Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS PADA

POSTPARTUM (FISIOLOGIS)

Carlos Edoardo Sagala


2253022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2022
A. Pengertian
Post partum merupakan masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2010). Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinana selesai dalam 24 jam. Partus spontan adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau
obat-obatan. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Bobak, 2010).

B. Anatomi Dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron.
1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti
penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam,
kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons
pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis
tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora
terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada
vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah
lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam
sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum.
Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas
labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia
minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-
kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm
atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya.
Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam
bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap d. Labia minora Labia
minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan
dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus
fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm
atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya.
Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam
bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis
dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap
sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan
bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat
yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium,
paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan
anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik
dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama
masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.

C. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I
kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II
gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan
mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan
lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya
dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang
di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu
lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air
ketuban.
c. Kala III
setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi,
sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus
menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi
perdarahan.
d. Kala IV
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.
Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim
(lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus.
Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada
persalinan berikutnya.
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah
lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan
benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang. Ibu mungkin
merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu.
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram. Makrosomia
disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia
bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan
lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang janin
dengan sumbu memanjang panggul ibu.
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang
pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma.
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang.
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut.
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya.
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam
yang dipasang di kepala janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan
ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok,
perdarahan post partum, pecahnya varices vagina.
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan
untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi
tersebut.
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung
kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim
yang terlau kuat,
atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his
sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat.
D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.

b. Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh,
perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.

E. Manifestasi klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus,
pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi
kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir.
Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka.
Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali
pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian
menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan
debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4
hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan.
Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa
bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu
keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental
enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah
menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar
esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol
dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6
minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu
yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada
jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan
ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.
Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni
kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh.
Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan
dari puting susu.
7. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume
darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.
Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi
selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta
tibatiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol
dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis
yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat
bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.
Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang
meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak
hilang seluruhnya.

F. Klasifikasi Ruptur Perineum


Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2015), derajat ruptur perineum
dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
b. Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum
c. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga
penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.

d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan
organisasi lainnya.

3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis.

4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya
di awali pada bulan pertamapost partum

5. Infeksi
Saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba
coli dan bakterigram negatif lainnya.

6. Tromboplebitis dan trombosis


Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika.

8. Post partum depresi


Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu,
terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala,
ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan
semangat.

H. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum


Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2015).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina.
I. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan
penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang
kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah
yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan
dengan cara memberikan antibiotik yang cukup.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir
tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal
ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam
kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit
dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara
angka delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih
dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut
kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak
robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang
terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian
dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan
perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Persalinan yang salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur
perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2015)
kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah
laserasi atau meminimalkan robekan pada perineum.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan
berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum.

A. Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri


a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuhnya saat ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan.

C. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100
x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien
pada hal lain.
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa
nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah
Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi pasien

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara


perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak pada
payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi


Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB
d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
Rasional : penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus
dengan perlahan atau evakuasi feses
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan
pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda syok
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung masuk ke
pembuluh darah.

6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses


persalinan dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh
mengungkapkan laporan kesulitan jatuh tidur / tidak merasa segera
setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di bawah mata sering
menguap.
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
b. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan.
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi, menurunkan
rangsang.
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah.
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta menyadari
kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan reflek secara psikologis.

7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan


kurang mengenai sumber informasi.
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau perawatan bayi
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan dalam
mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan
yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu maturasi,
dan kompetensi
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai, menghasilkan tubuh
yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat, berkunjung
pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk adaptasi
pada perubahan multiple.

LAPORAN KASUS

A. Anamnesis
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D

Umur : 27 tahun

Alamat : Jl. Merak No. 17 Bandung

Pendidikan Terakhir : SMA

Tanggal dirawat : 14 Desember 2021

Dokter Penanggung jawab : dr. Reinaldo, Sp.OG

Nama Penanggung jawab : Tn. B

Diagnosa Medis : Post Partum

GPA : G1/P0/A0 Usia Kehamilan : 35 minggu

2. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama : nyeri pada luka jahitan episiotomi

Riwayat Penyakit yang lalu :


(a) Jantung : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh dadanya berdebar-
debar saat melakukan aktivitas.

(b) Ginjal : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri di perut bagian
bawah dan sakit buang air kecil.

(c) Asma / TBC : Pasien mengatakan tidak pernah sesak nafas secara tiba-tiba
dan batuk lebih dari 3 bulan.

(d) Hepatitis : Pasien mengatakan pada mata dan ujung jari tidak terlihat
kuning, BAB lembek, BAK kuning.

(e) Diabetes Melitus: Pasien mengatakan tidak pernah banyak makan, minum
dan BAK tidak pernah lebih dari 7 kali pada malam hari.

(f) Hipertensi : Pasien mengatakan tekanan darahnya setiap diperiksa tidak


pernah melebihi 140/90 mmHg.

(g) Epilepsi : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan kejang-kejang yang


disertai dengan mengeluarkan busa dari mulutnya.

3. RIWAYAT GINEKOLOGI

Usia Menarche : 12 tahun

HPHT : 11 Agustus 2022

Siklus menstruasi : 28-30 hari Lama Menstruasi/ siklus : 6-7 hari

Gangguan Haid : Ada keluar darah : 2-3x ganti pembalut/ hari

Frekuensi : teratur

Nyeri haid : Tidak ada

4. RIWAYAT SEKSUAL

Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 23 Tahun

Aktifitas Seksual : Aktif / Abstinence.

Gangguan Seksual : Tidak ada

5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA

Anak Hidup/ Usia Usia Jenis Masalah Teknik Jenis


ke 1 Mati Gestasi Ibu Persalinan Nifas Menyusui KB
Usia
Hidup 40 Normal -
1…… minggu
6. RIWAYAT KELUARGA

Pernikahan yang ke : 1 (pertama)

Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada

Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: Tidak ada

Gangguan Nifas Dalam Keluarga : Tidak ada

7. ASPEK PSIKOSOSIAL

- Pasien mengatakan sangat bahagia sekali dengan kelahiran anak pertama nya ini,
pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang sekali dengan kelahiran anak
pertamanya ini, pasien beragama Islam dan rajin beribadah menunaikan sholat 5 waktu
dan rajin berdoa. Pasien masuk kedalam fase Taking In (Dependent) dimana pasien
masuk hari ke satu setelah melahirkan pada saat pengkajian. Fase ini pasien
membutuhkan perlindungan dan pelayanan karena pada tahap ini pasien sangat
ketergantungan.

- Riwayat Sosial Budaya

1) Dukungan keluarga Pasien mengatakan suami dan keluarganya sangat


senang&mendukung dengan kelahiran anaknya yang pertama ini.

2) Keluarga lain yang tinggal serumah Pasien mengatakan hanya tinggal dengan
suami.

3) Pantangan makanan Pasien mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun saat
hamil maupun setelah melahirkan.

4) Kebiasaan adat istiadat Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat selama
hamil atau sesudah melahirkan.

5) Penggunaan obat-obatan/rokok Pasien mengatakan hanya minum obat dari bidan


dan pasien tidak pernah merokok. Pasien mengatakan ayah kandung dan suaminya
seorang perokok.
8. POLA FUNGSI

1. Pola nutrisi

- Sebelum dirawat : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, nafsu makan
baik. Pasien minum sehari 7-8 gelas air putih dan diselingi minum susu, pasien tidak
menyukai teh ataupun kopi. Pasien mengatakan tidak ada keluhan.

- Saat dirawat : Pasien makan 1 kali sebelum melahirkan pada jam 21.00 WIB tanggal
16 Oktober 2018 dengan porsi makan sedikit dan nafsu makan yang kurang. Pasien
minum 2 gelas teh.

2. Pola eliminasi

- Sebelum dirawat : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi kadang
lunak kadang keras, warna kuning dan bau yang khas. Pasien mengatakan selama
hamil BAK lebih sering terutama pada trisemester ke 3 yaitu 7-9 kali dalam sehari
dengan warna kuning jernih dan bau yang khas.

- Saat dirawat : Pasien mengatakan belum ada BAB setelah melahirkan. Pasien
mengatakan setelah melahirkan BAK sudah 2 kali setelah melahirkan pukul 06.00
WIB dan 09.WIB pada tanggal 15 Desember 2021

3. Pola aktvitas

- Sebelum dirawat : Selama hamil pasien mengatakan masih bekerja dalam mengurus
rumah tapi dengan hati-hati dan tidak terlalu capek.

- Saat dirawat : Klien dibantu sepenuhnya oleh keluarga karena merasa letih dan
lemah. Klien juga mengatakan tidak banyak bergerak karena masih takut dengan luka
jahitannya dan klien masih merasakan nyeri pada luka jahitannya.

4. Pola istirahat dan tidur

- Sebelum dirawat : Tidur malam lebih kurang 8 jam dari jam 21:00 – 04:30 wib, tidur
siang lebih kurang 3 jam dari jam 14:00 – 16:00 wib.

- Saat dirawat : Pasien mengatakn baru tidur 2 jam setelah melahirkan.

5. Pola personal hygiene

- Sebelum dirawat : Mandi 2 kali sehari, mandi secara menyeluruh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Keramas hanya 4 kali seminggu.

- Saat dirawat : Pemenuhan kebersihan diri dibantu oleh keluarga.


B. Pemeriksaan Fisik

1. Tinggi badan:……165…….cm. Berat badan:……70………kg.

2. TANDA VITAL

Pengukuran Hasil

Temperatur 36,8 ˚C

Nadi 92 x/menit

Pernapasan 22 x/menit

Tekanan darah 110/70 mmHg

3. MATA:

Konjungtiva: Pucat Kelainan: Tidak ada kelainan

4. WAJAH

Cloasma Gravidarum: ada/ tidak Kelainan: Tidak ada kelainan

5. MULUT & GIGI

Karies gigi: Tidak ada karies gigi Protesa : tidak ada protesa

Kelainan: tidak ada kelainan

6. LEHER:

Kelenjar tiroid: teraba/ tak teraba Kelainan: Tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening: membesar/tidak. Kelainan: Tidak ada kelainan

7. DADA

Organ Item Hasil


Payudara Bentuk Simetris / Asimetris
Pembengkakan Ada / tidak
Areola Membesar/ tidak
Pigmentasi / tidak
Puting susu Membesar / tidak
Bentuk Menonjol / datar / masuk
Colostrum Ada / tidak
Kelainan Tidak ada kelainan
Paru Bunyi Vesikuler
Kelainan Tidak ada kelainan

Jantung Bunyi Terdengar bunyi S1 dan


Frekuensi Denyut S2
Jantung …110….x / menit.
Reguler / irregular

Kelainan Tidak ada kelainan

8. ABDOMEN

Striae Gravidarum : Ada / tidak

Linea Alba : Ada / tidak

Leopold Item Hasil


Leopold I TFU 2-3 jari bawah
processus xypoideus

Ukuran Kepala / bokong


Bagian di Fundus 3-4..cm.

Perkiraan Usia ……40………minggu


Kehamilan
……Tidak ada
Kelainan kelainan……………..

Leopold II Letak punggung Kanan / kiri


Bagian kecil Kanan / kiri
Denyut Jantung …144....x / menit
Janin …Tidak ada
Kelainan kelainan……

Leopold III Bagian di bawah Kepala / bokong


Engagement Masuk / belum
Kelainan Tidak ada kelainan

Leopold IV Kepala janin vs PAP Konvergen /


Kelainan devergen
……Tidak ada
kelainan……………
9. PANGGUL LUAR:

Bentuk : Distansia spinarum (jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri
dengan ukuran normal 23-26 cm.

Ukuran : ………………………………………

Kelainan : Tidak ada kelainan

10. GENITO URINARIA

VULVA & PERINEUM

Tanda Chadwick : Ada / tidak

Pembengkakan vulva : Ada / tidak

Keluaran : Lendir / lendir + darah / darah

Jumlah : ……3…….ml. Banyak / sedikit

PERIKSA DALAM

Portio : tipis/ tebal

Lunak / kaku

Dilatasi Servix : ……7…cm.

Keluaran : Lendir / lendir+darah / darah.

Kelainan : Tidak ada

KANDUNG KEMIH : Penuh / kosong.

11. EKSTREMITAS

Oedema : Ada / tidak

Varises : Ada / tidak

Refleks Patella : Positif / Negatif


C. Pemeriksaan Laboratorium

1. URINE

Protein Uria : positif / negative

Kelainan : Tidak ada kelainan

2. Hb : ………9,6………mg/dL

Kelainan : Tidak ada kelainan

ANALISIS DATA

Problem Etiologi Symptom

Nyeri akut Trauma jahitan luka episiotomi DS:

- Pasien mengatakan
nyeri pada luka jahitan

- Pasien mengatakan
nyeri bertambah saat
bergerak

- Pasien mengatakan
skala nyeri 4

DO:

- Klien tampak meringis

- Klien tampak tidak


bebas saat bergerak

- Skala nyeri 4 yaitu


sedang

- TD: 110/70 mmHg, N:


92 x/I, S : 36,8 0C

- Terdapat luka jahitan di


perineum: 5 jahitan
- Episiotomi
mediolateralis

Resiko Infeksi Trauma DS:

- Pasien mengatakan
takut untuk berjalan

- Pasien mengatakan
mengganti pembalut
2x/hari

DO:

- Kesadaran : compos
mentis

- TTV :

TD : 110/70 mmHg

N : 92 x/i

S :36,8 OC

R : 22 x/i

- Tidak ada kemerahan

- Kerekatan jahitan kuat

- Terdapat darah warna


terang

- Lochea rubra

- Ekimosis

- Bau : seperti darah


biasa dan tidak busuk.

- Leukosit : 7.800 mm3

Kurang pengetahuan Kurangnya informasi tentang DS:


perawatan post partum. - Klien mengatakan
belum mengetahui
tentang cara perawatan
post partum
- Klien mengatakan
belum mengetahui
tentang cara perawatan
payudara
- Klien mengatakan ingin
mengetahui manfaat
lebih dari ASI.
- Klien mengatakan
belum tahu akan
memakai KB apa setelah
melahirkan ank
pertamanya.

DO:
- Klien tampak bingung
- Klien tampak banyak
bertanya
- Klien banyak
menggeleng saat di
Tanya

DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan


post partum.

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi


Hasil
 At 9.00 11.30
1 Nyeri (akut) > Pain Level, - Lakukan pengkajian - Melakukan pengkajian S:
berhubungan > Pain control, - Pasien mengatakan
nyeri secara skal nyeri
dengan trauma > Comfort level
komprehensif termasuk nyeri pada luka jahitan
jahitan luka
episiotomi lokasi, karakteristik, - Membantu pasien dan berkurang
Kriteria Hasil :
Ditandai - Mampu mengontrol durasi, frekuensi, keluarga untuk mencari - Pasien mengatakan
dengan: nyeri (tahu penyebab kualitas dan faktor dan menemukan sudah BAB
nyeri, mampu presipitasi dukungan - Pasien bersedia untuk
DS: menggunakan tehnik dilakukan kompres
- Pasien nonfarmakologi untuk dingin
- Bantu pasien dan - Mengontrol lingkungan
mengatakan mengurangi nyeri, - Pasien mengatakan
mencari bantuan). keluarga untuk mencari yang dapat
nyeri pada luka dan menemukan mempengaruhi nyeri sebelumnya belum
jahitan - Melaporkan bahwa dukungan seperti suhu ruangan, pernah dilakukan
- Pasien nyeri berkurang dengan pencahayaan dan kompres dingin pada
mengatakan menggunakan - Kontrol lingkungan kebisingan perawatan perineum
manajemen nyeri
nyeri yang dapat
bertambah saat - Mampu mengenali mempengaruhi nyeri - Mengajarkan tentang O:
bergerak nyeri (skala, intensitas, seperti suhu ruangan, teknik non farmakologi - Saat pemeriksaan
frekuensi dan tanda pencahayaan dan dengan mengompres tampak pasien tidak
- Pasien nyeri) kebisingan dingin perineum untuk pucat dan kelelahan
mengatakan mengurangi nyeri dengan - Skala nyeri 1 = ringan
- Menyatakan rasa - Pilih dan lakukan menggunakan cairan - Ekpresi wajah klien
skala nyeri 4 nyaman setelah nyeri
berkurang penanganan nyeri NaCL 0,9 %. tampak rileks
DO: (farmakologi, non - Sudah dilakukan
- Klien tampak - Tanda vital dalam farmakologi dan inter - Meningkatkan istirahat perawatan perineum
meringis rentang normal personal) dengan kompres dingin
- Mengkolaborasikan - TTV :
- Klien tampak - Kolaborasikan dengan dengan dokter jika ada TD : 120/80 mmHg
tidak bebas dokter jika ada keluhan keluhan dan tindakan N : 82x/menit
saat bergerak dan tindakan nyeri nyeri tidak berhasil S : 36,6OC
tidak berhasil R : 20x/menit
- Skala nyeri 4 - Memonitor penerimaan
yaitu sedang - Monitor penerimaan pasien tentang A : Masalah sudah
pasien tentang manajemen nyeri. teratasi
- TD: 110/70
manajemen nyeri
mmHg, N: 92
P : Intervensi
x/I, S : 36,8 0C dihentikan
- Terdapat luka
jahitan di
perineum: 5
jahitan

- Episiotomi
mediolateralis
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi
Hasil
 At 9.00 11.30
2 Risiko infeksi > Immune Status - Bersihkan lingkungan - Membersihkan S:
berhubungan > Knowledge : - Pasien mengatakan
setelah dipakai pasien lingkungan setelah
dengan trauma Infection control
lain dipakai pasien lain nyeri pada luka jahitan
jaringan atau > Risk control
kerusakan kulit - Pasien mengatakan
Ditandai dengan Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik - Mempertahankan teknik mau dilakukan
: - Klien bebas dari tanda isolasi isolasi perawatan perineum
dan gejala infeksi - Pasien mengatakan
DS: - Batasi pengunjung - Membatasi pengunjung sudah tahu cara
- Pasien - Mendeskripsikan perawatan vulva
bila perlu bila perlu
mengatakan proses penularan hygiene
takut untuk penyakit, factor yang
mempengaruhi - Instruksikan pada - Menginstruksikan pada - Pasien tampak sudah
berjalan penularan serta pengunjung untuk pengunjung untuk tahu cara perawatan
penatalaksanaannya mencuci tangan saat mencuci tangan saat luka episiotomi dengan
- Pasien benar
berkunjung dan setelah berkunjung dan setelah
mengatakan - Menunjukkan berkunjung berkunjung
mengganti kemampuan untuk O:
meninggalkan pasien meninggalkan pasien
mencegah timbulnya
pembalut - Keadaan luka basah
infeksi
2x/hari - Gunakan sabun - Menggunakan sabun - Tampak ada 5 jahitan
- Jumlah leukosit dalam antimikrobia untuk cuci antimikrobia untuk cuci - Tidak ada tanda-tanda
DO : batas normal infeksi
tangan tangan
- Kesadaran : - Lochea rubra
compos mentis - Menunjukkan
- Cuci tangan setiap - Mencuci tangan setiap - Jahitan kuat merekat
perilaku hidup sehat
sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah di perineum
- TTV :
tindakan keperawtan tindakan kperawatan - Terdapat darah
TD : 110/70 - Tidak ada kemerahan
mmHg - Gunakan baju, sarung - Menggunakan baju, - Tidak ada bintik
tangan sebagai alat sarung tangan sebagai kebiruan pada
N : 92 x/i pelindung alat pelindung perineum
- Tidak ada pus/nanah
S :36,8 OC
- Pertahankan - Mempertahankan - TTV :
R : 22 x/i lingkungan aseptik lingkungan aseptik TD : 120/80 mmHg
selama pemasangan selama pemasangan alat N : 82x/menit
- Tidak ada alat S :36,6OC
kemerahan - Meningkatkan intake R : 20x/menit
- Tingktkan intake nutrisi
- Kerekatan nutrisi A : Masalah teratasi
jahitan kuat - Memberikan terapi sebagian
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Terdapat antibiotik bila perlu P : Lanjutkan Intervensi
darah warna - Memonitor tanda dan
terang - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
gejala infeksi sistemik dan lokal
- Lochea rubra dan lokal
- Melakukan perawatan
- Ekimosis
- Berikan perawatan perineum untuk
- Bau : seperti kuliat pada area mengurangi resiko infeksi
darah biasa dan epidema
tidak busuk. - Melihat kondisi luka/
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah.
- Leukosit : insisi bedah
7.800 mm3 - Mengajarkan cara
- Ajarkan cara menghindari infeksi
menghindari infeksi dengan cara melukan
perawatan pada perineum
dengan sering mengganti
pembalut dan cara
membersihkan dari depan
ke belakang.
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi
Hasil
 At 9.00 11.30
3 Kurang > Kowlwdge : disease - Berikan penilaian - Memberikan penilaian S:
pengetahuan process - Pasien mengatakan
tentang tingkat tentang tingkat
berhubungan > Kowledge : health
pengetahuan pasien pengetahuan pasien sudah tahu cara
dengan Behavior
kurangnya tentang proses penyakit tentang proses penyakit perawatan vulva
informasi Kriteria Hasil : yang spesifik yang spesifik hygiene/perineum
tentang - Pasien dan keluarga dengan benar yaitu
perawatan post menyatakan - Sediakan informasi - Menyediakan informasi dengan embersihkan
partum Ditandai pemahaman tentang pada pasien tentang pada pasien tentang dari depan kebelakang.
dengan : penyakit, kondisi, kondisi, dengan cara kondisi, dengan cara yang - Pasien sudah tahu
prognosis dan program cara menyusui dengan
DS: pengobatan yang tepat tepat yaitu dengan
- Klien memberikan informasi benar
mengatakan - Pasien dan keluarga - Dukung pasien untuk kepada pasien mengenai - Pasien mengatakan
belum mampu melaksanakan mengeksplorasi atau cara perawatan post sudah tahu tentang cara
mengetahui prosedur yang mendapatkan second partum, cara perawatan perawatan payudara.
tentang cara dijelaskan secara benar opinion dengan cara payudara, manfaat asi, - Pasien mengatakan
perawatan post yang tepat atau macam-macam kb. sudah mengetahui
- Pasien dan keluarga
partum diindikasikan manfaat lebih tentang
mampu menjelaskan
- Klien kembali apa yang - Mendukung pasien ASI
mengatakan dijelaskan perawat/tim - Instruksikan pasien untuk mengeksplorasi
belum kesehatan lainnya mengenai tanda dan atau mendapatkan second O :
mengetahui
gejala untuk opinion dengan cara yang - Pasien tampak
tentang cara menyusui bayinya
melaporkan pada tepat atau diindikasikan
perawatan
pemberi perawatan dengan benar
payudara
- Klien kesehatan, dengan cara - Menanyakan ke pasien
yang tepat pasien mengenai tanda A : Masalah teratasi
mengatakan
ingin dan gejala yang belum di
mengetahui ketahui untuk melaporkan P : Intervensi
manfaat lebih pada pemberi perawatan dihentikan
dari ASI. kesehatan, dengan cara
- Klien yang tepat.
mengatakan
belum tahu
akan memakai
KB apa setelah
melahirkan ank
pertamanya.

DO :
- Klien tampak
bingung
- Klien tampak
banyak
bertanya
- Klien banyak
menggeleng
saat di Tanya
Pendidikan Kesehatan
Menurut Tiffanny Field, PH.D, peneliti dari University of Miami School of
Medicine, Amerika Serikat, 10% dari wanita yang terkena depresi saat hamil dapat
menularkan kesedihannya pada janin didalam kandungannya. Keaadaan stress akan
menyebabkan pembuluh darah di rahim mengerut, sehingga aliran darah ke rahim
akan berkurang. Ini menyebabkan aliran darah ibu ke rahim dari ibu ke janin akan
berkurang, sehingga bayi akan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi.
Keluhan yang sering Muncul dan Cara Mengatasi

a. Perubahan Fisiologis pada kehamilan


1. Sistem Kardiovaskuler
Keluhan: Anemia fisiologi, odem dependent pada trimester 3 (kaki bengkak), varises
(kaki, anus), jantung berdebar-debar. Cara mengatasi:
a. Tinggikan kaki pada saat istirahat diganjal.
b. Hindari mengkonsumsi sodium (kurangi garam).
c. Tidur miring pada saat istirahat kaki diganjal bantal.
d. Perhatikan tanda-tanda hipertensi pada kehamilan : tekanan darah diatas 140
sistole dan lebih dari 90 diastole, odem kaki dan bagian tubuh lain (kaki
bengkak).

2. Sistem Pernafasan Keluhan: sesak napas, dada ampeg, dada tidak nyaman.
Cara mengatasi:
a. Duduk dan berdiri dengan postur yang baik.
b. Ketika istirahat dengan posisi setengah duduk (semi fowler).
c. Hindari makan terlalu banyak dalam satu waktu.
d. Latihan pernafasan

3. Sistem Perkemihan Keluhan: sering kencing, sering kencing pada waktu


malam, terkencing-kencing pada saat ada tekanan batuk, tertawa.
Cara mengatasi:
a. Hindari kebiasaan menahan kencing
b. Waspadai tanda-tanda infeksi saluran kencing : sakit dan panas saat kencing,
rasa kencing tidak puas.
c. Kurangi minum pada waktu malam.
d. Latihan Kegel exercise untuk menguatkan otot-otot dasar panggul

4. Sistem Pencernaan Keluhan: mual-muntah, eneg, sembelit, sering kentut,


hemoroid nyeri ulu hati, gusi bengkak dan berdarah, banyak meludah.
Cara mengatasi:
Mual dan muntah
a. Hindari makan-makanan yang berkuah, tingkatkan makan makanan yang
mengandung karbohidrat.
b. Makan sedikit tapi sering.
c. Makan makanan kering yang rendah garam pada waktu makan.
d. Kurangi minum pada saat makan.
e. Hindarkan bau yang tidak enak untuk menghindari mual
Sembelit dan kembung, sering kentut
a. Tingkatkan masukan cairan 6-8 gelas/hari.
b. Lakukan olahraga ringan
c. Makan makanan yang tinggin serat.
d. Hindari penggunaan pencahar untuk mengatasi sembelit.
e. Hindari makan makanan yang bayak menghasilakn gas (buncis, kool, kembang
kool, pete, durian).
Tenggorokan panas karena regusitasi
a. Kurangi makanan yang berlemak dan makanan pedas.
b. Makan sedikit tapi sering.
c. Makan dan mengunyah secara pelan.
d. Hindari makanan yang mengiritasi lambung (alkohol, kopi)
e. Hindari tidur dengan posisi terlentang.
Hemoroid
a. Tingkatkan intake cairan dan serta dalam makanan.
b. Pertahankan olah raga.
c. Hindari sembelit.
d. Mandi rendam dengan air hangat.
e. Tinggikan panggul dan kaki pada saat istirahat.
Gusi bengkak dan berdarah
a. Mejaga kebersihan gigi dan mulut.
b. Gunakan sikat gigi yang lembut.
Sering meludah
a. Makan permen
b. Rajin menjaga kebersihan mulut
c. Pertahankan minuman 6-8 gelas/hari
d. Gunakan pelembab bibir agar bibir tidak kering.

Kulit Keluhan: srecth macth, hiperpigmentasi, lebih berminyak berjerawat.


Cara mengatasi:
a. Mandi setiap hari
b. Tidak perlu khawatir setelah hamil akan kembali pulih.
c. Jaga kebersihan kulit.

Tulang dan Sendi Keluhan: kram kaku, nyeri otot, pegal/nyeri pinggang, sendi terasa
kaku.
Cara mengatasi:
a. Membiasakan postur tubuh yang baik.
b. Hindari sepatu hak tinggi
c. Gunakan baju yang nyaman tidak mengganggu sirkulai darah.
d. Senam hamil
PENDIDIKAN KESEHATAN

Nama Klien: Ny.D Tanggal Pendidikan Kesehatan……12-08-2022……….


Nama Mahasiswa: Carlos Edoardo Sagala

TOPIK TUJUAN TUJUAN MATERI KEGIATAN MEDIA/ALAT REFERENSI EVALUASI


INSTRUKSIONA INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN BANTU
L UMUM KHUSUS
Setelah a. Peserta 1. Pengertian Nifas Pendahuluan : Leaflet Cunningham, F. Peserta mampu
Perawatan melaksanakan mampu Puerperium (nifas) adalah masa - Mempersiapkan alat, Gary et al. memahami materi
Nifas kegiatan menjelaskan sesudah persalinan untuk pulihnya peserta dan penyaji 2005. Obstetri yang telah
penyuluhan pengertian nifas kembali alat-alat kandungan yang Williams. Edisi 21. disampaikan dan juga
diharapkan lamanya 6 minggu. (Obstetri - Peserta menyiapkan diri Alih bahasa: Andry Ada umpan balik
pasien mengerti b. Peserta Fisiologi : 315) ditempat penyuluhan Hartono, Joko positif peserta seperti
dan mampu mampu Puerperium (nifas) adalah masa Suyono, Brahm U. dapat menjawab
melakukan menjelaskan dimulai setelah persalinan dan Pelaksanaan : Pendit. Jakarta: pertanyaan yang
perawatan pada tujuan dilakukan berakhir kira-kira 6 minggu, akan - Mendengarkan EGC diajukan oleh penyaji.
ibu nifas perawatan nifas tetapi seluruh alat genetalia baru pembukaan yang Pusdiknakes.
dirumah. pulih kembali seperti sebelum ada disampaikan oleh 2003. Buku 4.
c. Peserta kehamilan dalam waktu 5 bulan. moderator Asuhan Kebidanan
mampu (Ilmu Kebidanan : 237) Postpartum. Jakarta:
mengenali - Mendengarkan dan Pusdiknakes-WHO-
tanda-tanda 2. Tujuan perawatan nifas memberi umpan balik J HPIEGO
bahaya pada a. Memulihkan kesehatan umum terhadap materi yang Saifuddin, AB.
masa nifas b. Mempertahankan kesehatan disampaikan 2001. Buku Acuan
psikologis Nasional Pelayanan
d. Peserta c. Mencegah infeksi dan - Mengajukan pertanyaan Kesehatan Maternal
mampu komplikasi mengenai materi yang dan Neonatal.Edisi
melakukan d. memperlancar pembentukan air belum dipahami  1. Jakarta: YBPSP
perawatan pada susu ibu Sarwono, P.
masa nifas e. mengajarkan ibu untuk - Menjawab pertanyaan 2008. Ilmu
melaksanakan perawatan mandiri yang telah diajukan. Kebidanan. Jakarta :
sampai masa nifas selesai dan YBPSP
dapat merawat bayinya dengan Penutup :
baik. - Penutup oleh
moderator.
3. Tanda-tanda bahaya nifas
Ibu nifas harus segera
pergi/memeriksakan sirinya
ketenaga kesehatan jika dijumpai
tanda-tanda bahaya, seperti :
a. Perdarahan lewat jalan lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalan
lahir
c. Demam lebih dari 2 hari
d. Bengkak dimuka, tangan dan
kaki mungkin dengan sakit kepala
dan kejang-kejang
e. Payudara bengkak, kemerahan
disertai rasa sakit.
f. Mengalami gangguan jiwa (post
partum blues).

4. Perawatan Masa Nifas

a. Mobilisasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin
enggan bergerak karena letih dan
sakit. Berdasarkan penelitian ibu
sudah diperbolehkan miring
kekanan dan kekiri pada 2 jam
setelah melahirkan dan ibu boleh
turun dari tempat tidur dalam kurun
waktu 3 jam setelah persalinan
dengan bantuan keluarga atau
bidan / perawat. Pasien sectio
caesarea mobilisasi dilakukan
dalam kurun waktu 24 – 36 jam
setelah melahirkan.

b. Diet/ Nutrisi
Dalam periode nifas diperlukan
nutrisi yang keseluruhan baik ,
kaya protein, vitamin dan
karbohidrat. Ibu menyusui harus
mendapatkan paling sedikit 2500
kalori dalam satu hari, dengan
tambahan 500 ml susu per hari
(Derek J, 2005)
Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari, pil zat besi harus diminum
untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin (Saifuddin AB, 2002)
Nutrisi dan cairan pada ibu nifas:
§ Kebutuhan gizi ibu nifas adalah
700 kkal/hari.
§ Makanan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
§ Minum setiap sebelum menyusui
sedikitnya 3 liter/hari.
§ Pil zat besi selama 40 hari pasca
persalinan.
§ Minum kapsul vit. A (200 unit)
agar bisa memberikan vit. A
kepada bayi melalui ASI.
§ Vit. C 100 mg, B1 1,3 mg dan B2
1,3 mg.
§ Makanan yang mengandung
asam lemak omega 3 yang banyak
terdapat pada ikan laut.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat
dilakukan dalam 6-8 jam PP,
kadang-kadang wanita sulit
kencing, karena spingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan
spasme sehingga terjadi iritasi dan
nyeri, bila kandung kemih penuh
dapat menyebabkan terganggunya
kontraksi uterus sehingga dapat
terjadi perdarahan, infeksi
kandung kemih, jadi upayakan
untuk mempercepat BAK. Jika
tidak bisa dilakukan kateterisasi.

d. Hygiene
Masa nifas adalah masa yang
rentan terjadi infeksi pada ibu.
Oleh karena itu, ibu nifas
disarankan :
1) Menjaga kebersihan seluruh
tubuh dengan mandi
2) Membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Untuk
membersihkan daerah disekitar
kelamin dilakukan dari arah depan
ke belakang kemudian didaerah
sekitar anus setiap selesai buang
air kecil maupun buang air besar.
Keringkan dengan handuk dengan
cara ditepuk – tepuk dari arah
muka ke belakang.
3) Menyarankan ibu untuk
mengganti pembalut setidaknya
dua kali sehari
4) Cuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya

e. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu darah merah berhenti dan
dia tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk
memulai hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.

f. Latihan Senam Nifas


Tujuan : mempercepat involusi
uteri, menambah kebugaran tubuh,
dan untuk mengembalikan bentum
tubuh seperti sebelum hamil.
1. Senam otot dasar panggul
§ Kerutkan/kencangkan otot
sekitar vagina seperti menahan
BAK selama 5 detik. Kemudian
kendorkan selama 3 detik lalu
kencangkan lagi. Mulailah dengan
10x 5 detik pengencangan otot 3x
sehari.
§ Secara bertahap lakukan senam
sampai 30 – 50x dalam sehari.
2. Senam otot perut
Senam ini dilakukan dengan posisi
berbaring dan lutut tertekuk pada
alas yang datar dan keras, mulai
dengan melakukan 5x/hari untuk
tiap jenis senam ini. Tiap minggu
frekuensi ditambah 5x, maka pada
akhir masa nifas tiap jenis senam
ini dilakukan 30x.

g. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan
untuk memperlancar pengeluaran
ASI. Perawatan payudara
dilakukan dengan cara :
§ Menjaga payudara tetap bersih
dan kering.
§ Menggunakan BH yang
menyokong payudara.
§ Apabila putting lecet oleskan
kolostrum/ASI yang keluar pada
sekitar putting susu tiap kali
selesai menyusui.
§ Apabila lecet sangat berat dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan
dengan menggunakan sendok.
§ Untuk menghilangkan nyeri,
minum parasetamol 1 tablet tiap 4
– 6 jam.

h. Kontrasepsi
Sebaiknya sebelum memilih
kontrasepsi dikonsulkan terlebih
dahulu ke bidan atau dokter.
Kontrasepsi yang dianjurkan
adalah IUD/spiral, implan,suntik 3
bulanan dan steril. Yang tidak
dianjurkan adalah pil kombinasi
dan suntik 1 bulanan.
i. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat bayi dirumah :
1. Tali pusat jika masih
belum lepas bisa
dibungkus dengan kasa
kering dan bersih. Tidak
diperbolehkan memberi
rempah-rempah atau jenis
yang lain pada tali pusat
bayi.
2. Mengganti kasa
pembungkus tali pusat jika
basah atau terkena
kotoran bayi. Jangan
menunggu diganti saat
memandikan bayi saja.
3. Daerah sekitar tali pusat
harus selalu dalam
keadaan kering dan bersih
untuk mencegah terjadinya
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.stikesperintis.ac.id/940/1/43%20FIVI%20NOVITA.pdf

Anda mungkin juga menyukai