Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PINTU INTAKE CIBALAPULANG SEBAGAI

PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO DI CIANJUR, JAWA


BARAT

ANALYSIS OF CIBALAPULANG INTAKE DAM BUILDING AS


A MICROHYDRO POWER PLANT IN CIANJUR, WEST JAVA
Achmad Yopi Suyitno Pribawanto1, Nanda Purwita Natasyarini1, Reza Mochammad Fattah1
Kamis-Kelompok 1
1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Email : : yopi.pribawanto@gmail.com

PENDAHULUAN
Salah satu kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pada
zaman sekarang dan tidak dapat dipisahkan adalah kebutuhan akan energi listrik.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari adanya
listrik. Hal ini dikarenakan berbagai macam aktifitas yang dilakukan sangat
berhubungan erat dengan penggunaan energi listrik. Pemanfaatan energi baru
terbarukan dan pelaksanaan konservasi energi merupakan 2 (dua) hal utama yang
berperan dalam menentukan ketersediaan energi listrik di masyarakat. Pemanfaatan
energi terbarukan ini dapat dioptimalkan terutama di lokasi pedesaan, yang
umumnya tersebar dan juga tidak memungkinkan untuk mendapatkan layanan
jaringan PLN. Karena itu perlu dilakukan beberapa usaha, yakni membangun
pembangkit sendri yang terpisah dari jaringan PLN. Salah satunya adalah
pembangkit listrik tenaga mini hidro sebagai salah satu alternatif energi nasional
(Sogen dan Harling 2017).
Desa Waringin Sari dan sekitarnya yang berada di selatan Kabupaten Cianjur,
Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi energi yang dapat dimanfaatkan, berupa
aliran air Sungai Cibalapulang. Melihat potensi tersebut maka perencanaan untuk
membangun PLTM Cibalapulang 2 dan PLTM Cibalapulang 3 dengan tata letak
berdekatan (cascade) untuk memanfaatkan potensi air sungai Cibalapulang dengan
sistem Run Off River dapat menjadi tenaga listrik yang bermanfaat bagi masyarakat
serta bernilai ekonomis. Daya listrik yang dihasilkan dari PLTM Cibalapulang 2
dan PLTM Cibalapulang 3 direncanakan akan disalurkan dan terkoneksi dengan
Jaringan Tegangan Menengah 20 Kv pada Sistem Penyulang terdekat milik PT.
PLN (Persero) – Area Pelayanan dan Jaringan Cianjur (Tombak dan Fadli 2016).
Dengan adanya pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) ini diharapkan bisa
membantu ketersedian akan kebutuhan energi listrik dan bisa menjadi salah satu
pilihan pembangkit yang menggunakkan sumber energi alam yang dapat
diperbaharui mengingat masih banyak pembangkit yang menggunakkan sumber
energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan juga menjadi pilihan pembangkit
yang ramah lingkungan. Serta pembangkit ini menjadi salah satu pemanfaatan
bendung selain menjadi penyalur irigasi, pengelola air, dan pengendali atau
peringatan dini akan bahaya banjir di daerah hilir sungai Cibalapulang. Satu
diantara bagian penting yang harus direncanakan dalam pembangunan Bendung
Cibalapulang adalah bangunan pengambilan (intake). Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mendesain intake yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan
Bendung Cibalapulang.

TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Pengambilan (Intake)
Intake atau bangunan pengambilan adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk
mengambil air dari sumber air guna disalurkan ke lahan pertanian atau daerah
irigasi. Intake dibuat dari pasangan pondasi batu yang di plester dengan bentuk
rectangular dengan lebar sesuai dengan kebutuhan air yang digunakan. Intake dapat
dibangun disisi kiri atau kanan bangunan bendung yang kenal sebagai side intake
atau berada di depan bendungan yang disebut direct intake. Struktur intake
menggunakan konstruksi pasangan batu kali (1:3) dengan plesteran semen.
Bangunan intake dilengkapi trashrack berupa rangkaian plat besi berbentuk jeruji
sebagai penahan dan penyaring sampah serat benda-benda yang tidak diharapkan
terbawa bersama aliran air (Sogen dan Harling 2017).
Bangunan intake berfungsi sebagai tempat pemasukan debit rencana ke dalam
pipa pesat yang kemudian dialirkan ke turbin yang mengubah energi kinetik
menjadi energi listrik, maupun ke dalam waterway yang berfungi sebagai pemenuh
kebutuhan air. Intake terdiri dari pintu dan saluran pengambilan, untuk
memperkecil endapan pasir dan kerikil yang masih terbawa pada sungai masuk ke
bangunan sadap, maka ambang pintu harus lebih tinggi dari dasar sungai atau lantai
pembilas bendung. Dalam perhitungan perencanaan pintu intake, digunakan debit
rencana sebesar 120% x Qandalan. Penggunaan 120% x Qandalan ini bertujuan untuk
meningkatkan fleksibilitas pintu intake dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi selama umur proyek (Akbar 2018).
Menurut Dhongu (2014), sifat-sifat dari perencanaan bangunan pengambilan
antara lain:
a. Pengambilan secara bebas (free intake)
b. Debit air yang cukup besar
c. Elevasi muka air di sungai cukup untuk memenuhi elevasi sawah tertinggi
Hal-hal yang membatasi perencanaan bangunan pengambilan antara lain:
a. Besarnya kebutuhan air
b. Elevasi tanah yang dialiri
c. Debit andalan yang mengalir di sungai
d. Bentuk topografi yang ada

Debit Rencana
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per-satuan waktu. Sistem satuan SI besaran debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per-detik (m3/det). Dalam laporan-laporan
teknis debit biasa ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran (Novangga 2016).
Menurut Sukamta dan Kusmantoro (2013), untuk sistem konversi energi skala
besar, pengukuran debit dapat berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk
sistem konversi energi skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya
untuk beberapa musim yang berbeda saja. Namun, pengukuran suatu debit aliran
seperti debit aliran sungai harus diukur dengan teliti dan dalam jangka waktu yang
panjang. Pendekatan dan metodologi yang digunakan untuk menentukan debit
andalan sangat tergantung pada ketersediaan data, seperti data debit tahunan,
bulanan, atau harian dengan perioda pencatatan cukup panjang yaitu lebih besar
dari 10 tahun. Selain debit andalan, debit banjir rencana juga digunakan dalam
perencanaan suatu bendung.
Debit banjir rencana merupakan debit banjir yang digunakan untuk dasar
perencanaan pengendalian banjir, dan dinyatakan berdasarkan kala ulang tertentu.
Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan
resiko tertentu, serta kelayakannya baik teknis maupun lingkungan. Debit banjir ini
terjadi pada saat curah hujan sedang berada pada puncaknya sehingga berdampak
dengan meningkatnya debit sungai (Bunganaen dan Krisnayanti 2013). Debit banjir
rancangan didapatkan melalui analisis hidrologi dengan mengetahui debit hujan
rencana yang bergantung pada luas daerah pengaliran (DAS), tata guna lahan, dan
karakteristik dari daerah alir. Pemilihan debit banjir rancangan merupakan aliran
banjir yang mengalir ke waduk dalam jangka waktu tertentu yang digunakan dalam
rancangan bendung agar aman dan terhindar dari banjir. Oleh karena itu, debit
banjir rancangan yang dipilih minimal 100 tahun atau Banjir Maksimum Bolehjadi
(BMB). BMB merupakan banjir hasil kombinasi nilai parameter yang ekstrem dan
kondisi hidrologi cukup parah yang terjadi pada suatu DAS (Adidarma 2013).

METODOLOGI
Perancangan Bendung Cibalapulang dilakukan dengan tujuan perencanaan
utama sebagai pembangkit listrik tenaga air mikrohidro. Kajian dilakukan meliputi
kapasitas maksimum menahan debit bendung, perhitungan debit aktual, kebutuhan
tinggi air untuk menggerakan turbuin, dan rancangan biaya anggaran (RAB).
Perancangan bangunan bendung dilakukan dengan mengetahui analisis debit banjir
sungai dengan periode ulang tertentu. Data debit banjir tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan dimensi bendung dan analisis kekuatan bendung
dalam menahan air. Banyaknya air tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaan bendung. Kebutuhan tersebut berkaitan dengan kebutuhan head untuk
menggerakan turbin. Langkah analisis bendung selanjutnya dapat dilihat pada
diagram alir Gambar 1.
Mulai

Dihitung data jumlah kebutuhan listrik yang akan dilayani oleh


bendung Cibalapulang

Dihitung elevasi rencana mercu

Dihitung ketinggian mercu dan lebar efektif bendung

Dihitung desain hidrolis bendung

Dilakukan pembahasan terkait head dan kapasitas debit bendung

Direncanakan anggaran pembangunan bendung

Selesai

Gambar 1 Diagram alir analisis bendung sebagai PLTA

PEMBAHASAN
Lokasi Bangunan Bendung
Desa Waringin Sari dan sekitarnya yang berada di selatan Kabupaten Cianjur,
Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi energi yang dapat dimanfaatkan, berupa
aliran air Sungai Cibalapulang. Melihat potensi tersebut maka perencanaan untuk
membangun PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) Cibalapulang 2 dan
PLTM Cibalapulang 3 dengan tata letak berdekatan (cascade) untuk memanfaatkan
potensi air sungai Cibalapulang dengan sistem Run Off River dapat menjadi tenaga
listrik yang bermanfaat bagi masyarakat serta bernilai ekonomis (Tombak dan Fadli
2016). PLTM Cibalapulang 2 berada di DAS Sungai Cibalapulang, Desa
Wargasari, Kecamatan Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat.
Lokasi rencana PLTM Cibalapulang 3 terletak pada koordinat 7o11’17.66” LS –
107o0’9.81” BT dengan luas DAS sebesar 195 km2 sedangkan untuk PLTM
Cibalapulang 2 terletak pada koordinat 7o12’39.72” LS – 106o59’7.53” BT dengan
luas DAS sebesar 209,3 km2. Pada pembahasan, PLTM yang digunakan dalam
analisis dalah PLTM 2. Lokasi PLTM dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi PLTM Cibalapulang

Karakteristik Hidrologi
Karakteristik hidrologi dilakukan untuk mengetahui besarnya curah hujan
maksimum yang digunakan untuk perhitungan curah hujan rencana. Data tersebut
akan digunakan dalam perhitungan debit banjir pada sungai sehingga dapat
direncanakan bangunan bendung yang dapat menahan sejumlah debit banjir yang
telah diperhitungkan. Data perencanaan curah hujan setidaknya membutuhkan data
sepuluh tahun. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Curah Hujan Maksimal Selama 10 Tahun

Data Curah Hujan Maksimum Selama 10


Tahun
Tahun Luas DAS = 195 Km2
(mm)
2002 99
2003 63
2004 130
2005 193
2006 87
2007 80
2008 66
2009 164
2010 120
2011 119
Berdasarkan data curah hujan tersebut, dapat ditentukan debit banjir yang akan
dirancang. Penentuan debit banjir dapat menggunakan beberapa metode. Pada
pembahasan, digunakan metode Log-Pearson III. Data perencanaan debit banjir
sungai dapat meliputi periode ulang selama 2 tahun, 5, tahun, 10 tahun, 50 tahun,
100 tahun, 200 tahun, hingga 1000 tahun. Pada perencanaan PLTM, data debit
banjir rencana yang digunakan adalah periode ulang 200 tahun. Data dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Data Analisis Debit Banjir pada Bendung Cibalapulang

Analisis Debit Banjir


Return Period Luas DAS = 195 Km2
Tahun (m3/detik)
200 386.19
100 351.82
50 318.58
25 285.98
10 243.47
5 210.7
2 162.44

Analisis Head dan Debit


Data tersebut digunakan dalam perhitngan tinggi pada mercu bendung. Tinggi
elevasi mercu bendung direncanakan berada pada +241.00 mdpl. Sedangkan lebar
mercu bendung efektif dihitung dengan mempertimbangkan lebar sungai
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa lebar mercu bendung yang
direncanakan adalah 28.4 m. Hal ini mempertimbangkan lebar efektif pada sungai
sebesar 28.11 sehingga perencanaan bendung masih memenuhi perbandingan yang
disarankan sebesar 1.01 dari lebar sungai. Tinggi mercu bendung merupakan selisih
dari elevasi dasar sungai dengan elevasi mercu rencana. Elevasi dasar bendung
berada di +234.24 sehingga tinggi mercu bendung adalah 6.76 m. bendung yang
direncanakan dapat menghasilkan tinggi muka air yang sesuai dengan debit pada
upstream. Hal ini dapat dilihat pada kurva rating curve sebagai berikut:

Gambar 3 Rating curve hubungan tinggi head dan debit pada upstream bendung
Head yang terjadi akibat kenaikan debit dalam hal ini dimanfaatkan untuk memutar
turbin. Perencanaan Dimensi Pintu Intake Perencanaan pintu intake didasarkan
atas jumlah pengambilan air yang direncanakan akan diambil. Pengambilan air
disesuaikan dengan terjadinya debit banjir pada bendung. Jika debit di atas bendung
merupakan debit normal, air sungai dapat diambil. Akan tetapi, jika pada bendung
debit sungai yang terjadi merupakan debit banjir, pengambilan air tidak dilakukan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada saluran terbuka
akibat kecepatan yang terlampau tinggi. Selain itu, pada saat terjadi debit banjir,
sering terjadi sedimen dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, pada saat terjadi
debit banjir tidak disarankan untuk pengambilan debit rencana. Data pengambilan
pada debit intake dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan desain perencanaan
bendung dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Tabel 3 Detil pengambilan air pada pintu intake

Tinggi Bukaan Bendung dan Tinggi Muka Air di Hulu dalam Kondisi
Normal

Debit (m3/detik) Tinggi Bukaan Beda tinggi muka air


No Pintu (m) di hulu dan hilir (m)
Sungai Intake
1 100 14.56 0.85 8.49
2 200 14.56 0.83 7.76
3 400 14.56 0.8 6.85
4 700 0 0 6.24
5 1000 0 0 6.24
6 1500 0 0 6.24
7 2000 0 0
Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pengambilan air hanya
dilakukan pada saat terjadi debit normal sungai. Debit normal dikategorikan terjadi
pada debit sungai dibawah 500 m3/detik. Pada pengaturan tinggi pintu air yang
dibuka juga dapat dikeahui bahwa untuk kebutuhan pengambilan debit yang sama
yaitu 14.56 m3/detik, semakin besar debit yang terjadi pada bendung maka semakin
kecil pintu yang dapat dibuka. Hal ini dikeranakan debit yang besar memberikan
volume yang lebih besar Gambar detail perencanaan pintu intake adalah sebagai
berikut :
Gambar 4 Denah pintu intake

Gambar 5 Tampak depan pintu intake

Berdasarkan desain perencanaan dapat diketahui bahwa pintu intake


direncanakan berjumlah tiga pintu. Ukuran lebar pintu intake adalah 2 m, dengan
jarak antar tiap intake yang direncanakan adalah 1,2 m. Tinggi pintu intake yang
direncanakan adalah 3 m. Perencanaan debit yang diambil pada intake tersebut
sangat penting dalam menentukan jenis generator yang akan digunakan. Hal ini
dikarenakan generator pada PLTM memiliki kapasitas menghasilkan listrik yang
spesifik. Oleh karena itu, pengambilan air melalui pintu intake dan head yang
dibutuhkan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 6 Pemilihan jenis turbin berdasarkan head dan debit pada intake

Rencana Anggaran Biaya


Perencanaan anggaran biaya untuk pembangunan pintu intake membutuhkan
beberapa jenis pekerjaan. Pekerjaan tersebut meliputi galian tanah, pengadaan alat
berat, urugan pasir, pengecoran, pemasangan genset, dan lain-lain. Perencanaan
pembangunan intake untuk PLTM dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perencanaan Anggaran Biaya (RAB) pada Pintu Intake


Besarnya RAB total untuk perencanaan bangunan pintu intake mencapai
Rp.2.929.017.462 rupiah. Hal tersebut belum termasuk dengan perencanaan
pembangunan bangunan utama bendung yang lain. Selain itu, pada perencanaan
PLTM membutuhkan generator dan turbin sehingga perencanaan RAB untuk
PLTM dapat melampaui RAB bendung untuk peruntukan irigasi.

Simpulan
Perencanaan bendun Cibalapulang dapat menyuplai air 6.844 kWH. Debit
rencana akibat pengambilan air dalam memutar turbin mengakibatkan penurunan
elevasi muka air di hulu dan di hilir. Pengambilan debit rencana pada intake
direncanakan dengan debit normal pada sungai, sedangkan pada saat terjadi debit
banjir pengoperasian intake ditutup. RAB pada bangunan PLTM dapat lebih tinggi
dibandingkan bendung untuk peruntukan irigasi.

Daftar Pustaka
Adidarma WK. 2013. Teknik perhitungan banjir desain untuk bendungan dengan
data terbatas khususnya di Indonesia. Jurnal Teknik Hidraulik. 4(2): 105-116.
Akbar SF. 2018. Perencanaan pembangkit listrik tenaga mini hidro di Bendungan
Gondang Karanganyar Jawa Tengah. [Tugas Akhir]. Surabaya (ID): Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Bunganaen W, Krisnayanti D.S. 2013. Analisis hubungan tebal hujan dan durasi
hujan pada Stasiun Klimatologi Lasiana Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil.
2(2): 181-190.
Dhongu RBN. 2014. Perencanaan Bendung Wai Woki dan sistem jaringan irigasi
Desa Pape Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. [Skripsi]. Malang (ID):
Institut Teknologi Nasional.
Novangga W. 2016. Analisis potensi debit di Bendungan Juwero untuk pembangkit
listrik tenaga mikro hidro. [Tugas akhir]. Yogyakarta (ID): Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Sogen MDT, Harling VNV. 2017. Studi perencanaan pembangunan PLTMH di
Kampung Sasnek Distrik Sawiat Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua
Barat. Electro Luceat. 3(1): 32-43.
Sukamta S, Kusmantoro A. 2013. Perencanaan pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH) Jantur Tabalas Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Elektro. 5(2):
58-63.
Tombak P, Fadli MH. 2016. Detail engineering design pembangkit listrik tenaga
minihidro (PLTM) Cibalapulang 2 (2 x 3,25 MW) & Cibalapulang 3 (2 x 3
MW). PT Wiratman.

Anda mungkin juga menyukai