Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

RUMAH SAKIT DAERAH KALABAHI


( TERAKREDITASI NASIONAL TINGKAT DASAR )
Jln Dr Soetomo No 08 Telp/Fax (0386) 21008

PROGRAM KERJA
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCY KOMPREHENSIF
(PONEK)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALABAHI TAHUN 2022

I . PENDAHULUAN

Pelayanan obstetric dan neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan


bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Rumah Sakit Ponek
24 jam merupakan bagian dari system rujukan dalam pelayanan kedaruratan
maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga
yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Untuk
mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga Kesehatan memerlukan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.

Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program Kesehatan


keluarga di Kementrian Kesehatan tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di
Indonesia. Berdasarkan penyebab, Sebagian besar disebabkan oelh perdarahan
sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus dan
gangguan system peredarah darah sebanyak 230 kasus. Sedangkan penyebab
kematian neonatal terbanyak adalah kondisi Berat Badan lahir Rendah (BBLR).
Penyebab lainnya di antaranya asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, tetanus
neonatorum dan lainnya.

Bedasarkan hasil observasi di RSD Kalabahi hal tersebut disebabkan oleh


keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan kondisi geografis kabupaten
Alor yang merupakan daerah kepulauan dan pegunungan yang aksesnya masih
sulit dijangkau. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penangan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan
dalam system terpadu tingkat nasional maupun regional.

II. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan


utama bidang kesehatan serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan AKI
305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan target Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 untuk AKI sebesar 183/100.000
Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia.
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyebutkan AKN
adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1.000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah
16/1.000 KH. Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah
70/100.000 KH, AKB mencapai 12/1.000 KH dan AKN 7/1.000 KH. Salah satu
pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan Safe motherhood,
dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan angka kematian ibu, yaitu
keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standar, persalinan
bersih dan aman, serta PONED dan PONEK. Pelayanan kontrasepsi atau
keluarga berencana merupakan merupakan intervensi strategis dalam
menurunkan AKI dan AKB. Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk
memenuhi hak reproduksi setiap orang, membantu merencanakan kapan dan
berapa jumlah anak yang diinginkan, dan mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
Penggunaan alat kontrasepsi secara tepat juga dapat mengurangi
risiko kematian ibu dan bayi, oleh karena itu pemenuhan akan akses dan
kualitas program Keluarga Berencana (KB) sudah seharusnya menjadi
prioritas dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan KB sesuai rekomendasi International Conference on
Population and Development (ICPD) tahun 1994, upaya penguatan
manajemen pelayanan KB menjadi salah satu upaya yang sangat penting.
Hal ini juga selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan KB yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Saat ini pencapaian indikator KB belum sepenuhnya menunjukkan
keberhasilan, berdasarkan SDKI 2017 capaian kesertaan ber KB untuk
seluruh metode KB yaitu sebesar 63,6% dengan peserta KB cara modern
sebesar 57,2% menurun dari hasil SDKI 2012 yaitu sebesar 57,9%, meskipun
capaian metode KB Jangka Panjang (MKJP) mengalami peningkatan dari
18,2% (SDKI 2012) menjadi 23,3% (SDKI 2017). Penggunaan metode KB
justru meningkat pada penggunaan KB metode tradisional (dari 4% pada
SDKI 2012 menjadi 6% pada SDKI 2017. Peningkatan kualitas pelayanan KB
di Indonesia diarahkan untuk menjaga kelangsungan pemakaian alat atau
metode KB, dimana salah satu indikator untuk mengukurnya adalah tingkat
putus pakai. SDKI 2017 menunjukkan sebagian besar peserta KB
menghentikan penggunaan metode KB nya karena efek samping/masalah
kesehatan (33,2%), hal ini dapat disebabkan antara lain karena kualitas
konseling yang belum optimal atau bahkan tidak dilakukan oleh petugas
Kesehatan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, ditetapkan bahwa Pemerintah Pusat berwenang
untuk menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan. Pada pembagian urusan
pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana, salah
satu sub urusan yang menjadi tugas pemerintah pusat adalah menyusun
standarisasi pelayananan keluarga berencana, oleh karena itu penting untuk
menyediakan satu pedoman yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pelayanan kontrasepsi dan Keluarga Berencana. Dalam penyusunan
pedoman khususnya pada pelayanan kontrsepsi, pemerintah mengacu pada
hasil adopsi dan adaptasi dari empat buku Pedoman KB (four cornerstones of
family planning guidance) yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO). Keempat buku ini disusun melalui proses
yang dimulai dari kajian sistematik dan penilaian bukti penelitian kualitas
tinggi. Bukubuku tersebut telah diperbarui sesuai dengan bukti baru yang
muncul, dan konsensus yang dicapai oleh para ahli internasional di bidang
KB. Keempat buku WHO tersebut diperuntukkan sebagai acuan dan alat
bantu bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan KB berkualitas,
mengembangkan dan menerapkan pedoman perencanaan keluarga untuk
program KB nasional

III. TUJUAN

1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan pengelola program KBRS dalam hal
manajemen pelayanan KB sebagai upaya mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu dan percepatan penurunan stunting.
2 .Tujuan khusus
a. Melaksanakan pelayanan KB secara terpadu dan paripurna
b. Meningkatkan kualitas pelayanan KB
c. Meningkatkan Pelayanan PKBRS termasuk dalam pelayanan KB pasca
Persalinan dan Pasca keguguran
d. Meningkatkan pelaksanaan teknis dalam melaksanakan PKBRS
e. Mningkatkan fungsi RS sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi sarana
pelayanan Kesehatan lain
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan semua jenis alat kontrasepsi
2. Menerima Rujukan Aseptor KB yang mengalami komplikasi yang tidak
bisa di tangani di faskes TK I
3. Melaksanakan pelayanan KB termasuk KB pasca persalinan dan pasca
kegguguran

A. Peningkatan mutu SDM dengan:


1. melakukan penyegaran penyegaran materi penatalaksanaan perinatal ke
petugas setiap 3 bulan di ruang perinatologi dan NICU
2. Death conference dilakukan pada kegiatan dokter di SMF kebidanan dan
anak bila ada kasus.
3. pelatihan PONEK bagi tim PONEK dan pelaksanaan in house training
bagi unit terkait.

D. Edukasi
Penyuluhan dilakukan di instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap
Di rawat jalan tentang:
1.Ante Natal Care
Di instalasi rawat inap tentang:
1. Inisiasi Menyusui Dini dan Asi ekslusif
2. Perawatan payudara
3. Cara memandikan dan merawat tali pusar bayi
4. Imunisasi
5. Perawatan pada BBLR
6. Perawatan post seksio sesarea
7. Perawatan bayi BBLR metode kangguru
8. Pelayanan KB RS post partum

F. Membentuk system rujukan


Jaringan kerja dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor berkaitan dengan
AMP setiap ada kasus kematian ibu atau bayi.
E. Penyusunan SOP
Menyusun standar prosedur operasional (SOP ) PONEK 24 jam dan
mensosialisasikannya ke semua unit pelayanan terkait.
F. Monitoring dan evaluasi
G. Pelaporan hasil kegiatan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Semua kegiatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Komprehensif
dilakasanakan sesuai dengan pelaksanaan kegiatan.
A. Melakukan pertemuan tim PONEK dengan unit terkait
B. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal
Melaksanakan alur pelayanan emergensy maternal dan perinatal sesuai
dengan SPO dengan memperhatikan respon time kegawatdaruratan.

C. Peningkatan mutu SDM


1. Melakukan penyegaran penyegaran materi penatalaksaan perinatal ke
petugas setiap 3 bulan di ruang perinatologi dan NICU oleh dokter
spesialis anak
2. Melakukan death conference di SMF kebidanan/perinatologi/NICU
apabila ada kematian maternal dan perinatal.
3. Mengirim tim PONEK mengikuti pelatihan tehnis PONEK,
menyelenggarakan in house training bagi petugas unit terkait.
D. Edukasi
Melakukan Edukasi Personal Bagi maternal resiko tinggi
E. Membentuk system rujukan
Melakukan pertemuan antara direktur RSD kalabahi dan kepala dinas
kesehatan kabupaten alor untuk kesepahaman kerjasama atau MOU
system rujukan balik

F. Penyusunan SOP
Tiap unit pelayan langsung PONEK menyusun SOP kegawatdaruratan
maternal neonatal.
G. Monitoring dan evaluasi
1. Melakukan rapat rutin dan evaluasi tim PONEK setiap 3 bulan
2. Melakukan evaluasi program di akhir tahun
H. Pelaporan hasil kegiatan
Hasil kegiatan per triwulan dan akhir tahun di laporkan ke direktur RSD
kalabahi.

VI. SASARAN

1. Pasangan usia subur


2. Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N Tahun / Bulan
O
Jenis kegiatan 2018

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Membentuk tim
PKBRS
2 Perencanaan
program
3 Melaksanakan
pelayanan KB
4 Pembuatan SPO
pelayanan KB
5 Pembinaan teknis
dalam pelaksanaan
Pelayanan KB
6 Pelatihan pelayanan
KB pasca
pesalinana bagi
bidan
7 In house training
Pelayanan KB
8 Pelaporan hasil
pelayanan ponek
9 rapat evaluasi
ponek
VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Evaluasi kegiatan dilakukan pertriwulan untuk mengetahui apakah kegiatan


yang terjadwal dilaksanakan sesuai tepat waktu. Apabila terjadi pergeseran
atau penyimpangan jadwal dapat segera di perbaiki, sehingga tidak
mengganggu program secara keseluruhan.
2. Pelaporan hasil kegiatan dibuat setiap bulan dengan mengumpulkan data
dari unit pelayanan kemudian di rekap dan dilaporkan ke direktur pertiga
bulan.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan setiap selesai pelayanan di rekam medik pasien
2. Pelaporan dan evaluasi pasien
Evaluasi kegiatan secara menyeluruh untuk mengetahui keberhasilan
pelaksanaan program pada akhir tahun. selanjutnya hasil evaluasi tersebut
dibuat laporan untuk disampaikan kepada pimpinan untuk pengambilan
kebijakan.

Mengetahui : Kalabahi, 17 Februari 2018


Ketua Tim PONEK
Direktur RSD Kalabahi

dr. Ketut Indradjaja Prasetya dr.Stella Kawilarang, Sp OG


NIP: 19621019 200003 1 002

Anda mungkin juga menyukai