Dosen Pembimbing :
Dr. Bunda Halang, M. T.
Oleh :
Heni Jumiati
(1910119220007)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya jualah penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Pengembangan LKPD Protista Berbasis Saintifik dengan Model
Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Kelas X SMA”. Melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya yang tekah mendoakan, memberi semangat, dukungan
moral dan materil dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak Dr. Bunda Halang, M. T selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah seminar pendidikan biologi.
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan makalah
seminar ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan, kelemahan, dan kekurangan sehingga tidak menutup kemungkinan
kritik dan saran - saran perbaikan. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Heni Jumiati
ii
DAFTAR ISI
COVER
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................23
5.1 Kesimpulan............................................................................................23
5.2 Saran.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
LAMPIRAN PERTANYAAN PEMBAHAS.....................................................27
LAMPIRAN PENILAIAN SEMINAR BIOLOGI............................................30
LAMPIRAN LEMBAR PRESENSI SEMINAR...............................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengkomunikasikan. Dalam lima proses pembelajaran tersebut dapat
diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode
ataupun teknik dalam suatu pembelajaran.
Menurut Istikharah & Simatupang (2017), dalam pendekatan saintifik
ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar dan
membiasakan siswa untuk bisa merumuskan, menghadapi serta dapat
menyelesaikan suatu permasalahan yang didapat dalam suatu
pembelajaran. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang berbentuk media cetak. Dalam implementasi
Kurikulum 2013 bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam melengkapi
bahan ajar pada pembelajaran Kurikulum 2013, khususnya dalam
pembelajaran biologi. LKPD ini berisi kumpulan-kumpulan soal yang
kemudian dijadikan guru sebagai tugas/perkerjaan rumah bagi siswa.
Validitas lembar kerja peserta didik (LKDP) adalah valid atau
tidaknya LKPD yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi dari
validator. Kepraktisan LKPD merupakan kemudahan penggunaan LKPD
berdasarkan keterlaksanaan LKPD dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan peserta didik dan respon peserta didik. Keefektifan adalah
keberhasilan LKPD yang diujicobakan oleh siswa (Evi, 2018).
Model mengajar merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar
agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik yang
diharapkan (Buchori, 2008). Dalam suatu pembelajaran biologi, materi
Protista ini terdapat pada KD 3.6 yang menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan Protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas serta
perannya dalam kehidupan melalui pengamatan secara teliti
menggunakan mikroskop. Serta KD 4.6 melakukan investigasi tentang
berbagai peran Protista dalam kehidupan dan dapat menyajikan hasilnya
secara tertulis. Menurut Evi (2018), Materi Protista ini dapat memuat
2
banyak konsep contohnya saja dari lingkungan sekitar, agar siswa dapat
memahami konsep dengan mudah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, ada tiga subjek
untuk mengembangkan LKPD berbasis saintifik dengan model inquiry
yang cocok diterapkan pada materi Protista (SMA 8 Kota Bengkulu,
SMA Negeri 2 Sidoarjo dan SMA Negeri 9 Banjarmasin) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan untuk
menyelesaikan masalah dimana siswa didorong untuk aktif belajar
sehingga memiliki pengalaman dan melakukan kegiatan percobaan dalam
suatu pembelajaran dan dapat mengaitkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
3
dengan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA?
1.3.5 Metode apa yang menghasilkan hasil paling baik pada
Pengembangan LKPD Protista Berbasis Saintifik dengan Model
Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA?
4
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini yaitu:
1.4.1 Bahan informasi bagi penulis tentang Metode Penelitian dan
Pengembangan atau Reseach and Dovelopment (R & D) pada
Pengembangan LKPD Protista Berbasis Saintifik dengan Model
Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA.
1.4.2 Bahan informasi bagi penulis tentang Metode Penelitian 3-D
(Difine, Design, dan Develope) pada Pengembangan LKPD Protista
Berbasis Saintifik dengan Model Pembelajaran Inquiry untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA.
1.4.3 Bahan informasi bagi penulis tentang Metode Penelitian Desain
Tessmer pada Pengembangan LKPD Protista Berbasis Saintifik
dengan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA.
1.4.4 Bahan perbandingan tiga metode yang digunakan dalam
Pengembangan LKPD Protista Berbasis Saintifik dengan Model
Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA.
1.4.5 Bahan perbandingan, informasi atau referensi untuk penelitian-
penelitian selanjutnya tentang Pengembangan LKPD, khususnya
bagi mahasiswa(i) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP ULM
Banjarmasin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2. Materi Protista
Materi protista merupakan materi yang susah karena muatan materi
yang cukup padat dan banyak hafalan sehingga dengan pendekatan
ilmiah diharapkan menjadi materi yang dipahami siswa karena siswa
menemukan sendiri konsep dan dapat melihat contoh nyata dari materi
tersebut. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru di SMA
Negeri 4 Medan bahwa materi protista adalah materi yang cukup sulit
karena melibatkan organisme yang berukuran sangat
kecil/mikroskopis dan banyak menggunakan bahasa ilmiah, jika anak
tidak memahami benar materi protista maka siswa akan kesulitan
dalam mengklasifikasikan protista, hasil belajar siswa kelas X materi
pokok protista belum memuaskan karena dari ketentuan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang memiliki nilai standar 70, maka
hanya 50% anak yang berhasil memahami protista dengan nilai
standar KKM (Istikharah dan Simatupang, 2017).
7
2.4. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Firdaus dan Wilujeng (2018), keterampilan berpikir kritis
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan analitis dan
evaluatif peserta didik untuk mengolah informasi dan pengalaman
yang diperoleh dalam proses pembelajaran, dengan indikator
keterampilan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
menjelaskan, dan membuat kesimpulan. Keterampilan berpikir kritis
akan membuat peserta didik mampu membuat keputusan atau
tindakan terhadap permasalahan yang dihadapi. Keterampilan berpikir
kritis ini akan membekali peserta didik dalam menghadapi setiap
permasalahan yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
yang didapat dari hasil lembar validasi dan uji keterbacaan dianalisis
dengan rumus :
10
pembelajaran biologi agar dapat diterapkan di dalam kehidupan
sehari-hari.
Tahap perancangan (Design) tindakan yang dilakukan adalah:
(1) perumusan KD dan indikator hasil belajar yang harus dicapai, serta
tujuan belajar secara jelas sesuai dengan kurikulum 2013; (2)
merencanakan strategi pengorganisasian isi LKPD; (3) membagi
struktur LKPD menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan LKPD
yang terdiri atas cover, kata pengantar, daftar isi, petunjuk
penggunaan LKPD. Bagian isi terdiri dari beberapa komponen, yaitu
KD, pengantar materi, kolom mari mencari tahu dengan tujuan
mengajak siswa berpikir kritis dan menumbuhkan kemampuan
analisis, lembar kegiatan yang terdiri dari judul kegiatan, tujuan, alat
dan bahan, prosedur kerja, langkah-langkah pendekatan saintifik
(5M), dan tabel penilaian. Bagian akhir yang terdiri atas daftar
pustaka, dan identitas penulis.
Tahap pengembangan (Develop). 1).Validasi LKPD oleh ahli
yaitu ahli materi dan ahli pembeajaran untuk menilai kelayakan
LKPD. Rekomendasi dari tim validator menjadi rujukan untuk
perbaikan sehingga menghasilkan draft 2 LKPD berbasis pendekatan
ilmiah. Draft 2 LKPD selanjutnya dinilai oleh guru bidang studi
biologi untuk melihat respon guru terhadap LKPD dengan
menggunakan angket. Penilaian dilakukan oleh tiga orang guru yang
berasal dari sekolah tempat dilakukan uji coba. Kemudian diadakan
perbaikan dari hasil data yang diperoleh. 2).Langkah selanjutnya
adalah uji coba produk. Tujuan dari uji coba adalah untuk
mendapatkan evaluasi kualitatif dari produk pendidikan yang
dikembangkan. Pada penelitian ini uji coba produk (draft 2)
dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kelayakan dan daya tarik dari
produk LKPD yang dihasilkan. Uji coba produk pengembangan
11
dilakukan melalui uji kelompok kecil. Selama uji coba dilakukan
observasi dan pengedaran angket.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
No. Kr Jumlah Skor Skor Presentas Katego
ite Responde Akhi Maksim e ri
ria n r al
1. Pe 15 418 480 87,08% S
ny a
aji n
an g
Ma a
teri t
v
a
l
i
d
2. Ke 15 261 300 87 % Sangat
ba valid
has
aan
3. Ta 15 264 300 88% Sangat
mp valid
ila
n
Rata-rata 87,36% Sangat
valid
14
Menurut Evi (2018), hasil dari metode penelitian yang
dikembangkan menggunakan model 3-D yaitu difine, design, dan
develope terdapat pada tabel 2.
15
memiliki rata-rata keseluruhan skor pada LKPD 3,92 dengan
kategori sangat valid.
16
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diperoleh, hasil dari
metode Penelitian dan Pengembangan atau Reseach and Dovelopment
(R & D), pada LKPD Materi Protista di kelas X IPA 1 SMA 8 Kota
Bengkulu ,didapatkan nilai rata-rata persentase hasil uji keterbacaan
sebesar 87,36% dan kriteria sangat layak. Pada tabel 1. uji keterbacaan
ini, komponen yang memperoleh persentase tertinggi yaitu komponen
tampilan dengan persentase 88% dan kriteria sangat layak. Komponen
penyajian materi memperoleh persentase sebesar 87,08% dengan
kriteria sangat layak dan komponen kebahasaan memperoleh
persentase 87% dengan kriteria sangat layak. Komponen tampilan
memiliki persentasi hasil yang paling tinggi namun perlu adanya
perbaikan kontras warna pada gambar sehingga gambar sel mikroalga
menjadi lebih jelas. Komponen dengan persentasi tertinggi selanjutnya
yaitu penyajian materi, perbaikan yang perlu dilakukan pada bagian
komponen ini yaitu penyampaian materi dibuat menjadi lebih singkat
dan mudah dipahami oleh peserta didik serta menambah materi-materi
pengantar yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami
isi LKPD. Komponen selanjutnya yaitu kebahasaan yang memerlukan
perbaikan pada bagian penggunaan istilah-istilah yang masih cukup
sulit untuk dipahami oleh peserta didik (Rani, dkk., 2021).
Hasil yang sama dilaporkan oleh Uniati, dkk (2019) yang
memperoleh hasil uji keterbacaan LKPD materi Keanekaragaman
Hayati oleh 15 peserta didik kelas X SMA dengan kategori sangat
layak. Penelitian Anggraini, dkk (2016) juga melaporkan hasil uji
keterbacaan LKPD Berbasis learning cycle 7E materi sistem sirkulasi
pada manusia untuk kelas XI SMA dengan kategori sangat layak.
Kemudian Dermawati, dkk (2019), yang mengembangkan lembar
kerja peserta didik (LKPD) berbasis lingkungan yang memperoleh
hasil uji coba produk dengan kriteria sangat layak. Dengan hasil uji
17
kelayakan tersebut maka LKPD Protista mirip tumbuhan yang telah
dibuat sangat layak digunakan untuk uji coba pemakaian dalam mata
pelajaran Biologi pada materi Kingdom Protista. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Akbar (2013) yang menyatakan bahwa media
pembelajaran dapat dikatakan sangat layak bila rata-rata persentase
dari angket validasi ahli media, ahli materi dan uji keterbacaan diatas
86% (Rani, dkk., 2021).
Menurut Evi (2018), hasil dari metode penelitian yang
dikembangkan menggunakan model 3-D yaitu difine, design, dan
develop, pada LKPD Materi Protista di kelas X MIA 6 SMA Negeri 2
Sidoarjo, pada tabel 2. didapatkan hasil validitas LKPD dari ketiga
validator dengan 5 kriteria aspek penilaian yaitu hasil validasi
identitas LKPD sebesar 100%, tampilan/teknis, sebesar 93,77%,
kebahasaan sebesar 95,87%, isi sebesar 98,63% dan cakupan literasi
sains sebesar 98,63% sehingga diperoleh hasil rata-rata validitas
LKPD sebesar 97,63%. Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan
bahwa LKPD berbasis literasi sains yang sedang termasuk pada
kriteria interpretasi sangat valid. Para validator selain memberikan
skor penilaian juga memberikan masukan dan saran terhadap LKPD
berbasis literasi sains yang dikembangkan agar lebih baik
lagi.Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan bahwa LKS berbasis
literasi sains yang sedang dikembangkan termasuk dalam kriteria
interpretasi sangat valid (Riduwan, 2013).
Aspek identitas LKPD memuat kesesuaian topik dengan pokok
bahasan, tujuan pembelajaran LKPD petunjuk dalam penggunaan
LKPD dan daftar pustaka dalam LKPD. Aspek-aspek tersebut telah
memenuhi syarat konstuksi pada syarat LKS yang baik (Widjajanti,
2008). Berdasarkan hasil validasi tampilan/teknis pada LKPD berbasis
Literasi sebesar 93,77% dengan kategori sangat valid yang isinya
meliputi tulisan dan huruf, cover, tata letak sesuai dengan konsep yang
ingin disampaikan serta penggunaan gambar dan warna LKPD
18
memiliki kontras yang baik menghasilkan. Sesuai dengan syarat-
syarat teknis LKS yang baik bahwa penampilan sangat penting dalam
menyusun LKPD karena tampilan LKPD memotivasi peserta didik
agar berminat untuk membacanya, gambar yang secara efektif
memberikan pesan/isi dari gambar terhadap pengguna LKPD dan hal
pertama kali yang dilihat peserta didik adalah penampilan bukan pada
isinya (Widjajanti, 2008). Aspek kebahasaan yang diperoleh dari hasil
validasi sebesar 95,87% yang dinyatakan sangat valid sesuai dengan
intepretasi skor oleh Riduwan (2013). Aspek kebahasaan yang dinilai
oleh validator meliputi; penggunaan bahasa Indonesia sesuai Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD), bahasa yang digunaan operasional dan
peserta didik mudah mengerti, kalimat tidak bermakna ganda dan
penggunaan tanda baca sesuai. LKS dengan bahasa yang mudah
dimengerti siswa menjadikan sebagai bahan ajar yang memudahkan
peserta didik untuk memahami materi yang diberikan (Prastowo,
2015). Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis Literasi Sains
ditinjau dari segi isi. Isi dari LKPD memperoleh skor kevalidan
sebesar 98,63% dengan kriteria aspek materi yang disajikan sesuai
konsep, materi sesuai indikator dan tujuan pembelajaran serta
uraian/teks dalam LKPD memfasilitasi siswa untuk menemukan
konsep LKPD. Menurut Kaymakci, (2012) Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) adalah salah satu bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa
berperan penting memberikan penugasan yang sesuai dengan materi
yang diajarkan, jadi dapat membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Lembar Kegiatan Peserta Didik yang dikembangkan
berdasarkan aspek cakupan literasi sains memperoleh presentase
sebesar 98,63% dengan kategori sangat valid (Riduwan, 2013). Hal
tersebut didukung dengan isi pada LKPD yang mencakup empat aspek
yang harus dicapai dalam literasi sains. Menurut Programme
Internationale for Student Asessment (PISA), (2015)., aspek penilaian
19
literasi sains terdapat empat aspek yang harus dicapai dalam literasi
sains yaitu aspek konteks, kompetensi, sikap, dan pengetahuan.
Menurut Arsyad, dkk (2019), hasil dari metode penelitian
berbasis desain menggunakan desain tessmer, pada LKPD Materi
Protista di SMA Negeri 9 Banjarmasin, kepraktisan isi berdasarkan
tujuh indikator. Penilaian peserta didik terhadap LKPD pada one to
one evaluation memiliki kepraktisan isi kategori sangat baik pada
Tabel sebagaimana yang tertera pada Tabel 3. Hal ini sejalan dengan
penelitian penelitian sebelumnya (Arbainsyah, 2016; Athira, Rahmi,
& Kodri, 2015) yang menyatakan bahwa hasil dari one to one
evaluation memiliki kepraktisan sangat baik, dan dapat digunakan
untuk dilanjutkan pada small group evaluation untuk memperoleh
data kepraktisan harapan.
Penelitian merupakan evaluasi pengembangan formatif yang
bertujuan memperbaiki (improve) produk (Tessmer, 1993). Jadi setiap
menjumpai kekurangan selama proses perkembangan, selalu
dilakukan perbaikan sesuai dengan mikro siklus dilaksanakannya
tindakan (intervention). Dalam penelitian ini, tindakan dilakukan
ketika meminta penilaian peserta didik (one to one evaluation) dan
meminta respon peserta didik (small group evaluation).
Pengembangan LKPD konsep protista pada small group
evaluation kategori sangat baik. Disini kepraktisan harapan
berdasarkan respon peserta didik terhadap LKPD. Peserta didik
menunjukkan respon positif terhadap LKPD berbasis keterampilan
berpikir kritis yang dikembangkan. Dikatakan pula LKPD hasil
pengembangan sangat praktis untuk digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan Tabel 3 kepraktisan harapan LKPD kategori sangat
baik, hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
(Arbainsyah, 2016; Imama, 2015; Noorlatifah, 2017; Normala, 2017;
Sari, 2018) yang menyatakan bahwa hasil dari small group evaluation
memiliki kepraktisan harapan dengan kategori minimal baik. Sari
20
(2018) menyatakan LKPD praktis digunakan karena guru mitra
mampu melaksanakan pembelajaran dan peserta didik merespon
dengan baik.
Penggunaan bahasa yang mudah dipahami peserta didik pada
setiap bagian LKPD misalnya petunjuk penggunaan dalam
melaksanakan tugas memiliki kepraktisan harapan kategori sangat
baik, hal ini menunjukkan LKPD telah menggunakan bahasa yang
jelas dan mudah dipahami. Pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian Hidayati, Rinie & Sunu (2012) yang menyatakan sebanyak
90% dari peserta didik memahami LKPD yang dikembangkannya dan
juga menarik, lugas, serta sederhana karena bahasa yang digunakan
sudah komunikatif.
Keseluruhan isi LKPD lengkap berdasarkan urutan logis, pada
komponen ini LKPD memiliki kepraktisan harapan kategori sangat
baik. Hal ini menunjukkan LKPD memiliki struktur/susunan yang
mudah dipahami oleh peserta didik. Widjajanti (2008) menyatakan
penyesuaian tingkat kemampuan peserta didik terkait dengan
penyusunan LKPD perlu diperhatikan, yaitu dalam hal tata urutan
pelajaran terlebih lagi dengan konsep yang menjadi sasaran adalah
konsep yang begitu kompleks, sehingga perlu dipilah-pilah menjadi
bagian-bagian yang lebih sederhana terlebih dahulu.
Komponen penyajian gambar dengan kualitas yang bagus
termasuk foto pada cover jelas sehingga dapat dipahami maksudnya,
memiliki kepraktisan harapan kategori sangat baik. Gambar-gambar
sudah disajikan dengan menarik dan jelas sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Menurut Dinantia & Amran. (2017) LKPD yang
dikembangkannya disajikan dengan tidak monoton yaitu dengan
adanya gambar sehingga dapat disimpulkan LKPD yang
dikembangkannya memiliki desain yang cukup bagus, peserta didik
juga dapat memahami materi yang tertuang di dalam LKPD sehingga
mampu mengerjakan LKPD dengan baik. Widjajanti (2008) juga
21
menyatakan diantara syarat LKPD salah satunya adalah syarat teknis
yang berupa gambar, penampilan, dan warna yang bertujuan agar
peserta didik tidak merasa bosan dalam belajar. Adapun dalam
penggunaan gambar bertujuan untuk membuat peserta didik lebih
memahami pembelajaran yang diberikan karena sifat gambar identik
dengan benda asli jika dibandingkan dengan penggunaan kata-kata
saja.
Bahan pembelajaran menarik untuk dipelajari adalah komponen
yang memiliki kepraktisan harapan kategori sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa konten yang tertuang dalam LKPD menarik dan
tidak membosankan bagi peserta didik, karena LKPD tidak hanya
disajikan dengan tulisan-tulisan tetapi juga disertai gambar. Arsyad
(2017) menjelaskan bahwa visual/gambar dapat memberikan pengaruh
berupa ingatan yang tajam dan pemahaman yang lancar dalam proses
belajar, karena melalui visual ini dapat menstimulasi peminatan
peserta didik dalam menghubungkan dunia nyata dengan isi materi
pembelajaran.
Lingkungan belajar akrab dengan peserta didik dan isi LKPD
berkaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Komponen
ini memiliki kepraktisan harapan kategori sangat baik dikarenakan
pada LKPD protista menggunakan bahan-bahan praktikum yang tidak
asing lagi bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hidayati et al. (2012) LKPD yang dikembangkannya memperoleh
kategori sangat baik karena LKPD yang disajikan semuanya
memanfaatkan media lingkungan sekitar sekolah dan berhubungan
dengan lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil uji kepraktisan dan validasi yang diperoleh
dari ketiga metode yang digunakan pada pengembangan LKPD
Protista di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata sangat baik/sangat
valid. Kelebihan dari LKPD Protista mirip tumbuhan yang
dikembangkan terletak pada materi yang disajikan berbasis
22
lingkungan peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna, hal ini sejalan dengan pendapat Ruswandi dan Badruddin
(2008) yang menjelaskan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai
media pembelajaran akan menjadikan proses belajar mengajar
menjadi lebih bermakna, karena peserta didik dihadapkan pada
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami. Sehingga
pengetahuan yang dipelajari peserta didik menjadi lebih nyata, lebih
faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Penggunaan warna dan gambar pada LKPD juga dapat menarik minat
peserta didik untuk mempelajarinya.
Berdasarkan dari ketiga metode yang digunakan (Metode
Penelitian dan Pengembangan atau Reseach and Dovelopment (R &
D), Metode Penelitian 3-D (Difine, Design, dan Develope), dan
Metode Penelitian Desain Tessmer) diperoleh hasil Validasi LKPD
Berbasis Inquiry pada Materi Protista di kelas X yang diujikan pada
beberapa sekolah menghasilkan hasil yang sangat baik/valid. Pada
metode Penelitian dan Pengembangan atau Reseach and Dovelopment
(R & D), didapatkan nilai rata-rata persentase hasil uji keterbacaan
sebesar 87,36% dan kriteria sangat layak. Metode Penelitian 3-D
(Difine, Design, dan Develope), didapatkan hasil validitas LKPD dari
ketiga validator dengan 5 kriteria aspek penilaian yaitu hasil validasi
identitas LKPD sebesar 100%, tampilan/teknis, sebesar 93,77%,
kebahasaan sebesar 95,87%, isi sebesar 98,63% dan cakupan literasi
sains sebesar 98,63% sehingga diperoleh hasil rata-rata validitas
LKPD sebesar 97,63%. Metode Penelitian Desain Tessmer,
didapatkan penilaian peserta didik terhadap LKPD pada one to one
evaluation memiliki kepraktisan isi kategori sangat baik.
Perbedaan dari ketiga metode yang digunakan yaitu terletak
pada kriteria LKPD sebagai indikator yang diujikan kepada validator.
Pada uji kepraktisan, metode pertama terdapat tiga indikator, metode
kedua lima indikator, dan metode ketiga terdapat tujuh indikator.
23
Berdasarkan persamaan dan perbedaan dari menggunakan metode
penelitian yang berbeda tersebut, metode Penelitian 3-D (Difine,
Design, dan Develope) mempunyai hasil uji kepraktisan dan validasi
LKPD yang paling baik yaitu 97,63% dari lima kriteria yang
digunakan sebagai indikator pengujian.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Pengembangan LKPD
Protista Berbasis Saintifik dengan Model Pembelajaran Inquiry untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA
dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil dari metode Penelitian dan Pengembangan atau Reseach and
Dovelopment (R & D), pada LKPD Materi Protista di kelas X IPA
1 SMA 8 Kota Bengkulu ,didapatkan nilai rata-rata persentase hasil
uji keterbacaan sebesar 87,36% dan kriteria sangat layak.
2. Hasil dari metode penelitian yang dikembangkan menggunakan
model 3-D yaitu difine, design, dan develop, pada LKPD Materi
Protista di kelas X MIA 6 SMA Negeri 2 Sidoarjo, didapatkan hasil
validitas LKPD dari ketiga validator dengan 5 kriteria aspek
penilaian yaitu hasil validasi identitas LKPD sebesar 100%,
tampilan/teknis, sebesar 93,77%, kebahasaan sebesar 95,87%, isi
sebesar 98,63% dan cakupan literasi sains sebsar 98,63%sehingga
diperoleh hasil rata-rata validitas LKPD sebesar 97,63%.
3. Hasil dari metode penelitian berbasis desain menggunakan desain
tessmer, pada LKPD Materi Protista di SMA Negeri 9
Banjarmasin, kepraktisan isi berdasarkan tujuh indikator. Penilaian
peserta didik terhadap LKPD pada one to one evaluation memiliki
kepraktisan isi kategori sangat baik.
4. Berdasarkan dari ketiga metode yang digunakan diperoleh hasil
Validasi LKPD Berbasis Inquiry pada Materi Protista di kelas X
yang diujikan pada beberapa sekolah menghasilkan hasil yang
sangat baik/valid. Sedangkan perbedaan dari ketiga metode tersebut
25
terletak pada kriteria LKPD sebagai indikator yang diujikan kepada
validator.
5. Persamaan dan perbedaan dari menggunakan tiga metode
penelitian yang berbeda, metode Penelitian 3-D (Difine, Design,
dan Develope) mempunyai hasil uji kepraktisan dan validasi LKPD
yang paling baik yaitu 97,63% dari lima kriteria yang digunakan
sebagai indikator pengujian.
5.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
naskah penelitian ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M., Zaini, M., & Aziati, K. (2019). Kualitas Lembar Kerja Peserta
Didik Konsep Protista Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis
(Suatu Penelitian Berbasis Desain). In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA" MOTOGPE".
27
Rani, S., Jumiarni, D., Ruyani, A., Rahman, A., & Kasrina, K. (2021).
Pengembangan LKPD pada Materi Protista Kelas X SMA
Berdasarkan Keanekaragaman Mikroalga di Sungai
Bengkenang. Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Biologi, 5(2), 217-225.
Ulandari, N., Putri, R., Ningsih, F., & Putra, A. (2019). Efektivitas model
pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa pada materi teorema pythagoras. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2), 227-237.
28
LAMPIRAN
PERTANYAAN PEMBAHAS
NIM : 1910119220007
1. Pembahas 1
Nama : Muhammad Hasyim Muzadysaha
NIM : 1910119210029
Pertanyaan :
Mengapa pemakalah memilih judul mengenai “Pengembangan LKPD
Protista Berbasis Saintifik dengan Model Pembelajaran Inquiry untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA” sebagai
bahan seminar saudari?
Jawaban :
Karena pada materi Protista dengan model pembelajaran inquiry ini
membutuhkan salah satu perangkat pembelajaran yang bisa mendukung agar
dapat mempermudah pemahaman jalannya suatu materi pembelajaran yaitu
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hal ini sesuai dengan Prastowo
(2014), LKPD adalah bahan ajar yang dapat mengurangi paradigma teacher
centered menjadi student centered sehingga peserta didik akan lebih aktif.
2. Pembahas 2
Nama : Oriza Mety Aulia
NIM : 1910119120013
Pertanyaan :
29
Pengembangan sumber belajar yang penyaji pilih merupakan LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik), apakah ada kelebihan yang menjadikan penyaji memilih
untuk mengembangkan penelitian ini menjadi LKPD?
Jawaban :
Kelebihan dari pengembangan LKP ini yaitu dapat memudahkan peserta
didik dalam mempelajari materi pelajaran. Pada LKPD biasanya terdapat
soal-soal yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
memahami persoalan sehingga kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis
dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan Dalam implementasi Kurikulum
2013 bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) diharapkan
dapat menjadi salah satu alternatif dalam melengkapi bahan ajar pada
pembelajaran Kurikulum 2013, khususnya dalam pembelajaran biologi.
LKPD ini berisi kumpulan-kumpulan soal yang kemudian dijadikan guru
sebagai tugas/perkerjaan rumah bagi siswa.
3. Pembahas 3
Nama : Maidah Nazilah
NIM :1910119320013
Pertanyaan :
Mengapa penyaji memilih model pembelajaran inquiry dalam
mengembangkan LKPD berbasis Protista ini? Sedangkan masih banyak
model lain yang mengedepankan dan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa
Jawaban :
Karena model pembelajaran inquiry lebih cocok untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Protista jika dibandingkan
dengan model pembelajaran lain seperti PBL dan PJBL. Hal ini disebabkan
karena model pembelajaran inquiry mengajak peserta didik untuk mencari,
menyelidiki dan menciptakan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Sedangkan jika dibandingkan dengan PBL dan
PJBL, peserta didik harus mencari permasalahan dan membuat proyek agar
30
proses belajar dapat berlangsung. Hal ini sesuai dengan Mashuri, (2012)
dalam Ulandari, dkk., (2019), Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan agar bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam belajar adalah model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran
inquiry juga merupakan serangkaian aktivitas belajar mengajar yang
melibatkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencari dan
menyelidiki sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.
Menurut Yumiati & Noviyanti (2017) dalam Ulandari, dkk., (2019), Model
pembelajaran inquiry ialah proses membentuk pertanyaan, menyelidiki, dan
menciptakan pengetahuan dan hal-hal yang baru yang melibatkan siswa
secara penuh dalam pembelajaran.
31
LAMPIRAN
NIM : 1910119220007
32
33
34
35
LAMPIRAN
NIM : 1910119220007
36
37