Anda di halaman 1dari 4

1. Demam nifas, pembengkakan payudara, lecet putting payudara. DD dan manajemennya?

MASTITIS
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, teruatama pada primipara (baru pertama
kali melahirkan). Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi bisa juga melalui peredaran
darah. Etiologinya adalah infeksi Staphylococcus aureus (paling sering)
Gejala:
 Demam dengan suhu > 38,5°C
 Menggigil
 Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
 Payudara kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
 Peningkatan kadar natrium dalam ASI  membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa
asin
 Timbul garis-garis merah ke arah ketiak

Faktor risiko:

 Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.


 Puting lecet  menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
 Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang
malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
 Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak
termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI
tidak sempurna.
 Ibu atau bayi sakit.
 Frenulum pendek.
 Produksi ASI yang terlalu banyak.
 Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
 Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
 Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
 Penggunaan krim pada puting.
 Ibu stres atau kelelahan.
 Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Pencegahan:

a. Perawatan putting susu pada masa laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah
mastitis
b. Perawatan dengan cara membersihkan putting dengan minyak dan air hangat sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mongering
c. Bila ada retak atau luka pada putting, sebaiknya bayi jangan menyusu pada bagian payudara
yang sakit sampai luka sembuh. ASI dikeluarkan dengan pemijatan

Tata laksana:
Tata laksana suportif

Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui
dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai
menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara
bermasalah. Bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang, posisikan
bayi pada payudara dengan dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami
sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang
adekuat dan nutrisi seimbang. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu
mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk
mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang
membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih
nyaman.

Penggunaan obat-obatan.

1. Analgesik

Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan
adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Dosis 1,6 gram per hari (tidak terdeteksi pada
ASI)

2. Antibiotik

Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat,
antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin
atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Antibiotik diberikan paling minimal
selama 10 - 14 hari.

Pemantauan

Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat termasuk
antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin
diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau massa padat
yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non Hodgkin.
Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi alasan
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya massa
tumor, kista atau galaktokel.

Sumber:

Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan NIfas dan Menyusui, Nurul Azizah, 2019, hal 145-146

IDAI, 2013. Mastitis: Pencegahan dan Penanganan, diakses pada 03-04-2022


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan
6. Komplikasi penyulit pascasalin (missal uterus tidak kembali normal, endometritis, atonia
uteri, ankontinensia urin, feses)
Endometritis
Bakteri masuk ke endometrium melalui luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak pathogen, infeksi
hanya sebatas endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrotis dan akan mengeluarkan cairan berbau, yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan
cairan. Pada batas-batas antara daerah yang beradang dengan daerah yang sehat, terdapat
lapisan yang terdiri atas leukosit.
Tanda dan gejala:
a. Uterus membesar
b. Terasa nyeri saat uterus dipalpasi
c. Uterus lembek suhu meningkat
d. Nadi menurun

Atonia Uteri
Tatalaksana
 Berikan 10 unit oksitosin IM (intramuscular)
 Lakukan massase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi apakah
plasenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan satung tangan DTT/steril, usap vagina
dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang
tertinggal.
 Jika kandung kemih ibu dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang kateter
kedalam kandung kemih.
 Lakukan kompresi bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan dapat
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
 Anjurkan keluarga untuk memulai proses rujukan.
 Jika perdarahan dapat dikendalikan dan kontraksi mulai membaik maka :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
c) Pantau kala IV persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atonia uteri, dengan mengamati kontraksi dan perdarahan pervagina,
serta tekanan darah dan nadi.
 Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dengan baik dalam waktu 5
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka :
a) Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual interna
b) Keluarkan tangan dari dalam vagina dengan hati-hati
c) Jika tidak ada riwayat atau tanda ibu hipertensi maka berikan matergin 0,2mg IM.
d) Mulai pasang infus RL 500cc + 20 unit oksitosin yang kedua.
e) Jika uterus tetap atoni dan/atau perdarahan masih tetap berlangsung, ulangi kompresi
bimanual interna.
f) Jika uterus berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi dapat dilakukan. g)
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus RL dengan kecepatan 500cc/jam hingga
ibu mendapatkan total 1.5 liter dan turunkan kecepatan hingga 125cc/jam.
 Jika ibu menunjukan gejala dan tanda syok maka rujuk segera dan lakukan tindakan
berikut :
a) Jika infus belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi sebagai berikut.
b) Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15 menit
c) Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan napas ibu tetap terbuka dan
meminimalkan resiko aspirasi jika ibu muntah.

Sumber:

Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan NIfas dan Menyusui, Nurul Azizah, 2019, hal 134 dan 125

Anda mungkin juga menyukai