanya dengan daftar singkat yang saya berikan, Anda akan lebih siap. Kita semua menyaksikan apa yang telah terjadi 15 tahun terakhir. Orang yang hanya memiliki satu keahlian perusahaan mereka akan menciut. divisi mereka akan tereliminasi dan karena mereka hanya memiliki satu keahlian, sekarang orang semacam itu akan menjadi sangat rentan untuk tereliminasi. Mereka akan berkeliling sambil berkata, Ohhh, beberapa tahun terakhir saya harus mengambil beberapa kelas yang akan mengajari saya beberapa hal baru yang lebih banyak agar saya tidak akan berada di sini dalam posisi rentan. Jadi peringatan saya belajar beberapa keterampilan ganda, atau dengan kata lain, keterampilan cadangan untuk Abad 21 dan tidak ada tempat yang lebih baik untuk memulai belajar daripada apa yang Anda sudah lakukan sekarang. Salam sukses dan tetap semangat

PELAJARI ILMU BERKOMUNIKASI, MAKA BERSIAPLAH TEREALISASIKANNYA IMPIAN TERBESAR ANDA


Posted on Oktober 7, 2010 by M Sofyan Lubis WAHAI REKANKU YANG BIJAK. Semua baik2 kan? Rekanku, setelah saya baca2 artikel Erwin Arianto,SE saya mengerti ternyata komunikasi adalah kunci dari kesuksesan yang sebenrnya. Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata. Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks : bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Seni mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan mendengarkan, hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan, komunikasi yang sejati, sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi / yang dirasakan oleh lawan bicara meski dengan kata-kata yang sangat minimal. Bagaimana Cara Mendengarkan Yang Baik ? Di awal artikel ini pembaca dapat menarik gambaran bagaimana suasana hati Rekan kita dan apa yang diharapkannya ketika ia mencoba berkomunikasi dengan kita; dan bagaimana keadaan hati Rekan kita setelah itu? Kejadian tersebut tampaknya sangat umum terjadi di mana-mana, di hampir setiap hubungan. karena setiap orang memiliki masalahnya masingmasing hingga seringkali memblokir hubungan positif yang seharusnya terjalin antara mereka dengan Rekan kita-Rekan kita. Tapi, bukan berarti hal itu dapat selalu dimaklumi, bukan? Bagaimana pun, setiap kita , perlu diingatkan kembali, bagaimana cara mendengarkan Rekan kita. 1.Fokuskan perhatian Rekan kita Pada saat Rekan kita mencoba mengatakan sesuatu, berilah perhatian sepenuhnya pada ceritanya. Untuk itu, alangkah baiknya jika kita mengalihkan perhatian sejenak dari film atau sinetron yang sedang ditonton, majalah, koran, atau dari pekerjaan yang sedang dihadapi. Tataplah langsung di matanya sambil memberi kesan bahwa kita benar-benar siap memperhatikan ceritanya, dan mendorongnya untuk bercerita. 2. Re-statement, mengulangi cerita Rekan kita untuk menyamakan pengertian Tahanlah diri untuk tidak menginterupsi ceritanya sampai Rekan kita selesai bercerita. Ketika Rekan kita selesai bercerita, cobalah memberikan kesimpulan berdasarkan hasil tangkapan kita terhadap ceritanya. Pola ini, memberikan feedback bagi kita dan Rekan kita, apakah kita benar-benar telah memahami apa yang diceritakan atau apa yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh Rekan kita.

3. Menggali perasaan dan pendapat Rekan kita akan masalah yang sedang dihadapi Kita boleh bertanya pada mereka : bagaimana perasaan anda, waktu itu.; cara ini jauh lebih baik ketimbang menjatuhkan penilaian subyektif atas diri mereka : ah, kamu pasti salah! Kamu kan penakut. atau ah, paling kamu menangiskan kamu cengeng ata u kamu nggak menangis, kan? Penilaian tersebut malah membuat Rekan kita frustrasi karena mereka mengharap kita bisa mengerti perasaan mereka, bukan menilai sikap dan perasaan mereka. Selain itu, penilaian subyektif yang datang terlalu cepat, bisa membuat Rekan kita menarik diri untuk tidak lebih lanjut menceritakan perasaan yang sebenarnya, karena kita sudah punya anggapan tertentu. 4. Bantu Rekan kita mendefinisikan perasaan Mendengarkan sepenuhnya cerita pengalaman Rekan kita, baik itu menyedihkan dan menyenangkan, membuat kita berdua (dengan Rekan kita) dapat berbagi rasa dan Rekan kita pun akan merasa kita menghargainya. Rekan kita akan biasa bersikap terbuka karena yakin kita pasti bersedia mendengarkan mereka. Jika Rekan kita masih sulit mengidentifikasi perasaan mereka, bantulah dengan mendengarkan cerita mereka sungguh-sungguh, dan melontarkan kesan seperti Wah..kamu sepertinya sedih sekali..atau Kamu kelihatan sangat marahatau kamu sepertinya sedang bosan?. Rekan kita akan sangat lega ketika kita bisa menangkap perasaan mereka. Interaksi demikian, melatih Rekan kita mengidentifikasikan perasaan mereka secara tepat. 5. Bertanya Hindari sikap memaksakan pendapat, cara, penilaian kita; alangkah lebih baik jika kita membimbing mereka dengan pertanyaan-pertanya an yang membuat mereka semakin memahami kejadian yang dialami, teman yang dihadapi, perasaan yang mereka rasakan serta sikap tindakan yang harus mereka lakukan sebagai pemecahannya. 6. Mendorong semangat Rekan kita untuk bercerita Hanya dengan memberi respon Ooo.O ya?Wow!.. . sudah menjadi stimulasi bagi mereka untuk makin giat bercerita.Pola ini dapat membuat Rekan kita tenang dan nyaman karena merasa kitamemahami apa yang mereka ungkapkan. 7. Mendorong Rekan kita mengambil keputusan yang tepat Jika kita ingin membantu Rekan kita menghadapi masalahnya, sebaiknya kita tidak mengambil alih keputusan (ya sudah, kamu harus seperti ini) atau tindakan Sebaliknya, hadirkan beberapa alternatif yang membuat mereka berpikir dan memilih Rekan kitaah solusi terbaik sambil membicarakan akibat-akibat yang bisa dirasakan baik oleh Rekan kita maupun oleh orang lain. 8. Menunggu redanya emosi Rekan kita dan mengajak berpikir positif Jika Rekan kita masih diliputi emosi yang memuncak hingga membuatnya sulit berbicara, kita jangan memaksakan Rekan kita untuk segera bicara. Kita tidak akan berhasil membuatnya bercerita dan kita pun makin tidak sabar untuk tidak memberikan opini kita padanya. Konflik seringkali terjadi dan ini menyebabkan memburuknya hubungan kita Rekan

kita. Berikan waktu untuk menyendiri sampai intensitas perasaannya mereda. Ketika emosinya mereda, Rekan kita akan lebih siap untuk diajak bicara. Sekali lagi, berusahalah untuk tidak memberikan opini kita pribadi, baik terhadap pilihan sikapnya, emosinya, dan tindakannya. Tanyakan pemikiran mereka terhadap masalah ini dan bagaimana kira -kira sikap yang sebaiknya mereka lakukan di kemudian hari. Sikap ini tidak saja menghindarkan Rekan kita dari perasaan dihakimi, namun juga membantu mereka lebih memahami kejadian / peristiwa itu secara obyektif serta menemukan nilai atau pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kejadian itu. Apa manfaat dari mendengarkan? Bagi seorang Rekan kita, komunikasi bukan hanya bertujuan untuk membuat orang dewasa atau orang lain mengetahui dan memenuhi kebutuhannya. Dari komunikasi itu lah, Rekan kita dapat menarik kesimpulan, bagaimana orang memandang dirinya; dan dari kesan ini lah seorang Rekan kita membangun rasa percaya diri dan sense of self. Rekan kita akan merasa dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, ketika kita menaruh perhatian tidak hanya pada ceritanya, tapi juga pada pendapat, keyakinan, kesimpulan, ide-ide, perasaan, bahkan ketika pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapat kita. Sikap kita yang mendengarkan Rekan kita, membuat Rekan kita berani membuat perbedaan dan menjadi berbeda, tanpa takut akan salah, dilecehkan atau ditertawakan. Hal itulah yang menjadi salah satu landasan keberanian dan keinginan Rekan kita, untuk menjadi diri sendiri apa adanya. Dari tanggapan-tanggapan kita, Rekan kita akan belajar mengenal banyak informasi dan pengetahuan, mendengar sesuatu yang berbeda dari yang dipikirkannya selama ini, melihat alternatif yang lain, menilai pendapat dan tindakannya sendiri, menilai posisi dirinya di mata orang lain, dan menarik kesimpulan apa yang harus dilakukan olehnya. Proses saling mendengarkan dan didengarkan, mengasah daya kritis dan kreativitas berpikir Rekan kita karena ketika antara Rekan kita dengan kita terdapat jalur 2 arah yang terbuka, maka terbuka pula akses informasi, pengetahuan, perasaan, pemikiran dan pengalaman dari kedua belah pihak. Satu sama lain, saling belajar dan saling memperkaya, saling mengenal dan semakin memahami. Proses komunikasi antara kita dengan Rekan kita, sangat membantu Rekan kita memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginan-keinginan nya. Rekan kita dapat mengidentifikasi perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang lain. Lama kelamaan, semakin Rekan kita terlatih dalam mengenali emosi, tumbuh keyakinan dan sense of control terhadap perasaannya sendiri (lebih mudah mengendalikan sesuatu yang telah diketahui). Misal, jika Rekan kita sudah tahu bagaimana rasanya marah, sedih, kecewa, takut, kesepian, dsb, maka akan lebih mudah bagi kita memberikan alternatif-alternat if cara menghadapi dan menyelesaikannya. Mendengarkan Rekan kita secara sungguh-sungguh, membuat Rekan kita percaya pada sahabat, Lingkungan dia berada. Hubungan mutual trust, ini membuat Rekan kita merasa lebih nyaman berada bersama kita, lebih memilih curhat dengan kita dan siap menjadi partner ketika kita yang giliran butuh didengarkan. Evaluasi Diri

Mendengarkan dan didengarkan, adalah kunci hubungan kita-Rekan kita yang sangat bermanfaat, baik untuk pengembangkan kematangan emosional, kepandaian intelektual, kemampuan membina kehidupan sosial yang baik serta penanaman nilai prinsip moral yang baik pada Rekan kita. Dengan mendengar dan didengar, jalur komunikasi 2 arah terbuka lebar antara kita Rekan kita, memungkinkan keduanya saling mengerti dan membuat kita dapat memberikan dukungan yang diperlukan oleh Rekan kita. Namun sebaliknya, jika katakata yang diucapkan Rekan kita hanya sekedar terdengar di telinga kita, akan hilang begitu saja terbawa angin dan tidak memberikan makna serta kontribusi apapun dalam proses pertumbuhan Rekan kita. Nah, apakah kita sebagai kita, tega mengorbankan kualitas perkembangan dan tingkat kematangan emosional, intelektual, moral, dan kemampuan sosial Rekan kita demi kesenangan sesaat (film yang menarik, obrolan gossip yang asik, berita yang sedang dibaca, dan lain sebagainya). .Inilah saatnya kita sebagai kita merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, apakah kita sudah lebih sering mendengarkan Rekan kita.ataukah, cerita mereka hanya terdengar sayup-sayup oleh kita?

Belajar ILMU KEKAYAAN Dari Wallace D. Wattles


Posted on Oktober 7, 2010 by M Sofyan Lubis SALAM BIJAK. Betapa pun kemiskinan dikemas rapi dengan kata-kata yang mengharukan atau bahkan diagung-agungkan, faktanya hidup ini tidak mungkin berjalan dan dikatakan sukses jika seseorang tidak memiliki kekayaan. Setiap orang memiliki hak menjadi kaya jika ia dapat bertumbuh dalam pikiran, jiwa, dan tubuhnya bersama hasrat dan kemauan keras untuk menjadi kaya. Anda yang kaya adalah seorang yang mampu memenuhi semua yang Anda inginkan, butuhkan, dan bisa menikmati hidup Anda dalam arti seutuhnya. Ketika Anda mendorong diri untuk mewujudkan kekayaan, berarti Anda sudah dekat dengan kekayaan itu. Hidup setiap orang pada dasarnya dilandasi oleh tiga motif; yaitu hidup untuk jiwa, tubuh, dan pikiran. Ketiganya sama tinggi. Manusia tidak mungkin bisa hidup bahagia dan makmur jika tubuhnya tidak dicukupi dengan makanan enak, pakaian bagus, rumah bagus, istirahat yang cukup, rekreasi yang indah, serta terikat kerja keras yang berlebihan. Setiap orang harus menginginkan kekayaan, dan secara tulus memperjuangkannya agar hadir dalam kehidupan.

Semua bentuk dan wujud kekayaan berasal dari kerja keras, pengetahuan, tindakan, upaya, atau usaha-usaha secara gigih yang terarah benar dan tepat sasaran. Menjadi kaya adalah bekerja secara terfokus dalam kosentrasi yang konsisten untuk mendapatkan nilai tambah atas setiap usaha yang Anda lakukan. Mendapatkan modal adalah titik awal menjadi kaya. Dan ingat, modal tidak berarti selalu harus dalam bentuk uang, tapi modal merupakan hasil tanpa pengecualian dari mengerjakan sesuatu di jalan yang tepat dan benar. Untuk menjadi kaya Anda tidak perlu memonopoli semua peluang yang ada. Biarkan kompetisi sehat lahir agar Anda selalu mampu merawat dan menjaga peluang peluang yang ada. Tidak ada orang yang ditakdirkan menjadi miskin, jadi setiap orang tanpa terkecuali memiliki peluang besar untuk menjadi kaya. Gagasan dan pemikiran untuk menjadi kaya adalah langkah awal menuju keberhasilan keuangan Anda. Bentuklah imajinasi menjadi kaya raya yang kuat dipikiran Anda, kemudian wujudkan imajinasi tersebut dalam realitas. Pikirkan kesejahteraan ketika dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan Anda, atau pikirkan kekayaan di tengah keadaan yang penuh dengan cobaan kelaparan, sungguh memerlukan kemauan dan kekuatan mental dan fisik yang lebih. Tetapi bila Anda mampu menjadi penguasa pikiran untuk segala kekayaan. Anda pasti akan menulis takdir Anda menjadi kaya raya. Anda harus dapat menciptakan sesuatu dari gagasan Anda, dan Anda harus mengaitkan gagasan Anda itu pada substansi tanpa bentuk, Anda pasti dapat menyebabkan sesuatu yang ada dipikiran Anda itu terwujud secara sempurna. Anda harus memiliki hasrat dalam keinginan kuat untuk mengembangkan hidup. Segala kehidupan harus terus-menerus mencari pengembangan kehidupannya. Sebab, kehidupan Anda pada hakekatnya harus bertumbuh. Hasrat menjadi kaya sebenarnya hanyalah sebuah keinginan supaya hidup ini dapat lebih memenuhi segala kebutuhan hidup. Setiap hasrat merupakan sebuah kemungkinan yang belum terwujud ke dalam tindakan nyata. Perwujudan dari keberanian dan ketegasan Anda mencari pemenuhan inilah yang memunculkan hasrat. Apa yang membuat Anda menginginkan lebih banyak kekayaan adalah sama dengan apa yang menyebabkan ternak atau tanaman bertumbuh. Setiap kehidupan memang selalu berusaha mencari pemenuhan diri, lebih dari sebelumnya. Cara mendatangkan kekayaan dalam kehidupan Anda adalah melalui gagasan utuh yang disertai tindakan nyata untuk bekerja keras dengan segala kekuatan mental dan raga Anda. Jika Anda menginginkan uang satu milyar rupiah, buatlah gambaran mental tentang uang satu milyar itu sepositif mungkin, sampai uang satu milyar itu terasa seolah sedang Anda bekerja keras untuk mendapatkannya dan siap untuk Anda depositokan. Setelah uang satu milyar menjadi keyakinan kuat yang absolut dipikiran Anda, tanpa pernah meragukannya lagi,

bahwa uang satu milyar itu memang sedang mengumpulkan diri untuk menjadi milik Anda. Jangan pernah berpikir atau mengatakan sesuatu apa pun yang mengurangi rasa absolut Anda untuk memiliki uang satu miliar. Akuilah uang satu miliar itu memang sudah menjadi milik Anda. Pastikan Anda selalu hidup dengan rasa absolut bersyukur. Pastikan Anda di arah yang tepat sasaran. Pastikan Anda cerdas menggunakan kekuatan kemauan untuk menjadi kaya. Pastikan hasrat dan perjuangan Anda untuk menjadi kaya tidak berkurang seincipun. Pastikan Anda selalu berpikir dan bertindak di jalan mencari kekayaan yang tepat dan benar. Pastikan Anda selalu bertindak secara efektif dan efisien untuk segala hal dalam hidup Anda. Pastikan Anda menjalankan bisnis Anda secara cermat dan tepat. Pastikan Anda selalu bergerak kearah pertumbuhan kekayaan Anda. Pastikan Anda seorang pribadi yang selalu terbuka untuk menambah wawasan, keterampilan, dan pengetahuan. Pastikan Anda tidak menjadi rakus dan sombong, tapi Anda mampu berbagi dan mendistribusikan kekayaan Anda ke dalam berbagai investasi yang menolong kehidupan orang lain.

JANGANLAH TAKUT UNTUK TAKUT TIDAK SUKSES


Posted on Januari 2, 2011 by M Sofyan Lubis Oleh : Yustus Didi Riyadi Hai Sobatku yang Bijak dan hangat saya harap semuanya dalam keadaan baik yah Rekan-rekan, untuk memulia segalanya dengan baru pertama-tama kita mesti ingat akan pengenalan diri kita. kelmahan dan kelebihan diri kita. kalo perlu diinventarisir yah biar terpetakan sehingga kita bisa fokus membesarkan kelebihan dan mengurangi kelemahan kita.Dengan demikian kita terarah dan lebih hati hati. Salah satu Hambatan atau kelemahan terbesar bagi kita untuk meraih sukses adalah ketakutan atau FEAR. Fantacies Emphasizing Appearing Real. Khayalan yang berlebihan hingga tampak nyata. Inilah yang ada dibelakang setiap ketakutan kita, yang menghalangi kita bertindak, dan membuat kita tidak pernah maju. Mau minta kenaikan gaji, takut dimarahi. Mau mengajak kawan wanita pergi makan malam, takut ditolak. Mau memulai bisnis baru, takut gagal dan merugi. Mau apa apa, sudah takut terjadi hal buruk. Ketakutan inilah yang menjadi hambatan terbesar kita untuk mencoba memulai hal bari dan maju.

Setiap ketakukan ini terasa nyata dalan imajinasi kita dan membuat kita tidak berani meneruskan langkah yang sudah kita pilih. Padahal, semua itu hanya ada dalam imajinasi kita sendiri. Kitalah yang membuatnya seolah olah hidup, seolah olah sudah terjadi. Padahal jika seandainya anda lakukan, seandainya kita terukan apa yang sudah kita mulai, hasil yang kita dapatkan justru jauh sebaliknya! Kadang kala kita perlu sedikit bertindak tidak peduli. Masa bodoh orang mau bilang apa. Biarkan saja orang mau bicara apa, sepanjang saya yakin saya tidak merugikan orang lain kenapa saya harus takut melakukannya? Misalnya saja saya ingin mengajak kawan saya untuk berpartner dalan sebuah bisnis. Tapi saya takut ditolak. Bagaimana malunya saya kalau nanti dia tidak mau menjadi rekanan saya dalam bisnis ini? Kemudian saya pikirkan lagi, sebenarnya seberapa besar arti kata malu itu dibandingkan dengan hasil yang bisa saya raih apabila kawan saya bersedia menjalankan bisnis ini? Apakah kata malu itu sanggup menyaingi keuntungan yang bisa saya peroleh dari bisnis ini? Alangkah bodohnya saya jika tetap berpegang pada kata malu itu! Ketakutan ini dalam bentuk apapun merupakan hambatan bagi kesuksesan anda. Bila anda tidak berani melangkah melalui ketakutan anda, bagaimana anda akan bisa meraih sukses? Ketakutan anda telah mengurung anda sehingga anda tidak pernah melakukan tindakan apapun. Ketakutan anda terasa begitu nyata sehingga anda membatalkan semua niatan anda untuk memulai hal baru, memulai langkah anda menuju kesuksesan yang lain. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Boleh saja anda merasa takut, boleh saja anda merasa ragu. Tapi setidaknya hal ini janganlah menjadi penghalang bagi anda untuk memulai langkah baru. Masa untuk sukses takut? takut gensi dan harga diri terendahkan karena anggapan buruk kita terhadap proses kita mencari nafkah? lalu membiarkan diri kita terbalut oleh kemisikinan, kelaparan, kepura-puraan, kelilit banyak hutang, dsb? Bukankan kita takut kalo ngga sukses? Nah disiniliah, Takut menjadi hal sangat terpuji dan paling diperlukan. Karena ketakutan itu objeknya adalah bahwa kita takut melarat, kita takut begini2 terus, kita takut terpuruk,miskin, menderita, takut anak ngga makan, takut ngga ada biaya kalo anak/istri/suami sakit, takut banyak masalah, dsb. bahkan takut kalo potensi yang diberikan Tuhan pada kita tidak kita maksimalkan, sehingg tidak ada sesuatu yang baik untuk dipersembahkan. Untuk itu marilah kita takut dan pada saat yang sama.. janganlah takut untuk takut. ( sumber : www.hidupbijak.com )

10 Hal Penyebab Sex Pria Menurun


Posted on Desember 4, 2010 by M Sofyan Lubis 10 Hal Penyebab Sex Pria Menurun Kemampuan seksual pria identik dengan ereksi. Begitu pentingnya kemampuan ini, sehingga banyak hal harus dijaga dan diperhatikan oleh para pria. Berikut ini beberapa hal yang dapat memengaruhi kemunduran seksual pria, menurut Prof. Dr. Djoko Rahardjo, Sp.BU, dari Sub-bagian Urologi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran UI/RSCM: 1. Usia. Pria usia lanjut biasanya mengalami keadaan yang disebut andropause. Ini adalah masa di mana produksi testosteron berkurang. 2.Diabetes. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan merusak saraf, termasuk pembuluh darah ke daerah reproduksi. Inilah yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ereksi. 3. Hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga lama kelamaan lumen pembuluh akan menyempit. Kejadian ini tidak hanya di bagian pembuluh jantung atau otak, melainkan juga di bagian genital. Akibatnya, aliran darah ke genital berkurang. Gangguan ereksi pun sangat mungkin terjadi. 4. Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol yang terus-menerus tertimbun dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya dan menyempitnya pembuluh darah. Penyempitan pada penis menyebabkan terjadinya kesulitan ereksi. 5. Gangguan saraf. Parkinson, kencing manis, stroke, dapat menyebabkan menurunnya fungsi saraf. Akibatnya, aktivitas neurotransmitter berkurang dan menurunkan rangsang saraf. Terjadilah gangguan ereksi. 6. Trauma. Trauma yang langsung mengenai daerah kemaluan akan merusak korpus kavernosum, saraf, dan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan gangguan ereksi. 7. Faktor psikis. Stres entah karena fisik atau psikis mampu melelahkan mental dan menghambat kerja neurotransmitter, sehingga tidak terjadi rileksasi otot polos. Akibatnya, ereksi terganggu. 8. Penyakit infeksi. Infeksi kronis seperti TBC, HIV, hepatitis mengakibatkan kemunduran kerja neurotransmitter dan penurunan kadar estrogen yang kemudian menimbulkan turunnya libido. 9. Obat-obatan. Obat perangsang, narkotika, dan beberapa obat penurun tekanan darah dapat mengganggu kemampuan ereksi. 10. Merokok. Selain dapat memicu kanker paru, juga menyempitkan pembuluh darah.

Sumber : www.gayahidupsehatonline.com Editor: acandra Kompas.Com

Perbedaan Pasal 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001
Posted on Oktober 17, 2010 by M Sofyan Lubis Oleh : Prof.Dr.Romli Atmasasmita Untuk dapat menemukan perbedaan fundamental antara Pasal 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 , perlu dilakukan penafsiran dari sudut sejarah perundang-undangan (historische wet interpretatie) pembentukan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sejak diberlakukannya UU Prp Nomor 24 tahun 1960 sampai d engan perubahan terakhir dengan UU Nomor 20 tahun 2001. UU Pemberantasan Korupsi (sejak Perpu No 24 tahun 1960 yang dicabut dengan UU Nomor 3 tahun 1971 dan dicabut dengan UU Nomor 31 tahun 1999 terakhir diubah dengan UU No 20 tahun 2001)memiliki sasaran utama(adresaat) adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana ditentukan dalam UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Berwibawa jo UU Nomor 30 tahun 2002 tentang KPK. Pada mulanya UU pemberantasan korupsi di seluruh negara memiliki sasaran yang sama yaitu hanya ditujukan terhadap pejabat pemerintah. Sasaran tsb sangat masuk akal karena korupsi hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki wewenang atau sedang menjalankan jabatan pemerintah. Pergantian Perpu No 24 tahun 1960 dengan UU Nomor 3 tahun 1971, antara lain, disebabkan masih ada cara-cara melakukan korupsi yang tidak dapat dijangkau oleh UU No.24 tahun 1960 sebagaimana disampaikan dalam keterangan pemerintah dihadapan DPR GR pada tanggal 28 Agustus tahun 1971 oleh Menteri Kehakiman, Oemar Senoadjai sebagai berikut: Ternyata sekarang, walaupun diberikan sifat khusus pada Undang-Undang No.24 Prp.Tahun 1960, peraturan ini kurang memadai perkembangan masyarakat yang menemukan cara-cara lain dalam melakukan perbuatan korupsi, yang tidak tercakup oleh Undang-undang tersebut.Kadang-kadang terdapatlah hal-hal yang sangat jelas tercela dalam melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri dengan merugikan keuangan negara yang menurut UU No 24 Prp. Tahun 1960 tidak diliput olehnya. Keterangan Pemerintah tersebut di atas mengenai perlunya dimasukkan unsur melawan hukum (yang kemudian dimasukkan dalam Pasal 2) sebagai bagian inti tindak pidana (delik) sebagai pegganti istilah, kejahatan dan atau pelangggaran tercantum dalam UU No. 24 Prp tahun 1960. Perubahan mendasar berikutnya adalah mengenai subjek hukum tindak pidana korupsi. Pergantian atau perubahan UU Pemberantasan Korupsi sejak tahun 1960 sampai dengan UU Nomor 20 tahun 2001 selalu memuat ketentuan yang menetapkan seorang pegawai negeri

atau mereka yang menduduki jabatan publik tertentu sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi. Penegasan seorang pegawai negeri sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi tercantum dalam Pasal 2 UU Nomor 3 tahun 1971; selanjutnya pengertian istilah pegawai negeri drinci di dalam UU Nomor 31 tahun 1999, yaitu dengan dirinci menjadi 5(lima) kriteria (Pasal 1 angka 2). Selain perubahan mendasar tsb, dengan UU Nomor 31 tahun 1999, telah ditetapkan juga, Korporasi sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi disamping orang perorangan. Sejak diberlakukanya UU Nomor 31 tahun 1999, subjek hukum tindak pidana korupsi, bukan hanya termasuk pegawai negeri, melainkan juga termasuk, korporasi dan orang perorangan (lihat Pasal 1 angka 3). Penjelasan di atas logis adanya karena itu pembentuk UU Nomor 31 tahun 1999 telah memasukkan dan membedakan 3(tiga) subjek hukum dalam UU Nomor 31 Tahun 1999, yaitu: pegawai negeri dalam arti luas; orang perorangan dan korporasi. Pengertian istilah pegawai negeri dicantumkan dalam lihat Pasal 1 angka 2; dan setiap orang atau korporasi dicantumkan dalam lihat Pasal 1 angka 3. Dengan perubahan-perubahan yang tercantum dalam UU Nomor 31 tahun 1999 maka subjek hukum tindak pidana korupsi telah lengkap dan sempurna di dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi sampai saat ini. Untuk mengetahui mengapa terdapat perbedaan subjek hukum yang merupakan adressat UU Nomor 31 tahun 1999 maka perlu dikemukakan terlebih dulu apa yang telah diterangkan di dalam Penjelasan Umum UU Nomor 3 tahun 1971,alinea ketiga, antara lain menerangkan, pengertian pegawai negeri dalam Undang-undang ini sebagai subjek tindak pidana korupsi, meliputi bukan saja pengertian pegawai negeri menurut perumusan yang dimaksud dalam Pasal 2, karena berdasarkan pengalaman selama ini, orang-orang bukan pegawai negeri menurut pengertian hukum administrasi , dengan menerima tugas tertentu dari suatu badan negara dapat melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Penjelasan Umum di atas, diperkuat dengan Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 3 tahun 1971 yang menerangkan sebagai berikut: Tindak Pidana Korupsi pada umumnya memuat aktivitas yang merupakan manifestasi dari perbuatan korupsi dalam arti yang luas mempergunakan kekuasaan atau pengaruh yang melekat pada seseorang pegawai negeri atau kedudukan istimewa dipunyai seseorang dalam jabatan umummaupun orang menyuap sehingga perlu dikualfisiir sebagai tindak pidana korupsi. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa, ketentuan Pasal 3 ditujukan untuk mereka yang tergolong pegawai negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 Sedangkan ketentuan Pasal 2 UU Nomor 31 tahun 1999 diperuntukkan bagi mereka yang tergolong bukan pegawai negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3. Andi Hamzah menegaskan addresat Pasal 3 sebagai berikut: dengan kata-kata menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.. yang menunjukkan bahwa subjek delik pada Pasal 3 harus memenuhi kualitas sebagai pejabat atau mempunyai kedudukan. PERTANYAAN: APAKAH SEORANG PEGAWAI NEGERI ATAU MANTAN PEGAWAI NEGERI, dalam Tempus Delicti yang bersamaan,DAPAT DI DAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN DUA DAKWAAN SEKALIGUS, YAITU DAKWAAN PRIMER MELANGGAR PASAL 2 DAN DAKWAAN SUBSIDER MELANGGAR PASAL 3 ? Bertolak dari adresat ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 tersebut ditujukan terhadap seseorang yang memiliki perberbedaan status hukum ketika tindak pidana korupsi itu dilakukan; maka ketentuan Pasal 2 dirumuskan berbeda dari ketentuan Pasal 3. Perbedaan lain dari Pasal 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999, adalah sebagai berikut:

Pasal 2 UU Nomor 31 tahun 1999 memuat 3 (tiga) unsur yaitu: 1. Melawan hukum 2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi 3. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Ancaman pidana Rumusan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 memuat 3(tiga) unsur yaitu: 1. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; 2. Menyalahgunakan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 3. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Persamaan kedua pasal tsb di atas adalah, terletak pada dicantumkannya unsur, dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Perbedaan rumusan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 dimulai dengan pertanyaan,mengapa rumusan ketentuan dalam Pasal 2 dicantumkan kalimat memperkaya sedangkan di dalam Pasal 3 dicantumkan kalimat, menguntungkan? . Terhadap pertanyaan tsb secara logika umum seorang Ancaman pidana Rumusan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 memuat 3(tiga) unsur yaitu: 1. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; 2. Menyalahgunakan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 3. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Persamaan kedua pasal tsb di atas adalah, terletak pada dicantumkannya unsur, dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Perbedaan rumusan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 dimulai dengan pertanyaan,mengapa rumusan ketentuan dalam Pasal 2 dicantumkan kalimat memperkaya sedangkan di dalam Pasal 3 dicantumkan kalimat, menguntungkan? . Terhadap pertanyaan tsb secara logika umum seorang pejabat publik/PNS bertujuan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tanpa pamrih, dan tidak ada diniatkan untuk memperkaya diri sendiri. Tujuan memperkaya lazimnya merupakan usaha dari pihak perorangan swasta, dan selalu berharap akan lebih kaya lagi. Sedangkan bagi seorang pejabat publik/PNS yang terjadi dalam praktik adalah menggunakan kewenangan atau kesempatan dengan tujuan untuk menguntungkan atau undue avantage (Konvensi PBB Anti Korupsi 2003). Pertanyaan berikut sering diajukan terhadap kedua pasal tsb di atas, adalah mengapa ancaman pidana minimum di dalam Pasal 2 lebih berat (minimum 4 tahun) dari ancaman pidana dalam Pasal 3 (minimum 1 tahun)?. Penjelasannya adalah, bahwa dari sejarah perundang-undangan pembentukan UU Pemberantasan Korupsi tercatat keterangan Pemerintah RI diwakili Menteri Kehakiman ketika itu, Oemar Seno Ajdi, yang menegaskan antara lain, UU prp No 24 tahun 1960, tidak dapat menjangkau aktivitas-aktivitas yang melakukan perbuatanperbuatan yang tercela . UU tsb hanya dapat menjangkau mereka yang disebut sebagai pegawai negeri. Atas dasar keterangan dan alasan tersebut, Rancangan UU Nomor 3 tahun 1971 memperluas pengertian istilah pegawai negeri. Namun perluasan pengertian istilah tersbut tidak cukup untuk menjangkau perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di luar pengawai negeri. Di dalam kondisi sosial ekonomi pegawai negeri pada umumnya yang sangat terbatas,maka mereka (swasta) yang telah melakukan perbuatan tercela dan melibatkan pegawai negeri sehingga dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi, dipandang sebagai perbuatan yang sangat tercela. Sedangkan posisi pegawai negeri yang memiliki keterbatasan tersebut merupakan posisi yang terpojok dengan iming-iming untuk menyalahgunakan kewenangan. Atas dasar pertimbangan tersebut, pembentuk UU menganggap sangat layak terhadap aktivitas-akivitas perbuatan yang dilakukan oleh bukan PNS merupakan perbuatan yang sangat tercela dibandingkan dengan perbuatan yang

dilakukan oleh PNS sehingga ancaman pidana minimum yang lebih rendah ada pada Pasal 3 dibandingkan dengan Pasal 2. Rumusan Pasal 2 mensyaratkan adanya pembuktian unsur melawan hukum sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, sehingga negara dirugikan. Pengertian unsur, melawan hukum di dalam Pasal 2 harus dijelaskan dengan merujuk kepada beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung RI (MARI) sejak tahun 1966 (kasus Machroes Effendi ) dan tahun 1977(kasus Ir.Otjo) dengan penerapan unsur melawan hukum materiel dengan fungsi yang negatif, sebagai alasan penghapus tindak pidana di luar undangundang; tahun 1983 (kasus Raden Sonson Natalegawa), dengan penerapan unsur melawan hukum dengan fungsi positif, yang menegaskan perbuatan terdakwa bertentangan dengan asas-asas kepatutan dan kesusilaan yang berkembang dalam masyarakat. Kutipan Putusan MARI dalam Kasus Raden Sonson Natalegawa(1983): Menimbang, bahwa menurut kepatutan dalam masyarakat khususnya dalam perkara-perkara tindak pidana korupsi, apabila seorang pegawai negeri menerima fasilitas yang berlebihan serta keuntungan lainnya dari seorang lain dengan maksud agar pegawai negeri itu menggunakan kekuasaannya atau wewenangnya yang melekat pada jabatannya secara menyimpang , hal itu sudah merupakan perbuatan melawan hukum , karena menurut kepatutan perbuatan itu menusuk perasaan hati masyarakat banyak. Kutipan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dalam kasus Machroes Effendi(1966): Bahwa mengingat akan apa yang diuraikan di atas itu( faktor kepentingan umum, serta faktor-faktor tidak ada keuntungan yang masuk dalam kantong saku Terdakwa dan akhirnya faktor tidak dideritanya kerugian oleh Negaramerupakan faktor-faktor yang mempunyai nilai lebih dari cukup guna menghapuskan sifat bertentangan dengan hukum pada perbuatanperbuatan Terdakwa, yang terbukti secara formil masuk dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan kepada Terdakwa. Putusan MARI dalam kasus Machroes Effendi (1966)telah menguatkan dan sekaligus memperbaiki putusan Pengadilan Tinggi dengan menyatakan Bahwa menurut Mahkamah Agung, bukanlah Pengadilan Tinggi dalam putusannya menganggap 3 faktor tersebut sebagai unsur-unsur, melainkan ke 3 faktor tadi dianggap menghapuskan sifat melawan hukum dari tindakan Terdakwa.Selanjutnya Putusan MARI menyatakan: Bahwa Mahkamah Agung pada azasnya membenarkan pendapat dari Pengadilan Tinggi tersebut, bahwa suatu tindakan pada umumnya dapat hilang sifat nya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan sesuatu ketentuan dalam perundang-undangan, melainkan juga berdasarkan azas-azas keadilan atau azas-azas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum . Putusan MARI dalam kasus Ir Sonson Natalegawa(1983) dengan penerapan unsur melawan hukum dengan fungsi positip, secara tidak langsung telah dibatalkan penerapannya dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi RI (MK RI) tahun 2006 dalam perkara Uji Materiel, terhadap UU Nomor 31 tahun 1999 diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001, sepanjang mengenai penjelasan Pasal 2: MK RI menyatakan bahwa, penjelasan unsur melawan hukum materiel dalam Pasal 2 bertentangan dengan asas kepastian hukum dan asas legalitas sehingga harus dinyatakan tidak mengikat. Putusan MK RI telah mempersempit pengertian istilah melawan hukum materiel dan kembali kepada penerapan ajaran melawan hukum materiel dengan fungsi yang negatif.

Fokus pembelaan dan juga dakwaan atas dasar ketentuan Pasal 2 terletak dari terbukti atau tidak terbukti adanya unsur melawan hukum. Jika terbukti serta merta unsur-unsur lain, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan juga unsur kerugian negara, menjadi terbukti. Begitupula jika terbukti sebaliknya. Rumusan ketentuan Pasal 3 dengan unsur-unsur delik (tindak pidana)tersebut, telah mewajibkan penuntut umum untuk membuktikan adanya unsur sengaja dengan maksud atau opzet als oogmerk, tidak termasuk kesengajaan sebagai kepastian terjadi dan kesengajaan sebagai kemungkinan sekali terjadi. Fokus dari penuntut umum/pembela, adalah pada pembuktian ada/tidak adanya unsur sengaja sebagai maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada nya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Delik Formil Kerugian


Posted on Oktober 17, 2010 by M Sofyan Lubis

Delik formil yang terdapat dalam kalimat dapat merugikan keuangan negara yang tercantum dalam Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bisa digunakan. Namun, perhitungan kerugian negara itu harus dihitung ahli, bukan hanya as umsi dari jaksa penuntut umum. Hal ini diungkapkan ahli hukum pidana Universitas Hasanuddin Andi Hamzah, saat memberikan keterangan dalam sidang hak uji UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (26/6). Dalam sidang yang dipimpin Jimly Asshiddiqie ini juga didengar keterangan ahli lain, yakni Romly Atmasasmita dan Erman Rajagukguk. Pengujian UU Pemberantasan Tipikor ini diajukan Dawud Djatmiko, karyawan PT Jasa Marga yang ditahan sejak 28 Juni 2005 dalam perkara dugaan korupsi yang menggunakan pasal itu. Selain ahli, hadir juga Wakil Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean dan beberapa jaksa KPK dan hadirin lainnya. Saya dapat menerima kata dapat merugikan keuangan negara kalau dihadirkan ahli untuk menghitung kerugian itu. Penuntut umum bisa menghadirkan ahli, terdakwa juga bisa menghadirkan ahli, hakim juga bisa menghadirkan ahli. Kalau ternyata hakim di dalam musyawarahnya berbeda pendapat soal keterangan para ahli ini, maka berdasarkan Pasal 162 KUHAP adanya in dubio prodeo, hakim harus membebaskan terdakwa karena adanya keraguan pada hakim, jelas Andi Hamzah. Penjelasan Andi ini menjawab pertanyaan Wakil Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean soal ketidakpastian hukum apakah disebabkan oleh adanya penggunaan kata dapat merugikan keuangan negara ataukah karena penggunaan melawan delik materiil dan delik formil yang tertuang dalam Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 31/1999 dapat menyebabkan ketidakpastian hukum. Andi melanjutkan, memperkaya diri sendiri harus dibuktikan dengan cara berapa uang yang

diambil dan pengambilan uang itu harus dilakukan dengan cara melawan hukum. Contohnya kredit yang diberikan 100, tetapi yang macet ada 2. Itu tetap dapat dihukum kalau terdapat kickback kepada pejabat bank dari perusahaan yang kreditnya macet itu, papar Andi. Romly menjelaskan, tidak ada yang salah dalam perumusan Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi itu. Kalaupun ada kekeliruan, itu terjadi di tingkat implementasi yang dilakukan penegak hukum dan integritas aparat penegak hukum. Saya kira semua sarjana hukum belajar bagaimana menafsirkan hukum. Jadi aturannya tidak salah, ujar Romly.

Bentuk Kolusi Peradilan di Indonesia


Posted in Artikel Hukum 2 comments Pengadilan merupakan lembaga peradilan yang mempunyai tugas pokok menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan masyarakat pencari keadilan. Pengadilan adalah lembaga peradilan yang paling utama, bahkan boleh dikatakan sebagai tempat yang sakral, karena merupakan tempat terakhir para pencari keadilan menggantungkan harapannya, yaitu harapan akan terungkapnya kebenaran dan keadilan serta pemberlakukan hukum secara pasti. Namun tidak dapat dihindari bahwa kolusi peradilan akhirnya sampai juga pada lembaga yang sangat diagungkan tersebut yang pelaksanaan tugas pokoknya dibebankan kepada Hakim. Jabatan Hakim merupakan jabatan yang luhur dan mulia, yang senantiasa diharap menjaga integritas, moralitas dan profesionalitas dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum dan keadilan. Hakim merupakan jabatan penting di pengadilan, karena Hakimlah yang mempunyai kewenangan dalam memutus suatu perkara yang diajukan di pengadilan. Namun seperti halnya dengan jabatan lainnya, jabatan Hakim juga berpotensi untuk disalah gunakan (abuse of power). Nitibaskara mengatakan bahwa penyalahgunaan pada taraf tertentu dapat berubah menjadi suatu tindak kejahatan, yang dalam literature kriminologi disebut sebagai accupational crime (2001 : 7). Seorang Hakim dalam mengadili suatu perkara bisa saja putusannya menyimpang dari tujuannya untuk menegakkan hukum dan keadilan, bias saja putusan yang dijatuhkan semata-mata hanya dilandasi alasan yang mengarah pada kepentingan pribadi atau pihak tertentu. Meskipun putusan Hakim sarat dengan pertanggung jawaban, baik kepada masyarakat, bangsa dan Negara, khususnya kepada pihak-pihak yang berperkara dan Tuhan Yang Maha Esa, namun tidak dapat dihindari bahwa ada juga oknum Hakim yang terlibat dalam kolusi peradilan, baik secara langsung dengan pihak yang berperkara ataupun terkadang melibatkan pihak penegak hukum lainnya. Semakin tinggi tingkat pemrosesan suatu perkara, maka kesempatan untuk melakukan penyimpangan semakin sulit pula, apalagi pemeriksaan di persidangan yang sifatnya terbuka sehingga kontrol masyarakat semakin besar. Oleh sebab itu wajar jika imbalan yang disediakan kepada oknum Hakim untuk melakukan permainan tingkat tinggi itu lebih besar dibanding oknum aparat hukum lain, dan inilah yang paling rawan dan menggiurkan untuk dilakukan penyimpangan. Salah satu contohnya adalah kolusi yang dilakukan oknum Hakim dengan seorang terdakwa yang juga melibatkan Penasihat Hukumnya. Oleh karena Hakim pada umumnya tidak mau bertemu lansung dengan terdakwa, maka Penasihat Hukumlah yang akan aktif membuka atau menciptakan jalur-jalur kolusi pada proses penyelesaian perkaranya, dialah yang akan berhubungan dengan Hakimnya dan melakukan tawar-menawar harga terhadap putusan yang akan dijatuhkan terhadap kliennya/terdakwa. Jika tariff sudah disepakati dan ada

peluang aman untuk itu, maka Hakim akan mengupayakan agar terdakwa dapat diputus bebas atau lepas dari tuntutan hukum, ataukah paling tidak terdakwa dijatuhi hukuman yang ringan atau terdakwa tidak perlu menjalani putusan, misal Hakim menjatuhkan pidana penjara yang impas setelah dikurangi selama terdakwa ditahan dalam proses perkaranya, ataukah Hakim menjatuhkan pidana percobaan dengan persyaratan tertentu. Apabila mencermati salah satu bentuk kolusi diatas maka pada hakekatnya perbuatan Hakim tersebut secara kriminologi adalah kejahatan, bahkan secara yuridis dikualifikasikan sebagai suatu perbuatan pidana yang diatur dalam hukum pidana yang berlaku, yaitu delik penyuapan dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Disamping itu juga merupakan perbuatan kejahatan yang merugikan masyarakat dan Negara, khususnya masyarakat pencari keadilan dalam hal ini yang menjadi korban kejahatan. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KOLUSI PERADILAN Pandangan beberapa pakar kriminologi mengatakan bahwa terjadinya kolusi peradilan terkadang disebabkan faktor sifat jahat pelaku dan faktor lin gkungan sosial yang mempengaruhi pelaku. Namun Sahetapy mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu phenomena sosial yang tidak bisa terlepas dari situasi dan kondisi yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial, budaya dan strukturalnya (1992 : 55). Perkembangan kehidupan modern dewasa ini telah membawa dampak menurunnya kualitas nilai-nilai sosial, dimana meningkatnya kebutuhan seseorang seringkali tidak diikuti dengan taraf penghasilan yang memadai untuk pemenuhannya. Hal ini membawa dampak munculnya pola perilaku yang cenderung menghalalkan segala cara. Para penguasa atau pemegang jabatan penting dan strategis diberbagai bidang yang ada, termasuk jabatan Hakim di pengadilan, adalah memanfaatkan situasi ini memperbesar pemasukan diluar pemasukan atau gaji resminya. Mereka dengan sengaja menciptakan mekanisme yang tidak semestinya dengan cara menutup jalur-jalur tertentu, yang hanya dapat dibuka jika korban yaitu masyarakat atau pihak yang berperkara, telah menyisipkan sejumlah uang atau benda lain yang bernilai ekonomis sebagai syaratnya, dimana korban selanjutnya tidak bisa berbuat apaapa lagi selain dengan terpaksa harus menyiapan persyaratan tidak resmi tersebut agar urusannya bias lancar. Di pengadilan dalam proses penanganan suatu perkara pidana, terkadang terdakwa harus menyiapkan syarat-syarat yang telah disepakati (misalnya pemberian sejumlah uang) jika mau dibebaskan atau diringankan hukumannya oleh Hakim. Disinilah terjadi penurungan kualitas nilai yang sangat drastis dimana suatu pekerjaan yang pada awalnya (malahan seharusnya) dilandasi dengan semangat pengabdian yang tinggi, terutama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, berubah menjadi pekerjaan yang dilandasi motivasi materialiatis. Dunia peradilan yang tadinya dianggap sakral karena perannya dalam memberikan perlindungan pada masyarakat dengan tujuan menegakkan hukum dan keadilan, akhirnya menjadi ternoda dan kehilangan kewibawaannya dengan adanya perubahan perilaku aparat penegak hukumnya in casu Hakim yang cenderung berpikiran materialistis. Lembaga peradilan dalam hal ini pengadilan tidak ubahnya sebauah pasar perdagangan hukum yang sarat dengan fenomena tawar-menawar perkara antara Hakim sebagai penjualnya dan pihak yang berperkara sebagai pembelinya. Degradasi nilai-nilai sosial tersebut dalam perkembangannya tidak mendapat perhatian serius sehingga menjadi berlarut-larut, yang akhirnya mengakibatkan sesuatu yang tadinya dianggap tabu atau tercela, lambat laun menjadi sesuatu yang biasa, bahkan menjadi semacam trend, misalnya kolusi dalam proses penyelesaian suatu perkara di pengadilan tersebut. Bergesernya nilai-nilai tersebut seolah-olah menciptakan budaya baru dimana perubahan perilaku tersebut tidak hanya terjadi pada aparat penegak hukum, tetapi disadari atau tidak juga terjadi pada , masyarakat tertentu. Persepsi yang sudah terlanjur terbentuk dalam masyarakat bahwa keadilan harus dibeli, jika ingin menang atau beres perkaranya, terlebih dahulu harus

disiapkan sejumlah uang. Akibatnya aparat penegak hukum, dalam hal ini Hakim, yang semula merasa risih mengkaitkan jabatannya dengan imbalan sejumlah uang, akhirnya menjadi terbiasa dan bahkan tidak sungkan-sungkan lagi untuk meminta kepada pihak yang berperkara. Budaya baru di lingkungan peradilan beserta masyarakat tersebut, jika dibiarkan akan mempengaruhi stuktur lembaga peradilan. Akibatnya kolusi yang tadinya hanya dilakukan oleh segelintir oknum aparat penegak hukum, akhirnya akan mempengaruhi pejabat hukum peradilan lainnya, selanjutnya kolusi tidak hanya dilakukan secara perorangan saja, tetapi terjadi kolusi secara struktural dalam tubuh lembaga peradilan, kolusi yang terjadi di pengadilan bisa saja dilakukan dengan bekerja sama dengan aparat hukum dari Kepolisian dan Kejaksaan. Ketimpangan dan kelemahan dari struktur masyarakat, pemerintah dan lembaga peradilan akan membuka peluang besar terjadinya kolusi. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap hukum, banyaknya peraturan perundang-undangan yang tidak sempurna sehingga memungkinkan untuk disiasati, mekanisme peradilan yang cenderung tertutup dan besarnya kewenangan yang dimiliki Hakim dengan kemandiriannya, rendahnya penghasilan Hakim dari standart yang memadai dan kurang bersinerginya lembaga pengawasan terhadap perilaku Hakim adalah merupakan faktor-faktor yang banyak memberi peluang untuk terjadinya kolusi peradilan. Dengan demikian jelaslah bahwa timbulnya kolusi peradilan tidak hanya diakibatkan oleh latar belakang devians atau pelaku kejahatan saja, dalam hal ini oknum Hakim yang terlibat kolusi, dan juga tidak hanya diakibatkan oleh latar belakang lingkungan sosial yang mempengaruhi Hakim untuk melakukan kolusi. Namun terjadinya kolusi peradilan yang dilakukan oknum Hakim tersebut sebenarnya juga diakibatkan oleh suatu proses degradasi nilai-nilai sosial yang mengakibatkan pergeseran nilai budaya masyarakat dan tercemarnya faktor struktural, yang kesemuanya itu merupakan ekses dari perkembangan modernisasi yang tidak terkontrol.

Delik Formil dan Delik Materiil dalam Perkara Korupsi


Posted in Artikel Hukum 0 comments Dalam kajian ilmu pengetahuan, korupsi merupakan obyek hukum yang pada konteks Indonesia dikategorikan sebagai salah satu delik khusus di luar KUHP dan pada saat ini telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ironisnya, pada saat penegakan hukum berkaitan dengan suatu tindak pidana korupsi, muncul sejumlah deretan tafsir yang diusung oleh para pihak penegak dan pengabdi hukum untuk memenuhi kepentingan posisinya masing-masing. Dalam hal ini, pemilihan pasal-pasal yang berkaitan dengan penegakan hukum sering tidak dipergunakan untuk menguji kebenaran perkara, tetapi hanya untuk mencari pembenaran atas dugaan atau sangkaan, yang tentu saja menguntungkan kepentingan diri sendiri dan merugikan kepentingan pihak lain. Ini berarti, sehebat apapun pasal-pasal itu disusun otomatis pasal-pasal tersebut tidak lebih dari benda bisu yang tidak dapat melawan kodratnya sebagai kalimat yang telah dicetak apa adanya, tanpa memiliki pemaknaan lain kecuali

seperti yang tertulis lugas. Bertolak dari realita yang demikian dan fakta yang membuktikan bahwa para pelaku bermasalah dalam kasus korupsi selalu lolos dari jeratan hukum, maka dalam rangka melakukan pendidikan hukum kritis, pada tulisan ini akan dibuat catatan hukum terhadap Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang merupakan pasal utama dalam menjerat para koruptor. Dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan bahwa: setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dari bunyi pasal yang demikian, jelas pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, menghendaki agar yang disebut sebagai pelaku tindak pidana korupsi adalah setiap orang. Istilah setiap orang dalam konteks hukum pidana harus dipahami sebagai orang perorangan (Persoonlijkheid) dan badan hukum (Rechtspersoon). Untuk konteks UU No. 20 Tahun 2001, para koruptor itu bisa juga korporasi (lembaga yang berbadan hukum maupun lembaga yang bukan berbadan hukum) atau siapa saja, entah itu pegawai negeri, tentara, masyarakat, pengusaha dan sebagainya asal memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam pasal ini. Sedangkan bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi, sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, akan dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Berkaitan dengan sanksi bagi pelaku tindak pidana korupsi dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, pada pasal 2 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juga menegaskan bahwa apabila suatu tindak pidana korupsi dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi, maka para pelaku tersebut dapat di pidana mati. Menurut Darwin Prinst, (2002 : 23), keseluruhan sanksi yang terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan khususnya yang terdapat dalam pasal 2 ayat (1) pada dasarnya menganut 3 sifat dari ancaman pidana, yakni : pertama, kata dan atau yang tertuang dalam suatu ketentuan pemidanaan, maka pemidanaan dalam ketentuan tersebut bersifat komulatif dan alternatif. Kedua, kata dan yang terdapat dalam suatu ketentuan pemidanaan, maka pemidanaan dalam ketentuan tersebut adalah bersifat komulatif. Ketiga, kata atau yang tertera dalam suatu ketentuan pemidanaan, maka pemidanaan dalam ketentuan tersebut bersifat alternatif. Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juga menghendaki agar istilah korupsi diartikan sebagai setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang secara melawan

hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Itu berarti, unsur/elemen yang terkandung dalam pasal ini dan harus dibuktikan berkaitan dengan suatu tindak pidana korupsi adalah Pertama, adanya perbuatan yang mana perbuatan tersebut harus dilakukan secara MELAWAN HUKUM. Kedua, tujuan dari perbuatan tersebut yakni untuk MEMPERKAYA DIRI SENDIRI, ORANG LAIN ATAU KORPORASI. Ketiga, akibat perbuatan tersebut adalah DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA. MELAWAN HUKUM Perbuatan melawan hukum dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001, seharusnya dipahami secara formil maupun secara materil. Secara formilberati perbuatan yang disebut tindak pidana korupsi adalah perbuatan yang melawan/bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, seperti UU No. 8 Tahun 1981, Tentang KUHP, UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 28 Tahun 1999, Tentang Pelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, PP No. 105 Tahun 2000, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, PP No. 109 Tahun 2000, Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, PP No. 110 Tahun 2000, tentang kedudukan keuangan DPRD, dll. Sedangkan secara materil berarti perbuatan yang disebut tindak pidana korupsi adalah perbuatan yang walaupun tidak bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat di pidana. Perluasan unsur melawan hukum ini sangat ditentang oleh sebagian ahli hukum dan sangat berpengaruh dalam proses penegakan hukum sekarang. Alasan dari pihak yang menolak perluasan unsur melawan hukum ini adalah jika unsur melawan hukum ini diartikan secara luas, maka pengertian melawan hukum secara materil (Materiele Wederrechttelijkeheid) dalam Hukum pidana diartikan sama dengan pengertian melawan hukum (Onrechtmatige Daad) dalam pasal 1365 KUH Perdata dan ini sangat bertentangan dengan asas legalitas yang dalam bahasa Latin, disebut : Nullum Delictum Nulla Poena Lege Pravie Poenali yang dalam hukum pidana Indonseia pengertiannya telah diadopsi dan dituangkan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi : suatu perbuatan tidak dapat dihukum/dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan yang telah ada. Alasan dari para pihak yang menolak perluasan unsur melawan hukum ini pada dasarnya dapat di terima oleh akal sehat, namun belum tentu bertolak dari suatu pemikiran/akal yang sehat karena perlu diingat juga bahwa Mahkamah Agung (MA) sebenarnya sudah sejak lama mengakui dan menerapkan Materiele Wederrechttelijkeheid dalam berbagai perkara tindak pidana korupsi. Putusan dalam perkara tindak pidana korupsi pada pokoknya menyatakan bahwa perbuatan melawan hukum sebagai perbuatan yang secara langsung melanggar peraturan hukum yang tertulis dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang melanggar peraturan hukum yang tidak tertulis, yaitu tindakan-tindakan yang bersifat tercela, atau tidak sesuai dengan rasa keadilan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Diamping Yuresprudensi yang sudah ada ini, dalam teori hukum juga diakui bahwa suatu perbuatan dapat dikatakan melawan hukum apabila perbuatan itu tidak saja bertentangan dengan hukum yang dalam bentuk undang-undang, tetapi bisa juga bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis yang ditaati oleh masyarakat (R. Soeroso, 2000 : 294). Teori hukum ini sangat penting, mengingat suatu putusan yang benar tidak hanya didasarkan pada Undang-undang atau yurisprudensi saja, tetapi juga kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat, traktat, doktrin dan pendapat ahli hukum.

Dalam kaitannya dengan perlusan unsur melawan hukum ini, Marwan Effendi (2005 : 14) berpendapat bahwa mengingat karakteristik tindak pidana korupsi yang muncul akhir-akhir ini, idealnya unsur perbuatan melawan hukum harus dipahami baik secara formil maupun materil karena: Pertama, korupsi terjadi secara sistematis dan meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efesiensi tinggi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga di golongkan sebagai kejahatan yang luar biasa (Extra Ordinary Crime), maka pemberantasannya harus dilakukan dengan cara-cara yang luar biasa (Extra Ordinary Efforts). Kedua, dalam merespon perkembangannya kebutuhun hukum di dalam masyarakat, agar dapat lebih memudahkan di dalam pembuktian sehingga dapat menjangkau berbagai modus operandi penyimpangan keuangan atau perekonomian negara yang semakin canggih dan rumit. Argumen dari Marwan Effendi ini, pada dasarnya sesuai dengan dictum menimbang huruf b dan Penjelasan umum alenia tiga UU No. 31 Tahun 1999, serta dictum menimbang huruf a penjelasan umum alinea kedua UU No. 20 Tahun 2001, sehingga sangat masuk akal apabila perbuatan melawan hukum dalam pembuktian suatu tindak pidana korupsi, harus di pahami dan dibuktikan secara materil dan atau formil. MEMPERKAYA DIRI SENDIRI, ORANG LAIN ATAU KORPORASI Kata kunci dari unsur/elemen ini adalah kata memperkaya. Secara har iah, kata f memperkaya merupakan suatu kata kerja yang menunjukan perbuatan setiap orang untuk bertambah kaya atau adanya pertambahan kekayaan. Itu berarti, kata memperkaya dapat juga dipahami sebagai perbuatan yang menjadikan setiap orang yang belum ka menjadi ya kaya atau orang yang sudah kaya menjadi lebih kaya. Mengingat bahwa seseorang itu dapat disebut sebagai kaya sangat subyektif sekali, misalnya seseorang dikota besar mempunyai rumah besar dan mobil belum dapt disebut kaya sedangkan didesa seseorang yang mrmpunyai satu TV dapat disebut kaya, maka dalam konteks pembuktian suatu tindak pidana korupsi kata memperkaya harus dimaknai sebagai perbuatan setiap orang yang berakibat pada adanya pertambahan kekayaan. Ada 3 point yang harus di dikaji dalam unsur/elemen ini berkaitan dengan suatu tindak pidana korupsi, yaitu : Pertama, Memperkaya Diri Sendiri, artinya dengan perbuatan melawan hukum itu pelaku menikmati bertambahnya kekayaan atau harta miliknya sendiri. Kedua, Memperkaya Orang Lain, maksudnya adalah akibat dari perbuatan melawan hukum dari pelaku, ada orang lain yang menikmati bertambahnya kekayaan atau bertambahnya harta benda. Jadi, disini yang diuntungkan bukan pelaku langsung. Ketiga, Memperkaya Korporasi, yakni akibat dari perbuatan melawan hukum dari pelaku, suatu korporasi, yaitu kumpulan orang-atau kumpulan kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum (Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001) yang menikmati bertambahnya kekayaan atau bertambahnya harta benda. Unsur/elemen ini pada dasarnya merupakan unsur/elemen yang sifatnya alternatif. Artinya jika salah suatu point diantara ketiga point ini terbukti, maka unsur memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi ini dianggap telah terpenuhi. Pembuktian unsur/elemen ini sangat tergantung pada bagaimana cara dari orang yang diduga sebagai pelaku tindak pidana korupsi memperkaya diri sendiri, memperkaya orang lain atau memperkaya korporasi, yang hendaknya dikaitkan dengan unsur/elemen menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang terkandung dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan bahwa :

setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau dipidana dengan pidana penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Miliar Rupiah). Dari bunyi pasal pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang seperti ini, maka perlu dipahami bahwa yang disebut sebagai pelaku tindak pidana korupsinya adalah korporasi dan orang perorangan (Persoonlijkheid). Namun jika di pahami secara teliti, maka kalimat setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan , menunjukan bahwa pelaku tindak pidana korupsi menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001 haruslah orang-perorangan (Persoonlijkheid) dalam hal ini seorang pejabat/pegawai negeri. Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud dengan pegawai negeri meliputi : Pertama, Pegawai negeri sebagaimana yang dimaksud dalam undangundang kepegawaian (UU No. 8 Tahun 1974). Kedua, Pegawai negeri sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 92 KUHP. Ketiga, orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara. Keempart, orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah. Kelima, Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. Unsur/elemen menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukan dari pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001 ini pada dasarnya merupai unsur/elemen dalam pasal 52 KUHP. Namun, rumusan yang menggunakan istilah umum menyalahgunakan ini lebih luas jika dibandingkan dengan pasal 52 KUHP yang merincinya dengan kata, oleh karena melakukan tindakan pidana, atau pada waktu melakukan tindak pidana memakai kekuasaan, kesempatan atau daya upaya yang diperoleh dari jabatannya. Untuk membuktikan suatu tindak pidana korupsi berkaitan dengan unsur/elemen yang bersifat alternatif ini, maka ada tiga point yang harus dikaji, yakni: Pertama, menyalahgunakan kewenangan, berarti menyalahgunakan kekuasaan/hak yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Kedua, menyalahgunakan kesempatan, berari menyalahgunakan waktu/moment yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Ketiga, menyalahgunakan sarana, artinya menyalahgunakan alat-alat atau perlengkapan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan Kata wewenang berarti mempunyai (mendapat) hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. (W. J. S. Poerwadarimta, 1991). Itu berarti, seseorang dengan jabatan atau kedudukan tertentu akan memiliki wewenang tertentu pula dan dengan wewenangnya tersebut, maka ia akan memiliki kekuasaan atau peluang untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan atau peluang untuk melakukan sesuatu inilah yang dimaksud dengan kesempatan. Sementara itu, seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan biasanya akan mendapat sarana tertentu pula dalam rangka menjalankan kewajiban dan kewenangannya. Kata sarana sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan. Seseorang dengan jabatan atau kedudukan tertentu akan memiliki wewenang, kesempatan dan sarana tertentu yang dapat ia gunakan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya.

Wewenang, kesempatan dan sarana ini diberikan dengan rambu-rambu tertentu. Bila kemudian rambu-rambu itu dilanggar atau bila wewenang, kesempatan, dan sarana tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka telah terjadi penyalahgunaan wewenang, kesempatan dan sarana yang dimiliki karena jabatan atau kedudukannya. DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA Point yang harus dibuktikan dalam unsur/elemen dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara berkaitan dengan suatu tindak pidana korupsi adalah : a. Merugikan Keuangan Negara Menurut penjelasan UMUM UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak yang timbul karena : pertama, berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat, lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kedua, berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban BUMN/BUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang mertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. b. Perekonomian Negara Yang dimaksud dengan perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disususun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberi manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. (Lihat penjelasan UMUM UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). Kedua poin dalam unsur/elemen dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ini adalah bersifat alternatif. Jadi untuk membuktikan seseorang melakukan tindak pidana korupsi atau tidak, berkaitan dengan unsur/elemen ini, maka cukup hanya dibuktikan salah satu point saja. Namun, yang harus diingat dan diperhatikan dalam pembuktian unsur ini ialah Kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukan bahwa Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 mengamanatkan agar tindak pidana korupsi harus dipahami sebagai delik formil dan bukannya delik materil. Menurut Satochid Kartanegara (Tanapa Tahun : 135-136), delik formil (Delict Met Formeele Omschrijiving/delik dengan perumusan formil) adalah delik yang dianggap telah sepenuhnya terlaksana tanpa timbulnya akibat berkaitan dengan suatu perbuatan yang dilarang. Sedangkan yang dimaksud dengan delik materil (Delict Met Materieele Omschrijiving/delik dengan perumusan materil) ialah delik yang baru dianggap terlaksana penuh apabila telah timbulnya akibat yang dilarang. Dari pemahaman seperti ini, maka harus disimpulkan bahwa adanya tindak pidana korupsi atau untuk membuktikan seseorang atau korporasi dapat disebut sebagai pelaku tindak pidana korupsi, otomatis cukup hanya dibuktikan dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat. Demikianlah tulisan ini dibuat, kiranya bermanfaat bagi siapa saja yang peduli terhadap penegakan hukum kasus dugaan korupsi di Indonesia dan khususnya di Nusa Tenggara Timur. (Salus Pupuli Suprema Lex, kepentingan massa-rakyat adalah hukum tertinggi)

Gratifikasi Dalam Pegawai Negeri


Posted in Artikel Hukum

0 comments Oleh : Drs. M. Sofyan Lubis, SH.

Menurut pasal 12 B, Undang-undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, secara tegas diterangkan bahwa Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajibannya atau tugasnya ; Gratifikasi dalam penjelasan pasal 12 B tersebut diartikan merupakan pemberian dalam arti luas meliputi : pemberian uang, barang, discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya yang berhubungan dengan jabatan seorang Pegawai Negeri sipil. dan Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik, semua pemberian pidana suap. tersebut dapat diancam dengan Bahwa gratifikasi yang dilakukan jika ada hubungannya dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajibannya atau tugasnya, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun atau penjara paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.200.juta rupiah, dan paling banyak Rp.1 Milyard rupiah. Berdasarkan batasan gratifikasi di atas, hampir dapat dipastikan semua Pegawai Negeri Sipil atau Penyelenggara Negara di negeri ini telah melakukan dan/atau menerima SUAP selama ia melakukan tugas sebagai pelayanan publik. Namun menurut hemat saya tidak semua Gratifikasi dapat memenuhi unsur dapat diancam pidana sebagaimana disebut di atas. Sepanjang gratifikasi tersebut terjadi tidak bertentangan atau berlawanan dengan kewajibannya atau tugasnya, sekalipun gratifikasi tersebut berhubungan dengan jabatannya baik sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Penyelenggara Negara, gratifikasi tersebut tidak memenuhi unsur dapat diancam dengan pidana. Karena unsur berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajibannya adalah merupakan unsur yang integral atau satu kesatuan unsur yangtidak dapat dipisahkan. Misalnya seorang hakim dalam memutus suatu perkara yang dilakukannya secara obyektif yaitu sesuai dengan fakta hukum/alasan hukum dan sesuai dengan keyakinan dan rasa keadilannya, kemudian terhadap putusan tersebut ada pihak yang bersimpati dengan memberikan gratifikasi, maka hakim tersebut tidaklah dapat dikatakan telah menerima suap. Misalnya lagi pada saat lebaran sekarang ini, budaya pemberian parsel kepada seorang pejabat atau pegawai negeri sering banyak dilakukan. Parsel tersebut diberikan seseorang boleh jadi ada hubungannya dengan pekerjaan penyelenggara negara atau pegawai negeri bersangkutan, namun tidak automatis pemberian parsel tersebut selalu harus ditafsirkan ada unsur berlawanan dengan tugas dan kewajibannya. Jadi kata kunci pemberian suap dalam pengertian gratifikasi adalah jika gratifikasi itu terjadi yang bertentangan atau berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya selaku pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara. Ancaman pidana suap dalam gratifikasi, memang sangat diperlukan karena tidak sedikit pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara yang menerima janji atau menawarkan janji

untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kewajibannya atau tugas yang seharus dilakukannya sebagai pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara. Namun mengingat budaya kita yang senang mewujudkan rasa syukur dengan memberi karena merasa tertolong (baca: bukan karena telah ditolong), kemudian ia memberikan sesuatu kepada pegawai/pejabat bersangkutan, dimana pemberian itu tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi pegawai negeri bersangkutan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya atau tugasnya, maka pegawai tersebut tidak dapat disebut telah menerima gratifikasi menurut UU tentang SUAP.

Saksi menurut hukum Indonesia


Posted on November 2, 2010 by M Sofyan Lubis

Secara umum definisi saksi telah tercantum dalam Kitab Undang -Undang Hukum Pidana (KUHAP) yang telah diratifikasi menjadi U ndang-Undang No 8 Tahun 1981 dalam Pasal 1 butir ke-26 KUHAP yang menyatakan bahwa saksi adalah adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

Ketentuan tersebut secara spesifik kembali diatur dalam RUU PERLINDUNGAN SAKSI (VERSI KOALISI LSM) dalam Pasal 1 angka 1 Saksi adalah seseorang yang menyampaikan laporan dan atau orang yang dapat memberikan keterangan dalam proses penyelesaian tindak pidana berkenaan dengan peristiwa hukum yang ia dengar, lihat dan alami sendiri dan atau orang yang memiliki keahlian khusus tentang pengetahuan tertentu guna kepentingan penyelesaian tindak pidana.
Hak-hak saksi dalam KUHAP
1. Hak untuk diperiksa tanpa hadirnya terdakwa pada saat saksi diperiksa (pasal 173 KUHAP) 2. Hak untuk mendapatkan penterjemah atas saksi yang tidak paham bahasa indonesia (pasal 177 ayat 1 KUHAP) 3. Hak saksi yang bisu atau tuli dan tidak bisa menulis untuk mendapatkan penerjemah (pasal 178 ayat 1 KUHAP) 4. Hak untuk mendapatkan pemberitahuan sebelumnya selambat-lambatnya 3 hari sebelum menghadiri sidang (pasal 227 ayat 1 KUHAP) 5. Hak untuk mendapatkan biaya pengganti atas kehadiran di sidang pengadilan (pasal 229 ayat 1 KUHAP).

Hak-hak di atas masih sangat terbatas, mengingat modus tindak pidana yang terus berkembang dan lebih sistemik. Di samping itu masih ada yang disebut dengan saksi yang memberatkan dan saksi yang meringankan.

Perbuatan Melawan Hukum


Posted in Artikel Hukum Oleh : PROF. DR. KOMARIAH EMONG SAPARDJAJA, S.H. HAKIM AGUNG Walaupun Indonesia selalu mendapat julukan sebagai Negara paling korup di dunia, tetapi beberapa upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi telah dilakukan. Beberapa kebijakan legislatif yang pernah dilakukan, adalah pembaharuan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi itu sendiri yang diharapkan dapat mengurangi terjadinya tindak pidana korupsi. Usaha di bidang legislasi dimulai sejak tahun 1960 dengan diundangkan: UU No.24 Prp tahun 1960; Tetapi undang-undang ini kemudian dianggap tidak memadai lagi bagi usaha pemberantasan tindak pidana korupsi, peraturan ini kurang memadai perkembangan masyarakat yang menemukan cara-cara lain di dalam melakukan tindak pidana korupsi, yang tidak tercakup oleh undang-undang tersebut. Oleh karena itu disusun undang-undang baru pada tahun 1971 yaitu dengan diundangkan UU No.3 tahun 1971; Dengan demikian secara berturut-turut di Indonesia pernah berlaku undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu: UU No.24 Prp. Tahun 1960; UU No.3 tahun1971 UU No.28 tahun 1999 - UU No.31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No.20 tahun 2001 - UU No.30 tahun 2002. Dengan sengaja saya memberi cetak tebal terhadap UU No.28 tahun 1999 tersebut, sebab undang-undang ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, karena penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN adalah syarat mutlak dari pemberantasan tindak pidana korupsi. Penyelenggara Negara tersebut adalah mereka yang, terutama duduk di badan -badan legislatif (pusat dan daerah), eksekutif, maupun yudikatif (pasal 2 UU No.28/1999). Demikian juga dengan Undang-Undang No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), yang dibentuk berdasarkan pertimbangan bahwa : Lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.2) karena Tindak pidana korupsi digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.3) Paradigma yang menarik dari berbagai usaha legislasi tersebut di atas adalah : unsur dan sifat melawan hukum dari tindak pidana korupsi, yang secara sadar telah dirumuskan dalam perundang-undangan pemberantasan tindak pidana korupsi dengan paradigma tertentu, guna melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi secara lebih baik. Di bawah ini, secara berturut-turut, saya akan menguraikan rumusan unsur melawan hukum serta arti dari sifat melawan hukum dalam perundang-undangan pemberantasan tindak pidana korupsi yang pernah atau sedang berlaku di Indonesia, sebagaimana diminta oleh Panitia Seminar ini.

Bagian terakhir dari makalah ini dilampirkan bagian tertentu dari makalah yang pernah disampaikan dalam Seminar Eksaminasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.003 tahun 2005, khususnya yang berkenaan dengan unsur melawan hukum I. Dalam UU No.24 Prp. Tahun 1960, sifat melawan hukum hanya dapat dibuktikan jika terlebih dahulu ada suatu kejahatan atau pelanggaran yang terlebih dahulu harus dibuktikan, dan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat menyebabkan kerugian keuangan Negara dan perekonomian Negara.4) Ini berarti bahwa sifat melawan hukum yang digunakan dalam UU tsb adalah sifat melawan hukum formal. Digunakannya sifat melawan hukum formal mengakibatkan pembuktian tindak pidana korupsi menjadi sulit, satu sama lain karena Jaksa Penuntut Umum perlu membuktikan satu demi satu unsur tindak pidana korupsi seperti dirumuskan dalam pasalpasal yang didakwakan. Perumusan sifat melawan hukum secara materiel belum diperkenalkan. Dengan demikian sifat melawan hukum materiel, dalam ilmu hukum pidana, hanya berfungsi negatif. Salah satu yurisprudensi Mahkamah Agung yang terkenal adalah Putusan MARI No. 45K/Kr/1965, tanggal 8 Januari 1966. Dalam putusannya Mahkamah Agung RI berpendapat: Suatu perbuatan pada umumnya dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan suatu ketentuan dalam perundang-undangan, melainkan juga berdasarkan asasasas keadilan, atau asas-asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum; dalam perkara ini misalnya faktor-faktor: Negara tidak dirugikan, kepentingan umum dilayani, terdakwa sendiri tidak mendapat untung. Alasan pembenar di luar KUHP (bersifat tidak tertulis) menjadi penilaian Hakim untuk menetapkan hilangnya sifat melawan hukum tindak pidana korupsi yang didakwakan. Berarti bahwa ajaran sifat melawan hukum yang meteriel, mempunyai fungsi yang negative. Karena penilaian ini benar-benar diukur dari pribadi seorang (Majelis) Hakim, terdapat kemungkinan unsur-unsur subyektif dalam menentukan ada atau hilangnya sifat melawan hukum tersebut, sehingga pelaku tidak dijatuhi pidana dalam arti dilepaskan dari segala tuntutan hukum. II. Sejak diundangkan UU No.3/1971, pengertian melawan hukum tindak pidana korupsi diperluas. Didalam Penjelasan Rancangan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disampaikan oleh Pemerintah pada tangal 13 Agustus 1970, dikemukakan bahwa : Dengan mengemukakan sarana melawan hukum, seperti dalam hukum perdata, yang pengertiannya dalam Undang-Undang ini juga meliputi perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kesopanan yang lazim atau yang bertentangan dengan keharusan dalam pergaulan hidup untuk bertindak cermat terhadap orang lain, barangnya maupun haknya, maka dimaksudkan agar supaya lebih mudah memperoleh pembuktiantentang perbuatan yang dapat dihukum, yaitu memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan, daripada memenuhi ketentuanuntuk membuktikan lebih dahulu adanya kejahatan/pelanggaranseperti disyaratkan oleh Undang-Undang No.24 Prp tahun 1960. Setelah Undang-Undang No.3 Tahun 1970 disahkan, dalam penjelasannya, sekedar mengenai unsur melawan hukum, dapat diketahui bahwa : Dengan mengemukakan sarana melawan hukum, yang mengandung pengertian formil maupun materiel, maka dimaksudkan agar supaya lebih mudah memperoleh pembuktian tentang perbuatan yang dapat dihukum, yaitu memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

suatu badan, daripada memenuhi ketentuan untuk membuktikan lebih dahulu adanya kejahatan/pelanggaran Dengan demikian sifat melawan hukum dari tindak pidana korupsi tidak hanya bersifat formal saja, tetapi juga bersifat materiil, dengan maksud untuk mempermudah pembuktian. Dalam ilmu hukum pidana hal ini disebut sebagai fungsi positif dari ajaran sifat melawan hukum yang materiel. Di dalam penjelasan umum UU No.3/1971 disebutkan : Disamping perumusan tindak pidana korupsi yang mencakup perbuatan-perbuatan tercela dan merugikan keuangan/perekonomian Negara. Selain itu didalam bab menimbang telah ditegaskan bahwa perbuatan korupsi sangat merugikan keuangan/perekonomian Negara dan menghambat pembangunan Nasional Selanjutnya dalam penjelasan pasal 1 ayat (1) sub a, dinyatakan: melawan hukum ini adalah sarana untuk melakukan perbuatan yang dapat dihukum yaitu memperkaya dirii sendiri atau orang lain atau suatu badan. Putusan Mahkamah Agung RI No.275K/Pid/1982, tanggal 15 Desember 1983., memberikan ukuran sifat melawan hukum tindak pidana korupsi, bahwa : Menurut kepatutan dalam masyarakat, khususnya dalam perkara-perkara tindak pidana korupsi, apabila seorang pegawai negeri menerima fasilitas yang berlebihan serta keuntungan lainnya , hal itu sudah merupakan perbuatan melawan hukum, karena menurut kepatutan perbuatan itu merupakan perbuatan tercela atau perbuatan yang menusuk perasaan hati masyarakat banyak. Selanjutnya dikatakan pula bahwa: Penafsiran terhadap sebutan melawan hukum tidak tepat, jika hal itu hanya dihubungkan dengan policy perkreditan direksi yang menurut Pengadilan Negeri tidak melanggar peraturan hukum yang ada sanksi pidananya, akan tetapi sesuai dengan pendapat yang sudah berkembang dalam ilmu hukum, seharusnya hal itu diukur berdasarkan asas-asas hukum yang tidak tertulis, maupun asas-asas yang bersifat umum menurut kepatutan dalam masyarakat. III. Di dalam UU No.31 /1999 yang diperbaharui dengan UU No.20 /2001 , sifat melawan hukum secara materiil ini bahkan dikaitkan dengan dampak dari korupsi yang dianggap telah merugikan hak-asasi masyarakat banyak, yaitu hak ekonomi dan hak sosialnya. Jadi tindak pidana korupsi bukan hanya mengakibatkan kerugian uang Negara dan perekonomian Negara saja, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Juga karena tindak pidana korupsi telah terjadi secara sistematik dan meluas maka tindak pidana korupsi di dalam undang-undang ini digolongkan sebagai extra ordinary crime. Juga tentang sifat melawan-hukum dalam undang-undang ini dijelaskan dalam penjelasan pasal2 ayat (1) bahwa : Yang dimaksud dengan secara melawan-hukum dalam pasal mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiel, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.

Walaupun terdapat banyak tantangan terhadap arti sifat melawan hukum yang sangat luas, tetapi tepat sekali apabila pembuat undang-undang menegaskan sifat perbuatan melakukan tindak pidana korupsi yang jelas-jelas sangat tercela, tidak patut, karena ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang sekarang 30% berada di bawah garis kemiskinan, masih ada orang yang melakukan korupsi untuk memperkaya dirinya sendiri atau orang lain atau suatu badan, dengan cara-cara yang tidak terpuji, misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi sebagai bagian dari perumusan tindak pidana korupsi, pasal 2 ayat 1 UU No.20/2001 ini, unsur melawan hukum tetap menjadi kewajiban Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikannya. Oleh karena itu undang-undang ini masih tetap memberi kemudahan kepada mereka yang tidak melakukan tindak pidana korupsi melakukan pembuktian secara terbalik (terbatas) seperti dimuat dalam pasal 37 ayat (1), yang berarti bahwa tersangka/terdakwa tetap dapat membela dirinya bahwa kekayaannya berasal dari sumber yang sah, atau diperoleh secara tidak melawan hukum. IV. Di dalam United Nation Convention Against Corruption 2003. Re solusi PBB No.57/169, (yang sudah di ratifikasi dengan Undang-Undang No.7 tahun 2005), yang merupakan keprihatinan dunia terhadap tindak pidana korupsi, disebutkan bahwa: - Prihatin atas kegawatan masalah dan ancaman -ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat, yang meruntuhkan lembaga-lembaga dan nilainilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta membahayakan pembangunan berkelanjutan dan supremasi hukum;
y

Prihatin juga akan kaitan antara korupsi dan bentuk-bentuk dari kejahatan, khususnya kejahatan yang terorganisai dan kejahatan ekonomi, termasuk tindak pidana pencucian uang; Prihatin lebih jauh lagi, perkara-perkara korupsi yang melibatkan asset-aset yang demikian besar, yang dapat menghabiskan sebagian sumber daya Negara, dan yang mengancam stabilitas politik dan pembangunan berkelanjutan dari Negara yang bersangkutan; Meyakini bahwa korupsi tidak lagi merupakan masalah lokal, melainkan suatu fenomena transnasional .

Dari pertimbagan Konvensi ini sifat melawan hukum tindak pidana korupsi ditunjukkan dengan kata-kata: masalah dan ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat, yang meruntuhkan lembaga-lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta membahayakan pembangunan berkelanjutan dan supremasi hukum dan korupsi yang melibatkan asset-aset yang demikian besar, yang dapat menghabiskan sebagian sumber daya Negara, dan yang mengancam stabilitas politik dan pembangunan berkelanjutan dari Negara yang bersangkutan. Dengan demikian tetap saja sifat melawan hukum dari tindak pidana korupsi pada intinya adalah perbuatan yang tercela, tidak patut dan bertentangan dengan rasa keadilan atau normanorma kehidupan sosial dalam masyarakat dan karenanya perbuatan yang bersifat demikian dapat dipidana. V. Catatan terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 003/PUU -IV/2006. Beberapa pertimbangan hukum yang akan menjadi catatan penulis adalah: a. tentang putusan yang melebihi apa yang dimintakan pemohon; b. tentang amar putusan terhadap penjelasan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 21 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. (menyesuaikan dengan putusan MK selanjutnya disebut UU PTPK)

Mahkamah Konstitusi tidak mempunyai hukum acara pemeriksaan persidangan. Walaupun MK tidak mempunyai hukum acara peradilan tersendiri, tetapi hal tersebut bukan merupakan hal bahwa MK boleh saja melakukan segalanya, sebab baik dalam hukum acara perdata, hukum acara pidana dan hukum acara PTUN, dan hukum acara pada umumnya, hukum acara membatasi hak-hak asasi yang sangat fundamental sifatnya, yaitu baik pemohon maupun penyelenggara peradilan tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Karena itulah pemohon/penggugat harus jelas dan tegas meminta apa yang dimohon atau yang digugatnya. Saya kira sama halnya dengan permohonan uji materiel kepada MK. Sedemikian rupa hukum acara merumuskan norma-normanya sehingga tidak diperkenankan menafsirkannya, karena dalam hukum acara ditetapkan formalitas peradilan agar hak asasi pihak-pihak terlindungi. Oleh karena itu asas-asas hukum acara seperti independen, imparsial, terbuka untuk umum, ne bis in idem, diselenggarakan secara cepat, sederhana dan biaya ringan, dan sebagainya adalah hal-hal yang harus menjadi perhatian para Hakim terutama. Demikian pula yurisprudensi dan pendapat ahli hukum yang berwibawa, atau kebiasaan peradilan, telah menjadi panutan para Hakim dalam memutus perkara yang dihadapkan kepadanya. Dalam perkara Ir.DAWUD DJATMIKO ini, pemohon memohon agar dilakukan uji materiel terhadap pasal 2 ayat (1), penjelasan pasal 2 ayat (1), pasal 3, Penjelasan pasal 3, dan pasal 15, sepanjang mengenai kata percobaan UU PTPK, dinyatakan betentangan dengan pasal 28D ayat (1) UUD 1945. Khusus uji materiel dalam pasal 2 ayat (1) dan penjelasannya, pemohon hanya memohon uji materiel tentang kata dapat (hlm. 7 Putusan). Pemohon hanya meminta agar putusan MK : 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon 2. Menyatakan bertentangan terhadap pasal 28D ayat (1) UUD 1945; 3. Menyatakan .. tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. Seperti juga dalam perkara-perkara uji materiel terhadap UUD 1945, permohonanpermohonan pemohon tidak disertai permohonan atau meminta: (atau) putusan hakim yang seadil-adilnya ( ex aequo et bono) seperti yang biasa terjadi dalam perkara-perkara perdata atau pidana (dengan clementie). Praktek pengadilan perdata, khususnya, telah menerima yurisprudensi tetap, bahwa hanya terhadap permintaan ex aquo et bono saja Hakim boleh memberikan putusan yang tidak dimintakan para pihak. Selebihnya Hakim tidak boleh memutus sesuatu yang tidak dimintakan para pihak, karena Hakim telah melampaui kewenangannya, dan putusan semacam itu batal demi hukum (pasal 178 HIR). Putusan MK No. 003 ini pasti akan memunculkan pertanyaan: dapatkah Hakim MK memutus sesuatu yang tidak dimintakan uji materiel oleh Pemohon? Seperti disebut di atas MK tidak mempunyai hukum acaranya sendiri. Dengan melakukan perbandingan dengan hukum acara perdata yang selama ini tampaknya dipakai sebagai acuan oleh MK, dengan demikian dalam putusan ini MK tidak hanya memeriksa dan memutus permohonan Pemohon Ir.Dawud Djatmiko yang tidak dimintakan, tetapi telah mengadili Pembuat Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang tidak merupakan pemohon (pihak), dan dalam perkara ini Dewan Perwakilan Rakyat didengar keterangannya, juga seperti pihak-pihak lain yang didengar keterangannya hanya menjelaskan sekitar kata dapat. Tentang masalah melawan hukum ini, diakui oleh MK bahwa yang perlu mendapat perhatian dan dipertimbangkan secara mendalam adalah kalimat pertama Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU PTPK yang juga dimohonkan oleh Pemohon sebagaimana tertulis dalam petitum permohonannya meskipun Pemohon tidak memfokuskan argumentasinya secara khusus

terhadap bagian tersebut . (hlm.73, huruf tebal dari penulis). Padahal jika dibaca dari seluruh permohonan pemohon, tentang masalah ini tidak pernah terbaca kalimat yang menyatakan kehendak pemohon untuk melakukan uji materiel terhadap hal tersebut. Kiranya lebih baik apa yang dipertimbangkan oleh Hakim Laica Marzuki yang menyatakan bahwa Walaupun , maka hal pengujian terhadap kata melawan hukum merupakan keniscayaan hukum. (hlm.82 bawah-83 atas) Tentang amar putusan : Pertimbangan hukum yang perlu mendapat perhatian sehingga menumbuhkan amar putusan MK adalah: - Penjelasan dari pembuat undang-undang ini . telah melahirkan norma baru .. (hlm. 74) - Selanjutnya pada hlm.75 konsep melawan hukum materiel (materiele wederrechtelijk), yang merujuk pada hukum tidak tertulis dalam ukuran kepatutan, kehati-hatian dan kecermatan yang hidup dalam masyarakat, sebagai satu norma keadilan, adalah merupakan ukuran yang tidak pasti, dan berbeda beda dari satu lingkungan masyarakat tertentu ke lingkungan masyarakat lainnya, sehingga apa yang melawan hukum di satu tempat mungkin di tempat lain diterima dan diakui sebagai sesuatu yang sah dan tidak melawan hukum, menurut ukuran yang dikenal dalam kehiduan masyarakat setempat Untuk masalah ini tampaknya MK telah melupakan sesuatu hal bahwa yang dimintakan oleh pemohon adalah undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi dan bukan undangundang yang lain. Korupsi sedang kita berantas karena telah menyengsarakan bangsa dan negara Indonesia ini, oleh siapapun dan dimanapun perbuatan korupsi dilakukan, tanpa memandang hukum adat atau kebiasaan setempat atau hukum yang tidak tertulis, sebab menurut hukum apapun korupsi adalah perbuatan yang tercela, dan tidak patut. Karena itu tidak salah apabila pembuat undang-undang menegaskan kembali bahwa korupsi adalah perbuatan tidak patut dan tercela seperti telah dikukuhkan dalam yurisprudensi Indonesia , antara lain Putusan MA RI No. 275K/Pid/1982. Dengan menyatakan bahwa penjelasan pasal 2 ayat (1) bertentangan dengan UUD 1945, (hlm.78) MK telah menyamakan korupsi dengan tindak pidana adat lainnya, sehingga menurut MK korupsi adalah tindak pidana biasa. Untuk hal-hal terurai di atas, penulis ingin menegaskan lagi bahwa; o Hanya terhadap anak kalimat meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, penulis sependapat dengan MK. o MK, dalam putusannya tersebut, tidak cermat membedakan antara unsur melawan hukum dan sifat melawan hukum . Hal ini dapat dilihat dari judul pertimbangan (hlm.75) Unsur melawan hukum (wederrechtelijkheid). Dalam bahasa Belanda kata heid menunjukkan sifat, suatu hal yang sangat berbeda antara unsur dan sifat. Unsur, apalagi dalam UUTPK ini merupakan bagian dari perumusan delik, berarti Jaksa Penuntut Umum harus membuktikannya, sedangkan sifat melawan hukum menunjukkan betapa buruk (tercela)-nya perbuatan tersebut dan karenanya dapat dipidana. o Dalam teori hukum pidana telah kita ketahui bahwa sifat melawan hukum adalah unsur mutlak (menurut Moeljatno), atau unsur umum yang harus selalu ada (Hazewinkel Suringa, Remmelink, dsb penulis Hukum Pidana di Belanda) dalam tindak pidana. Dan dalam perumusan delik unsur melawan hukum dapat merupakan bagian (bestand deel) atau elemen (element) delik. o Sifat melawan hukum materiel telah diterima sebagai berperan negatif, sehingga menjadi alasan penghapus pidana (alasan pembenar). o Fungsinya yang positif hanyalah berlaku khusus dalam hukum pidana Indonesia mengingat masih berlakunya hukum adat ( Soepomo, dikuatkan oleh Moelyatno), tetapi itupun terbatas

sepanjang tidak ada padanannya dalam KUHP (pasal 5 Undang -Undang No 1 (Drt) 1951) Dari Uraian di atas terhadap putusan MK.003/PUU-IV/2006 dapat disimpulkan beberapa hal: - Putusan MK No.003/PUU-IV/2006 tanggal 25 Juli 2006 ini, dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi, sebenarnya tidak mengubah apapun, karena secara substansial tidak mengubah isi UU yang dimohon. - Walaupun demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi tetap saja dibutuhkan komitmen semua pihak, negara, pemerintah, penegak hukum, masyarakat, dan semua elemen bangsa. Ada beberapa dampak keuntungan yang dapat ditarik dari putusan ini: 1. Khususnya di bidang hukum pembuktian, Jaksa Penuntut Umum cukup membuktikan unsur melawan hukum ini secara formal. 2. Cara yang dapat ditempuh adalah menghadirkan ahli yang dapat menyatakan bahwa terdapat kerugian negara atau perbuatan tersebut dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berarti bahwa pekerjaan BPK, atau BPKP harus diterima hakim sebagai pembuktian yang tidak boleh diragukan, karena tidak dapat diterima lagi alasan pembenar tidak tertulis lainnya, kecuali yang terdapat dalam KUHP dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3. Tata cara pembuktian terbalik yang dianut oleh UU PTPK adalah satu-satunya cara yang dapat digunakan oleh tersangka atau terdakwa.

KISAH INSPIRASIONAL**CERITA CINTA KUPU-KUPU**


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis
Kisah Seekor Kupu Kupu (love story)

Di sebuah kota kecil yang tenang & indah, ada sepasang pria & wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja.

Setiap orang yang bertemu dengan mereka akan menghantar dengan pandangan kagum & doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang & dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun.Malamnya ia ke mesjid kecil di kota tersebut & tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi & lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan & akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia & teguh itu, lalu Ia memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya. Tuhan bertanya kepadanya Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya? . Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab Ya. Tuhan berkata Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 thn. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?. Siwanita terharu setelah mendengarnya & dengan jawaban yang pasti menjawab saya bersedia!. Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan & istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya ? hanya saja ia tdk bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam. Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yg sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu2 mau tdk mau harus meninggalkan tempat twrsebut lalu terakhir kali ia terbang & hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yg kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yg kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yg kecil & lemah benar-benar tdk boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yg sedih hanya dpt di dengar oleh kupu2 itu sendiri & mau tdk mau dgn berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yg jauh dgn membawa harapan.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yg kedua, sang kupu2 dgn tdk sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yg lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yg tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu2 nyaris jatuh dr angkasa. Ia benar2 tdk percaya dgn pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dgn omongan yg di bicarakan banyak org. Orang2 selalu menceritakan ketika hari Raya, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka & tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala . Sang kupu2 sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah di milikinya dahulu dlm sekejap tokoh utamanya telah berganti seorg wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tdk dpt berbuat apa2. Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu2 setiap hari terbang rendah dgn tersiksa & ia sudah tdk memiliki keberanian lagi utk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dgn wanita itu,ia & suara tawa bahagianya sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu2 telah terbang berlalu. Bunga bersemi & layu. Bunga layu & bersemi lagi. Bagi seekor kupu2 waktu seolah2 hanya menandakan semua ini. Musim panas pd tahun ketiga, sang kupu2 sudah tdk sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tdk punya waktu memperhatikan seekor kupu2 yg hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dgn sang kupu2 sudah akan segera berakhir & pd saat hari yg terakhir, kekasih si kupu2 melaksanakan pernikahan dgn wanita itu. DlmRuang kecil telah dipenuhi org2. Sang kupu2 secara diam2 masuk ke dalam & hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih berikrar di hadapan Tuhan dgn mengatakan saya bersedia menikah dengannya!. Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dgn mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu2. Dengan pedih hati Tuhan menarik napas Apakah kamu menyesal?. Sang kupu2 mengeringkan air matanya Tidak. Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan Besok kamu sudah dpt kembali menjadi dirimu sendiri.

Sang kupu2 menggeleng-gelengkan kepalanya Biarkanlah aku menjadi kupu2 seumur hidup

Kisah Inspirasional**layak Menjadi Perenungan**


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. Siapa yang mencuri uang itu? Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul! Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, Ayah, aku yang melakukannya! Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa

mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu! Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi. Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baikhasil yang begitu baik Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus? Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai! Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang. Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku? Dia menjawab, tersenyum, Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu. Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita! Tetapi katanya, sambil tersenyum, Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.. Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. Apakah itu sakit? Aku menanyakannya. Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, Kak, jagalah

mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini. Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya? Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. Pikirkan kakak iparia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan? Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku! Mengapa membicarakan masa lalu? Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi? Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, Kakakku. Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya. Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku. Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. Semoga kisah ini bisa menjadi bahn Perenungan Ya..

Agung WALAUPUN PENUH DERITA DAN MINIM FASILITAS BISA SUKSES JUGA Oleh: Agung Pribadi
Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis

Refugees All Stars adalah sebuah band. Anggota-anggotanya adalah pengungsi di Sierra Leone, sebuah Negara di Afrika yang porak-poranda karena perang saudara. Anggota-anggota band ini hidup sengsara dan miskin di pengungsian. Untuk kebutuhan dasar seperti makan dan minum saja susah didapat.
Salah satu dari mereka bahkan tangan kirinya putus akibat ditebas oleh kelompok pemberonta k. Tapi mereka pantang menyerah. Berawal dari keinginan menghibur para pengungsi di kamp itu mereka membentuk band. Mereka membuat drum sendiri dari barang -barang bekas yang ada di pengungsian. Gitarpun sudah ada di pengungsian. Mulailah mereka menghibur pengungsi di kamp tempat mereka mengungsi. Lalu merekapun mulai mengarang lagu. Mayoritas lagu mereka tentang perdamaian dan penderitaan di pengungsian. Karena mereka mengalami sendiri penderitaan itu dan sangat mengingi nkan perdamaian maka ketika membawakan lagu mereka penghayatan mereka sungguh luar biasa. Setelah beberapa lama PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengontrak mereka untuk keliling Afrika dan menghibur para pengungsi di seluruh kamp pengungsi di Afrika. Setelah itu beberapa musisi terkenal mendu kung mereka dalam aransemen lagu, pembelian alat musik, dan memodali rekaman. Para musisi itu adalah Paul Mc Cartney, Rolling Stones, dan Steve Tyler vokalis band Aerosmith yang juga ayah dari aktris Hollywood Liv Tyler. Tapi masih ada rintangan yaitu tida k ada studio rekaman di sekitar tempat mereka tinggal. Akhirnya sebuah barak pengungsian dibuat menjadi ruangan kedap suara dan disulap menjadi studio rekaman dadakan. Ada lagi persoalan yaitu tidak ada listrik di situ. Merekapun mencari genset ke sana ke mari dan setelah dapat menyewanya dan mulailah mereka rekaman. Sejak saat itu mereka menjadi band pembuka Aerosmith dan salah satu lagu mereka menjadi hits setelah menjadi soundtrack film Blood Diamond yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Jennifer Connoly. Jadi kalau kita masih bisa makan dan minum, anggota badan kita masih lengkap, masih tinggal di rumah dan ada listrik tidak ad a alasan untuk tidak sukses. Refugees All Stars yang tidak punya hal-hal itu saja masih bisa sukses.

Menghadapi Kesulitan Hidup


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis Apa yang sesungguhnya membedakan seorang yang sukses dengan orang rata-rata? Bukan karena kepandaian, kekuatan, ataupun kekayaan yang dimilikinya, tetapi yang membuat seseorang sungguh-sungguh hebat adalah karena mereka mengetahui bagaimana caranya menanggung penderitaan yang tak terperikan dan bagaimana menahan yang tak tertanggungkan.

Pengelola rubrik: Aribowo Prijosaksono, Roy Sembel, dan Tim ManDiri

Aribowo Prijosaksono (email:aribowo_ps@hotmail.com) dan Roy Sembel (http://www .roysembel.com) adalah co-founder dan direktur The Indonesia Learning Institute INLINE (http://www.inline.or.id), sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional. Oleh ARIBOWO PRIJOSAKSONO Sepanjang sejarah umat manusia, telah tertulis berbagai kisah manusia hebat yang mencapai tingkatan tertinggi dalam sejarah masyarakat dunia, seperti misalnya: Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Soekarno, dan masih banyak kisah mereka yang berjuang dalam penderitaan yang luar biasa tetapi akhirnya keluar sebagai pemenang. Seorang penulis buku terkenal John Gray pernah menulis: Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh. Jadi sebenarnya kesulitan hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan justru permulaan bagi kita untuk naik ke taraf kehidupan yang lebih baik. Adalah kesempatan kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan menganugerahkan kepada kita semua kemampuan dan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan yang sering kali sampai pada batasbatas daya tahan kita sebagai manusia. Namun jika kita tetap bisa bertahan dan memiliki keyakinan yang kuat, kita pasti dapat menahan penderitaan itu. Kekuatan dalam Menghadapi Penderitaan Kisah yang luar biasa yang menggambarkan betapa manusia memiliki kekuatan bertahan (the power of survival) yang luar biasa adalah kisah tentang ahli jiwa terkenal, Victor Frankl. Frankl adalah seorang psikolog keturunan Yahudi. Ia dipenjara dalam kamp konsentrasi maut Nazi Jerman, tempat ia mengalami penderitaan akibat penyiksaan yang di luar batas-batas kemanusiaan. Orang tuanya, saudara laki-lakinya, dan juga isterinya meninggal di kamp konsentrasi tersebut atau dikirim untuk dibunuh di kamar gas. Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarganya telah terbunuh dalam insiden sejarah gelap umat manusia. Dia sendiri mengalami penderitaan akibat siksaan dan penghinaan yang tak terperikan, tanpa pernah tahu dari satu hari ke hari yang lainnya apakah ia akan berakhir di kamar gas atau di kuburan massal di depan algojo tembak tentara Nazi. Atau akankah dia berada di antara mereka yang selamat yang akan menyingkirkan mayat mayat atau menyerok keluar abu mereka yang sudah menemui ajalnya. Untuk dapat membayangkan penderitaan Victor Frankl, saya sarankan Anda menonton film garapan sutradara Steven Spielberg yang berjudul Schindlers List atau film Itali yang berjudul Life is Beautiful. Kedua film itu sangat menyentuh perasaan kemanusiaan saya, tetapi sekaligus menyadarkan kepada kita bahwa kebebasan maupun kebahagiaan itu tidak dapat direnggut oleh siapa pun asalkan kita tetap bertahan dan memiliki keyakinan. Inilah yang disebut oleh Frankl sebagai the last of the human freedom atau kebebasan yang terakhir yang dimiliki oleh manusia, yaitu kebebasan untuk memilih dan menciptakan realitas yang kita inginkan dalam hidup ini. Kekuatan Pikiran untuk Bertahan Hidup Dikisahkan lebih lanjut bahwa di tengah penderitaannya di Kamp Konsentrasi Nazi, Frankl kemudian memvisualisasikan dirinya pada keadaan-keadaan yang berbeda, misalnya sedang

memberikan kuliah pada para mahasiswanya sesudah dilepaskan dari kamp maut tersebut. Di dalam pikirannya, ia menggambarkan dirinya berada di dalam ruang kuliah dan memberikan pelajaran tentang apa yang ia pelajari selama menjalani siksaan. Melalui serangkaian kedisiplinan diri secara mental dan emosional ia melatih dirinya dengan menggunakan visualisasi membuahi pikirannya sehingga tercipta embrio kebebasan di dalam pikiran bawah sadarnya. Kemudian dengan disiplin dia menumbuhkembangkan embrio kebebasan itu menjadi lebih besar daripada orang-orang Nazi yang menangkapnya. Meskipun para sipir penjara itu secara fisik adalah manusia merdeka, tetapi secara mental Frankl memiliki kebebasan yang lebih besar. Ia memiliki kekuatan batin yang lebih besar dan menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan bagi beberapa sipir penjara. Ia menolong orang lain menemukan arti penderitaan dan martabat mereka dalam keberadaan mereka di kamp konsentrasi dan diperlakukan lebih rendah dari seekor binatang. Di tengah keadaan yang paling hina tersebut, Frankl menggunakan anugerah Tuhan berupa kekuatan untuk bertahan (the power of survival) melalui kekuatan pikirannya (the power of mind) dan kekuatan impian dan keyakinannya (the power of dreams) dengan senantiasa fokus (the power of focus) pada impiannya tersebut. Ia selanjutnya melatih dirinya dalam penciptaan realitas yang diimpikannya melalui serangkaian kedisiplinan diri (the power of self-discipline) sehingga dia dapat mempelajari secara lebih jauh keberadaan dirinya dan kekuatan yang dimilikinya (the power of learning). Puncak dari itu semua adalah kekuatan kasih yang dimilikinya (the power of love) yang memungkinkan dia memiliki kedamaian diri dan kerinduan untuk membantu dan memberi semangat serta inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya untuk dapat bertahan dan menemukan kembali martabat kemanusiaan mereka yang terhempas akibat perlakuan yang tidak berperikemanusiaan dari tentara Nazi. Seberat apa pun beban penderitaan yang kita alami, selama kita memilih untuk tetap bertahan dan fokus kepada impian-impian kita, tidak ada satu pun penderitaan atau kesulitan yang dapat menghalangi kita mencapai hal-hal terbaik yang kita impikan dalam kehidupan ini. Tetaplah Bergerak dan Lakukan Sesuatu Kita tidak boleh mempunyai pikiran sedikit pun bahwa jika kita mengalami penderitaan yang sedemikian berat dan menekan, maka dunia kita akan berakhir. Dunia kita akan sungguhsungguh berakhir jika kita menyerah dan diam dalam keputusasaan. Berikut ada suatu ilustrasi menarik yang saya ceritakan dalam buku saya yang berjudul Create Your Own Cheese yang dapat menggambarkan hal ini. Kisah ini adalah tentang seorang pendaki puncak Everest di pegunungan Himalaya, puncak tertinggi di dunia. Dalam dunia pendaki gunung, mendaki dalam kondisi buruk merupakan ujian paling hebat bagi seorang manusia. Tanpa semangat juang tinggi, setiap pendaki akan merasa seakan mati sedikit demi sedikit saat berjuang dengan sia-sia melawan keganasan alam. Seorang pendaki bernama Beck Weathers berjuang sendirian menghadapi badai ganas yang berhembus dengan kecepatan 100 mil per jam dengan angin sedingin ratusan derajat Fahrenheit di bawah nol. Banyak alasan yang bisa membawa Weathers untuk menyerah. Dia telah menghadapi gunung itu dan kalah. Dia kekurangan bekal, kehilangan timnya, tidak punya tempat berteduh, dan tidak ada kemungkinan untuk bertahan hidup. Namun karena dihadapkan pada kematian, sesuatu dari dalam dirinya terus memicu untuk terus mengalahkan gunung yang jauh lebih besar daripada gunung yang pernah dia daki sebelumnya. Dengan tubuh beku, lelah, sendirian, dan setengah hidup, Weathers merasa harus terus bergerak, berdiri, dan menempuh kembali perjalanan yang berbahaya menuju base camp. Sebuah perasaan yang sangat mendalam menggugahnya untuk bertindak. Saat terlentang di salju itu, katanya, saya bisa melihat wajah istri dan anak-anak saya dengan

sangat jelas. Saya membayangkan bahwa saya masih punya tiga atau empat jam lagi untuk hidup, sehingga saya mulai berjalan. Bagi Weathers, beberapa jam berikutnya terasa seperti berabad-abad. Dia mengetahui bahwa beristirahat berarti mati, diapun terus berjalan. Dia terus berjalan sampai akhirnya jatuh pingsan di salju. Malam harinya, sekelompok regu penyelamat menemukan Weathers dan membawanya ke tenda dan menempelkan botol berisi air panas di dadanya. Beberapa saat kemudian jauh di dalam dirinya, Weathers merasakan sesuatu yang kemudian membangkitkan dirinya dari ujung kematian. Inilah prinsip yang perlu kita ketahui pada saat mendaki gunung. Jika menghadapi badai (hujan atau salju) kita tidak boleh beristirahat karena diam atau beristirahat berarti mati. Kita harus tetap berjalan agar tetap bertahan hidup. Demikian pula dalam badai kehidupan, jika kita menyerah berarti mati. Kita harus tetap bergerak meskipun dalam keputusasaan. Chin Ning Chu, dalam bukunya Thick Face, Black Heart menuliskan bahwa semangat bertahan adalah sifat yang harus ada dalam penjelajahan pertumbuhan pribadi. Semangat ini dimulai oleh para perintis dan pendiri negara Amerika Serikat. Melalui daya tahan dalam setiap krisis itulah bangsa Amerika dilahirkan dan menjadi besar. Bertahan dengan daya tahan, memahami kesulitan, bertahan dari kesukaran, dan tabah menghadapi siksaan merupakan kunci sukses bagi setiap orang. Apa yang menjadikan seseorang benar-benar hebat adalah mengetahui bagaimana cara menanggung penderitaan yang tak terperi dan menahan yang tak tertahan. Semua orang pasti tahu bagaimana bisa tumbuh dan berkembang dalam saat-saat tidak ada kesukaran. Namun masa ujian itulah yang justru dapat membedakan mana orang yang benar-benar berisi dan mana orang-orang yang hanya memiliki citra. Tetap Percaya dan Mengucap Syukur Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, Tuhan senantiasa turut bekerja untuk melepaskan saya dalam setiap kesulitan dan penderitaan. Sehingga dengan keyakinan tersebut saya bisa selalu mengucap syukur atas segala perkara yang terjadi dalam kehidupan saya. Keyakinan atau iman inilah yang membuat saya terus bergerak, selangkah demi selangkah meskipun saya tidak bisa melihat ke mana jalan hidup saya menuju. Keyakinan akan pernyataan Tuhan memberi saya kekuatan untuk bergerak. Janji-Nya bahwa segala sesuatu adalah untuk mendatangkan kebaikan memberi saya harapan bahwa setiap langkah saya sekecil apa pun semakin mendekatkan diri saya pada rencanaNya yang terbaik untuk saya. Kesulitan dan penderitaan janganlah membuat kita berhenti dan menyerah, karena jika kita berhenti maka berarti kematian. Saya terus berusaha maju selangkah demi selangkah. Saya menyadari berhenti berarti kematian bagi saya (ingat bahwa putus asa dan menyerah sama dengan kematian secara mental!). Dengan kombinasi antara prinsip terus bergerak (kalau tidak berarti mati) dan keyakinan akan pernyataan Tuhan dan janji kebaikan bagi kita saya terus melangkah satu per satu sampai akhirnya saya menemukan tempat atau kebaikan yang dijanjikanNya. Krisis dan Peluang Karakter bahasa Cina untuk kata krisis dibentuk dengan menggabungkan dua karakter dasar, yaitu kesulitan dan peluang. Kaum bijak Cina menyadari sifat sejati dari krisis yang sesungguhnya memiliki sisi peluang yang tersamar, seperti halnya pepatah yang mengatakan, If God close the door, He will open the windows. Jika Tuhan menutup pintu, Ia akan membuka jendela. Bahkan dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia di luar kekuatan yang dapat ditanggungnya, sehingga Dia akan memberikan kita jalan keluar sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan dan penderitaan kita. Di sini Tuhan tidak saja menghentikan penderitaan atau kesulitan hidup kita, tetapi Dia

memberikan jalan keluar atau peluang yang tersamar sehingga kita bisa keluar dari penderitaan kita. Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari salah satu tokoh idola saya, yaitu Mahatma Gandhi sebagai berikut: Bimbingan Tuhan sering muncul saat cakrawala dalam keadaan paling gelap.

Ku kan Selalu Menanti mu Oleh : Whandi


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis
Aku sendiri di sini

Yang selalu Mengharap Hadir mu Menanti Kasih sayang yang sempurna Kian hari ku mengharap mu Tuk mendampingi ku Yang tak mampu menatap cinta lain Yang tak sanggup berdiri sperti dulu Harus kemana lagi aku harus berjalan Mencari dirimu yang penuh dengan cinta

Haruskah aku terus berjuang Menelusuri ranjau yang penuh duri? Aku tak mengharap lebih darimu Hanya Cintamu yang kuingin Hanya Kasih sayang mu yang harap Andai takdir tak berpihak padaku Berilah aku kesempatan tuk mencari nya Mencari orang yang bersedia menggantikan mu Walau berat rasa hati ini tuk menggantimu

Renungan Tentang Palestina


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis
Palestina

adalah jejak panjang penuh darah cerita duka tak berkesudahan seakan suratan sudah tergurat nyanyi tanah merdeka tak pernah surut dibatas tenggorok yang putus diantara desing bom dan peluru sejengkal tanah pada garis peta sebingkai harap pada janji tak terpeta dikejauhan adzan terdengar lamat seakan menyeru bahwa kedzaliman tak pernah tamat

Ketika Mata Ketemu Mata dikutip dari : Urip Herdiman Kambali


Posted on Agustus 2, 2010 by M Sofyan Lubis . 1/ Aku turun dari angkot, masuk ke dalam kompleks perumahan tempat kakakku tinggal. Setelah pertigaan kedua, aku berbelok ke kiri dan berjalan sedikit ke tengah. Dan tiba-tiba mobil Trooper hitam itu berhenti mendadak di depanku. Aku bisa dengan jelas menatap lelaki yang duduk di belakang kemudi itu. Dan aku yakin ia pun bisa melihatku dengan jelas dari dalam. Mata kami saling beradu.

Aku berpikir cepat dalam waktu sedetik itu. Apakah aku harus melangkah ke samping dan memberinya jalan? Ataukah tetap berdiri dihadapan mobil itu dan membiarkan ia melajukan mobilnya? 2/ Aku melihat wanita itu di kereta ekspres. Pertama kali melihatnya, aku pikir ia seekor anak kucing yang imut, manja dan kinyis-kinyis. Setelah aku mendekatinya, ia sudah menjelma menjadi wanita yang jungkir balik mencari biaya untuk menghidupi keluarganya. 3/ Aku mengenal lelaki itu di kereta ekspres juga. Bercakap-cakap setiap pagi. Kupikir ia seorang lelaki yang baik dan kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Tetapi aku kurang suka kalau ia sudah berbicara tentang barang-barang bermerek yang ia kenakan. Mungkin ia butuh dipuji, sementara aku tidak pernah memuji penampilan seseorang. 4/ Aku memperkenalkan keduanya. Namun seperti kata pepatah, kalau sedang jatuh cinta, jangan jalan bertiga, karena orang ketiga akan menjadi setan. Pengkhianatan memang selalu datang dari orang dekat. Aku tidak tahu pada saat mana ia menelikungku. Ada wanita yang membutuhkan banyak uang, ada pria yang punya banyak uang. Dan tiba-tiba mereka menghilang seperti bayangan ditelan kegelapan. 5/ Hingga akhirnya kabar angin itu berhembus kencang dan menjadi nyata ketika aku harus menjawab pertanyaan istri lelaki itu. Apakah wanita ini teman Mas? katanya bertanya sembari menyorongkan sebuah foto wanita cantik. Aku tidak mengelak dari pertanyaan itu. Dan setelah itu diikuti serentetan pertanyaan lainnya. Kulihat mata ibu itu basah. 6/ Hidup kadangkala seperti kita membuka pintu. Buka pintunya, masuklah ke dalam dan lupakan bahwa pintu itu pernah ada. Kita tidak bisa memutar balik jarum waktu. Tetapi kita bisa saja bertemu kembali dengan masa silam di masa depan. Siapa yang tahu? 7/ Suatu pagi, masa silam itu ada di dalam angkot bersamaku. Kami sama-sama turun di terminal. Lelaki itu masih sempat bertanya dengan muka manis,Apa kabarnya? Sudah lama ya kita tidak bertemu? Aku menatapnya dingin. Aku yakin aku masih bisa memukulnya jatuh saat itu juga. Namun aku memutuskan untuk tidak melakukannya. Anda salah menegur orang, saya tidak kenal anda. kataku singkat dan meninggalkannya. 8/ Dan pagi itu, kembali aku bertemu dengannya. Mata ketemu mata.

Aku menatapnya, sementara ia tetap duduk di dalam Trooper hitamnya. Entah berapa lama. Sampai akhirnya aku melangkah ke samping kiri perlahan-lahan, tanpa melepaskan pandanganku padanya. Mobil melaju perlahan, ia setengah menunduk saat melewatiku. 9/ Apa yang kita dapatkan sekarang adalah hasil dari masa silam, dan apa yang kita lakukan sekarang akan menentukan seperti apa kita di masa depan. Apa yang kita lihat, apa yang kita perlihatkan, tidak lain hanyalah suatu mimpi dalam mimpi. Jakarta, 27 Juli 2010 Urip Herdiman Kambali

Sekelumit Mengenang Puisi2 Khalil Gibran


Posted on Agustus 4, 2010 by M Sofyan Lubis

Khalil Gibran.
SUARA KEHIDUPANKU Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu. KEINDAHAN KEHIDUPAN Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yag termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu. RUMAH Rumahmu tak akan menjadi sebuah sangkar, melainkan tiang utama sebuah kapal layar. PUISI Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum. NILAI Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya. PENDERITAAN Penderitaan yang menyakitkan adalah koyaknya kulit pembungkus kesedaran- seperti pecahnya kulit buah supaya intinya terbuka merekah bagi sinar matahari yang tercurah.

Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan daripada kesenangan. Banyak di antara yang kalian menderita adalah pilihan kalian sendiri ubat pahit kehidupan agar manusia sembuh dari luka hati dan penyakit jiwa. Percayalah tabib kehidupan dan teguk habis ramuan pahit itu dengan cekal dan tanpa bicara. SAHABAT Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.

Kumpulan Puisi Cinta Romantis oleh : Isdaryanto


Posted on Agustus 4, 2010 by M Sofyan Lubis CINTA YANG AGUNG Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya.. Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia.. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata Aku turut berbahagia untukmu.. Apabila cinta tidak berhasil Bebaskan dirimu Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi.. Ingatlahbahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya.. Tapi..ketika cinta itu mati.. kamu tidak perlu mati bersamanya Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.. (Kahlil Gibran)

Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai Dan, apa yang kucintai kini akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku sebengis kematian Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara, di dalam pikiran malam. Hari ini aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan sekecup ciuman Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada pabila cinta memanggilmu ikutilah dia walau jalannya berliku-liku Dan, pabila sayapnya merangkummu pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta terus hidup sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan Jangan menangis, Kekasihku Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan (Kahlil Gibran)

CINTA YANG TAK PASTI mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti mungkin aku tak sengaja jg menyakiti andai aku tau isi hatimu andai kesempatan itu datang lagi padaku sekarang mustahil bagiku bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku

dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku aku tau cinta ini sudah tak laku tapi biarkan cinta ini aku miliki biarkan cinta ni menjadi bebanku aku tak peduli meski menghambat jalanku aku tau mencintaimu adalah tak pasti (Agus Eko Ariwibowo)

BAHAGIA BISA MENYAYANGINYA entah sampai kapan ku bisa bertahan menjaga seutuhnya kasih sayangku meski dia bukan milikku,aku bahagia.. meski aku tak sesempurna seperti yang dia minta aku tetap bertahan dimanapun aku menatap dunia yang terbayang hanya senyum terindahnya bahkan saat aku tak bisa lagi menatap dunia kuharap aku bisa merasakan hangat canda tawanya selamanya aku menunggu hingga dia menyadari akan kasih tulusku (Amrhy)

DENGAN BANGGA Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu Kan kuterima itu dengan bangga Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya Kan kuberikan kepadamu bahuku untuk tempat mengadu Kan kutunjukkan betapa pedulinya aku padamu Aku kan selalu siap saat kau membutuhkanku Aku akan selalu berada didekatmu Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu Yang mendengar saat kau menangis

Kan kuterima itu dengan bangga Kan kujalani dengan suka cita Cintaku padamu lebih dalam Daripada yang akan pernah kau sadari Tanpa mengharapkan kau mencintaiku Untuk itu mesti ku biarkan kau berlalu Kau perlu waktu untuk menemukan tujuanmu Kau perlu waktu untuk merenungkan pikiranmu Tapi, saat perjalananmu berakhir Dan jalur yang kau tempuh selesai sudah Ingatlah aku sahabat baikmu Yang mencintaimu sejak awal mula (Dekres HS Rembang)

SAJAK UNTUK CINTA Hari ini sebelum senja menutup diri Aku sadari betapa hidup sangat berarti Ketika manis dirimu berkata-kata Atas indah cinta itu bahagia Saat sejenak kutemukan cinta Hapus semua langit punya air mata Dan kemudian yang telah tersadar dan bahagia Cinta hidupkan arti hidup penuh makna Dan saat tangan itu kugenggam Saat merekah senyuman hangatmu di hadapanku Saat semua cinta ada dan terasa Atas dirimu yang beri aku dunia penuh bahagia Ketika ketulusan cinta itu hadir tanpa pamrih, atas senyuman dan tawa yang kau berikan. Aku bersyukur tuhan telah mempertemukan kita hari ini. Setelah semua rasa yang terpendam, dan rindu atas dirimu yang buat duniaku indah, kau sapa aku dengan senyum hangatmu, yang buat sisa hari ini menjadi hari yang terindah (Muhamad Luthfiansyah luthfi_labs@hotmail.com)

CINTA ADALAH KETULUSAN

Cinta itu nggak harus diucapkan lewat kata . Cinta itu nggak harus di ucapkan lewat bahasa Cinta itu nggak butuh rayuan yang nggak pasti Cinta itu hanya butuh kesetiaan Cinta hanya butuh kepastian dan keikhlasan Cinta hanya butuh ketulusan yang muncul dari hati yang paling dalam dengan penuh ketulusan siapa yang menganggap cinta itu sementara maka ia lah orang yang paling bodoh jika ia mengalami cinta yang sementara . maka yang dia alami bukanlah cinta . di dalam cinta . tidak ada penghianatan . tidak ada kepedihan . karena cinta itu harus tulus . (Ani ani81jkt@gmail.com)

CINTA ITU IKHLAS cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi memberi banyak kehidupan.. membuat orang ingin tahu.. dan tiap orang pasti mengalami cinta.. cinta itu keikhlasan.. cinta itu kemauan.. cinta itu saling mengerti.. cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..jadikan cinta itu indah dihatimu.. karena cinta bisa seindah yang kau mau Edi aku mencintaimu Dalam segala kurang dan lebihmu Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu I Lup U (Nurbaya gendut_nurbaya@yahoo.com)

NAFAS CINTA hati ini trasa sunyi tanpa nafas cintamu,, hidup ini sepi tanpa senyuman darimu diri inisenyap tanpa jiwa kasih mu,, ruang hatiku gelap tanpa arah tuk melangkah cinta.. mengapa semua harus terjadi??? mengapa disaat terang dunia kalbuku kau berlalu kau tinggalkan sepenggal dusta dalam rasa,, cinta.. aku hanya mampu memeluk rasa memeluk mimpi senja yng kelabu meniti harapan fajar kelana,, cinta.. kau buat aku tak yakin untuk melangkah kau beri aku segenggam luka mengapa cahaya pelangi menjadi api,, selamat jalan cinta,, selamat berbahagia di atas luka ku,, biarkan kata merangkai hati serupa darah dibalik tirai. (Acri acrimariadi@yahoo.co.id)

SAMBUTLAH CINTAMU bila cinta datang padamu.. sambutlah dengan indah di hatimu bila kau mulai merasakan rindu cobalah peluk bayangan bayangan disekitarmu bila kau bunga.. ku siap untuk jadi tanah tampat kau tumbuh jika kau takut akan gelap ku siap menjadi penerang dalam hatimu jika ku boleh berbicara ku ingin katakan ku sayang kamu cinta (Cinta cinta@yahoo.com)

Puisi

Sendi i

i ni

by WebAdmi on July 7, 2010 (6 votes, average: 3.00 out of 5) Loading ... Share/Bookmark Jangan buang waktu mengetuk pintu kamarku. Hari ini aku enggan keluar meski udara pagi segar. Entahlah Mungkin mood-ku nanti berubah bergulat dengan resah sembari pelan melangkah. Maaf, sengaja kubiarkan handphone mati, -ku setidaknya untuk hari ini. Silakan tinggalkan pesan sebelum aku kembali. Aku baik-baik saja. Hanya lelah luar biasa. Aku butuh sendiri setidaknya hari ini

Ini eri

i !

by WebAdmin on July 10, 2010 (3 votes, average: 4.33 out of 5) Loading ... Share/Bookmark [prolog]

kita adalah dua kutub yang berbeda, tarikmenarik karena cinta, dan kata I Love You menjadi mantra, seperti serbuk ajaib yang terbang di udara, [klimaks] tiap hari denganmu adalah cinta, aku dan kamu dimabuk asmara, kata orang, kasmaran! [mungkin saja] hingga kemudian badai datang, disapun cinta, ya [epilog] kita seperti dua orang asing yang tak pernah berjumpa, kebencian menjadi pemisah yang nyata ada, serbuk ajaib tak lagi bekerja, dan kata I Love You menjadi serpihan cerita

Jujurl

P daku!

by WebAdmin on July 7, 2010 ( votes, average: 4.00 out of 5) Loading ... Share/Bookmark Jika sekiranya kau bukan lagi bagian dari taman kahyangan itu. Ibarat bunga yang telah dipetik, diperas hingga layu kemudian Dicampakkan! Aku toh masih tetap akan menerimamu Aku memang tidak akan memanjakanmu seperti dahulu! Namun aku tetap akan setia mendampingimu Sebab engkau telah ditakdirkan menjadi jiwa dari api sulbiku. Jika sekiranya kau bukan lagi bagian dari langit malam itu. Ibarat bintang yang tidak mampu lagi berkerlip karena diterpa segala asa! Akupun tidak akan terlalu peduli Sebab aku akan menjelma sebagai mentari Yang senantiasa menyinarimu lewat perantaraan sang rembulan Sebab engkau telah ditakdirkan menjadi bagian dari hati dan nadiku Hanya saja. Pintaku.

Bisikkan saja sendiri kisahmu kedalam telingaku Jangan biarkan aku mendengarkan segala asamu Dalam gurauan setan-setan itu. Jujurlah padaku! Sebab kau bukan hanya sekadar menjadi Belahan jiwaku Namun juga ibu dari anak-anakku kelak!

Anda mungkin juga menyukai