Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM VII

PEMISAHAN IODIUM DENGAN EKSRAKSI PELARUT

Disusun Oleh :

Nama : Arema Ridha Junaenda

NPM : 200106140

Kelompok : 2(dua)

Hari / Tanggal : minggu, 6 Dosember 2020

Dosen : apt. Rita Purnamasari., S.Farm

Dewi Damayanti, M.farm., M.S.fram

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

LAMPUNG

2020

I. TUJUAN
1 . Mengetahui cara memisahkan dan memurnikan zat.

2 . Mengetahui cara ekstraksi pelarut dngan menggunakan corong prmisah.

II. DASAR TEORI

Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini zat zat tersebut
memperhatikan identitasnya masing masing. Beberapa contonya adalah udara , minuman ringan susu
,dan semen . campuran tidak memiliki campuran yang tetasp atau sifat dan komposisi yang tetap .
berdasarkan sifatnya campuran dikelompokan menjadi 2 macam yaitu :

1 .Campuran homogeny

Merupakan campuran yang tidak bias dibedakan antara zat zat yang bercampur didalamnya . seluuh
bagian dalam campuran homogeny mempunyai sifat yang sama

Contoh:

a. teh , merupakan campuran antara gula ,air,the yang diaduk secara merata dan tidak bias dibedakan
antara gula dan airnya .

b. udara, merupakan campuran bemacam macam gas seperti nitrogen oksigen dll. Yang masing
masing gas tidak bias dibedakan .

2. campuran heterogen

Merupakan campuran yang mengandung zat zat yang tidak dapat bercampur satu dengan yang
cairannya sempurna sehingga dapat dikenali atau diketahui perbedaan sifat sifat partikel dan zat yang
tercampur tsb : seperti bentuk dan warna :

Contoh : a. tepung yang dicampur air, air dengan pasir, bers dicampur dengan pasir.

Campuran dapat dipisahkan menjadi peristiwa fisika dan kimia. Pemisahan secara fisika tidak
mengubah zat selama pemisahan , sedangkan pemisahan secara kimia satu komponen atau lebih
direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan . cara atau teknik pemisahan campuran
bergantung pada jenis wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya jika komponen
berwujud padat dan cair misalnya pasir dan air dapat dipisahkan dengan dekantasi.

Berdasarkan sifatnya maka pemisahan dan pemurnian campuran menjadi unsure untur penyusunnya
dapat dibedakan menjadi 6 bagian yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan)
Adalah pemisahan zat dari suatu larutan berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda
menggunakan kertas saring . contoh nya bukub kapur tulus ditambahkan air diaduk lalu lalu
disaring menggunakan kertas saring yang sangat kecil. Kapur tulis akan tersaring dikertas
saring dikarenakan partikel kapur tulis tidak dapat menembus pori pori kertas saring
sedangkan air dapat melewati kertas saring , karena partikel air dari pada pori pori kertas
saring tersebut.
2. Dekantasi (pengendapan)
Salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung dalam larutanberair adalah pengendapan yang
cirinya adalah terbentuknya produk yang tidak larut, atau endapan. Endapan tak larut yanf
terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasa melibatkan senyawa senyawa ionic.
3. Ekstraksi
Adalah peisahan zat dengan larutannya berdasarkan keporannya dan masa jenisnya.
Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berada dari komponen komponen
dalam campuran. Pemisahan ini berdasarkan jenis larutannya atau kepolarannya, dan masa
jenisnya.campur dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan
corong pisah.
4. Sublimasi (penyubliman)
Peralihan secara langsung suatu zat , dari gas/uap(dapat dapat juga kembali ke wujud padat
lagi), atau dari gas/uap kepadat , tanpa melalui fase cair. Merupakan salah satu metode
pemurnian untuk senyawa senyawa yang dapat menyublim (misalnya yodium, ammonium
klorida, arsenitrioksida, dll.). dan jika padatan yang tersublimasi tersebut bisa diembunkan
lagi lagi(terkondensai) kalau sublimasi digunakan maksud maksud preparative, maka tekanan
atmosfir diatas senyawa tersebut baru dikecilkan dengan sebuah aspirator vakum. Ini
mengakibatkan terjadi dekomposisi jumlah senyawa yang dapat dimurnikan pada tekanan
normal termasuk sedikit.
5. Kristalisasi
Merupakan proses pemisahan bahan padat berbentuk Kristal dari satu larutan dengan car
menguapkan pelarutnya . pada kristalisasi , larutan pekat diinginkan sehingga zat terlarut
mengkristal . hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila
lrutan tidak cukup pekat maka dipekatkan terlebih dahulu dengan car penguapan . kemudian
dilanjutkan dengan pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zat paat yang lebih murni
karena komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal .
6. Destilasi
Merupaka cara pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih omponen
komponen penyusunnya . prinsip kerja cara penyulingan ini didasarkan pada perbedaan titik
didih dari dua zat yang tercampur atau partikelnya yang satu mendidih atau menguap
sedangkan yang lain tidak.

Ektraksi cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam ;arutan (biasanya
dalam air) dengan menggukan pelarut lain (biasanya organic) . ekstraksi cair dapat juga disebut
ekstraksi pelarut.

Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur .

- Prinsip maserasi
Penyarian zat aktif yng dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyairan yang sesuai selama 3 hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, cairan
penyairan akan masuk kedalam sel melewati dinding sel.
- Prinsip perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam
kemudian simplisia dipindahkan kedalam kedalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalamsel sel simplisia yang
dilalui sampai keadaan jenuh.
- Prinsip soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dengan
labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon , seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
- Prinsip refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukan kedalam labu alas
bulat bersama sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap uap penyari terkondesasi
pada kondensor bola pada molekul molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambnagan sampai penyarian sempuna, pergantian pelarut
dilakukan selaama 3 kali setiap 34 jam.
Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung , mengingat bahwa proses ekstraksi
merupakan proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat dilakukan
secara kedua jeniis pelarut dalm keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian bawah
dikeluarkan dengan corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar janagn
sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantutatif sebaiknya ekstraksi
dilakukan lebih dari 1 kali.

III. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
-Tabung reaksi
-corong pisah 100ml
-corong penyaring
-gelas ukur 10ml
-gelas beker 100ml
-erlenmeyer

2. Bahan

-iod

- pelarut organiak(koroform/etiasetat)

- akuades

MSDS IODIUM

Identifikasi

Nama produk : iodine 0,1N (0,05M)

Sinonim : iodine vocumetrik

No .cas : 7553-56-2

Kode hs: 3822-00-00

Kode produk : a-2022-a


Sifat fisik dan kimia

Bentuk : cair

Warna: coklat tua

Bau ; agak

Ambang bau: -

Ph : 3,8 pada 20℃

Titik lebur : -

Titik didih : -

MSDS KOROFORM

Identifikasi

Nama produk : kloroform

Rumus kimia : CHCI3

Berat molekul : 119,38g/mol

Bentuk : cair

Warna : tidak berwarna

Bau : manis

Ambang bau : 84,9-201 5 ppm

Titik lebur : -63℃

Titik didih : 61℃ pada 1.013 hp

Sifat fisika dan kimia

Ph : netral (20℃)

Titik lebur : 0℃
Titik didih :100 ℃

MSDS AQUADEST

Identifikasi

Nama produk : akuadest

No gas : 7732-18-5

Kode produk : a-1078

Sifat fisik dan kimia

Bentuk: bentuk cair

Warna: tidak berwarna

Bau: tidak berbau

Ambang : tidak berlaku

Ph: netral

Titik didih : 100℃

Titik lebur :0℃

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Dimasukan sebutir kecil iod kedlam tabungreaksi yang berisi 5 ml akuadest dikocok
dan perhatikan warna larutan
2. Diambil 1ml kloroform /etil asetat , perhatikan warnanya lalu masukan kedalam larutan
iod dikocok dan perhatikan kembali warnanya
3. Diambil beberapa butir iod lalu masukan kedalam gelas beker berisi 25ml akuadest dan
aduk sampai larut
4. Larutan iod dipindahkan dicorong pisah dalam keadaan kran tertutup
5. Dimasukan 10ml kloroform atau etil asetat kedalam corong pisah yang berisi larutan
iod tadi
6. Pasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan menekan
tutup dan jai kiri memegang kran
7. Buka kran sebentar (ujung pipa jangan menghadap muka ) tutup kran kembali dan
gojoglah
8. Membuka kran sebentar tutup kembali lalu gojog
9. Mengulangi langkah no 8 sampai tak terdengan bunyi gas keluar saat membuka kran
10. Setelah sesuai di gojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui
kran dan tamping lapisan bawah dengan enlemeyer dan lapisan atas dengan tempat
yang berbeda

V. HASIL PENGAMATAN

NO Perlakuan Pengamatan
sebalum Sesudah
1. Iod + akuadest 5ml
2. Larutan no 1 + kloroform/asetat 1ml
3. Iod +25ml akuadest
4. Larutan no 2 + kloroform/asetat
10ml(dalam corong pisah)

PRAKTIKUM VII
ANALISA KUALITATIF KATION DAN ANION
Disusun Oleh :

Nama : Arema Ridha Junaenda

NPM : 200106140

Kelompok : 2(dua)

Hari / Tanggal : minggu, 6 Dosember 2020

Dosen : apt. Rita Purnamasari., S.Farm

Dewi Damayanti, M.farm., M.S.fram

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

LAMPUNG

2020

I. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi contoh kation yang
terdapat dalam sampel dengan tepat dan dan dapat menunjukan reaksi yang spesifik untuk
setiap kation yang terdapat dalam sampel

II. DASAR TEORI

Analisis kimia merupakan pemisahan suatu senyawa kimia menjadi bagian-bagian


terkecilnya, penetapan unsur-unsurnya maupun zat asing yang mungkin terkandungnya.
Teknik analisis dibedakan menjadi :

1. Analisis kualitatif

Merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawasenyawa


yang ada di dalam sampel. Analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel

2. Analisis kuantitatif

Adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen
atau spesies yang ada di dalam sampel

3. Analisis struktur

Adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom dalam suatu elemen atau
molekul, serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu
molekul.

Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi
golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion /
kation suatu larutan.

Kation adalah ion yang bermuatan positif. Kation dikelompokkan dalam lima
golongan berdasarkan reaksi kation tersebut terhadap reagensia tertentu dengan membentuk
endapan atau tidak. Sehingga klasifikasi kation didasarkan pada perbedaan kelarutan kation
tersebut terhadap klorida, sulfida, dan karbonat. Reagensia golongan yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium
sulfida, dan ammonium karbonat.

III . ALAT DAN BAHAN :

1. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Plat tetes
3. Cawan porselen
4. Pipet tetes
5. Lampu Bunsen

2. Bahan :

- Larutan sampel kation Pb2+dan Ag+.

 MSDS Pb⁺
 Data fisik dan kimia

Bentuk : padat
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : 3.5 – 7.0
titik beku :-
titik didih : -100℃

 MSDS Ag⁺
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : silver/abu
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : -
titik beku : 960⁰,5 C
titik didih : 240℃

Identifikasi bahaya
-

- Larutan preaksi

 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : 14 (5%)
titik beku : 323 ℃
titik didih : 1388℃ (1,013 hpa)
Identifikasi bahaya
- Menyebabkan luka bakar yang parah dan kerusakan parah
- Bahaya bagi kehidupan aquatic

- HCL encer
 MSDS
 Data fisisk dan kimia
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : tidak berbau
pH : 1,0 pda 25℃
titik beku : -
titik didih : -

Identifikasi bahaya
- Dapat korosif pada logam

- KI encer
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : putih-keputih putihan
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : 619 pda 50 g/I 20℃
titik beku : 685℃ pda kira kira 975 hpa
titik didih : 1,325℃ pda 1,013 pda

Identifikasi bahaya
- Menyebabkan merusakan pada organ ( teroid ) melalui paparan yang lama atau berulang jika
tataan

- HO₂S₂O₄
 MSDS
 Dta fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : tidak berwarna
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : 6,0-7,5 pda 100 g/l 20℃
titik lebur : 48℃
titik didih : tidak berlaku
- NH₄OH
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : cairan
Warna : tidak berwarna
Bau : bau yang menyengat
Ambang bau : 5-50 ppm
pH : 11,7 (35%)
solusi pH : 35%
titik lebur : tidak berlaku
titik didih : tidak berlaku

Identifikasi bahaya
- Bahaya tertelan atau terhirup
- Menyebabkan luka bakar yang parah kerusakan pada mata
- Sangat toksik bagi kehidupan akuatik

- CH₃COONH₄
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : ammomsal karakteristik
Ambang bau : tidak berbau
pH : 7,5% 20℃
titik lebur : 110℃-112℃
titik didih :-

Identifikasi bahaya
- Menyebabkan iritasi kulit
- Menyebabkan penggunaan mata berat
- Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
- Bahaya bagi kehidupan akuatik

- CH₃COOH
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : cairan
Warna : tidak berwarna
Bau : pedih
Ambang bau : 0,2-100 lppm
pH : 2,5 pda 50 g/l pda 20℃
titik lebur : 17℃
titik didih : 116-118℃ pda 1.013 hpa

Identifikasi bahaya
- Cairan dan uap mudah menyala
- Menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan pada mata

- K₂CrO₄
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : kuning
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berbau
pH : 9,0-9,8 pda 50 g/l 20℃
titik lebur : 985℃
titik didih :-

Identifikasi bahaya
- Dapat menyebabkan generic
- Dapat menyebabkan kaner jika terhirup
- Dapat menyebabkan iritasi kulit
- Dapat menyebabkan reaksi eleri pada kulit
- Menyebabkan iritasi pada mata yang serius
- Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan

3. bahan anion
- Larutan sampel
 MSDS
 Data fisik dan kimia

Bentuk : liquit (cairan)


Warna : tidak berwarna
Bau : larutan dalam metana
Ambang bau : -
pH :-
titik lebur :-
titik didih :-

Identifikasi bahaya
- Cairan dan uap mudah terbakar
- Toksik bila tertelan
- Beracun jika terkena kulit
- Beracun jika tertelan
- Menyebabkan kerusakan pada organ (eyes)

 MSDS Br
 Data fisik dan kimia
Bentuk : cairan
Warna : tidak berwarna
titik lebur : 7,2℃ (45,0℃)
titik didih : 58,8℃ ( 137,8℃)

Identifikasi bahaya
- Bahaya mungkin jika tertelan
- Menyebabkan luka bakar yang parah dan kerusakan pada kulit
- Fatal bila terhirup
- Sangat toksik bagi kehidupan air

- CNS
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : hasil saringan minyak bumi
PH : 7-8 20% aq. Sation
titik lebur : -10 8.4 ℃/ -163,1⁰ F
titik didih : 66⁰F / 50⁰F

Identifikasi bahaya
- Cairan dan uap mudah terbakar
- Berbahaya jika tertelan
- Menyebabkan iritasi mata yang serius
- Dapat menyebabkan iritasi pernafasan
- Dapat menyebabkan kantuk/pusing
- Diduga menyebabkan kanker

- S₂O₂
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : kristal
Warna : tidak berwarna
Bau :-
Ambang bau : -
pH : 6,5-9,5
titik lebur : 43℃
titik didih :-

Identifikasi bahaya
-

- SO₄
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berlaku
pH : 0,6 at 20℃
titik lebur :-
titik didih :-

Identifikasi bahaya
- Oksidasi
- Infeksi

- NO₃
 MSDS
 Data fisisk dan kimia
Bentuk : cair
Warna : bening
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berlaku
pH : 9 20℃ ( 68 ⁰F)
titik lebur :100℃ (212⁰F)
titik didih :-

Identifikasi bahaya
-

- CO₃
 MSDS
 Data fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Ambang bau : -
pH :-
titik lebur : 851℃
titik didih : 1600℃

Identifikasi bahaya
- Benyebabkan iritasi

IV. CARA KERJA

1. Identifikasi timbal (II) Pb2+

Ambil larutan sampel ± 3 ml masukkan dalam tabung reaksi, tambahkan HCl encer
akan terbentuk endapan putih, bagi dalam tiga tabung lain masing-masing
tambahakan dengan air panas, HCl pekat dan amonium asetat, endapan yang
terbentuk akan larut

Ambil larutan sampel ± 2 ml tambahkan NaOH encer maka akan terbentuk
endapan putih, pada tabung yang sama tambahkan kembali NaOH berlebih sehingga
endapan akan larut

Ambil larutan sampel ± 2 ml tambahkan Dengan asam Sulfat encer akan terbentuk
endapan putih, kemudian tambahkan amonium asetat panas sehingga endapan akan
larut

Ambil larutan sampel ± 3 ml masukkan dalam tabung reaksi, tambahkan dengan
K2CrO4 akan terbentuk endapan kuning, bagi dalam 4 tabung reaksi tambahkan
kembali masing-masing dengan HNO3, NaOH, CH3COOH, dan NH4OH. Pada
penambahan HNO3 dan NaOH endapan yang terbentuk akan larut, tetapi endapan
tidak larut dengan penambahan CH3COOH, dan NH4OH

Catat dalam lembar kerja semua hasil pengamatan.
Reaksi pada Pb2+
1. Pb (NO₃)2 + 2HCl → pbCl₂ ↓(pukh) + 2 HNO₃
PbCL₂ + 2HCl (p) →
pbCl₂+2NaOH → Pb ( CH₃COO)₂ + 2NH₄Cl

2. Pb (NO₃)2 + 2NaOH → Pb (OH)₂↓(pukh)+2NaNO₃


Pb (OH)₂+ 2NaOH → Na₂ (pbo₂)+
2H₂O

3. Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4↓ (PuKh) + 2HNO3


PbSO4 + 2CH3COONH4 → Pb(CH3COO)2 +
(NH4)2SO4

4. Pb(NO3)2 + K2CrO4 → PbCrO4 ↓ (Kuning) + 2KNO3


PbCrO4 + 2HNO3 → Pb(NO3)2 + H2CrO4 (lar.kuning)
PbCrO4 + 4NaOH → K2PbO2 + N2CrO4 +
2H2O (idem) PbCrO4 + CH3COOH → Tidak Larut
PbCrO4 + NH4OH → Tidak larut

2. Identifikasi raksa (I) Ag+

Ambil larutan sampel ± 3 ml masukkan dalam tabung reaksi, tambahkan HCl encer
akan terbentuk endapan putih, bagi dalam dua tabung, tambahkan pada masingmasing
tabung dengan asam nitrat dan amonia encer. Endapan AgCl yang
terbentuk akan larut dalam amonia tetapi tidak larut dengan penambahan asam
nitrat.


Ambil larutan sampel ± 3 ml tambahkan NaOH encer maka akan terbentuk
endapan coklat dari Ag2O, bagi hasil reaksi dalam tiga tabung reaksi, tambahkan
pada masing-masing tabung dengan NaOH berlebih, amonia, dan asam nitrat.
Penambahan dengan NaOH berlebih endapan Ag2O akan sukar larut, tetapi akan
larut dengan amonia dan asam nitrat.

Ambil larutan sampel ± 3 ml tambahkan larutan KI maka akan terbentuk endapan


kuning dari AgI, bagi hasil reaksi dalam 2 tabung tambahkan masing-masing dengan
Natrium thiosulfat dan amonia. Endapan AgI akan larut dalam Natrium thiosulfat
dan tidak larut dalam amonia.

Ambil larutan sampel ± 3 ml tambahkan larutan Kalium Kromat maka akan


terbentuk endapan merah dari AgCrO4, bagi hasil reaksi dalam 2 tabung
tambahkan masing-masing dengan Asam nitrat encer dan amonia. Endapan AgCrO4
akan larut dalam Asam nitrat encer dan amonia.

Catat dalam lembar kerja semua hasil pengamatan.

Reaksi pada Ag+

1. AgNO3 + HCl → AgCl ↓ (PuKh) + HNO3


AgCl + HNO3 → Tidak Larut
AgCl + 2NH3(e) → [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O

2. 2AgNO3 + 2NaOH → Ag2O ↓ (Coklat Hitam) + 2NaNO3 +


H2O Ag2O + 2NaOH → Tidak Larut
Ag2O + 2HNO3 → 2 AgNO3 + H2O
Ag2O + 4NH3 + H2O → 2 [Ag(NH3)2]+ + 2 OH

3. AgNO3 + KI → AgI ↓ (Kuning) + KNO3


AgI + 2Na2S2O3 → Na3[Ag(S2O3)2] +
NaI AgI + NH4OH(e/p) → Tidak Larut

4. 2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 ↓ (Merah Bata) + 2KNO3


Ag2CrO4 + 2HNO3 → 2AgNO3 + H2CrO4 (Larutan
Kuning) Ag2CrO4 + 4NH4OH → [Ag(NH3)2]2CrO4 +
4H2O

IV. CARA KERJA ANION

1. Identifikasi Cl

ambil sejumlah larutan sampel anion Cl- tambahkan dengan larutan pereaksi
AgNO3 akan terbentuk endapan putih AgCl.

dari hasil reaksi no. 1 pindahkan sebagian dalam dua tabung reaksi lain, masingmasing
tambahkan dengan asam nitrat dan amonia encer. Endapan AgCl tidak akan
larut dalam asam nitrat tetapi larut dalam amonia encer.

ambil sejumlah larutan sampel tambahkan asam nitrat, KMnO4, dan kloroform,
kemudian dikocok, reaksi yang terjadi akan menghasilkan gas klor yang tidak
memberikan warna pada lapisan kloroform.

Reaksi pada Cl⁻

- NaCl + AgNO3 → AgCl ↓ (Putih) + NaNO3


AgCl + HNO3 → Tidak Larut.
AgCl + 2NH4OH(e) → [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O

- Redoxs:
NaCl + KMnO4 + HNO3(p) + CHCL3 Dikocok → Bening
2KMnO4 + 6HNO3 → 2KNO3 + 2Mn(NO3)2 + 3H2O + 5On
2NaCl + 2HNO3 + On → 2NaNO3 + H2O + Cl2 (gas)
Cl2 + CHCl3 → Larutan CHCl3 bening tidak berwarna.

2. Identifikasi Br⁻

ambil sejumlah larutan sampel anion Br- tambahkan dengan larutan pereaksi
AgNO3 akan terbentuk endapan kuning muda AgBr.


dari hasil reaksi no. 1 pindahkan sebagian dalam dua tabung reaksi lain, masingmasing
tambahkan dengan larutan NH4OH encer dan NH4OH pekat. Endapan AgBr
tidak akan larut dalam NH4OH encer tetapi larut dalam NH4OH pekat.

ambil sejumlah larutan sampel tambahkan asam nitrat, KMnO4, dan kloroform,
kemudian dikocok, reaksi yang terjadi akan menghasilkan gas brom yang
memberikan warna kuning-merah jingga pada lapisan kloroform.

Reaksi pada Br⁻

- KBr + AgNO3 → AgBr ↓ (kuning muda) + KNO3


AgBr + HNO3 → Tidak
Larut. AgBr + NH4OH(e) → Tidak Larut.
AgBr + 2NH4OH(p) → [Ag(NH3)2]Br + 2H2O

- 2KMnO4 + 6HNO3 → 2KNO3 + 2Mn(NO3)2 + 3H2O +5On


2KBr + 2HNO3 + On → 2KNO3 + H2O + Br2 (gas)
Br2 + CHCl3 → Lapisan CHCl3 berwarna kuning/ coklat

3. Identifikasi I⁻
ambil sejumlah larutan sampel anion I- tambahkan dengan larutan pereaksi AgNO3
akan terbentuk endapan kuning kehijauan dari AgI.

dari hasil reaksi no. 1 pindahkan sebagian dalam dua tabung reaksi lain, dan
masing-masing tambahkan dengan larutan HNO3 dan NH4OH encer atau pekat,
endapan AgI tidak akan larut dalam HNO3 maupun NH4OH .

ambil sejumlah larutan sampel tambahkan asam nitrat, KMnO4, dan kloroform,
kemudian dikocok, reaksi yang terjadi akan menghasilkan gas I2 yang memberikan
warna merah muda – ungu (violet)

Reaksi pada I⁻

- KI + AgNO3 → AgI↓ (kuning kehijauan) + KNO3


AgI + HNO3 → Tidak Larut
AgI + NH4OH(e/p) → Tidak Larut

- 2KMnO4 + 6HNO3 → 2KNO3 + 2Mn(NO3)2 + 3H2O + 5On


2KI + 2HNO3 + On → 2KNO3 + H2O + I2 (Violet)
I2 + CHCl3 → Lapisan CHCl3 berwarna Violet

4. Identifikasi CNS⁻
ambil sejumlah sampel anion CNS- tambahkan dengan larutan FeCl3, akan
terbentuk larutan berwarna merah darah


ambil sejumlah larutan sampel sampel anion CNS- tambahkan dengan larutan
AgNO3, akan terbentuk endapan putih. Hasil reaksi tersebut kemudian dibagi
dalam 2 tabung reaksi lain, masing-masing ditambahkan dengan asam nitrat dan
NH4OH, reaksi dengan asam nitrat endapan putih dari AgCNS tidak akan larut,
sedangkan reaksi dengan NH4OH akan melarutkan endapan.

ambil sejumlah sampel anion CNS- tambahkan dengan larutan CuSO4 , akan
terbentuk endapan hijau yang akan berubah menjadi hitam.

Reaksi pada CNS⁻


- KCNS + FeCl3 → Fe(CNS)Cl2 (Larutan. Merah Darah) +
- KCNS + AgNO3 → Ag CNS ↓ (pukh) + KNO₃
AgCNS + HNO3 → Tidak Larut
AgCNS + 2NH4OH → [Ag(NH3)2]CNS + 2H2O
- KCNS + CuSO4 → Cu(CNS)2 ↓ (hijau hitam) + K2SO4

5. Identifikasi tiosulfat (S2O32-)


ambil larutan sampel tiosulfat, tambahkan dengan AgNO3, akan terbentuk endapan
putih yang segera berubah menjadi kehitaman

ambil sampel tiosulfat tambahkan dengan iodium, warna iodium akan hilang

ambil larutan sampel tiosulfat tambahkan Barium klorida encer, akan terbentuk
endapan putih (Barium tiosulfat). Hasil reaksi dengan barium klorida diambil
sebagian tambahkan dengan HCl encer, endapan putih Barium tiosulfat akan larut.

larutan sampel tiosulfat ditambahkan larutan asam klorida, maka larutan
akan berubah menjadi keruh kekuningan

Reaksi pada S2O3²⁻


- Na2S2O3 + 2AgNO3 → Ag2S2O3 ↓ (PuKh Abu – Abu) + 2NaNO3
- Ag2S2O3 + H2O → Ag2S ↓ (Hitam Abu – Abu) + H2SO4
- 2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6 (Iod hilang)
Na2S2O3 + BaCl2 BaS2O3 ↓
- Na2S2O3 + 2HCl→ 2NaCl + H2SO3 + S
↓ H2SO3 → H2O + SO2
-------------------------------------------------
------Na2S2O3 + 2 HCl → 2 NaCl + H2O +
SO2

V. HASIL PENGAMATAN ANION DAN KATION

Identifikasi kation I

Perlakuan 1

Identifikasi logam timbal Pb²⁺ yang diperoleh dari Pb no 3 2x lalu tambahkan 3 tetes larutan iodida
ki setelah itu panaskan diatas busen dan pemanasan ini dilakukan hingga memdidih sebelum diamati
larutan yamg telah dipanaskan tadi rendam air dingin / air es terlebih dahulu setelah itu lakukan
pengamatan, setelah mendidih tadi terjadi perubahan setelah reaksinya berlansung setelah itu
muncullah perubahan endapan berwarna emas.

Perlakuan 2

Tambahkan larutan Pb²⁺ ditambahkan larutan iodida sebanyak 2 tetes, larutan digojok agar bisa
diidentifikasi lebih jelas perubahan apa yang terjadi, lalu tebentuklah endapan berwaran putih, lalu
tambahnkan asam sulfat pada larutan Pb²⁺ yang sudah ditetapkan ( 3 tetes ) lalu digojok kembali
setelah itu amati jika adanya perubahan setelah diamati timbullah endapan yang berwarna putih
seperti pengamatan diawal.
Identifikasi II

Logam merkuri (Hg2⁺) larutan HgCl² ( 3 tetes ) merkuri ketabung reaksi


1. Tambahkan larutan Kl melalui dinding reaksi → terjadi endapan perubahan


berwarna merah.

2. Tambahkan 3 tetes logam merkuri dalam tabung reaksi, tambahkan 3 tetes


ammonia,gojok,muncul endapan berwarna putih.


3. CO²→CuSO₄

Perlakuan (1). CO² ditambahkan 3 tetes,masukkan ketabung reaksi, tambahnkan


NH₃(ammonia), amati perubahan, gojok, terjadinya perubahan
warna biru dengan endapan sedikit. Apabila ditambahkan ammonia
berlebih maka akan terjadi perubahan lagi dengan voluble( biru yang
lebih gelap)

Perlakuan (2). Tambahnkan reagen NaOH dalam air es →terjadinya endapan warna
biru → panaskan diatas bursen → amati perubahan → panaskan
hingga mendidih → terjadinya perubahan sedikit warna biru
gelap.

Perlakuan (3). Logam Cu


Tambahkan kalium iodida 3 tetes,dapat dilihat adanya endapan dan
larutan berubah menjadi warna coklat.

Identifikasi kation CD2+ → CDi 2

Perlakuan 1 = tambahkan reagen NH3(ammonia) secara tetes pertetes kedalam larutan CD2+
tersebut, lalu amati, timbulah endapan berwarna putih setelah direaksikan antara CDi2
dan ammonia.
Perlakuan II = tambahkan reagen natrium hidroksida ( NaOH) kedalam larutan CDi yang sudah
disiapkan( 3 tetes), lalu gojok,maka endapan akan berubah menjadi nwarna putih.

Identifikasi anion
Perlakuan I = klorida (CH-) → Nacl ( 3 tetes) → 2 tabung reaksi

Tambahkan AgNo3 3 tetes 3 tetes

Digojok

Terbentuklah endapan putih

Dalam endapan pertama akan ditambahnkan HNO3 encer 3 tetes → endapan tidak larut
Tabung kedua akan ditambahkan NH3 6 molar 3 tetes → endapan akan larut.
Perlakuan II= (NaBr) tambahhkan 3 tetes kedalam tabung reaksi → tambahkan N2SO4 pekat 3
tetes pula→ gojok → larutan agak berwarna coklat, langsung lakukan pemanasan ,
→ membuat endapan warna coklat.

Perlakuan III = iodide ( io)→ ki


→ 1= ki tambahkan 3 tetes dalam tabung reaksi, lalu tambahkan H2SO4 dalam
larutan air es,tambahkan H2SO4 pekat pula, gojok, larutan akan berubah warna
kuning kecoklatan.

→II= Ki tambahkan AgNO3 → terdapat 3 perlakuan


Ketiganya tambahkan AgNO3 3 tetes → gojok→ terbentuk endapan kuning

 I = tambahkan AgNO3 encer


 II = tambahkan Na2SO3 → ketiganya digojok
 III = tambahkan Na3 6 molar

Tidak larut

Terdispersi

Terdispersi

Perlakuan IV= S2- → Na2s → tambahkan 3 tetes dalam tabung reaksi → tambahkan AgNO3 3 tetes

Terjadinya endapan hitam coklat



Coba panaskan

Maka endapan akan larut

Perlakuan V = CH3COO- → CH3CONa → diambil 3 tetes kedalam tabung reaksi



Tambahkan evCl3 3 tetes

gojok→ larutan berwarna coklat

Panaskan

Pada dinding kaca akan terbentuk endapan berwarna coklat
Perlakuan VI = CO32- → Na2CO3 → 3 tetes ketabung reaksi

Tambahkan BaCl → lakukan pemanasan

Endapan putih ditambahkan HCl 0,1 normal 3 tetes

Endapan putih akan larut

Perlakuan VII= S2O32- → Na2SO3 → 3 tetes tambahkan AgNO3 3 tetes



Awal terjadi endapan putih menjadi endapan kuning

Berubah menjadi warna coklat→ hitam

Perlakuan VIII = SO42- → Na2SO4

Na2SO4= tambahkan 3 tetes dalam 2 tabung reaksi

Tabung I= BaCl2
Tabung II= PbCH3COO 2 kali 3 tetes

Gojok

Keduanya terbentuk endapan putih

VI. PEMBAHASAN ANION DAN KATION

kation adalah atom netral yang telah kehilangan sebuah elektron dari kulit valensi nya.
Elektron berkeliling dalam orbit yang berbeda dan kulit valensi adalah kulit terakhir. Kation adalah
logam yang biasanya memiliki satu atau dua elektron di kulit orbital akhir dan untuk menstabilkan
diri mereka akhirnya kehilangan elektron ini. Karena memiliki lebih banyak proton dari elektron,
mereka mengembangkan muatan positif dan selama elektrolisis mereka tertarik ke anoda. Istilah
„kation‟ berasal dari kata Yunani „kata‟ yang berarti “turun” untuk mewakili angka yang lebih
rendah dari elektron.
 Anion adalah atom netral yang telah mendapatkan elektron lagi ke kulit valensi. Anion non-
logam dan yang paling reaktif adalah anion yang hilang satu elektron dari memiliki kulit valensi
lengkap. Mereka memperoleh elektron untuk menstabilkan diri. Hal ini meningkatkan jumlah
elektron terhadap jumlah proton, memberikan ion muatan negatif dan selama elektrolisis mereka
tertarik ke katoda. Istilah „anion‟ berasal dari kata Yunani „ano‟ yang berarti “naik” untuk mewakili
jumlah yang lebih tinggi dari elektron dibandingkan dengan proton
VII. KESIMPULAN ANION DAN KATION

Anda mungkin juga menyukai