Anda di halaman 1dari 33

TUGAS 6

Standar akuntansi di sektor publik

Oleh:

KELOMPOK 1
1. Muhammad Alfin Yusra (19013010051)
2. Mochammad Nurcholis (19013010071)
3. Rizky Melan Jauhari (19013010073)
4. Rifki Agung Rachmadi (19013010077)
5. Lintang Aji Arroziqi (19013010087)
6. Arya Widi Lesmana (19013010134)
7. Dendrit Yahya Qadlizaka (19013010262)

KELAS B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul standar akuntansi di sektor
publik tepat waktu. Makalah standar akuntansi di sektor publik Indonesia disusun guna
memenuhi tugas dari Bu Invony Dwi Aprilisanda. S.E., M.Ak pada mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Standar Akuntansi di Sektor Publik.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Invony Dwi


Aprilisanda. S.E., M.Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik kami.
Penulis berharap, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, Maret 2021

Penulis
PENDAHULUAN
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang
terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Permerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi
Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP
dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu
kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan Standar Auntansi Pemerintahan dan Standar Akuntansi
Organisasi Non Profit
2. Menjelaskan gambaran umum Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Memahami perbedaan SAP PP no 24 Tahun 2005 dan PP no 71 Tahun 2010
4. Menjelaskan standar pemeriksaan keuangan negara

Manfaat
1. Bisa menjadi referensi untuk membuat penelitian lebih lanjut
2. Bisa menaambah wawasan dan memberi pengetahuan bagi masyarakat umum
3. Dapat memahami lebih dalam tentang standar akuntansi di organisasi sektor
publik
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Standar Akuntansi
Organisasi Non Profit
Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan


dalam tindak penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah. Laporan bisa berupa
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).

Standar tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan transparansi dan akuntabilitas


penyelenggaraan akuntansi pemerintahan sekaligus untuk memberikan peningkatan kualitas
dari LKPP dan LKPD. Secara umum, SAP berbentuk Pernyataan yang memiliki judul,
nomor, dan tanggal efektif berlaku standar tersebut. Selain itu, SAP memiliki Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang menjadi rangka penyusunan.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam
bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar
Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan.

SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Peraturan Pemerintah tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan selengkapnya adalah sebagai berikut:

• Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010


• Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2016
• Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2019
• Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2020
• Government Accounting Standards Republic of Indonesia (handbook 2019)
• Government Accounting Standards Republic of Indonesia (handbook 2020)

Prinsip Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Prinsip-prinsip dari Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana tertuang dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mengemukakan delapan prinsip yang digunakan
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi Basis akuntansi,
Prinsip nilai historis, Prinsip realisasi, Prinsip substansi mengungguli bentuk formal, Prinsip
periodisitas, Prinsip konsistensi, Prinsip pengungkapan lengkap, dan Prinsip penyajian wajar.

1. Basis Akuntansi

Pada prinsip Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), basis akuntansi digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah dalam bentuk basis laporan operasional, akrual, untuk
pengakuan pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan
perundang-undangan mewajibkan agar basis akuntansi disajikan bersama laporan
keuangan dengan basis kas.
Basis akrual untuk laporan operasional sebagai petunjuk bagi pendapatan yang diakui
ketika hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi meskipun kas belum
diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

2. Nilai Historis (Historical Cost)

Nilai historis dapat berupa aset yang dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara
dengan kas yang dibayar. Aset yang dicatat juga bisa sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Nilai historis
lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat
diverifikasi dengan mudah.

3. Realisasi (Realization)

Pendapatan basis kas tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
pada suatu periode akuntansi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Biasanya
digunakan untuk membayar utang dan melakukan belanja dalam periode tersebut.
Mengingat Laporan Realisasi Anggaran (LRA)adalah laporan yang wajib disusun,
maka pendapatan basis kas harus diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah
menambah maupun mengurangi kas.

4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)

Prinsip ini sebagai Informasi yang dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka dari itu, segala bentuk
harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan
hanya aspek formalitasnya saja. Jika substansi transaksi tidak konsisten/berbeda
dengan aspek formalitasnya, maka harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

5. Periodisitas (Periodicity)

Agar kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat
ditentukan, maka kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan harus
dibagi menjadi beberapa periode pelaporan. Periode utama yang digunakan adalah
tahunan, meskipun dikehendaki pula periode bulanan, triwulan, dan semester.

6. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi bisa berupa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian
yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan. Keadaan tersebut
bukan berarti tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode
akuntansi yang lain, namun metode akuntansi yang dipakai dapat diganti dengan
syarat. Adapun syarat tersebut adalah metode yang baru diterapkan harus mampu
memberikan informasi yang lebih baik daripada metode lama. Pengaruh atas
perubahan penerapan metode tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)


Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap segala informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Selain itu pengungkapan informasi harus dapat
ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau Catatan atas Laporan
Keuangan.

8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat sangat diperlukan bagi
penyusun laporan keuangan dan manajemen keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian pada peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian tersebut diakui
dengan mengungkapkan hakikat dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat tersebut dapat mengandung unsur
kehati-hatian sehingga dalam laporan keuangan aset tidak dinyatakan terlalu tinggi
dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.

Standar Akuntansi Organisasi Non Profit (Nirlaba)

Organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. Perbedaannya terletak
pada cara organisasi tersebut memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi nirlaba biasanya dapat memperoleh sumber
daya dari para anggotanya sendiri atau dari orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apapun
dari organisasi. Oleh karena itu, dalam organisasi bisa timbul transaksi tertentu yang tidak
pernah terjadi dalam organisasi bisnis seperti pada umumnya.

Ciri-Ciri Organisasi Nirlaba


a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.
b. Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan mengambil laba, dan jika suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau
pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Standar Akuntansi Nirlaba

a. Klasifikasi Aktiva Bersih

Nilai aktiva bersih adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan bersih reksa dana
setiap harinya. Aktiva bersih dikelompokan dalam tiga kategori yang masing-masingnya
tergantung pada ada atau tidak adanya pembatasan. Aktiva bersih dalam akuntansi
nirlaba meliputi aktiva bersih terikat permanen, aktiva bersih terkait temporer, dan aktiva
bersih tidak terikat.

b. Kontribusi
Kontibusi adalah transfer kas atau aktiva lain tanpa syarat kepada organisasi atas suatu
penyelesaian atau suatu pembatalan utang-utangnya tidak secara timbal balik oleh
organisasi lain yang tidak bertindak sebagai pemilik. Transfer meliputi kas atau aktiva
lain seperti bangunan, surat-surat berharga, penggunaan fasilitas, jasa, dan pemberian
janji tanpa syarat. Suatu hibah atau wakaf kas atau aktiva lain dengan syarat yang
dikembalikan kepada donator jika syarat tidak terpenuhi harus diperlakukan sebagai uang
muka yang dapat dikembalikan (kewajiban).

c. Sumbangan yang Terikat & Tidak Terikat


Sumbangan yang terikat dan tidak terikat dihitung pada nilai wajarnya dan diakui sebagai
pendapatan atau keuntungan pada periode diterimanya, atau beban, dan aktiva dalam 3
kelompok aktiva bersih seperti sumbangan yang meningkatkan aktiva bersih tidak
terikat, sumbangan yang meningkatkan aktiva bersih,dan sumbangan yang meningkatkan
aktiva bersih terikat permanen. Sumbangan yang diberikan diakui sebagai beban dalam
satu periode dan diukur pada nilai wajarnya.

Gambaran Umum Standar Akuntansi Pemerintahan


Kebijakan Akuntansi, adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi- konvensi,aturan-aturan,
dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.

Kebijakan akuntansi pemerintah daerah berisi unsur-unsur pokok dari Standar Akuntansi
Pemerintahan yang dijabarkan dalam pemilihan suatu metode akuntansi, baik dalam
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi merupakan
pedoman operasional akuntansi bagi fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di
SKPD.

Kebijakan akuntansi juga harus dipedomani oleh fungsi-fungsi di Pemda, antara lain fungsi
perencanaan, fungsi penyusun APBD, dan fungsi pelaksanaan APBD. Dengan demikian akan
terjadi keselarasan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan
daerah.

Memperhatikan sifatnya yang strategis, penyusunan kebijakan akuntansi harus mendapatkan


perhatian yang khusus. Dalam pembahasannya, perlu dijelaskan setiap dampak dari metode
yang dipilih, baik pada proses penganggaran, penatausahaan maupun pelaporan. Dengan
demikian, kebijakan akuntansi yang dihasilkan menjadi operasional serta dapat
dimplementasikan.

Dasar Hukum Basis Akrual

Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk meningkatkan kualitas
pertanggungjawaban kinerja pemerintah. Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya
yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya
penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk pemerintah
daerah, dari yang sebelumnya menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash
toward accrual). Perubahan basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya
sudah disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu pada pasal 1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

1. Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai


penambah nilai kekayaan bersih.
2. Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.

Dari penjelasan tersebut diatas dijelaskan bahwa pendapatan dan belanja sebenarnya sudah
berbasis akrual yang akan mempengaruhi kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari
tahun 2003, pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk berbasis
akrual.

Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang dijelaskan pada pasal 36
ayat (1) di Undang-Undang yang sama bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam
5 (lima) tahun.

Pada pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan mulai kapan
pelaksanaan akrual dimulai yaitu, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran
2008.

Konsepsi dan Manfaat Basis Akrual

SAP Akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dikembangkan dari
SAP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan mengacu
pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan
peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. Beberapa negara sebenarnya kesulitan
menerapkan akuntansi berbasis akrual. Namun Indonesia tetap menerapkan akuntansi
berbasis akrual ini dengan beberapa pertimbangan yaitu:

1. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja
dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBD.
2. SAP sebelumnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi
berbasis akrual. Neraca yang disusun sebenarnya sudah berbasis akrual, walaupun
Laporan Realisasi Anggaran masih berbasis kas.
3. Para pengguna yang sudah terbiasa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
dapat melihat kesinambungannya. Artinya, sebenarnya pengguna tinggal selangkah lagi
untuk melaksanakan basis akrual secara penuh.

Dalam Study Nomor 14 yang diterbitkan oleh International Public Sector Accounting
Standards Board (2011), mengatakan bahwa informasi yang disajikan pada akuntansi
berbasis akrual dalam pelaporan keuangan memungkinkan pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam rangka:
1. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber
daya tersebut.
2. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.

Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study Nomor 14 tersebut dinyatakan bahwa
pelaporan dengan basis akrual akan dapat:

1. menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya dan memenuhi


kebutuhan dananya;
2. memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini
untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan
komitmen-komitmennya;
3. menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya;
4. memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan
sumber daya yang dikelolanya;
5. bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas
penggunaan sumber daya.

Komponen Laporan Keuangan

Pada dasarnya semua pernyataan standar akuntansi pemerintah merupakan standar untuk
menyusun komponen-komponen laporan keuangan pemerintah, dimana komponen-
komponen tersebut dijelaskan pada paragraf 28 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran;


b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Arus Kas;
e. Laporan Operasional;
f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan.

Berikut adalah tabel perbandingan komponen laporan keuangan pada basis cash towards
accrual (CTA) yang diatur kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
dengan basis accrual yang diatur oleh kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010:

PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL


Paragraf 25 Kerangka Konseptual: Paragraf 28 Kerangka Konseptual:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Neraca b. Laporan Perubahan SAL (LP SAL)
c. Laporan Arus Kas (LAK) c. Neraca
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) d. Laporan Operasional (LO)
e. Laporan Arus Kas (LAK)
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
g. Catatan atas Laporan Keuangan

Perbedaan SAP PP no 24 Tahun 2005 dan PP no 71 Tahun 2010


1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Penyusutan Aset Tetap Penyusutan Aset Tetap

Tidak diuraikan dalam kerangka Aset yang digunakan pemerintah, kecuali


konseptual beberapa aset tertentu seperti tanah,
mempunyai masa manfaat dan kapasitas
yang terbatas. Seiring dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset
(Par 16)

Entitas Pelaporan Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Belum ada uraian mengenai Entitas Terdapat uraian mengenai Entitas


Akuntansi Akuntansi disamping Entitas Pelaporan
(Par 21)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Entitas Pelaporan Entitas Pelaporan

Entitas Pelaporan meliputi: Selain sebagaimana disebutkan pada


a) Pemerintah Pusat; CTA, ditegaskan pula bahwa entitas
b) Pemerintah Daerah; dan pelaporan termasuk kementerian negara
c) satuan organisasi di lingkungan atau lembaga di lingkungan pemerintah
Pemerintah Pusat/Daerah atau pusat (Par 22)
organisasi lainnya yang diwajibkan
menyajikan LK menurut peraturan
Per-UU-an (Par 19)

Entitas Pelaporan Peranan Laporan Keuangan

Pelaporan diperlukan untuk kepentingan: Pelaporan diperlukan untuk kepentingan:


- Akuntabilitas; - Akuntabilitas;
- Manajemen; - Manajemen;
- Transparansi; dan - Transparansi; dan
- Keseimbangan antar generasi (Par 22) - Keseimbangan antar generasi
- Evaluasi Kinerja (Par 25)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pokok Keuangan Pokok


- LRA - LRA
- Neraca - Laporan Perubahan SAL
- LAK - Neraca
- CaLK (Par 25) - Laporan Operasional (LO)
- LAK
Laporan yang Bersifat optional - Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
- Laporan Kinerja Keuangan (LKK) - CaLK (Par 28)
- Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
(par 26)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Basis Akuntansi Basis Akuntansi

Basis kas untuk pengakuan pendapatan, Basis akrual untuk pengakuan


belanja dan pembiayaan dalam LRA. pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban,
dan ekuitas (Par 42)
Basis akrual untuk pengakuan aset, Dalam hal anggaran disusun dan
kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca dilaksanakan berdasar basis kas, maka
(Par 39) LRA disusun berdasarkan basis kas.
Bilamana anggaran disusun dan
dilaksanakan berdasarkan basis akrual,
maka LRA disusun berdasarkan basis
akrual. (Par 44)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Unsur Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan

a. LRA Laporan Pelaksanaan Anggaran


- Pendapatan a. LRA
- Belanja - Pendapatan-LRA
- Transfer - Belanja
- Pembiayaan - Transfer
b. Neraca - Pembiayaan
- Aset b. Laporan Perubahan SAL
- Kewajiban
- Ekuitas Dana (Ekuitas dana Laporan Finansial
lancar, investasi dan dana a. Neraca
cadangan) - Aset
(Par 57-77) - Kewajiban
- Ekuitas
(Par 60-83)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Unsur Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan

a. LRA Laporan Pelaksanaan Anggaran


- Pendapatan a. LRA
- Belanja - Pendapatan-LRA
- Transfer - Belanja
- Pembiayaan - Transfer
b. Neraca - Pembiayaan
- Aset b. Laporan Perubahan SAL
- Kewajiban
- Ekuitas Dana (Ekuitas dana Laporan Finansial
lancar, investasi dan dana a. Neraca
cadangan) - Aset
(Par 57-77) - Kewajiban
- Ekuitas
(Par 60-83)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Unsur Laporan Keuangan (lanjutan) Unsur Laporan Keuangan (lanjutan)

c. Laporan Kinerja Keuangan b. Laporan Operasional (LO)


Laporan realisasi pendapatan (basis - Pendapatan-LO
akrual) & belanja (basis akrual) – bersifat - Beban
OPTIONAL - Transfer
- Pos Luar Biasa
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Kenaikan dan penurunan ekuitas tahun c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
pelaporan dibandingkan tahun Kenaikan dan penurunan ekuitas tahun
sebelumnya - bersifat OPTIONAL pelaporan dibandingkan tahun
sebelumnya
e. Laporan Arus Kas
- Penerimaan Kas d. Laporan Arus Kas
- Pengeluaran Kas - Penerimaan Kas
- Pengeluaran Kas
f. CaLK
e. CalK
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan Pendapatan (Par 88) Pengakuan Pendapatan (Par 95)


Pendapatan menurut basis akrual diakui Pendapatan-LO diakui pada saat
pada saat timbulnya hak atas timbulnya hak atas pendapatan tersebut
pendapatan tersebut atau ada aliran atau ada aliran masuk sumber daya
masuk sumber daya ekonomi. ekonomi.

Pendapatan menurut basis kas diakui Pendapatan-LRA diakui pada saat kas
pada saat kas diterima di Rekening Kas diterima di Rekening Kas Umum
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan. pelaporan

Pengakuan Belanja (Par 89) Pengakuan Belanja dan Beban (Par96-


Belanja menurut basis akrual diakui pada
97)
saat timbulnya kewajiban atau pada saatBeban diakui pada saat timbulnya
diperoleh manfaat. kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi
Belanja menurut basis kas diakui pada atau potensi jasa.
saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah Belanja diakui berdasarkan terjadinya
atau entitas pelaporan pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Menggunakan nilai perolehan Historis. Menggunakan nilai perolehan Historis.

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas Aset dicatat sebesar pengeluaran/


dan setara kas atau sebesar nilai wajar penggunaan sumber daya ekonomi atau
dari imbalan yang diberikan untuk sebesar nilai wajar dari imbalan yang
memperoleh aset tersebut diberikan untuk memperoleh aset
tersebut

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar
(Par 90) sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban
yang bersangkutan.
(Par 98)

2. PSAP 01 – PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Basis Akuntansi Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam Basis akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah yaitu laporan keuangan pemerintah yaitu
basis kas untuk pengakuan pos-pos basis akrual (Par 5)
pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dan basis akrual untuk pengakuan pos-
pos aset, kewajiban, dan ekuitas
dana.(Par 5)

Penggunaan sepenuhnya basis akrual


bersifat optional (Par 6)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Definisi Definisi
Pendapatan: Pendatapan-LRA:
semua penerimaan Rekening Kas Umum semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas Negara/Daerah yang menambah Saldo
dana lancar dalam periode tahun Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah. dibayar kembali oleh pemerintah.

(Par 8) Pendapatan-LO:
hak pemerintah pusat/daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam
periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.

(Par 8)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Definisi (lanjutan) Definisi (lanjutan)
Belanja: Belanja:
semua pengeluaran dari Rekening Kas semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang mengurangi Umum Negara/Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun Saldo Anggaran Lebih dalam periode
anggaran bersangkutan yang tidak akan tahun anggaran bersangkutan yang tidak
diperoleh pembayarannya kembali oleh akan diperoleh pembayarannya kembali
pemerintah. oleh pemerintah.

(Par 8) Beban:
penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.

(Par 8)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL

Definisi (lanjutan) Definisi (lanjutan)


Surplus/Defisit: Surplus/Defisit-LRA:
selisih lebih/kurang antara pendapatan selisih lebih/kurang antara pendapatan-
dan belanja selama satu periode LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan. pelaporan.

Surplus/Defisit-LO:
selisih antara pendapatan-LO dan beban
selama satu periode pelaporan, setelah
diperhitungkan surplus/ defisit dari
kegiatan non operasional dan pos luar
biasa.

Penyusutan: Penyusutan:
penyesuaian nilai sehubungan dengan alokasi yang sistematis atas nilai suatu
penurunan kapasitas dan manfaat dari aset tetap yang dapat disusutkan
suatu aset (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.
(Par 8) (Par 8)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Definisi (lanjutan) Definisi (lanjutan)
--- Pos luar biasa:
pendapatan luar biasa/ beban luar biasa
yg terjadi karena kejadian atau transaksi
yg bukan merupakan operasi biasa, tidak
diharapkan sering atau rutin terjadi, dan
berada di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan.

--- Saldo Anggaran Lebih:


gunggungan saldo yang berasal dari
akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun
anggaran sebelumnya dan tahun berjalan
serta penyesuaian lain yang
diperkenankan
(Par 8)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Informasi Laporan Keuangan Informasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyediakan Laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan informasi mengenai entitas pelaporan
dalam hal: dalam hal:
- Aset; - Aset;
- Kewajiban; - Kewajiban;
- Ekuitas dana; - Ekuitas;
- Pendapatan; - Pendapatan-LRA;
- Belanja; - Belanja;
- Transfer; - Transfer;
- Pembiayaan; dan - Pembiayaan;
- Arus kas. - Saldo anggaran lebih
- Pendapatan-LO; Beban; dan
(Par 11) - Arus kas.
(Par 11)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pokok Laporan Keuangan Pokok
- LRA Laporan Pelaksanaan Anggran
- Neraca - LRA
- LAK - Laporan Perubahan SAL
- CaLK (Par 14) Laporan Finansial
- Neraca
Laporan yang Bersifat optional - Laporan Operasional (LO)
- Laporan Kinerja Keuangan (LKK) - LAK
- Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) - Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
(par 20) CaLK
(Par 14)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan
(lanjutan) (lanjutan)
Setiap entitas pelaporan menyajikan Setiap entitas pelaporan menyajikan
komponen-komponen laporan keuangan komponen-komponen laporan keuangan
tersebut kecuali: tersebut kecuali :
LAK yang hanya disajikan oleh unit yang - LAK yang hanya disajikan oleh
mempunyai fungsi perbendaharaan entitas yang mempunyai fungsi
(Par 15) perbendaharaan umum;
- Laporan Perubahan SAL yang
hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan
yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
(Par 15)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan
(lanjutan) (lanjutan)
--- Entitas pelaporan pemerintah pusat juga
menyajikan Saldo Anggaran Lebih
pemerintah yang mencakup Saldo
Anggaran Lebih tahun sebelumnya,
penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, dan
penyesuaian lain yang diperkenankan
(Par 18)

Entitas pelaporan menyajikan kekayaan


bersih pemerintah yang mencakup
ekuitas awal, surplus/defisit periode
bersangkutan, dan dampak kumulatif
akibat perubahan kebijakan dan
kesalahan mendasar (Par 22)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Diperlukan dalam rangka memenuhi Tetap diperlukan untuk memenuhi
kewajiban pemerintah yang diatur dalam kewajiban pemerintah yang diatur dalam
peraturan perundangan (statutory) peraturan perundangan (statutory)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
LAPORAN PERUBAHAN SAL LAPORAN PERUBAHAN SAL
Tidak ada laporan tersendiri Laporan Perubahan SAL menyajikan
secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.

(Par 41)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
NERACA NERACA
Ekuitas Dana terbagi; Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
- Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset pemerintah yang merupakan selisih antara
lancar dan kewajiban jangka pendek, aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal
termasuk sisa lebih pembiayaan laporan.
anggaran/saldo anggaran lebih Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo
- Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan akhir ekuitas pada Laporan Perubahan
kekayaan pemerintah yang tertanam Ekuitas
dalam investasi jangka panjang, aset (Par 84-85)
tetap, dan aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang
- Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan
kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

(Par 78-81)
PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
LAPORAN ARUS KAS LAPORAN ARUS KAS
- Disajikan oleh unit yang mempunyai - Disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan (Par 15) fungsi perbendaharaan umum (Par
15)

- Arus masuk dan keluar kas - Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset non operasi, investasi, pendanaan, dan
keuangan, pembiayaan, dan non transitoris (Par 90)
anggaran (Par 86)

PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010


KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
LAPORAN KINERJA KEUANGAN LAPORAN OPERASIONAL
- Bersifat optional - Merupakan Laporan Keuangan
- Disusun oleh entitas pelaporan yang Pokok
menyajikan laporan berbasis akrual - Menyajikan pos-pos sebagai berikut:
- Sekurang-kurangnya menyajikan a) Pendapatan-LO dari kegiatan
pos-pos : operasional;
a) Pendapatan dari kegiatan b) Beban dari kegiatan operasional ;
operasional; c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non
b) Beban berdasarkan klasifikasi Operasional, bila ada;
fungsional dan klasifikasi ekonomi; d) Pos luar biasa, bila ada;
c) Surplus atau defisit. e) Surplus/defisit-LO.

(Par 20 & 86) (Par 14 & 92)


PP 24 TAHUN 2005 PP 71 TAHUN 2010
KAS MENUJU AKRUAL AKRUAL
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
- Bersifat optional - Merupakan Laporan Keuangan
- Sekurang-kurangnya menyajikan Pokok
pos-pos: - Sekurang-kurangnya menyajikan
a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan pos-pos:
Anggaran; a) Ekuitas awal;
b) Setiap pos pendapatan dan b) Surplus/defisit-LO pada periode
belanja beserta totalnya seperti bersangkutan;
diisyaratkan dalam standar-standa c) Koreksi-koreksi yang langsung
lainnya, yang diakui secara menambah/mengurangi ekuitas,
langsung dalam ekuitas; misalnya: koreksi kesalahan
c) Efek kumulatif atas perubahan mendasar dari persediaan yang
kebijakan akuntansi dan koreksi terjadi pada periode-periode
kesalahan yang mendasar diatur sebelumnya dan perubahan nilai
dalam suatu standar terpisah aset tetap karena revaluasi aset
tetap.
(Par 20 & 95) d) Ekuitas akhir

(Par 14 & 92)


PSAK No.45 Akuntansi Organisasi Nirlaba
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau
pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen
entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting
Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah
pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.
Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau
Dewan Standar Akuntansi KeuanganIkatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena
karakteristik entitasnya berbeda. Entitas nirlaba tidak mempunyai pemegang saham atau
semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan secara khusus
untuk entitas pemerintah mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan
pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.
Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan
yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba
(moneter).Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan
klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan,
organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institute riset, museum, dan
beberapa para petugas pemerintah.
Ciri-ciri Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Sumber daya entitas. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan
jumlahsumber daya yang diberikan.
b) Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan menumpuk laba. Menghasilkan barang/jasa
tanpa bertujuan menumpuk laba, kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka
jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para atau pemilik entitas tersebut.
c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Tidak ada kepemilikan
seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi
nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut
tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada suatu likuidasi atau
pembubaran entitas. (Hasana, 2011)
Tujuan Laporan Keuangan
Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT), seperti yang dikutip dan
diterjemahkan oleh Harahap (2007:126) merumuskan empat tujuan laporan keuangan :
a) Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk
mencapai tujuan.
b) Mengarahkan dan mengontrol secara efektif Sumber Daya Manusia dan faktor
produksi lainnya.
c) Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaa.
d) Membantu fungsi dan pengawasan social
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak lain
yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.Menurut Mardiasmo (2009:
167)Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk
melanjutkan memberi pelayanan tersebut. ISSN 2303-1174 Chenly Ribka S.
Pontoh, Penerapan Laporan Keuangan…. 132 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni
2013, Hal. 129-139.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja
manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan
serta aspek kinerja lainnya.
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, data
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tersebut.
e. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumber
kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil
pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi
yang berguna untuk menilai kinerja.
f. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.
g. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Organisasi Nirlaba Akuntansi organisasi nirlaba meliputi bentuk laporan keuangan dan nama-
nama rekening berdasarkan pola PSAK No.45. Unsur-unsur laporan keuangan berdasarkan
PSAK No.45.
a) Laporan posisi keuangan Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari neraca
pada laporan keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan informasi
mengenai besarnya aset atau harta lembaga dan sumber perolehan aset tadi (bisa dari
hutang atau dari aktiva bersih) pada satu titik tertentu.
b) Laporan aktivitas Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan
dan biaya lembaga selama satu periode anggaran. Pendapatan digolongkan berdasarkan
restriksi atau ikatan yang ada. Sedangkan beban atau biaya disajikan dalam laporan
aktivitas berdasarkan kriteria fungsional, dengan demikian beban biaya akan terdiri dari
biaya kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
c) Laporan arus kas Laporan arus kas menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk
suatu periode. Periode yang dimaksud adalah periode sama dengan yang digunakan
oleh laporan aktivitas. Penyajian arus kas masuk dan keluar harus digolongkan ke
dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut.
1. Aktivitas Operasi Dalam kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan
arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga.
Contoh yang mempengaruhi arus kas operasi adalah sebagai berikut.
a. Surplus atau defisit lembaga (datanya diambil dari laporan aktivitas).
b. Depresiasi atau penyusutan (karena depresiasi dianggap sebagai biaya,
namun tidak terjadi uang kas keluar) setiap tahun.
c. Perubahan pada account piutang lembaga.
d. Account (perkiraan buku besar) lain seperti: persediaan, biaya dibayar
di muka dan lain-lain.
2. Aktivitas Investasi Termasuk dalam perkiraan ini adalah semua penerimaan dan
pengeluaran uang kas yang terkait dengan investasi lembaga. Investasi dapat
berupa pembelian/penjualan aktiva tetap, penempatan/pencairan dana deposito
atau investasi lain. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah :
a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjangl ain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta
asset tidak berwujud dan asset jangka panjang lain.
3. Aktivitas Pendanaan Termasuk dalam kelompok ini adalah perkiraan yang
terkait dengan transaksi berupa penciptaan atau pelunasan kewajiban hutang
lembaga dan kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.
Transaksi lain yang mengakibatkan perubahan arus kas masuk dan keluar dalam
kelompok ini adalah sebagai berikut. ISSN 2303-1174 Chenly Ribka S. Pontoh,
Penerapan Laporan Keuangan…. Jurnal EMBA 133 Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal.
129-139
a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk
jangka panjang.
b) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap atau peningkatan dana abadi.
c) Bunga, deviden yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
d) Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang
tidak terpisah dari laporan-laporan di atas. Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh
informasi keuangan yang dianggap perlu untuk diketahui pembacanya sudah
diungkapkan. Catatan atas laporan keuangan dapat berupa:
I. Perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap;
II. Kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan
serta tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode
pencatatan piutang yang tidak dapat ditagih serta presentase yang
digunakan untuk pencadangannya. (IAI, 2009 : 45)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Keuangan Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. Untuk mencapai tujuan bernegara, Keuangan Negara wajib dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, dibentuk satu BPK yang bebas dan mandiri. Pemeriksaan
BPK meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu (PDTT). BPK melaksanakan Pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan. Standar
pemeriksaan merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang meliputi:
1.standar umum,
2.standar pelaksanaan,
3.dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau Pemeriksa.

Wewenang BPK
Dalam pelaksanaan tugasnya BPK memiliki wewenang sebagai berikut:
1. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan;
2. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia (BI), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara;
3. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan
terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara;
4. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK;
5. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara;
6. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
7. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan
atas nama BPK;
8. membina jabatan fungsional pemeriksa;
9. memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan;
10. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah;
11. memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah
terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;
12. memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara,
pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
yang telah ditetapkan oleh BPK;
13. dan memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pemeriksaan Keuangan Negara

Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan


evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan demikian, pemeriksaan
keuangan negara memberikan keyakinan yang memadai.
Proses pemeriksaan meliputi:
1. perencanaan,
2. pelaksanaan,
3. pelaporan, dan
4. pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk mendorong tata kelola keuangan negara yang
baik melalui perolehan keyakinan bahwa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau prinsip-
prinsip tata kelola yang baik.

Jenis pemeriksaan keuangan negara

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan keuangan negara, yaitu:


1. Pemeriksaan keuangan
Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan
2. Pemeriksaan kinerja,
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah memberikan kesimpulan atas aspek ekonomi, efisiensi
dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki aspek tersebut.
PDTT bertujuan untuk memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
ditetapkan. PDTT dapat berbentuk pemeriksaan kepatuhan dan pemeriksaan investigatif.

Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara


Berikut ini unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara, yaitu:
1. Hubungan tiga pihak, yang terdiri atas:
2. pemeriksa keuangan negara,
3. pihak yang bertanggung jawab, dan
4. pengguna LHP;
5. Hal pokok (subject matter) dan informasi hal pokok (subject matter information);
6. Kriteria pemeriksaan;
7. Bukti pemeriksaan;
8. Laporan hasil pemeriksaan; dan
9. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan

Pihak dalam Pemeriksaan Keuangan Negara


Pemeriksaan keuangan negara melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu:
1. pemeriksa keuangan negara;
BPK adalah lembaga negara yang memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK dapat menugaskan Pemeriksa
BPK dan/atau tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan
atas nama BPK. Pemeriksa BPK adalah Pelaksana BPK yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
Tenaga ahli dan/atau pemeriksa di luar BPK dapat sebagai orang-perorangan maupun
lembaga dari luar BPK. Pemeriksaan keuangan negara juga dapat dilaksanakan oleh
akuntan publik. Pemeriksaan dilaksanakan dengan berdasarkan pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dan SPKN.

2. pihak yang bertanggung jawab;


Pihak yang bertanggung jawab adalah pihak yang diperiksa, yang bertanggung jawab atas
informasi hal pokok dan/atau bertanggung jawab mengelola hal pokok, dan/atau
bertanggung jawab menindaklanjuti hasil pemeriksaan antara lain Presiden, Menteri, dan
Kepala Daerah.

3. pengguna LHP, yaitu:


4. Lembaga perwakilan, yaktu DPR, DPD, dan DPRD
5. Pemerintah, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah
6. Pihak lain yang berkepentingan, yaitu masyarakat, instansi penegak hukum, dan lembaga
yang mempunyai kepentingan terhadap LHP
Prinsip-prinsip pemerikasaan keuangan negara
Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara adalah ketentuan yang harus dipahami dan
ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar pemeriksaan dan Pemeriksa dalam
melakukan Pemeriksaan, yang meliputi:
1. Kode etik;
2. Pengendalian mutu;
3. Manajemen dan keahlian tim Pemeriksa;
4. Risiko pemeriksaan;
5. Materialitas;
6. Dokumentasi pemeriksaan; dan
7. Komunikasi pemeriksaan.

Kriteria pemeriksaan

Kriteria pemeriksaan adalah tolok ukur yang digunakan dalam memeriksa dan menilai hal
pokok, dalam hal ini informasi yang diungkapkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk tolok ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan. Setiap
pemeriksaan menggunakan kriteria pemeriksaan yang sesuai dengan konteks pemeriksaannya.
Kriteria pemeriksaan yang digunakan bergantung pada sejumlah faktor, antara lain tujuan dan
jenis pemeriksaan. Kriteria pemeriksaan yang digunakan harus tersedia bagi pengguna LHP
sehingga pengguna memahami proses evaluasi dan pengukuran suatu hal pokok.
Kriteria pemeriksaan yang sesuai menggambarkan karakteristik sebagai berikut:
1. relevan, memberikan kontribusi kepada kesimpulan guna membantu pengambilan
keputusan oleh pengguna;
2. lengkap, faktor-faktor relevan yang dapat memengaruhi kesimpulan tidak ada yang
diabaikan;
3. andal, memungkinkan pengevaluasian dan pengukuran yang konsisten terhadap hal pokok
oleh pemeriksa lain yang mempunyai kualifikasi yang sama;
4. netral, memberikan kontribusi kepada kesimpulan yang bebas dari keberpihakan; dan
5. dapat dipahami, mudah dipahami oleh pengguna sehingga pembuatan kesimpulan menjadi
jelas, komprehensif, dan tidak rentan terhadap penafsiran yang berbeda-beda.
Kriteria pemeriksaan dapat bersumber dari ketentuan peraturan perundangundangan,
standar yang diterbitkan organisasi profesi tertentu, kontrak, kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh entitas yang diperiksa, atau kriteria yang dikomunikasikan oleh Pemeriksa
kepada pihak yang bertanggung jawab.

Pengembangan standar pemerikasaan

Pengembangan standar pemeriksaan meliputi:


1. prosedur penyusunan standar,
2. revisi standar, dan
3. interpretasi standar.
Pengembangan standar pemeriksaan mempertimbangkan perkembangan standar di
lingkungan profesi secara nasional maupun internasional. Proses pengembangan standar
pemeriksaan mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process)
agar dihasilkan standar pemeriksaan yang diterima secara umum. Langkah-langkah
tersebut antara lain:
1. konsultasi dengan pemerintah, organisasi profesi di bidang pemeriksaan, dan
2. mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional.

Penyusunan standar pemeriksaan


Penyusunan standar pemeriksaan dilakukan berdasarkan acuan kerangka konseptual ini.
Langkah-langkah penyusunan standar pemeriksaan meliputi:
1. pengidentifikasian topik atau masalah,
2. riset terbatas,
3. penulisan draft standar,
4. peluncuran exposure draft standar,
5. dengar pendapat exposure draft standar,
6. pembahasan tanggapan dan masukan atas exposure draft standar,
7. konsultasi draft standar dengan Pemerintah, dan
8. finalisasi serta penetapan standar.

Revisi standar pemeriksaan


Revisi standar pemeriksaan dapat berupa:
1. Revisi mayor adalah penambahan, pengurangan, atau perubahan menyeluruh suatu subbab
di dalam pernyataan standar pemeriksaan.
2. revisi minor adalah penambahan, pengurangan, atau perubahan istilah penting, kalimat
dan/atau paragraf dalam suatu subbab pernyataan standar pemeriksaan.
KESIMPULAN

Standar Akuntansi Pemerintahan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan


prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam tindak penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah. Prinsip-prinsip dari Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mengemukakan delapan prinsip
yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Basis Akuntansi Pada prinsip
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), basis akuntansi digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah dalam bentuk basis laporan operasional, akrual, untuk pengakuan pendapatan,
beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Periodisitas (Periodicity) Agar kinerja entitas dapat diukur
dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan, maka kegiatan akuntansi dan pelaporan
keuangan entitas pelaporan harus dibagi menjadi beberapa periode pelaporan.
Gambaran Umum Standar Akuntansi Pemerintahan Kebijakan Akuntansi, adalah
prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi- konvensi,aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik
yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah berisi
unsur-unsur pokok dari Standar Akuntansi Pemerintahan yang dijabarkan dalam pemilihan
suatu metode akuntansi, baik dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Perubahan
yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 adalah diwajibkannya penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh
pemerintah, termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan akuntansi
berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual).
Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi
yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang
bersifat mencari laba (moneter).Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma
publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institute
riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah. Sumber daya entitas berasal dari para
penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlahsumber daya yang diberikan.
Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk
mendorong tata kelola keuangan negara yang baik melalui perolehan keyakinan bahwa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan dan/atau prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Prinsip-prinsip
pemeriksaan keuangan negara adalah ketentuan yang harus dipahami dan ditaati oleh pembuat
standar dalam menyusun standar pemeriksaan dan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan.
Kriteria pemeriksaan adalah tolok ukur yang digunakan dalam memeriksa dan menilai hal
pokok, dalam hal ini informasi yang diungkapkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk tolok ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan.
Isu:
JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyampaikan laporan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) I-2020. Kepala Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan
Pengembangan (Kaditama Revbang) Pemeriksaan Keuangan Negara, B. Dwita Pradana
mengaku, menemukan 6.702 permasalahan terkait dengan aspek ketidakpatuhan.

Dari 6.702 permasalahan ketidakpatuhan itu, sebagiannya terdiri dari permasalahan yang tidak
berimplikasi nilai uang (penyimpangan administrasi) yakni sebanyak 2.651 permasalahan atau
sekitar 40%. Selanjutnya, yakni permasalahan yang memiliki implikasi nilai uang, yaitu
sebanyak 4.051 permasalahan atau sekitar 60% dengan total nilai mencapai Rp8,28 triliun.
….
Opini:

Menurut kelompok kami, perlu ditanyakan bagaimana pelaksanaan pemeriksaan keuangan


negara, apakah sesuai dengan standard atau tidak, tetapi jika pemeriksaan keuangan dilakukan
sesuai standard pasti kerugian tidak akan banyak atau tidak akan sebesar itu. Apakah proses
pemeriksaan dilakukan secara benar? Yaitu dilakukannya perencanaan, pelaksanaan, pelaporan
dan pemantauan tindak lanjut mengenai hasil pemeriksaan atau apakah pemeriksaan tidak
dilakukan sesuai kriteria pemeriksaan? Yaitu relevan, memberikan kontribusi kepada
kesimpulan guna membantu pengambilan keputusan oleh pengguna;lengkap, faktor-faktor
relevan yang dapat memengaruhi kesimpulan tidak ada yang diabaikan andal, memungkinkan
pengevaluasian dan pengukuran yang konsisten terhadap hal pokok oleh pemeriksa lain yang
mempunyai kualifikasi yang sama; netral, memberikan kontribusi kepada kesimpulan yang
bebas dari keberpihakan; dan dapat dipahami, mudah dipahami oleh pengguna sehingga
pembuatan kesimpulan menjadi jelas, komprehensif, dan tidak rentan terhadap penafsiran yang
berbeda-beda. Kriteria pemeriksaan dapat bersumber dari ketentuan peraturan
perundangundangan, standar yang diterbitkan organisasi profesi tertentu, kontrak, kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa, atau kriteria yang dikomunikasikan
oleh Pemeriksa kepada pihak yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.ksap.org/sap/standar-akuntansi-pemerintahan/
2. https://www.harmony.co.id/blog/standar-akuntansi-pemerintah-pengertian-dan-
prinsip-yang-diterapkan
3. https://www.jurnal.id/id/blog/2017-ciri-ciri-dan-standar-akuntansi-perusahaan-
nirlaba/
4. http://inspektorat.nunukankab.go.id/berita.php?tag=MjA=
5. https://www.academia.edu/16365387/02_Ikhtisar_Pokok2_Perbedaan_PP_24_dan_P
P_71
6. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1651/1317
7. https://jagoakuntansi.com/2018/01/17/standar-pemeriksaan-keuangan-negara/

Anda mungkin juga menyukai