Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KULIAH LAPANGAN TAMBANG

TEKNIK PELEDAKAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PERTAMABANGAN

JAYAPURA

2022
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pegertian peledakan

Teknik peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembora, dimana


tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi
fragmen-fragmen yang berukuran lebih kecil sehngga memudahkan
dalam pendorongan, pendorongan, pemuatan, pemuatan, pengangkutan
pengangkutan dan konsumsi konsumsi matrial matrial pada crusher crusher yang
terpasang.

Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan peledakan adalah:


1. Kondisi batuan yaitu karakteristik struktur batuan dan sifat-sifat geoteknik
batuan yang akan mempengaruhi jarak antar lubang bor serta kemajuan
yang akan diperoleh.
2. Pola peledakan akan mempengaruhi hasil ledakan. Pola peledakan juga
akan menetukan ukuran fragmentasi dan arah lemparan material yang
diledakan.
3. Pengisian dan penembakan, pemilihan bahan peledak tergantung pada
diameter lubang bor, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi dan
blastability batuan.

2..1.1 Metode Peledakan

• Metode sumbu api (cap dan fuse method)


• Metode sumbu ledak
• Metode listrik
• Metode non listrik
2.2 Geometri Peledakan

Dalam penentuan terdapat beberapa faktor yang butuh dipertimbangkan,


yaitu diameter lubang bor, ketinggian jenjang, burden dan spasi, struktur batuan,
fragmentasi, arah lemparan, kestabilan jenjang, perlindungan terhadap lingkungan
sekitar dan jenis bahan peledak yang akan digunakan. Geometri peledakan terdiri
dari diameter lubang bor, ketinggian jenjang dan kedalaman lubang bor, burden,
spasi, subdrilling, stemming dan powder column.

Gambar 2.1 Geometri Peledakan


2.2.1 diameter lubang bor
Pemilihan ukuran diameter lubang bor gangat bergantung pada tingkat
produksi yang diinginkan. Semkain besar ukuran lubang bor yang digunakan maka
akan semakin besar juga tingkat produksi yang dihasilkan. Namun untuk hasil
peledakan yang baik, berdasarkan pengalaman para ahli, diameter lubang bor
sebaiknya berkisar antara 0,5%-1% dari tinggi jenjang

2.2.2 Tinggi Jenjang dan Kedalaman Lubang Bor


Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan
pengeboran dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang harus disesuaikan
dengan diameter lubang bor, jadi semakin rendah tinggi jenjang maka diameter
lubang bor ynag digunakan juga semkain kecil dan semakin basar tinggi jenjang
maka lubang bor yang digunakan juga semakin besar
2.2.3 Burden
Burden merupakan jarak terdekat antara lubang ledak dengan bidang bebas
(free face). Burden merupakan variabel paling penting dalam penentuan geometri
peledakan. Dengan jenis bahan dan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi
jarak burden agar kegiatan peledakan berjalan sukses dapat dihitung dengan dua
cara yaitu cara C.J Konya dan R.L Ash.

2.2.4 Spasi
Spasi merupakan jarak antara satu lubang dengan lubang yang lainnya yang
saling sejajar dengan bidang bebas (free face). Secraa teoritis, spasi optimum
berkisar antara 1,1-1,8 dari burden. Jarak spasi agar kegiatan peledakan berjalan
sukses dapat dihitung dengan dua cara yaitu cara C.J Konya dan R.L Ash

2.2.5 Subdriling
Subdrilling merupakan tambahan kedalam dari lubang bor di bawah lantai
jenjang. Subdrilling dibuat untuk menghindari masalah tonjolan pada lantai hasil
peledakan. Bila ukuran subdrilling berlebih maka akan menghasilkan getaran yang
berlebih pula sedangkan jika subdrilling kurang makan akan menghasil tonjolan
pada lantai jenjang maka dari itu subdrilling harus dihitung dengan baik. Berikut
merupakan rumus perhitungan subdrilling menurut C.J Konya dan R.L Ash

2.2.6 Steaming
Stemming merupakan tempat material penutup di bagian atas lubang bor.
Stemming berfungsi untuk mengisolasi gas-gas hasil peledakan. Untuk menentukan
panjang stemming dapat digunakan cara C.J Konya dan R.L Ash:

2.3 Bahan Peledak


Bahan Peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis
sangat cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan
disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Gambar 2.2 Klasifikasi Bahan peledak
2.3.1 Anfo
Anfo merupakan bahan peledak berbentuk butiran free flowing berbasis
Ammonium Nitrate dan Fuel Oil yang tidak peka terhadap detonator. Bahan
peledak ini umumnya dikenal dengan nama ANFO.ANFO merupakan bahan
peledak yang aman jika dibandingkan dengan bahan peledak yang lainnnya.Selain
itu ANFO juga termasuk bahan baku peledak yang kategori peledakandengan basis
yang kering dan memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi,baik itu untuk
peledakan di dalam tanah ataupun untuk peledakan terbuka yangmemiliki diameter
1 sampai dengan 12 inchi ataupun lebih.

Gambar 2.3 Anfo


2.3.2 TNT
Tnt adalah Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau
dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol.

Gambar 2.4 TNT

2.3.3 Bahan Peledak Mekanis


Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah
menjadi gas akibat suatu elemen panas yang dimasukan dalam bahan peledak
tersebut. Sebagai contoh adalah Cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu
tabung atau kelongsong dengan suatu penutup yang mudah retak (repture disk) yang
berisi CO2 cair. Jika elemen pemanas yang ada didalam kelongsong dinyalakan,
maka tekanan CO2 mengembang, sehingga penutup akan pecah dan gas yang
terbentuk akan memenuhi lubang tembak kemudian terjadi ledakan.

2.3.4 bahan peledak kimia


Berdasarkan kecepatan reaksinya dibedakan menjadi dua jenis
• Bahan peledak kuat Bahan peledak jenis ini mempunyai kecepatan reaksi
sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps ( 1 – 6 mil / detik). Tekanan yang
dihasilkan juga sangat tinggi. Yaitu 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya
ialah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave).
• Bahan peledak lemah Bahan peledak lemah (low explosives/deflagrating
explosives) kecepatan reaksinya rendah, yaitu kurang dari 5.000 fps (dari
beberapa inch sampai beberapa feet/detik). Tekanan yang dihasilkan kurang
dari kurang dari 50.000 psi. Untuk digunakan ditempat yang mengandung
gas atau berdebu, bahan peledak jenis ini harus lulus uji sebagai
“permissible explosives” (permited explosives). Bahan peledak jenis khusus
ini misalnya yang lazim dipakai ditambangtambang batu bara. Bahan
peledak yang tidak perlu lulus uji disebut “non permissible explosives”.
Contoh bahan peledak lemah : black powder, propellant.

2.3.5 Bahan Peledak Nuklir


Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari plutonium, uranium- 235,
atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom - aktif. Reaksi atom dapat
dikontrol sampai pada tingkat kritis tertentu. Jika titik kritis ini terlampaui maka
dekomposisi atom akan menjadi sedemikian cepat sehingga terjadi ledakan yang
sangat dasyat.

2.3.6 karakteristik bahan peledak

• Merupakan substansi atau cairan substansi yang tidak terlalu peka agar
aman dalam penanganan dan penyimpanan, tetapi cukup peka untuk
dinyalakan apabila diperlukan.
• Setelah dinyalakan, dekomposisi kimianya harus berlangsung sangat cepat,
menghasilkan gas yang volumenya pada tekanan normal dan temperature
tinggi yang dihasilkan dari reaksi eksotermis, adalah sangat besar
dibandingkan dengan substansi aslinya.
• Reaksinya harus eksotermis agar dicapai peningkatan tekanan yang sangat
besar.
• Komposisi bahan harus sederhana dan tidak mahal biaya pembuatannya,
serta bahan bakunya mudah diperoleh

Bahan peledak hendaknya

• Tenaga atau kekuatanya sesuai dengan keperluannya


• Kecepatan detonasinya tinggi (kecuali tidak dikehendaki efek
penghancuran yang berlebihan)
• Memiliki bobot isi sesuai dengan penggunaannya dilapangan
• Ketahanan terhadap air cukup baik
• Karakteristik gas beracun yang dihasilkan cukup baik
• Pada temperatur kerja, tidak tidak memiliki kecendrungan untuk membeku
atau disosiasi
• Keadaan fisiknya mudah menyesuaikan dengan kemiringan lubang bor
sehingga mudah untuk diisikan
• Tidak mengalami perubahan kualitas selama penyimpanan didalam gudang

Sifat bahan peledak

• kekuatan (weight strength dan volume strength)


• kecepatan detonasi (VOD = Velocity Of Detonation)
• kepekaan (sensitivity)
• bobot isi (density)
• tekanan detonasi (detonation pressure)

2.4 Perlengkapan Dan Peralatan Peledakan

2.4.1 Perlengkapan peledakan

Perlengkapan peledakan adalah bahan–bahan yang membantu peledakan


yang habis dipakai yaitu :

• Sumbu ledak

Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian intinya terdapat bahan
peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat dengan kecepatan
rambat sekitar 6000- 7000 m/s, komposisi PETN di dalam tersebut
bervariasi dari 3,6- 770 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan
stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast.

Bagian-bagian dari sumbu ledak terdiri dari lapisan pembungkus dan


pelindung PETN berupa serat nylon, plastic, dan anyaman paraffin atau
plastik Serat nylon dan plastik akan meningkatkan ketahanan terhadap air,
tarik, abrasi, dan memudahkan pengikatan

Gamabar 2.5 Sumbu Ledak

• Detonator
Detonator adalah perangkat yang digunakan untuk memicu bahan peledak
dalam hal ini termasuk detonator listrik, detonator biasa, detonator bukan
listrik (nonel) atau detonator tunda, dan detonator elektronik.

Gambar 2.6 Detonator


• Bahan Peledak
Bahan peledak yang digunakan untuk mengisi lubang tembak yaitu ANFO.
• Booster
bahan peledak berdaya ledak tinggi yang digunakan pada proses peledakan.
Booster merupakan pencampuran proses pelelehan Trinitrotoluena (TNT)
dengan Pentaerytrithol Tetranitrate (PETN) berkerja sebagai pemicu untuk
meledakan ANFO pada lubang tembak.
• Primer
Primer adalah istilah yang digunakan pada bahan peledak peka detonator,
yaitu bahan peledak yang berbentuk tabung yang sudah dipasang detonator.

2.4.2 peralatan peledakan


• Base Station
Base station merupakan alat untuk melakukan proses arming dan firing pada
peledakan. Digunakan oleh seorang blaster dalam proses penembakan
peledakan.
• Bench Box
Bench box merupakan alat perantara antara base station dan detonator pada
lubang tembak. Bench box menerima sinyal arming and firing dari base
station dan diteruskan ke rangkaiann peledakan. Jarak maksimal antara base
station dan bench box mencapai 3,5 kilometer.
• Harness Wire
Harness wire merupakan kawat yang digunakan sebagai penghubung dari
bench box ke rangkaian peledakan.
• Alat Pengaman Peledakan
- Handy Talky (HT).
- Bendera merah, bendera batas jarak aman manusia
- Safety line, tali pembatas lokasi peledakan.
- Road blocker flag and map digunakan sebagai tanda pemblokiran
akses jalan dari dan menuju lokasi.
- Rambu tanda lokasi dan selembaran catatan Sign In Sign Out (SISO)

2.5 pola peledakan


pola peledakan juga akan mempengaruhi muatan bahan peledak maksimum
per delay. Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antar lubang tembak
dalam satu baris dan antara baris satu dengan baris yang lainnya. Dapat berupa
penyalaan beruntun dalam satu baris, bisa juga serentak dalam satu baris, ataupun
beruntun antar baris.
Berikut merupakan beberapa macam pola peledakan:
2.5.1 Row by row
Row by row, yaitu pola ledakan yang meledak berurutan antar row, dan arah
lemparan nya lebih ke free face. pola peledakan row by row ini dapat mengurangi
tingkat getaran tanah (ground vibration).

Gambar 2.7 Pola Peledakan Row by row

2.5.2 V-Cut
Dalam penerapan sistem penyalaan V-cut, diharapkan material hasil
peledakan akan terkumpul dan membentuk tumpukan disuatu tempat. Pola
peledakan ini memberikan pengaruh yang buruk terhadap dinding yang masih
tersisa

Gambar 2.8 Pola Peledakan V-Cut

2.5.3 Corner Cut


Jika terdapat bidang bebas yang banyak, pola peledakan corner cut bisa diterapkan.
Dalam proses inisiasi ini dapat dilakukan kontrol agar fragmentasi yang dihasilkan lebih
baik.
Gamabar 2.9 Pola Peledakan Corner Cut

2.5.4 Box Cut


Pola peledakan ini diterapkan jika hanya terdapat satu bidang bebas. Dengan
penerapan pola peledakan seperti ini diharapkan arah lemparan dan ambrukan
material hasil peledakan ke atas. Pola peledakan ini memerlukan energi
pengangkatan (heaving energy) yang besar, initiation point atau lubang yang
pertama kali meledak dari peledakan ini pada umumnya berada ditengah lokasi
peledakan. Dengan cara pemilihan lubang tertentu untuk terlebih dahulu meledak,
maka hasil ledakan tersebut akan mempersiapkan bidang bebas untuk peledakan
lubang-lubang tembak lainnya,

Gamabar 2.10 Pola Peledakan Box Cut


DAFTAR PUSTAKA

Ash, R.L.1990.“ Design Design of Blasting Blasting Round, Surface Surface


Mining Mining ”, B.A Kennedy Editor, Society for Mining, Metallurgy, and
Explotion, Inc.
Koesnaryo. S., (2001), ”Teori Peledakan”, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai