Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENGENDALIAN KOROSI

Muhammad Djody 202025043

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2022
A. Latar Belakang
Barang-barang apapun yang terbuat dari logam dapat mengalami korosi jika
dibiarkan di lingkungan terbuka. Dalam Lingkungan yang terdapat atmosfer, udara,
air dan tanah dapat berinteraksi dengan logam dan membuat terjadi perubahan logam.
Secara harfiah korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi reduksi
oksidasi (Redoks) antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya, yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Definisi korosi secara
umum ialah perkaratan terjadi sebagai akibat interaksi antara material dengan
lingkungannya yang menyebabkan kerusakan dan penurunan kualitas material
tersebut.
Korosi merupakan proses kimia (pada korosi kering) atau proses elektrokimia (pada
korosi basah). Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anoda,
dimana besi mengalami oksidasi.

Elektro yang dibebaskan di anoda mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai anoda, dimana oksigen tereduksi.

Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anoda dan bagian mana
yang bertindak sebagai katoda, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor atau perbedaan kerapatan muatan listrik dari logam itu. Penyebab utama
terjadinya korosi besi adalah adanya oksigen di udara dan air

Besi tidak akan berkarat di udara kering atau di air yang bebas dari oksigen. Jadi baik
oksigen maupun air merupakan senyawa yang penting dalam korosi. Proses korosi
ini juga dipercepat oleh adanya asam dan elektrolit, kontak dengan logam yang lebih
tidak reaktif seperti tembaga (Cu), dan karat itu sendiri. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti terbentuk atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi terjadinya proses korosi lebih lanjut, dibandingkan
dengan bila tidak ada lapisan oksida. Hasil reaksi korosi yang berbentuk oksida akan
menutupi permukaan logam, apabila lapisan oksida tersebut menghalangi kontak
logam lebih lanjut dengan lingkungannya, seperti oksida dari Al, Cr, Ni, dan Zn,
maka lapisan oksida akan menghambat proses korosi. Akan tetapi, apabila lapisan
oksida berpori-pori, seperti oksida logam alkali dan logam alkali tanah, atau mudah
mengelupas, seperti oksida Mo (MoO3) di atas logam Mo, maka korosi akan
berlanjut. Logam digunakan secara luas sebagai material untuk struktur, oleh karena
itu, lingkungan yang memicu korosi seperti peningkatan polusi udara dan air,
memerlukan cara untuk melindungi material struktur tersebut. Untuk itu, diperlukan
pemahaman yang baik tentang mekanisme dari proses korosi. Korosi adalah masalah
ekonomi yang serius, sekitar 15% dari produksi besi tahunan digunakan untuk
mengganti besi yang tidak dapat digunakan lagi karena korosi. Korosi dapat
menyerang hanya bagian luar saja dan benda logam masih dapat berfungsi, akan
tetapi karat yang ada akan merusak pemandangan. Selain itu, korosi juga dapat
menyerang bagian dalam dan merusak seluruh struktur, hal ini sangat berbahaya,
untuk itu diperlukan lapisan pelindung. Dilihat dari jenis lingkungannya, korosi dapat
terjadi pada lingkungan kering, basah, atmosfer, dan tanah.

Hal ini dapat menjadi berbahaya dan merugikan jika terjadi pada peralatan-peralatan
industri. Karena itu, manajemen pengendalian korosi sangatlah penting.

Konsep dari korosi, tidak jauh dari proses elektrokimia yang dijabarkan sebagai
berikut :
• Anodik yaitu elektrode negatif, area yang mengalami reaksi oksidasi sehingga ion
logam mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
• Katodik yaitu elektrode positif, area yang mengalami reaksi reduksi, yakni gas
oksigen di udara yang mengalami reaksi tersebut.
• Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom yang
bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa ataupun senyawa kimia
lainnya.
• Penghantar merupakan media penghubung antara anodik – katodik serta elektrolit.
Jika tidak penghantar maka korosi tidak akan terjadi.

Reaksinya sangat mudah terjadi bila semua elemennya terpenuhi. Karena itu, dampak
korosi yang dibiarkan terlalu lama, menjadi tidak mudah diprediksi. Dampak yang
ditimbulkan korosi bisa berupa kerugian secara langsung dan tidak langsung.

Dampak kerugian langsung yang dialami misalnya berupa kerusakan karena korosi
pada peralatan, permesinan atau struktur fasilitas produksi migas, petrochemical,
infrastruktur, fasilitas umum. Contohnya, kebocoran pada jaringan perpipaan atau
tangki menyebabkan kerugian minyak mentah ataupun bahan bakar.

Sedangkan, kerugiaan secara tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan kerja
yang menimbulkan korban jiwa dan kebocoran karena korosi bisa menyebabkan
kebakaran, dampak lebih fatal adalah proses produksi berhenti yang berakibat
kerugian ekonomi yang lebih besar.
B. Pengertian Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia namun
juga reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan-bahan bersangkutan terjadi perpindahan
elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang bermuatan negatif, maka
pengangkutannya menimbulkan arus listrik.

Dalam banyak hal korosi menyebabkan penurunan daya guna suatu komponen atau
peralatan yang dibuat dari logam seperti peralatan pabrik, peralatan kimia, pembuatan
jembatan dan sebagainya. Peristiwa korosi tidak akan terjadi dengan sendirinya
melainkan ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan timbulnya peristiwa korosi.
Faktor tersebut dapat menimbulkan terjadinya peristiwa korosi apabila komponen-
komponen tersebut terjadi hubungan satu sama lain yang menimbulkan terjadinya
aliran elektron. Korosi juga dapat mengakibatkan suatu material mengalami suatu
reaksi oksidasi yang jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan material
terdegradasi. Degradasi tersebut menyebabkan logam menipis, berlubang, terjadi
perambatan reaktan, sifat mekanik berubah sehingga terjadi kegagalan tiba – tiba
pada struktur, sifat fisik dan penampilan logam berubah (Fachri, 2011).

Korosi diartikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi elektriokimia dengan
lingkungannya. Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani yang mempunyai
“hubungan pendek” dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai
katoda dan lainnya sebagai anoda, dan “rangkaian listrik” dilengkapi oleh rangkaian
elektron menuju besi itu sendiri seperti di ilustrasikan pada Gambar berikut:
Pembentukkan karat (Haryono, 2010)

Prinsip Dasar Pengendalian Korosi Korosi telah didefinisikan sebagai penurunan


mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Pada kebanyakan situasi
praktis serangan ini tidak dapat dicegah, kita hanya dapat berupaya
mengendalikannya sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Adapun pengendalian korosi bisa dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya yang paling penting adalah:
a. Modifikasi rancangan
b. Modifikasi lingkungan
c. Pemberian lapisan pelindung
d. Pemilihan bahan
e. Proteksi katodik dan anodik

C. Macam-macam Pengendalian Korosi


a) Pengendalian Korosi melalui Perancangan
Komponen-komponen akan menghadapi berbagai macam lingkungan baik selama
tahapan-tahapan pembuatan, pemindahan dan penyimpanan, maupun ketika kelak
harus menjalankan tugas sehari-hari. Laju korosi atau perusakan lapisan pelindung
yang diberikan kepada logam akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan faktor
diantaranya kelembaban relatif, temperatur, pH, konsentrasi oksigen, bahan pengotor
padat atau terlarut, konsentrasi, dan kecepatan elektrolit. Variasi-variasi kondisi
lingkungan ini sedapat mungkin harus sudah diidentifikasi sejak tahapan
perancangan (Trethewey, 1991).

Pengendalian Korosi Melalui Pengubahan Lingkungan


Menurut Haryono, (2010), terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses korosi antara lain, yaitu:
1. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini
terjadi karena semakin tingginya energi kinetik dari partikel-partikel yang bereaksi
sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju korosi juga
akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.
2. Kecepatan alir fluida atau kecepatan pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah
besar. Hal ini karena kontak antara zat perekasi dan logam akan makin banyak yang
lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan (korosi).
3. Konsentrasi bahan korosif.
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan
yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada di
dalam media larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda.
Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada katodanya
karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan
logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih besar. Di dalam air
(lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi cepat terjadi.
5. Waktu kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih
besar. Dengan adanya penambahan inhibitor ke dalam larutan, maka akan
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk
melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu. Hal itu
dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang
oleh larutan. Baik proses korosi di udara maupun proses korosi basah dapat
dikendalikan menggunakan bahan kimia khusus yang disebut inhibitor. Apabila
bahan ini ditambahkan ke dalam lingkungan, laju serangan korosi akan berkurang
(Trethewey, 1991).

Korosi dapat dikurangi dengan berbagai macam cara, dan cara yang paling mudah
dan paling murah adalah dengan menambahkan inhibitor ke dalam media. Inhibitor
berasal dari kata inhibisi: menghambat, jadi inhibitor ditambahkan untuk
menghambat reaksi antarmuka antara material dengan lingkungan. Inhibitor terdiri
dari dua jenis yaitu inhibitor organik dan anorganik. Inhibitor dapat dianggap sebagai
katalisator yang memperlambat (retarding catalyst) (Haryono, 2010).

Rani, (2012) menyebutkan bahwa inhibitor akan mereduksi kecepatan


korosi dengan cara:
1. Adsorpsi ion/molekul inhibitor ke permukaan logam.
2. Meningkatkan atau menurunkan reaksi anoda dan atau katoda.
3. Menurunkan kecepatan difusi reaktan ke permukaan logam.
4. Menurunkan hambatan listrik dari permukaan logam.
5. Inhibitor mudah membentuk lapisan in situ pada permukaan logam.

Inhibitor organik umumnya bersifat heteroatom. Atom O, N, dan S ditemukan dalam


kepadatan tinggi dan atom-atom tersebut bertindak sebagai inhibitor korosi. Atom O,
N, dan S merupakan pusat aktif untuk proses adsorpsi pada permukaan logam.
Efisiensi inhibisi dari logam ini adalah O < N < S < P. Penggunaan senyawa organik
yang mengandung oksigen, sulfur, dan khususnya nitrogen sangat baik untuk
mereduksi serangan korosi pada baja. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja
inhibitor adalah panjang rantai, berat molekul, ikatan (aromatis atau konjugasi),
kemungkinan ikat silang, serta kelarutannya dalam lingkungan yang digunakan.
Inhibitor bahan alam (green inhibitor) bersifat biodegradable (mudah terurai) dan
tidak mengandung logam berat atau senyawa racun lainnya. Beberapa penelitian telah
melaporkan keberhasilan penggunaan senyawa bahan alam untuk menghambat
korosi dari logam dalam lingkungan asam dan basa. Green inhibitor yang cocok
untuk baja karbon adalah inhibitor yang mengandung asam amino alami seperti
alanin, glisin dan leusin (Rani, 2012).

Inhibitor organik bekerja dengan membentuk senyawa kompleks yang mengendap


pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung yang bersifat hidrofobik yang dapat
menghambat reaksi logam dengan lingkungannya. Reaksi yang terjadi dapat berupa
reaksi katodik, anodik, atau keduanya. Hal ini bergantung dari reaksi pada permukaan
logam dan potensial logam tersebut. Selain itu juga dapat berfungsi untuk menetralisir
konstituen korosif dan mengabsorbsi konstituen korosif tersebut. Penggunaan dengan
konsentrasi yang tepat dapat mengoptimalkan perlindungan pada seluruh logam.
Inhibitor organik akan teradsorbsi pada permukaan tergantung dari muatan inhibitor
dan muatan logam untuk membentuk ikatan dari senyawa kompleks tersebut sebagi
contoh kation inhibitor seperti amin atau anion inhibitor seperti sulfonat akan
teradsorbsi tergantung muatan logam tersebut apakah negatif atau positif. Efektifitas
dari inhibitor organik dipengaruhi oleh komposisi kimia, struktur molekul, dan gugus
fungsi, ukuran dan berat molekul, serta afinitas inhibitor terhadap logamnya.
Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja dari serangan korosi
diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh inhibitor organik. Reaksi
yang terjadi antara logam Fe2+ degan medium korosif yang mengandung ion-ion
klorida seperti NaCl, MgCl2, KCl akan bereaksi dengan Fe dan diperkirakan
menghasilkan FeCl2. Jika ion klorida yang bereaksi semakin besar, maka FeCl2 yang
terbentuk juga akan semakin besar, seperti tertulis dalam reaksi berikut:
NaCl →Na+ + Cl- (2.4)
MgCl2 → Mg2+ + 2Cl- (2.5)
KCl → K+ + Cl- (2.6)
Ion klorida pada reaksi diatas akan menyerang logam besi (Fe) sehingga besi akan
terkorosi menjadi:
2Cl- + Fe2+ → FeCl2 (2.7)
Dan reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa
kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen mendonorkan
sepasang elektronnya pada permukaan logam mild steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke
dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah:
Fe → Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) (2.8)
Fe2+ + 2e- → Fe (menerima elektron) (2.9)
Mekanisme inhibisi ekstrak bahan alam ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar Mekanisme Inhibisi Ekstrak Bahan Alam (Ilim, 2008)

Produk yang terbentuk diatas mempunyai kestabilan yang tinggi disbanding dengan
Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor ekstrak bahan alam akan
lebih tahan (terproteksi) terhadap korosi (Haryono, 2010).

Inhibitor akan membentuk lapisan pelindung in situ karena reaksi antara larutan
dengan permukaan logam. Proses penginhibisiannya disebabkan adanya adsorpsi
molekul pada permukaan logam. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam
membentuk lapisan pasif yang hidrofobik yang melindungi logam terhadap korosi
lebih lanjut. Adsorpsi inhibitor ke permukaan logam disebabkan oleh gaya tarik
elektrostatik antara muatan ion dengan muatan listrik antarmuka logam. Secara
keseluruhan, senyawa inhibitor adalah netral. Tetapi, gugus nitrogen pada senyawa
tersebut memiliki pasangan elektron bebas yang menyebabkan inhibitor cenderung
bermuatan negatif sehingga inhibitor akan tertarik ke permukaan logam dan
membentuk lapisan (Purwanto, 2013).

Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya,


yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor
teradsorpsi.
1) Inhibitor anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang
banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen
(oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik
adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik
dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda,
yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa
silikat, molibdat, dan fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan
logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan
1,3,5,7–tetraaza–adamantane.

b) Pengendalian Korosi dengan Lapisan Pelindung


Salah satu cara pengendalian korosi dengan cara memberi lapisan perlindungan
(coating protection). Pelapisan biasanya dimaksudkan untuk memberikan suatu
lapisan padat dan merata sebagai bahan isolator atau penghambat aliran listrik
diseluruh permukaan logam yang dilindungi, fungsi dari lapisan tersebut adalah untuk
mencegah logam dari kontak langsung dengan elektrolit dan lingkungan sehingga
reaksi logam dan lingkungan terhambat (Fachri, 2011).

Lapisan penghalang yang dikenakan ke permukaan logam dimaksudkan baik untuk


memisahkan lingkungan dari logam, maupun untuk mengendalikan lingkungan
mikro pada permukaan logam. Banyak cara pelapisan yang digunakan untuk maksud
ini termasuk cat, selaput organik, vernis, lapisan logam, dan enamel. Sejauh ini yang
paling umum adalah cat (Trethewey, 1991).

c) Pengendalian Korosi dengan Pemilihan Bahan


Banyak faktor yang dapat membatasi pemakaian bahan pilihan kita. Di luar industri
minyak dan kimia, kebanyakan struktur besar dibuat dari baja lunak atau baja paduan
rendah, aluminium, atau beton dengan penguat baja, atas dasar pertimbangan murah,
mudah tersedia, dan kuatnya bahan-bahan tersebut. Pemilihan bahan-bahan tersebut
terutama didasarkan pada pola tegangan dalam struktur, teknik fabrikasi dan
penyambungan yang hendak digunakan, dan tersedianya tenaga kerja yang memiliki
keahlian untuk menangani konstruksinya. Sifat menghambat korosi yang sudah ada
dengan sendirinya pada suatu bahan, umumnya hampir tidak berperan dalam proses
pemilihan. Seorang perekayasa akan mencari lapisan penghalang atau cara lain unttuk
menghambat rusak atau hilangnya logam. Paduan-paduan canggih yang memiliki
sifat tahan korosi hanya akan digunakan dalam situasi-situasi khusus yang selalu
dihantui bencana, misalnya industri minyak serta kimia, atau bila keandalan
merupakan faktor pertimbangan yang luar biasa penting (Trethewey, 1991).

d) Proteksi Katodik dan Anodik


Proteksi katodik adalah suatu perlindungan permukaan logam dengan cara
melakukan arus searah yang memadai ke permukaan logam dan mengkonversikan
semua daerah anoda di permukaan logam menjadi daerah katodik. Sistem ini hanya
efektif untuk system-sistem yang terbenam dalam air atau di dalam tanah. Sedangkan
pada perlindungan secara anodik, tegangan sistem yang dilindungi dinaikkan
sehingga memasuki daerah anodiknya. Pada kondisi ini system terlindungi karena
terbentuknya lapisan pasif. Syarat yang harus dipenuhi agar sistem ini berjalan
dengan baik adalah bahwa karakteristik lingkungannya harus stabil. Pada jenis
lingkungan yang tidak stabil (berfluktuasi) penerapan system proteksi anodik tidak
dianjurkan (Fachri, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Fachri, A. 2011. Studi Pengaruh Konsentrasi Ubi Ungu Sebagai Green Inhibitor Pada
Material Baja Karbon Rendah Di Lingkungan Air Laut Pada Temperature 60oC.
Prosiding Skripsi. Depok : Universitas Indonesia.

Haryono, G. 2010. Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta: UPN “Veteran”.

Purwanto, S. 2013. Pengaruh Inhibitor Kafeina Pada Laju Korosi Dan Struktur Mikro Baja
Karbon KS01 Dan AISI 1045 Dalam Medium Air Laut. Jurnal. Bandung: Universitas
Pajajaran.

Rani, B.E. dan Bharathi Bai. 2012. Green Inhibitors For Corrosion Protection Of Metals
And Alloys: An Overview. Review Article. International Journal Of Corrosion. Hindawi
Publishing Corporation. Article ID 380217.

Trethewey, K.R. 1991. Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai