Anda di halaman 1dari 3

Teks Khutbah Jumat Pertama

ْ ‫ق لِي‬ِّ ‫ين ْال َح‬ ‫هّٰلِل‬


‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َو َكفَى بِاهَّلل ِ َش ِهي ًد‬ ِ ‫ْال َح ْم ُد ِ الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُ َدى َو ِد‬
ٰ
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى ُم َح ّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ َ ‫ اَللّهُ ّم‬. ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإ ٰلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫ اَ َّما بَعْد‬.‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّديْن‬

‫ يَا َأيُّهَا‬. ‫ َأ ُعو ُذ بِاهَّلل ِ ِم َن ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‬. ‫از ْال ُمتَّقُ ْون‬
َ َ‫ اِتَّقُوهللاَ فَقَ ْد ف‬. ‫وص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسى بِتَ ْق َواهللا‬
ِ ُ‫فَيَا ِعبَا َدهللاُ ا‬
‫ون‬َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
َ ‫الَّ ِذ‬

Ma’asyiral muslimin sidang jumat yang berbahagia,

Mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat kepada kita yang tiada
terhingga setiap harinya.
Sadarlah wahai jama’ah sekalian, bahwa setiap hari Allah Subhanahu wa Ta’ala mencurahkan kepada kita rahmat dan
nikmat yang tiada tara andai kita mahir melihatnya. Tanpa nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut kita bukanlah
siapa-siapa, tidak mempunyai apa-apa, dan tidak akan mampu apa-apa.
Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan nikmat
yang tidak terhingga itu setiap harinya. Tanpa rahmat dan nikmat itu, bisa apa kita?

Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun menikmati jantung, paru-paru, ginjal, darah, tulang, dan
lain-lain. Sudah puluhan tahun kita menggunakan mata, lisan, kaki, dan tangan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sadarilah ini sesadar-sadarnya. Karena seorang hamba yang lupa atau dilupakan oleh iblis dan bala tentaranya akan
nikmat-nikmat besar dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap hari, hamba ini akan sulit taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Dan ketika dia sulit taat dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti yang dia lakukan adalah maksiat
kepada-Nya. Dan kalau itu yang terjadi, dirinya berada di ambang kebinasaan tiada tara. Dia berada di jurang kehancuran
yang tiada terhingga. Murka Allah Subhanahu wa Ta’ala menanti. Dan boleh jadi bukan hanya sekedar murka, namun juga
murka yang disertai laknat dari-Nya. Kalau murka Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menanti dirinya, akan ada adzab tiada
tara yang siap untuk membakar dirinya di neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada surga,
Engkau adalah rahmat-Ku yang Aku berikan kepada orang-orang yang Ku-inginkan dari hamba-hamba-Ku.” Dan Allah
berkata kepada neraka, “Engkau adalah adzab-Ku yang denganmu Aku mengadzab orang-orang yang Ku-inginkan dari
hamba-hamba-Ku.” (HR. Bukhari No. 4850)[1]

Sidang jumat yang berbahagia,


Jangan sampai ketidak patuhan dan kedurhakaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat nama kita tercatat di
antara nama-nama penduduk neraka. Na’udzubillah tsumma na’udzubillahi min dzalik.
Jama’ah yang berbahagia, di antara tugas terberat kita di atas permukaan bumi adalah membentengi diri kita dari murka
dan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tugas terberat kita di atas permukaan bumi ini bukanlah mencari nafkah, mengejar
jabatan, maupun membangun kekayaan. Itu hal yang ringan. Yang terberat adalah membentengi diri kita dari murka dan
neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa di antara kita yang tidak mengimani adanya neraka? Kita semua yang berkumpul
di masjid ini pasti beriman dengan adanya neraka. Akan tetapi yang berhasil iblis lakukan adalah menghilangkan rasa takut
kita terhadap neraka. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫ف هَّللا ُ بِ ِه ِعبَا َدهُ ۚ يَا ِعبَا ِد فَاتَّقُو ِن‬ َ ِ‫ار َو ِم ْن تَحْ تِ ِه ْم ظُلَ ٌل ۚ ٰ َذل‬
ُ ‫ك ي َُخ ِّو‬ ِ َّ‫لَهُ ْم ِم ْن فَ ْوقِ ِه ْم ظُلَ ٌل ِم َن الن‬
“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah
mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.” (QS. Az-
Zumar[39]: 16)
ِ ُ‫ف َأ ْولِيَا َءهُ فَاَل تَ َخافُوهُ ْم َو َخاف‬
َ ِ‫ون ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمن‬
‫ين‬ ُ َ‫ِإنَّ َما ٰ َذلِ ُك ُم ال َّش ْيط‬
ُ ‫ان ي َُخ ِّو‬
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 175)

Rasa takut inilah yang hilang walau kita beriman dengan adanya neraka. Sehingga ketika hilang rasa takut, timbullah
keberanian. Yang takut kepada harimau, tidak akan mendekati harimau. Yang takut terhadap hutan belantara, tidak akan
mau berada sendirian di dalamnya. Padahal harimau, singa, maupun hutan belantara belum ada apa-apanya dibandingkan
dengan sedikit kisah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya tentang neraka-Nya
Pantaskah kita takut kepada harimau, singa, dan hutan belantara sedangkan kita tidak takut kepada neraka Allah
Subhanahu wa Ta’ala?

Jama’ah yang berbahagia, sadarlah. Mana kala kita tidak mau patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, perintah
dan larangan-Nya kita langgar, itu berarti kita mencelakai diri kita sendiri. Oleh karena itu di dalam Al-Qur’an, perbuatan
dosa disebut bahwa ‘manusia menzalimi diri sendiri’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫ون‬ ْ َ‫َو َما ظَلَ ْم ٰنَهُ ْم َو ٰلَ ِكن َكانُ ٓو ۟ا َأنفُ َسهُ ْم ي‬
َ ‫ظلِ ُم‬
“dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. An-Nahl[16]: 118)
Memang belum tiba waktunya, di mana kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di
mana kita mengakui siapa diri kita yang sebenarnya. Tapi yakinlah waktu tersebut akan tiba. Setiap dari kita akan dipanggil
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah kita lakukan di atas muka bumi.
Ketika itulah kesombongan akan hilang dan sirna. Dan ketika kesombongan hilang dan sirna, yang datang adalah kejujuran.
Lalu manusia berkata,
َ ‫ت َعلَ ْينَا ِش ْق َوتُنَا َو ُكنَّا قَ ْو ًما‬
َ ِّ‫ضال‬
‫ين‬ ْ َ‫قَالُوا َربَّنَا َغلَب‬
“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.” (QS.
Al-Mu’minun[23]: 106)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan di dalam Al-Qur’an tentang penyesalan-penyesalan dari para pelaku maksiat, di
akhirat kelak. Mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakannya kepada kita? Agar kita jadikan sebagai peringatan
marabahaya. Mengapa harus ada peringatan marabahaya? Agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Agar kita tidak
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan di dalam Al-Qur’an yang menyesali
hidup kita sendiri.
Kita ingin memperbaikinya, namun kesempatan untuk memperbaiki sudah tidak ada. Siapapun yang sampai ke akhirat dan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata lebih berat dan banyak maksiatnya dari pada
ibadahnya, dan dia ingin memperbaiki amalannya, tak ada kesempatan. Hal itu sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan,
َ‫صالِحًا ِإنَّا ُموقِنُون‬ َ ‫وس ِه ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َربَّنَا َأ ْب‬
َ ْ‫صرْ نَا َو َس ِم ْعنَا فَارْ ِج ْعنَا نَ ْع َمل‬ ِ ‫َولَوْ ت ََر ٰى ِإ ِذ ْال ُمجْ ِر ُمونَ نَا ِكسُو ُر ُء‬
“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan
Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia),
kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.” (QS. As-Sajdah[32]: 12)
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan tidak ada kesempatan untuk kembali.

Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan ketika masih ada waktu untuk memperbaiki. Kesempatan untuk memperbaiki
perilaku, masih ada. Dan jangan sampai penyesalan datang saat waktu merevisi amalan sudah tertutup. Di dalamnya akan
ada penyesalan tiada tara. Para Nabi dan Rasul semuanya diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua tugas
besar. Salah satunya yakni memberitahukan manusia akan adanya marabahaya di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman yang artinya “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa'[4]: 165)

Maka sebagai penutup khutbah hari ini, khatib ingin mengingatkan diri sendiri dan semua yang hadir pada kesempatan
yang berbahagia ini, jaga dan bentengi diri kita dari neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tugas terberat dalam hidup ini
adalah membentengi diri dari neraka-Nya. Itu tugas kita hidup di permukaan bumi.

Para nabi dan rasul sudah mengerjakan tugasnya dengan sempurna, mengingatkan hamba-hamba Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari marabahaya di dalam akhirat, khususnya di neraka. Barang siapa yang patuh dan taat, maka dia akan
beruntung. Dan barang siapa yang berpaling, dia akan menyesal.
Peringatan khatib kepada diri sendiri, jangan sampai kita menyesali diri di akhirat. Jika ingin menyesal, menyesallah di
dunia. Dan jika ingin membenahi dan memperbaiki, benahi dan perbaikilah di dunia. Sebelum datang akhirat yang mana
tidak ada kesempatan lagi untuk merevisi amalan.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga
ketakwaan kita hingga di ujung kehidupan kita untuk meraih ridha-Nya menjadi husnul khatimah…

Aamiin Ya Rabb.

‫ َأقُ ْو ُل‬.‫آن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم ِفي ْالقُر‬ َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
‫َّحيْم‬ِ ‫قَ ْولِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر الر‬
‫‪KHUTBAH JUMAT KEDUA‬‬

‫يك لَهُ وأشه ُد َّ‬


‫أن َسيِّ َدنَا‬ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِر َ‬ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ ثُ َّم ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ ‪َ .‬أ ْشهَ ُد ْ‬
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه‬
‫ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الَّ ِذيْ اَل نَبِ ّي بع َدهُ ‪ .‬اَللَّهُ َّم َ‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم القِيَا َم ِة‬ ‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬

‫ال هللاُ تَ َعالَى اِ َّن هللاَ‬ ‫از ْال ُمتَّقُ ْو َن ‪.‬فَقَ َ‬ ‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى ِ‬
‫هللا فَقَ ْد فَ َ‬ ‫َأ َّما بَ ْع ُد فَيَاَأيُّهَا النَّاسُ ُأ ْو ِ‬
‫ُصلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي ٰيَأيُّهَا الَّ ِذي َ‪ْc‬ن ٰأ َمنُ ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬
‫ٰ‬
‫ْت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫صلَّي َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللّهُ َّم َ‬
‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫ار ْك َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬ف ْي ْال َعالَ ِمي َْن ِإنَّ َ‬
‫ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْال َغاَل َء‬ ‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫وال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬ ‫َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ك َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َد ِ‬
‫بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َّ‬

‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ‬ ‫ْأ‬
‫ِعبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا‪ c‬هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‬
‫َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬
‫***‬

Anda mungkin juga menyukai