Anda di halaman 1dari 22

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : BTN Minasaupa Blok B/10

B. Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Nyeri Bahu

Lokasi Keluhan : Shoulder Sinistra

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluhkan nyeri dan kaku sendi pada bagian bahu sejak 1 tahun yang

lalu. Pasien pernah terjatuh dari motor dan mengalami benturan atau trauma pada

bagian lengan sisi kanan. Sejak saat itu pasien mengaku mengalami nyeri dan kaku

sendi.

C. Inspeksi/Observasi

1. Statis

a. Pasien datang dengan menopang lengan kanan menggunakan lengan

kirinya.

b. Bahu asimetris dan lengan cenderung internal rotasi

c. Rounded shoulder

d. Forward head posture


2. Dinamis

- Pasien mengeluhkan nyeri sendi dan kaku ketika digerakkan

D. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

1. Quick Test

a. Abduksi – elevasi shoulder/ bilateral shoulder abduction

Teknik pelaksanaan

1) Posisi pasien berdiri

2) Pasien diminta untuk melakukan gerakan abduksi pada kedua

lengan secara bersamaan.

3) Fisioterapi secara hati-hati mengevaluasi gerakan simetris dan

koordinasi gerakan.

4) Pasien diminta untuk menurunkan kedua lengan secara

bersamaan, fisioterapi dengan hati-hati mengevaluasi gerakan

untuk simetris dan koordinasi gerakan.

Hasil : Nyeri tidak full ROM dan terdapat reverse scapulohumeral

rhythm.

b. Ekternal rotasi dan abduksi

1) Teknik pelaksanaan : pasien diminta menggaruk daerah sekitar

angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral

melewati belakang kepala.

2) Hasil : Tidak dapat dilakukan

c. Internal rotasi dan adduksi


1) Teknik pelaksanaan : Pasien diminta untuk menyentuh angulus

inferior scapula dengan sisi kontralateral, bergerak menyilang

punggung.

2) Hasil : Tidak dapat dilakukan

Cervical fleksi – ekstensi : tidak nyeri dan full ROM

2. Gerak Aktif

Gerakan Hasil ROM

Fleksi shoulder Full ROM 90o

Ekstensi shoulder Full ROM 45 o

Abduksi shoulder Nyeri, Terbatas 50 o

Eksternal rotasi shoulder Nyeri, Terbatas 20 o

Insternal rotasi shoulder Full ROM 20 o

3. Gerak Pasif

Gerakan Hasil EndFeel

Fleksi shoulder Full ROM Elastis

Ekstensi shoulder Full ROM Elastis

Abduksi shoulder Nyeri, Terbatas Elastis

Eksternal rotasi shoulder Nyeri, Terbatas Firm

Internal rotasi shoulder Nyeri, Terbatas Firm

4. Gerak Isometrik Melawan Tahanan (TIMT)

Gerakan Hasil EndFeel


Fleksi shoulder Full ROM Tahanan minimal

Ekstensi shoulder Full ROM Tahanan minimal

Abduksi shoulder Nyeri, Terbatas Tahanan minimal

Eksternal rotasi shoulder Nyeri, Terbatas Tahanan minimal

Internal rotasi shoulder Nyeri, Terbatas Tahanan minimal

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

1. Apley Scratch Test

a. Teknik pelaksanaan

1) Untuk melakukan pemeriksaan ini posisi pasien berdiri

2) Dimulai dengan sisi yang sehat terlebih dahulu, pasien

diperintahkan untuk menjangkau di belakang kepalanya dan

sentuh serendah mungkin pada tulang belakang.

3) Selanjutnya pada sisi yang sakit pasien kemudian

diinstruksikan untuk meraih ke belakang dan mencapai aspek

yang sama pada sisi yang berlawanan.

4) Pasien diminta untuk mencoba dan menyentuh jari-jari kedua

tangan selama gabungan gerakan abduksi serta eksternal

rotasi dengan satu lengan dan adduksi serta internal rotasi

pada lengan lainnya.

b. Hasil : Eksternal rotasi dan abduksi : tidak dapat dilakukan

Internal rotasi dan adduksi : tidak dapat dilakukan


2. Joint Play Movement Test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan transalasi (traksi,

kompresi, dan gliding) secara pasif untuk menggambarkan apa yang terjadi

di dalam sendi ketika dilakukan gerakan translasi.

a. Posisi pasien : Pasien baring terlentang dengan shoulder pasien

abduksi 90o

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan : Fisioterapis berdiri di

samping pasien, kedua tangan kanan berada tepat di axila atau bagian

proksimal humerus. Tangan yang akan melakukan JPM hendaknya

ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi dan lengan

bawah pasien berada di antara lengan dan trunk fisioterapis (dijepit)

c. Teknik pelaksanaan ventral glide : Dengan posisi shoulder pasien abduksi

serta internal rotasi dan fisioterapis menjepit lengan bawah pasien. Setelah

itu lakukan gerakan translasi ke arah anterior tetapi lengan tidak boleh

bergerak kecuali pada caput humerinya. Kemudian fisioterapis merasakan

end feelnya.

d. Teknik pelaksanaan dorsal glide : Dengan posisi shoulder pasien abduksi

serta eksternal rotasi dan fisioterapis menjepit lengan bawah pasien.

Setelah itu lakukan gerakan translasi ke arah posterior tetapi lengan tidak

boleh bergerak kecuali pada caput humerinya. Kemudian fisioterapis

merasakan end feelnya.

e. Teknik pelaksanaan caudal glide : Dengan posisi shoulder pasien abduksi

dan fisioterapis menjepit lengan bawah pasien. Setelah itu lakukan


gerakan translasi ke arah caudal tetapi lengan tidak boleh bergerak kecuali

pada caput humerinya. Kemudian fisioterapis merasakan end feelnya.

f. Hasil :

Ventral glide : Elastis endfeel

Dorsal glide : Nyeri dan firm endfeel

Caudal glide : Nyeri dan firm endfeel

3. Aktualitas nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS

a. Instrumen yang digunakan : Visual Analog Scale (VAS)

b. Posisi pasien : duduk di atas bed

c. Prosedur Pelaksanaan :

1) Jelaskan ke pasien bahwa tes ini untuk mengukur tingkat nyeri yang

pasien rasakan, kemudian pasien diperlihatkan instrumen VAS dan

dijelaskan cara pemakaian VAS tersebut.

2) Tingkat nyeri pada bahu diukur dengan cara menggerakkan bahu

sampel kearah abduksi, external rotasi dan internal rotasi. Setelah itu

menginstruksiksan pasien untuk menilai berapa tingkat nyeri yang

dirasakan berdasarkan instrumen nyeri VAS. Hasilnya dicatat pada

lembar observasi.
Adapun kriteria pengukuran di atas:

Nilai 0 : Tidak nyeri

Nilai 1 - 3 : Nyeri ringan

Nilai 3 – 7 : Nyeri sedang

Nilai 7 – 9 : Nyeri berat

Nilai 9 – 10 : Nyeri tak tertahankan

d. Hasil : Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, nyeri yang

dirasakan pasien berada pada skala 6 yakni nyeri sedang.

4. Range of Motion Shoulder

a. Abduksi shoulder

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi fisioterapis : berdiri disamping bed

3) Posisi goniometer : letakkan pusat fulcrum goniometer pada anterior

dari tonjolan acromion, lengan proksimal dan distal goniometer berada

disepanjang anterior midline dari humerus.

4) Prosedur pelaksanaan :
a) Instruksikan pasien untuk menggerakkan lengannya kearah abduksi

shoulder.

b) Salah satu lengan goniometer mengikuti gerakan lengan kearah

abduksi shoulder sambil mempertahankan lengan goniometer tetap

alignment dengan midline anterior humerus.

Gambar 4.1
Pengukuran ROM abduksi shoulder
Sumber: Norkin and Joyce (2019)

b. External rotasi shoulder

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi awal lengan pasien : abduksi shoulder 90° dan fleksi elbow 90°

dengan alas handuk di bawah humerus

3) Posisi fisioterapis : berdiri disamping pasien

4) Posisi goniometer : fulcrum goniometer diletakkan pada tonjolan

olecranon, kedua lengan goniometer tegak lurus mengikuti alignmen

tulang ulna.

5) Prosedur pelaksanaan :

a) Instruksikan pasien untuk menggerakkan lengannya kearah external

rotasi shoulder
b) Salah satu lengan goniometer mengikuti gerakan lengan kearah

external rotasi shoulder sambil mempertahankan lengan

goniometer tetap alignment dengan midline tulang ulna.

Gambar 4.2
Pegukuran ROM external rotasi shoulder
Sumber: Norkin and Joyce (2019)

c. Internal rotasi shoulder

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi awal lengan pasien : abduksi shoulder 90° dan fleksi elbow 90°

dengan alas handuk di bawah humerus

3) Posisi fisioterapis : berdiri disamping pasien

4) Posisi goniometer : fulcrum goniometer diletakkan pada tonjolan

olecranon, kedua lengan goniometer tegak lurus mengikuti alignmen

tulang ulna

5) Prosedur pelaksanaan :

a) Instruksikan pasien untuk menggerakkan lengannya kearah internal

rotasi shoulder
b) Salah satu lengan goniometer mengikuti gerakan lengan kearah

internal rotasi shoulder sambil mempertahankan lengan

goniometer tetap alignment dengan midline tulang ulna

Gambar 4.3
Pengukuran ROM internal rotasi shoulder
Sumber: Norkin and Joyce (2019)

5. Soulder Pain and Disability (SPADI)

SKALA NYERI

0 = tanpa rasa sakit dan 10 = rasa sakit yang paling terburuk menurut anda

Paling buruk? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ketika berbaring di

sisi yang terlibat atau 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

yang nyeri?

Mengambil sesuatu di 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

rak yang tinggi?

Menyentuh bagian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

belakang leher Anda?

Mendorong dengan

lengan yang terlibat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


atau yang nyeri?

Skor Nyeri Total: _____ / 50 x 100 = _____%

(Catatan: jika seseorang tidak menjawab semua pertanyaan, bagilah dengan

skor total yang memungkinkan, mis. Jika 1 pertanyaan tidak terjawab, bagi

dengan 40)

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, ditemukan hasil bahwa 52%

skor nyeri yang dirasakan oleh pasien

SKALA KECACATAN

0 = tidak ada kesulitan dan 10 = begitu sulit sehingga membutuhkan bantuan

Skor Kecacatan Total: _____ / 80 x 100 = _____%


Mencuci rambutmu? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Mencuci punggungmu? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Mengenakan kaos atau 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

jumper?

Mengenakan kemeja yang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

kancing di depan?

Mengenakan celanamu? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menempatkan objek di rak 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

tinggi?

Membawa benda berat 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pound (4,5 kilogram)?

Menghapus sesuatu dari saku 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

belakang Anda?
(Catatan: jika seseorang tidak menjawab semua pertanyaan, bagilah dengan skor total

yang memungkinkan, mis. Jika 1 pertanyaan terjawab, bagi dengan 70)

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, ditemukan hasil 41%

pasien mengalami kecacatan akibat penyakit yang dirasakan

F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

“ Gangguan Mobilitas Bahu Et Causa Frrozen Shoulder (Capsulitis Adhesiv)”

1. Impairmant

a. Terdapat keterbatasan ROM pada shoulder joint

b. Terdapat nyeri pada bahu

2. Activity Limitation

a. Pasien kesulitan dan merasa nyeri saat menggunakan baju

b. Pasien merasa nyeri mengangkat beban berat menggunakan tangan

kanan

3. Participation Restriction

a. Aktifitas sosial pasien terganggu, seperti saat melaukan kegitan gotong

royong

G. Tujuan Intervensi Fisioterapi

Tujuan jangka pendek:

- Mengurangi nyeri pada bahu

- Meningkatkan ROM pada shoulder joint

Tujuan jangka panjang:

- Mengembalikan kemampuan fungsional pasien, agar dapat kembali

beraktivitas seperti sedia kala tanpa merasakan nyeri pada bahunya


- Mengembalikan ROM dari shoulder joint pasien

H. Program Intervensi Fisioterapi

1. Ultrasound

a. Tujuan

Mengurangi nyeri dan memperbaiki ekstensibilitas jaringan kapsul.

b. Teknik pelaksanaan

1) Persiapan Alat

a) Siapkan Ultrasound gel sebagai media penghantar dan

mengecek kabel-kabel yang terpasang di alat.

b) Bersihkan head transduser dengan alkohol.

c) Nyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

2) Persiapan pasien

a) Fisioterapis menjelaskan kepada pasien mengenai

prosedur dan tujuan dari pemberian ultrasound

b) Pasien dalam posisi tidur terlentang

c) Daerah yang akan diterapi (area bahu dan lengan)

bebas dari pakaian.

d) Fisioterapis mengoleskan gel secukupnya pada area

otot upper trapezius.

3) Teknik aplikasi

a) Nyalakan alat

b) Dosis terapi adalah : frekuensi 1 MHz, pulse ratio

100%, intensitas 0,8 – 1 w/cm2, ERA tranducer 5 cm,

waktu 8 menit, jumlah intervensi sebanyak 12 kali.


c) Fisioterapis meletakkan head transduser pada area

shoulder bagian anterior.

d) Fisioterapis menekan tombol Start/Stop, kemudian

menggerakkan transduser secara lambat disekitar

area shoulder tersebut secara transversal.

2. Maitland Mobilization

a. Glenohumeral abduction

Gambar 4.4
Glenohumeral abduction grade IV

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi awal lengan pasien : lengan pasien diposisikan abduksi

shoulder pada ROM yang ada disertai dengan fleksi elbow

3) Posisi fisioterapis : berdiri disamping bed pasien

4) Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis berada di atas

caput humeri dengan mengaplikasikan gerakan glide kearah caudal

dan satu tangan fisioterapis lainnya memegang sisi medial elbow


pasien dengan mengaplikasikan gerakan pasif abduksi yang

berulang-ulang.

5) Teknik pelaksanaan

a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Tangan fisioterapis yang berperan sebagai penggerak melakukan

gerak pasif amplitudo kecil secara berulang-ulang kearah

abduksi

c) Dosis yang diberikan adalah 10 kali repetisi gerakan pasif

dengan 2 set, mulai grade 3 sampai 4, jumlah intervensi

sebanyak 12 kali.

b. Glenohumeral postero-anterior movement lateral rotation

Gambar 4.5
Glenohumeral posteroanterior in abduction prone

1) Posisi pasien : tidur tengkurap (prone lying)

2) Posisi awal lengan pasien : abduksi dan sedikit external rotasi

shoulder dengan tangan bersandar di atas bed. Jika terjadi


keterbatasan external rotasi yang berat maka dapat diberi handuk

di bawah elbow.

3) Posisi fisioterapis : berdiri disamping bed

4) Peletakan tangan fisioterapis : salah satu telapak tangan

fisioterapis yang membentuk cupping berperan sebagai penggerak

berada di bagian posterior caput humeri.

5) Teknik pelaksanaan

a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Tangan fisioterapis yang berperan sebagai penggerak

melakukan gerakan gliding anterior di atas caput humeri.

c) Dosis yang diberikan adalah 10 kali repetisi gerakan pasif

dengan 2 set, mulai grade 3 sampai 4, jumlah intervensi

sebanyak 12 kali.

c. Glenohumeral medial rotation

Gambar 4.6
Glenohumeral medial rotation grade III & IV

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi awal lengan pasien : lengan pasien diposisikan abduksi shoulder

pada ROM yang ada disertai dengan fleksi elbow + pronasi lengan

bawah dan elbow pasien diluar bed

3) Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed

4) Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis sebagai

stabilisator/fixator memegang elbow sisi medial pasien dengan lengan

bawah berada di atas anterior medial shoulder pasien, satu tangan

fisioterapis lainnya memegang distal lengan bawah atau dekat wrist

joint pasien.

5) Teknik pelaksanaan :

a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Tangan fisioterapis yang berperan sebagai penggerak melakukan

gerak pasif amplitudo kecil secara berulang-ulang kearah internal

rotasi.

c) Lengan bawah fisioterapis yang berperan sebagai stabilisator

mendorong caput humeri kearah posterior.

d) Dosis yang diberikan adalah 10 kali repetisi gerakan pasif dengan 2

set, mulai grade 3 sampai 4, jumlah intervensi sebanyak 12 kali.

3. Kaltenborn Mobilization

a. Shoulder caudal glide untuk keterbatasan abduksi


Gambar 4.7
Shoulder caudal glide mobilization

1) Posisi pasien : tidur terlentang

2) Posisi awal lengan pasien : lengan pasien diposisikan abduksi shoulder

pada ROM yang ada.

3) Posisi fisioterapis : berdiri disamping pasien

4) Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis berada di atas

caput humeri pasien untuk gerakan glide dan satu tangan fisioterapis

lainnya menyanggah lengan pasien dengan memegang elbow sisi

medial pasien untuk gerakan abduksi.

5) Teknik pelaksanaan :

a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Satu tangan fisioterapis melakukan gliding kearah caudal

sementara tangan fisioterapis lainnya melakukan gerak fisiologis

kearah abduksi

c) Dosis yang diberikan adalah gerak glide dan fisiologis sebanyak 5

kali repetisi, 2 set, mulai grade 2 sampai 3, jumlah intervensi

sebanyak 12 kali.

b. Shoulder ventral glide untuk keterbatasan external rotasi


Gambar 4.8
Shoulder ventral glide mobilization

1) Posisi pasien : tidur tengkurap dengan handuk di bawah processus

coracoideus

2) Posisi awal lengan pasien : lengan pasien dengan posisi sedikit abduksi

shoulder dan fleksi elbow

3) Posisi fisioterapis : berdiri di belakang pasien

4) Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis dengan eminensia

hypothenar berada di atas caput humeri bagian posterior (untuk gerak

glide) dan satu tangan lainnya memegang elbow pasien sambil

menyanggah lengannya.

5) Teknik pelaksanaan :

a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Satu tangan fisioterapis melakukan gerakan glide kearah ventral

sambil tangan lainnya menggerakkan lengan kearah ekstensi +

external rotasi shoulder.


c) Dosis yang diberikan adalah gerak glide dan fisiologis sebanyak 5

kali repetisi, 2 set, mulai grade 2 sampai 3, jumlah intervensi

sebanyak 12 kali.

c. Shoulder dorsal glide untuk keterbatasa internal rotasi

Gambar 4.9
Shoulder dorsal glide

1) Posisi pasien : tidur terlentang dengan handuk diberikan di bawah

scapula

2) Posisi awal lengan pasien : lengan pasien di luar bed

3) Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed

4) Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis dengan eminensia

hypothenar berada di atas caput humeri bagian anterior (untuk gerak

glide) dan satu tangan lainnya memegang elbow pasien sambil

menyanggah lengannya.

5) Teknik pelaksanaan :
a) Instruksikan pasien untuk relaks

b) Satu tangan fisioterapis melakukan gerakan glide kearah dorsal

sambil tangan lainnya menggerakkan lengan kearah fleksi +

internal rotasi shoulder.

c) Dosis yang diberikan adalah gerak glide dan fisiologis sebanyak 5

kali repetisi, 2 set, mulai grade 2 sampai 3, jumlah intervensi

sebanyak 12 kali.

Problematik Keluhan Intervensi yang Diberikan FITT

Nyeri Ultrasound Therapy F : 2 kali seminggu

I : toleransi pasien

T : shoulder joint

T : 15 menit

Interferensial Therapy F : 2 kali seminggu

I : toleransi pasien

Impairmant T :peletakan ped

pada otot deltoid

T : 15 menit

Pengembalia Muscle Energy Tehnique F : 2 kali seminggu

n ROM I : toleransi pasien

T : shoulder joint

T : 15 menit

Activity Fungsional Berdasarkan probelmatik F : setiap hari

limitation dan ADL skala SPADI I : toleransi pasien


participation T : disesuakan

restriction berdasarkan

keluhan

T : disesuaikan

I. Evaluasi Fisioterapi

Problematik Sebelum Terapi Sesudah Terapi

Impairmant a. Terdapat keterbatasan a. ROM kembali

ROM pada shoulder normal

joint b. Nyeri menghilang

b. Terdapat nyeri pada

bahu

Activity Limitation Fungsi ADL terganggu Nyeri tidak dirasakan lagi

akibat nyeri dan fungsi ADL pun

kembali normal

Participation restriction Aktivitas sosial terganggu Aktivitas sosial pasien

akibat nyeri kembali seperti sedia kala,

dikarenakan nyeri yang

telah tidak dirasakan

pasien

Anda mungkin juga menyukai