Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Oleh
Sofiyanto
NIM: 1110092000041
Oleh
Sofiyanto
NIM: 1110092000041
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (SP)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sofiyanto
1110092000041
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
1. Nama Lengkap : SOFIYANTO
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 10 Mei 1989
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Alamat : Jl. Legoso RT: 005/001, Pisangan –
Ciputat Timur - Tangerang Selatan
6. Agama : Islam
7. Status Perkawinan : Belum Menikah
8. Telepon / Hp. : 08788 4474 181 / 0857 800 55476
9. Email : sofiyanto1@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. (1995 – 2002) SD Negeri Keborangan
2. (2002 – 2005) SMP Negeri 3 Subah
3. (2007 – 2010) SMK Islam Ruhama, Prog. Adm. Perkantoran
4. (2010–2015) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
1. Magang di PT PLN (Persero), Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Periode : 2 Januari 2009 s.d. 27 Februari 2009
Posisi : Staff Adm. Dalos
2. Bekerja di CV ERA USAHA JAYA
Periode : 1 Agustus 2011 – 1 November 2011
Posisi : Staff Accounting
3. Bekerja di PT SARI BURGER INDONESIA
Periode : 6 Juni – 30 Juli & 3 November 2011 – 25 April 2013
Posisi : Crew Part Time
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
1. Ayah dan Ibu, orangtuaku tercinta yang selama ini tidak pernah berhenti
memberikan kasih sayang, do’a, serta segala upaya dalam memberikan
dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Iskandar Andi Nuhung, M.Si dan Bapak Achmad Tjahja
Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang
bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Ibu Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si
selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran
yang bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si. selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
7. Ibu Rizky Adi Puspita Sari, SP, MP selaku Dosen Penasehat Akademik.
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang
berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.
10. Bapak Kepala BPS Kabupaten Batang beserta karyawan yang telah
terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
penulisan skripsi.
11. Thanty yang selalu memberikan support dan berbagi pemikiran bersama
penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
1.4. Kegunaan Penelitian................................................................ 12
1.5. Ruang Lingkup ........................................................................ 13
i
3.3. Metode Analisis Data .............................................................. 45
3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient) ................................... 45
3.3.2. Analisis SS (Shift Share) ............................................... 47
ii
5.3. Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Batang
Periode 2004-2013 Berdasarkan Pendekatan Location
Quotient (LQ) .......................................................................... 95
5.4. Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor Pertanian Kabupaten
Batang dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2013 ............ 97
5.5. Pertumbuhan dan Daya Saing Masing-masing Sub
Sektor Pertanian Berdasarkan Analisis Shift Share (SS) ...... 100
5.5.1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ...................... 100
5.5.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan ............................. 104
5.5.3. Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya ........................ 105
5.5.4. Sub Sektor Kehutanan ............................................... 107
5.5.5. Sub Sektor Perikanan ................................................ 108
5.6. Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian
Dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Batang ............. 110
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 7. Rasio PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah .............. 85
iv
Tabel 15. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000,
Tahun 2004 dan 2013 ......................................................................... 99
Tabel 16. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Daya Saing Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten Batang Tahun 2004 dan 2013 .................... 111
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
Gambar 17. Grafik Konstribusi Sub Sektor Bahan Makanan Tahun
2008 – 2012 ............................................................................... 101
Gambar 18. Grafik Produksi Padi Tahun 2008 – 2012 .................................. 102
Gambar 19. Grafik Produksi Palawija Tahun 2008 – 2012 ........................... 103
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 10. Rasio PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 dan 2013 ............... 129
viii
Lampiran 13. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor
Pertanian Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2004-2013 ................................................... 132
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak lagi dikendalikan secara ketat dari pusat namun sudah diserahkan
(Murhaini, 2009). Otonomi daerah yang berkembang saat ini, di satu sisi
jawab daerah.
terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan
menciptakan total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) senilai 482,54
triliun rupiah. Angka tersebut termasuk sektor minyak dan gas bumi (migas)
yang nilainya 58,70 triliun rupiah. Tanpa sumbangan dari sektor migas yang
Tengah hanya sebesar 423,83 triliun rupiah (BPS Provinsi Jawa Tengah,
2012).
2
Melihat PDRB ADHB tanpa migas tahun 2012 dari masing-masing
Tabel 1. Nilai, Distribusi dan Peringkat PDRB ADHB Tanpa Migas Menurut
Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2012
PDRB Rank
No. Kabupaten/Kota Share
(Triliun Rp) 2011-2012
*) Kota
3
Dari data pada Tabel 1 tersebut, besaran PDRB ADHB tanpa migas
dan yang tertinggi adalah Kota Semarang. Dari sebaran data PDRB ADHB,
lainnya. Total nilai PDRB ADHB dari ke tiga kabupaten/kota ini mencapai
141,252 triliun rupiah dengan proporsi 33,33 persen terhadap total PDRB se
Jawa Tengah.
PDRB sebesar 36,959 triliun rupiah (8,72 persen) menempati posisi ke tiga
terbesar setelah Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap dengan nilai PDRB
rupiah (11,78 persen). Pada posisi ke empat dengan jarak yang cukup jauh
ditempati oleh Kabupaten Brebes dengan nilai 18,027 triliun rupiah (4,26
4
perubahan sementara 6 kabupaten/kota yang lain bergeser posisi. Dua
penurunan peringkat.
memberikan kontribusi 1,53 persen dari total PDRB ADHB Jawa Tengah
dengan nilai 6,492 triliun rupiah. Sementara itu, jika dilihat dari letak
pesisir dan dilalui oleh jalur Pantai Utara Jawa (Pantura). Hal tersebut
Batang pada tahun 2012 adalah sektor industri pengolahan; sektor pertanian;
5
sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor jasa-jasa; serta sektor
PDRB Kabupaten Batang tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai
berikut :
Tabel 2. PDRB Kabupaten Batang Tahun 2012 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000.
PDRB
Lapangan Usaha
(Ribuan Rp) (%)
1. Pertanian 648.359.314 24,83
a. Tanaman Bahan Pangan 361.387.422 13,84
b. Tanaman Perkebunan 119.642.391 4,58
c. Peternakan dan Hasilnya 88.349.761 3,38
d. Kehutanan 17.715.986 0,68
e. Perikanan 61.263.754 2,35
2. Pertambangan dan Penggalian 34.087.250 1,31
3. Industri Pengolahan 719.069.352 27,53
4. Listrrik, Gas dan Air Minum 24.466.477 0,94
5. Bangunan 159.246.868 6,10
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 447.527.395 17,14
7. Pengangkutan dan Komunikasi 103.334.591 3,96
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 103.996.234 3,98
9. Jasa-Jasa 371.441.240 14,22
Total PDRB 2.611.528.721 100
Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012
27,53 persen; 24,83 persen; 17,14 persen; 14,22 persen; dan 6,10 persen.
6
penduduk di Kabupaten Batang bekerja di sektor pertanian, 57.781 orang di
jasa, 14.041 orang di sektor angkutan, dan 37.807 di sektor lainnya (BPS
Kabupaten Batang lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 – 2012 sektor
tahun 2008; 2,78% pada tahun 2009; 2,95% pada tahun 2010; 2,38% pada
(%)
7
dan memberikan kontribusi terbesar ke dua terhadap PDRB. Perkembangan
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 lima tahun terakhir dari tahun
(%)
8
Pembangunan pertanian dalam era globalisasi dihadapkan kepada
9
dalam perekonomian maupun penyerapan tenaga kerja. Upaya yang perlu
10
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Di Kabupaten Batang itu sendiri
sektor ekonomi yang ada dengan keterbatasan anggaran yang ada pada
APBD Kabupaten Batang. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan untuk
unggulan lainnya.
posisi sektor pertanian dalam perekonomian, peran dan potensi semua sub
potensi sub sektor pertanian perlu juga memperhitungkan daya saing dan
11
1. Bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian, serta posisi
2004-2013?
2. Sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan dan
2004-2013.
2. Mengetahui sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor
12
2. Bagi pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam
Batang.
penelitian sejenis.
sektor-sektor ekonomi dan sub sektor pertanian apa saja yang menjadi
sebelumnya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan sektor swasta. Petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar dan
ketika teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dan
14
pembangunan serta menganalisa dengan melihat kesesuaiannya dalam
konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan,
15
kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan
tersebut. Hal ini juga yang nantinya akan menggambarkan kemakmuran daerah
bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana
dari luar wilayah. Setiap negara akan selalu menargetkan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pada setiap daerahnya, karena hal itu menggambarkan
(the precondition for take off), lepas landas (the take off), gerakan ke arah
kedewasaan (the drive to maturity) dan massa konsumsi tinggi (the age of high
16
2. Tahap Prasyarat Lepas Landas (The Precondition For Take Off)
sebagainya.
lain-lain.
kesejahteraan masyarakat.
tahun 1966, definisi pertumbuhan ekonomi itu sendiri ialah suatu kenaikan
17
Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang
(Putong, 2003).
Adam Smith melalui bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The
Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1917 menyatakan bahwa salah satu
2005).
Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1917, menyatakan
ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk yang rendah dan
pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar),
18
dan pengawasan langsung. Keynes mengemukakan bahwa pendapatan total
merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar
Permintaan efektif ini ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama
dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat
keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi
sumberdaya yang ada (manusia, alam dan teknologi) pada suatu wilayah agar
19
Menurut Adam Smith dalam Boediono (1982), yang memengaruhi
pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari
yang ada.
di daerah otonom.
20
Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka
jawab daerah. Kesiapan sumber daya manusia dan pemerintah daerah saja
masyarakat di daerah dan kondisi sumber daya alam. Daerah dalam konsep
potensi sumber daya alam, etnis, budaya/tradisi, sumber daya manusia yang
21
2.4. Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada
pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain. Potensi sumber daya alam,
22
pembangunan daerah berkembang dengan baik maka diharapkan bahwa
(Soekartawi, 1990).
dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
Ini dilakukan melalui pertanian yang maju, efisien, dan tangguh sehingga
tani yang makin maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Sumber daya
23
alam dan manusia patut menjadi dasar bagi pengembangan pertanian masa
efektif dan efisien, (ii) produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan nilai
ekonominya melalui proses pengolahan yang tepat, (iii) produk yang telah
pemasaran, (iv) produk memiliki daya saing di pasaran dalam dan luar
dalam perspektif ekonomi wilayah. Hal ini terlihat jelas dari peran daerah
Pemerintah Pusat dalam hal ini hanya merancang pelaksanaan yang bersifat
24
demikian, maka Pemerintah Daerah benar-benar dituntut agar mampu
wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Dalam rangka
hal, antara lain dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor pertanian
pangan dan gizi, dapat menyerap banyak tenaga kerja dan semakin
25
3. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja
terutama industri.
4. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber dana dan daya yang
5. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor
tersebut dicirikan oleh dominasi sektor pertanian dan pedesaan dalam GDP
26
2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
regional akan lebih jelas, serta dapat memberikan manfaat untuk berbagai
pembangunan ekonomi.
kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer, yaitu sektor yang
atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung dengan menggunakan harga setiap tahunnya. Selain itu
ada PDRB atas harga konstan yaitu menggambarkan nilai tambah barang
27
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu
PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah atas dasar harga
Batang, 2012).
Batang, 2012):
barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk
28
dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik
Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai
terjadi.
permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor
lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor akan
29
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita,
peluang ekspor yang ada, terutama dalam era otonomi daerah dan era
merupakan sektor basis. Metode ini menentukan sektor basis dengan tepat.
Akan tetapi metode ini memerlukan biaya, waktu, dan tenaga kerja yang
banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi
asumsi; (2) metode Location Quotient; (3) metode kombinasi 1 dan 2; (4)
dan derajad self sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi
30
1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di
basic.
tersebut. Jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.
perbandingan antara share output sektor i di kota dan share output sektor i
Keterangan:
LQi > 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor
basis (B), sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB). Ada beberapa
31
1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak
langsung.
2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data
nasional.
32
kemajuan sektor basis yaitu : 1) perkembangan jaringan transportasi dan
cadangan sumberdaya.
wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta
relatif besar
metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai
sektor basis atau sektor unggulan. Sedangkan jika nilai LQ < 1 maka sektor
33
i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan
Dasar pemikiran metode ini atau dasar teori metode ini adalah teori basis
ekonomi.
analisis yang sederhana dan sangat menarik bila dilakukan dalam kurun
waktu tertentu.
al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share ini merupakan metode yang
dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Kegunaan
34
secara relatif dengan sektor lain. Analisis ini pun dapat melihat
kebijakan perpajakan.
35
pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta
lambat.
Shift Share (SS) sudah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Ayu Sri Utami Hendriyani (2012) dengan judul “Analisis
36
Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor unggulan dalam periode 2005-
2010. Data yang digunakan yaitu PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005-
2010 dan PDRB Kabupaten Cirebon dalam periode 2005-2010 atas dasar
metode Location Quotient (LQ) dan metode analisis Shift Share (SS) dan
sektor jasa-jasa.
hiburan dan rekreasi yaitu dengan cara mengadakan pameran dan peta
37
Cirebon yaitu memberikan anggaran kepada sektor yang tepat yaitu sektor
di Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data PDRB Kota
Share (SS).
Hotel dan Restoran; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Berdasarkan
yang cepat yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PPij>0). Walaupun
38
demikian, sektor perdagangan, hotel dan restoran bukan menjadi sektor
perdagangan, hotel dan restoran secara ekonomi dapat bersaing dengan baik
dayasaing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Akan tetapi pemerintah juga tidak lupa dengan sektor yang harus
melihat prospek yang bagus untuk pertumbuhan Kota serta menyerap tenaga
39
Noeke Korsiska Dewi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
Ponorogo.
dengan analisis data yang digunakan yaitu analisis Location Quotient (LQ),
Shift Share serta penggabungan LQ dan Shift Share. Data yang digunakan
belimbing, jambu air, jambu biji, durian, sirsak, melon, mangga, pisang,
rambutan, bawang putih, bawang merah, buncis, sawi, tomat, bayam, cabai
cengkeh, tebu, panili, lada, kakao, jahe, kopi, jambu mete, tembakau kerbau,
kuda, kambing, domba, ayam kampung, itik, mentok, sapi, kelinci tawes,
mujaer, lele, udang, katak, jati, mahoni, sono dan pinus. Kecamatan yang
40
memiliki komoditi pertanian basis terbanyak adalah Kecamatan Ngebel
ketimun, salak, rambutan, mangga, pepaya, jambu biji, jambu air, melon,
tomat, kopi, jambu mete, tembakau, kakao, lada, panili, tebu, ayam
kampung, kelinci, ayam ras, domba, itik, mentok, kuda, kerbau, mujaer,
katak, tawes, udang, pinus, jati, mahoni dan sono. Kecamatan Ngebel
salak, jambu biji, mangga, pisang, rambutan, tomat, cabai besar, jeruk
keprok, jambu air, melon, manggis, buncis, bayam, belimbing, sirsak, tebu,
panili, kakao, kopi, jambu mete, tembakau, lada, kuda, kambing, domba,
ayam kampung, itik, mentok, kelinci, ayam ras, sapi, kerbau, tawes, mujaer,
udang, lele, katak, jati, mahoni, sono, pinus. Kecamatan Ngebel memiliki
41
2.12. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Batang merupakan daerah yang memiliki berbagai
potensi dan letak daerah yang strategis yaitu di jalur Pantura (Pantai Utara
terbesar ke dua terhadap PDRB. Sektor pertanian yang terdiri dari 5 sub
sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman
perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor
dilakukan adalah dengan menganalisis peran dan potensi semua sub sektor
42
Share (SS). Metode LQ digunakan untuk menentukan sektor-sektor
unggulan apa sajakah yang ada di Kabupaten Batang dalam periode 2003-
1. Sektor Pertanian
1) Sub Sektor Tanaman
Analisis Location Bahan Makanan Analisis Shift
Quotient (LQ) 2) Sub Sektor Tanaman Share (SS)
Perkebunan
3) Sub Sektor Peteranakan
dan Hasilnya
Sektor-Sektor 4) Sub Sektor Kehutanan Pertumbuhan dan
Unggulan 5) Sub Sektor Perikanan Daya Saing Sektor-
Sektor Unggulan
2. Sektor Pertambangan dan
Penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air
5. Sektor Bangunan
6. Sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
7. Sektor Angkutan dan
Komunikasi
8. Sektor Keuangan, Sewa, dan
Jasa Perusahaan
9. Sektor Jasa-Jasa
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Batang dan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga konstan tahun 2000
pada periode tahun 2004-2013, serta data-data lain yang mendukung. Data
ini diperoleh dari BPS Pusat, BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Kabupaten
Batang, dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini,
penurunan.
44
ekonomi menurut lapangan usaha Provinsi Jawa Tengah periode tahun
2004-2013, serta data Batang Dalam Angka dan Jawa Tengah Dalam Angka
periode tahun 2004-2013. Data tersebut diperoleh dari BPS (Badan Pusat
Statistik) Kabupaten Batang, BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Pusat, dan
ke dalam kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah
sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal
Keterangan :
45
Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i
lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan pada sektor
i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada
daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu
terhadap suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan
46
3.3.2. Analisis SS (Shift Share)
Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk
periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah
(Provinsi Jawa Tengah) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang
penelitian ini adalah dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013.
akan dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor
47
yaitu: sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
sektor pertanian untuk melihat peranan dan potensi sub sektor pertanian
a) PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun dasar analisis.
Yi = ∑
Keterangan :
Yi = PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun dasar
analisis
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun akhir
analisis
b) PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun akhir analisis.
Y’i = ∑
Keterangan:
Y’i = PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun akhir
analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun akhir
analisis
48
d) Presentase perubahan PDRB
ri = (Y’ij – Yij)/Yij
Keterangan:
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun dasar
analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun akhir
analisis
Ri = (Y’i – Yi)/Yi
Keterangan:
Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar
analisis
Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir
analisis
49
c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Tengah)
Ra = (Y’… - Y…)/Y…
Keterangan:
Y… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar
analisis
Y’…= PDRB wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir
analisis
50
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
Jika :
51
c) Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut:
persen PR = Ra
persen PP = Ri-Ra
persen PPW = ri-Ri
atau
persen PR = (PRij)/Yij * 100 persen
persen PP = (PPij)/Yij * 100 persen
persen PPW = (PPWij)/Yij * 100 persen
52
Pada gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan
Dalam gambar tersebut tedapat Kuadran I, II, III dan IV, maka
dan memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
53
BAB IV
KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG
antara 6° 51’ 46” dan 7° 11’ 47” LS dan antara 109° 40’ 19” dan 110° 03’
06” BT. Kabupaten Batang terletak pada jalur utama pantura Pulau Jawa
Batang :
788,65 km2 (BPS Kab. Batang, 2012). Luas wilayah ini merupakan luas
wilayah perairan laut sebesar 24.955 ha atau 249,55 km2. Luas wilayah
54
Batang sebesar 38,75 km dikalikan dengan luas wilayah pengelolaan laut
berikut :
55
Tabel 3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan Kabupaten Batang
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1. Batang Rowobelang, Cepokokuning, Pasekaran, Kalisalak, Kecepak, Klidang
Wetan, Klidang Lor, Kalipucang Wetan, Kalipucang Kulon,
Karanganyar, Denasri Wetan, Denasri Kulon, Watesalit, Proyonanggan
Tengah, Kauman, Karangasem Utara, Karangasem Selatan, Kasepuhan,
Sambong, Proyonanggan Utara, Proyonanggan Selatan.
2. Tulis Wringingintung, Sembojo, Posong, Kaliboyo, Beji, Tulis Simbangdesa,
Simbangjati, Kedungsegog, Kenconorejo, Ponowareng, Siberuk,
Kebumen, Cluwuk, Manggis, Jrakahpayung, Jolosekti.
3. Warungasem Pandansari, Kaliwareng, Pejambon, Sariglagah, Pesaren, Sidorejo,
Cepagan, Masin, Banjiran, Warungasem, Gapuro, Kalibeluk,
Sawahjoho, Candiareng, Lebo, Terban, Menguneng, Sijono.
4. Bandar Tombo, Wonomerto, Wonodadi, Pesalakan, Binangun, Sidayu, Toso,
Kluwih, Wonokerto, Bandar, Tumbrep, Tambahrejo, Pucanggading,
Candi, Wonosegoro, Simpar, Batiombo.
5. Blado Gerlang, Kalitengah, Kembanglangit, Gondang, Bismo, Keteleng,
Kalisari, Besani, Wonobodro, Bawang, Pesantren, Kambangan,
Keputon, Blado, Cokro, Selopajang Barat, Kalipancur, Selopajang
Timur.
6. Wonotunggal Silurah, Sodong, Gringgingsari, Kedungmalang, Sendang,
Wonotunggal, Brokoh, Wates, Brayo, Kemlingi, Sigayam, Kreyo,
Siwatu, Dringo, Penangkan.
7. Subah Menjangan, Karangtengah, Mangunharjo, Tenggulangharjo,
Kalimanggis, Keborangan, Jatisari, Subah, Kumejing, Durenombo,
Clapar, Adinuso, Sengon, Gondang, Kuripan, Kemiri Barat, Kemiri
Timur.
8. Gringsing Surodadi, Sentul, Plelen, Kutosari, Mentosari, Gringsing, Yosorejo,
Krengseng, Sawangan, Ketanggan, Lebo, Kebondalem, Sidorejo,
Tedunan, Madugowongjati.
9. Limpung Ngaliyan, Sukorejo, Tembok, Donorejo, Sidomulyo, Kalisalak,
Limpung, Kepuh, Sempu, Babadan, Plumbon, Amongrogo, Dlisen,
Rowosari, Pungangan, Lobang, Wonokerso.
10. Bawang Pranten, Deles, Gunungsari, Jambangan, Kebaturan, Kalirejo,
Sangubanyu, Wonosari, Jlamprang, Bawang, Candigugur, Pangempon,
Sidoharjo, Surjo, Soka, Sibebek, Getas, Pasusukan, Candirejo, Purbo.
11. Reban Pacet, Mojotengah, Cablikan, Ngroto, Ngadirejo, Reban, Tambakboyo,
Adinuso, Kumesu, Kepundung, Padomasan, Semampir, Wonosobo,
Sojomerto, Karanganyar, Polodoro, Kalisari, Sukomangli, Wonorojo.
12. Tersono Sendang, Banteng, Sumurbanger, Margosono, Sidalang, Plosowangi,
Wanar, Gondo, Rejosari Barat, Boja, Pujut, Tersono, Tanjungsari,
Kebumen, Harjowinangun Barat, Tegalombo, Kranggan, Satriyan,
Harjowinangun Timur, Rejosari Timur.
13. Kandeman Tegalsari, Kandeman, Bakalan, Lawangaji, Depok, Tragung,
Cempereng, Karanganom, Wonokerso, Ujungnegoro, Karanggeneng,
Juragan, Botolambat.
14. Pecalungan Pecalungan, Bandung, Gombong, Randu, Siguci, Pretek, Selokarto,
Gemuh, Gumawang, Keniten.
15. Banyuputih Banyuputih, Kalibalik, Sembung, Kedawung, Dlimas, Luwung,
Kalangsono, Penundan, Banaran, Timbang, Bulu.
56
4.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Batang tercatat
Kabupaten Batang berjumlah sebanyak 715.115 jiwa dan pada tahun 2013
57
Jika dilihat dari persentase penduduk usia di atas 15 tahun menurut
utama dari penduduk Kabupaten Batang. Kondisi ini terlihat dari sebanyak
Batang. Sementara itu sektor yang menyerap tenaga kerja terendah adalah
sektor angkutan yang hanya menyerap 4,14 persen. Persentase sektor lainya
seperti sektor perdagangan, sektor industri, sektor jasa, dan sektor lainya
persen, dan 11,14 persen. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8
sebagai berikut :
Gambar 8. Persentase Penduduk Usia >15 Tahun Menurut Jenis Lapangan Kerja
81.31 persen adalah lulusan SLTA, kemudian SMP 10.25 persen, lulusan
SD 3.87 persen, sarjana muda sebesar 2.79 persen, dan lulusan sarjana
58
sebesar 1.77 persen. Dari seluruh jumlah tenaga kerja yang terdaftar di
persen berumur 20-44 tahun, sedangkan sisanya 29.07 persen berumur 10-
4.3. Pendidikan
Persentase penduduk berumur 5 tahun keatas dilihat dari tingkat
tidak/belum tamat SD, tamat SD 41,65 persen, 16,06 tamat SMP dan 8,86
persen tamat SMA serta 2,93 persen tamat Diploma (I,II,III & IV), Akademi
berikut : Taman Kanak-kanak (TK) = 242 buah, Sekolah Dasar = 458 buah,
buah, Madrasah Aliyah (MA) = 12 buah dan Madrasah Diniyah 531 buah.
4.4. Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
ada pada RSUD Kabupaten Batang sebanyak 559 orang yang terdiri dari 13
dokter spesialis, 17 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 250 orang
59
perawat dan selebihnya adalah tenaga apoteker, analis, non kesehatan dan
lain-lain.
6,5 persen. Untuk Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi tahun 2012 relatif
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu 6.3 persen sementara tahun
tahun 2012 sebesar 5,02 persen, relatif lebih rendah dari tahun 2011 sebesar
5,26 persen. Laju inflasi 3,83 persen lebih tinggi dari inflasi tahun
persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 7,79 persen. Sektor pertanian atas
27,46 persen. Sektor industri atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan
kontribusi dari 25,61 persen pada tahun 2011 menjadi 26,02 persen pada
tahun 2012.
60
4.6. Keadaan Ekonomi Sektoral
4.6.1. Sektor Pertanian
1. Pertanian Tanaman Pangan
Produktivitas padi di Kabupaten Batang sebesar 40,24Kw/Ha.
Produksi padi pada tahun 2012 yang sebesar 1.552.854 kwintal sebagian
besar adalah padi sawah. Untuk luas panen dan produksi jagung masing-
masing sebesar 6.781 Ha dan 429.730 Kw, luas panen tanaman ketela
72.986 Kw.
bawang daun masing-masing yaitu 2.776 Kw, 1.461 Kw, 32.614 Kw,
2. Perkebunan
Luas tanam dan produksi perkebunan besar pada tahun 2012
rakyat yang pada tahun ini mengalami penurunan antara lain tanaman
kapok randu dengan luas tanam 805,70 Ha dan produksi 156 Kw.
61
3. Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Batang adalah
ternak besar yang terdiri dari sapi (potong/perah), kerbau dan kuda,
sedangkan untuk jenis ternak kecil yang terdiri dari kambing, domba
dan babi serta unggas seperti ayam, itik dan angsa. Populasi ternak
besar pada tahun 2012, yaitu sapi, kerbau dan kuda masing-masing
25.945 ekor, 2.270 ekor dan 91 ekor. Kemudian populasi ternak kecil
terdiri dari kambing 67.659 ekor, domba 23.102 ekor dan babi 5.700
ekor. Sedangkan populasi unggas terdiri atas ayam 4.490.393 ekor, itik
sapi 3.415 ekor, kerbau 26 ekor, kambing 842 ekor dan domba 454
ekor. Produksi telur ayam (ayam ras dan buras) tercatat sebesar
59.478.006 butir, telur itik 8.001.714 butir dan produksi susu sapi
4. Perikanan
Sub sektor perikanan meliputi kegiatan usaha perikanan laut dan
perikanan darat terdiri dari usaha budidaya (tambak, sawah, kolam) dan
perikanan darat terdiri, ikan tambak 8.670,4 Kw; udang tambak 333,10
Kw.
5. Kehutanan
Sub sektor kehutanan mencakup dua jenis kegiatan yaitu
62
penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang
Komoditi yang digali antara lain: pasir, batu kali, batu kapur, dan tanah liat.
minuman dan tembakau; industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki;
industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang
cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan
barang lain bukan logam; industri logam dasar besi dan baja; industri alat
angkutan, mesin dan peralatan serta industri barang lainnya yang belum
63
Separuh lebih industri di Kabupaten Batang adalah industri
makanan, baik dari industri besar/sedang maupun industri kecil dan dan
komoditi ekspor.
kayu dan hasil hutan lainnya, seperti penggergajian kayu, komponen bahan
bangunan dari kayu, meubel, bak truk, peralatan rumah tangga dari kayu
dan sebagainya. Industri semen dan barang non mineral di Batang terdiri
dari industri batu bata, pemecah batu, paving dan barang sejenisnya. Untuk
64
Gambar 9 tersebut memberikan gambaran komposisi jenis industri
makanan 57,32 persen; industri tekstil 23,47 persen; industri kayu 9,01
persen; non mineral 10,09 persen dan industri lainnya 0,11 persen.
sektor gas, sub sektor air minum. Dari ketiga sub sektor tersebut, di
Kabupaten Batang hanya dua sub sektor yaitu sub sektor listrik dan sub
sektor air minum. Pada sub sektor listrik, aktifitas yang dicakup meliputi
Sedangkan sub sektor air minum meliputi kegiatan penjernihan air minum
yang dikelola oleh perusahaan air minum yang merupakan public service.
perekonomian daerah. Jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2012
dimanfaatkan oleh rumah tangga. Dari tahun 2003 hingga 2012 banyaknya
3,93 persen dari tahun sebelumnya dan pada tahun selanjutnya terus
sebagai berikut:
65
Gambar 10. Grafik Banyaknya Pemakaian Listrik yang Disalurkan
rumah tangga yang mencapai 94,32 persen; industri 0,004 persen; dan
pelanggan lainnya (kantor, sarana social dan lain-lain) 5,64 persen. Adapun
66
Dari gambar 11 tersebut, terlihat pelanggan listrik tertinggi adalah
Jumlah pelanggan tersebut dari tahun 2003 hingga tahun 2012 terus
sebesar 7,29 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12
sebagai berikut :
67
Dari grafik tersebut, terlihat jelas pelanggan listrik mengalami
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 air bersih yang disalurkan oleh
68
Gambar 13. Grafik Pertumbuhan Jumlah Pelanggan PDAM
kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan
kontruksi.
besar dan eceran, hotel, dan sub sektor restoran/rumah makan. Pada
69
4.6.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Jalan sebagai sarana penunjuang transportasi memiliki peran
tahun 2012 mencapai 579,53 Km dari panjang jalan tersebut 39,10 persen
dalam kondisi baik, 27,72 persen sedang, dan 33,18 persen rusak.
kegiatan pengangkutan darat (yang terdiri dari kegiatan angkutan kereta api
dan angkutan jalan raya), angkutan sungai dan danau, angkutan laut serta
angkutan udara. Jasa penunjang angkutan adalah suatu jenis kegiatan yang
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditujuk seperti
70
4.6.8. Sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan
1. Sub Sektor Perbankan
Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada
sebagainya.
pemberian jasa hukum dan notaris, jasa angkutan dan pembukuan, jasa
periklanan, jasa riset dan jasa perusahaan lainnya. Semua jasa ini
71
4.6.9. Sektor Jasa-Jasa
Sektor ini mencakup empat sub sektor yaitu sub sektor jasa
pemerintah dan hankam, sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa
rumah ibadah dan sejenisnya, terbatas yang dikelola oleh swasta saja.
taman hiburan dan klub malam. Juga termasuk disini penggubah lagu,
72
4. Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Sub sektor ini mencakup segala jenis kegiatan jasa yang pada
kecil-kecilan dari kendaraan roda dua, tiga, dan empat seperti mobil
tukang jahit, tukang semir sepatu dan sandal, dan lain sebagainya.
73
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2000 baik PDRB Kabupaten Batang maupun PDRB Provinsi Jawa Tengah.
Periode yang digunakan dari tahun 2004 hingga 2013. Penelitian ini
Kabupaten Batang pada tahun 2004 hingga tahun 2013 lebih besar daripada
dan nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari
satu maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan, yang artinya
untuk seluruh sektor yang ada di Kabupaten Batang, yaitu sebagai berikut :
74
Tabel 4. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Batang Tahun 2004-
2013
Tahun Rata-rata Keterangan
Lapangan Usaha
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013*) LQ
1. Pertanian 1,28 1,28 1,30 1,34 1,39 1,39 1,41 1,44 1,43 1,45 1,37 Unggulan
2. Pertambangan dan Penggalian 1,44 1,34 1,22 1,20 1,20 1,20 1,18 1,18 1,17 1,16 1,23 Unggulan
3. Industri Pengolahan 0,91 0,91 0,90 0,89 0,85 0,85 0,84 0,84 0,84 0,84 0,87 Nonunggulan
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,88 0,94 1,12 1,12 1,13 1,12 1,10 1,08 1,09 1,07 1,06 Unggulan
5. Bangunan 1,05 1,05 1,07 1,07 1,07 1,06 1,04 1,02 1,02 1,02 1,05 Unggulan
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 0,80 0,80 0,79 0,78 0,79 0,78 0,78 0,77 0,77 0,78 0,78 Nonunggulan
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,79 0,77 0,76 0,73 0,72 0,73 0,73 0,73 0,73 0,72 0,74 Nonunggulan
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,99 1,00 1,01 1,02 1,03 1,00 1,02 1,03 1,02 1,01 1,01 Unggulan
9. Jasa-jasa 1,16 1,18 1,18 1,19 1,25 1,29 1,31 1,34 1,37 1,38 1,26 Unggulan
* Angka sementara
Sumber : BPS Kabupaten Batang & BPS Jawa Tengah Tahun 2003-2012 (diolah)
1. Sektor Pertanian
Selama periode 2004–2013, nilai koefisien LQ > 1, yang artinya
75
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pada periode 2004-2013, nilai koefisien LQ > 1, yang artinya
Komoditi yang digali antara lain: pasir, batu kali, batu kapur, dan tanah
liat.
3. Sektor Jasa-jasa
Pada periode 2004-2013, nilai koefisien LQ > 1, yang artinya
76
renang dan kegiatan hiburan lainnya. Sedangkan jasa perseorangan dan
elektronik, foto studio, tukang jahit, pembantu rumah tangga dan lain
sebagainya.
4. Sektor Bangunan
Pada periode 2004-2013, nilai koefisien LQ > 1, yang artinya
baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang
77
5. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum
Jika dilihat dari hasil analisis LQ diatas, sektor ini sempat bukan
merupakan sektor unggulan yaitu pada tahun 2004 dan 2005, namun
pada tahun selanjutnya dimulai dari tahun 2006 ke atas masuk ke dalam
Tengah.
pesat karena didorong oleh kebutuhan listrik dan air minum oleh rumah
tangga dan industri di Kabupaten Batang. Selain itu, sektor ini memiliki
tahunnya.
78
Hal ini didukung oleh meningkatnya sektor pertanian, jasa-jasa
pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik,
atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 1,92 triliun dan
(Tabel 5).
79
Pada Tabel 5 terlihat jelas bahwa persentase pertumbuhan sektor
perekonomian tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air minum yaitu
rata-rata dari tahun 2004 hingga 2013 sebesar 3,87 persen. Di sisi lain
2004 kontribusi sektor listrik, gas dan air minum terhadap PDRB
berikut :
80
Tabel 5. Perubahan PDRB Kabupaten Batang Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2004 dan 2013 (juta
rupiah)
Tahun Persen
Lapangan Usaha ∆ PDRB
2004 2013 % ∆ PDRB
pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 22,32 persen. Pada tahu 2004
sebesar Rp 518,43 miliar dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar
Rp 668,02 miliar. Selama periode 2004 hingga 2013 sektor ini meningkat
irigasi pada lahan pertanian, mahalnya harga pupuk dan obat-obatan serta
bersumber dari BPS Jawa Tengah tahun 2012, pada tahun 2008 hingga
2012 konversi lahan sawah menjadi lahan non sawah yaitu seluas 88
81
hektar. Pada tahun 2008 lahan sawah seluas 22.568 hektar menjadi 22.480
Sementara itu, hal yang sama terjadi pada Provinsi Jawa Tengah,
pada tahun 2004 nilai riil PDRB Provinsi Jawa Tengah atas dasar harga
konstan 2000 adalah sebesar Rp 135,79 triliun dan meningkat pada tahun
(64,30 persen).
88,24 persen. Sektor ini pada tahun 2004 memberikan kontribusi terhadap
PDRB Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 1,33 triliun dan pada tahun 2013
terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar Rp 28,60 triliun dan
triliun.
sektor industri pengolahan sebesar Rp 29,10 triliun. Nilai ini diperoleh dari
44,00 triliun dengan PDRB sektor industri pengolahan tahun 2004 sebesar
82
Rp 73,10 triliun. Adapun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 di
bawah ini :
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
listrik, gas dan air minum yaitu sebesar Rp 908,08 miliar. Nilai ini
diperoleh dari selisih antara PDRB sektor listrik, gas dan air minum tahun
2013 sebesar Rp 1,97 triliun dengan PDRB sektor listrik, gas dan air
5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Batang dan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2004-2013
setiap sektor pada umumnya terlihat terlihat dari nilai Ra, Ri dan ri. Nilai
83
Ra diperoleh dari perhitungan selisih antara jumlah PDRB Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013 dengan Jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun
2004 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2004.
Antara tahun 2004-2013 nilai Ra adalah sebesar 0,64 (Tabel 6) Hal ini
Jawa Tengah sektor i pada tahun 2013 dengan PDRB Provinsi Jawa
Tengah sektor i pada tahun 2004 dibagi dengan PDRB Provinsi Jawa
persewaan dan jasa perusahaan, ketiga sektor tersebut memiliki nilai yang
sama yaitu sebesar 0,88. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor
0,31. Hal ini terjadi karena sektor pertanian mengalami laju pertumbuhan
yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7, sebagai berikut:
84
Tabel 7. Rasio PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah
Lapangan Usaha Ra Ri ri
Sumber : BPS Kabupaten Batang & Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
Batang sektor i tahun 2004. Nilai ri terbesar terdapat pada sektor listrik,
gas dan air minum, yaitu sebesar 0,95 karena sektor ini didukung oleh
sebesar 0,29. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang diantaranya
85
5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Batang Tahun
2004-2013
wilayah (PPW).
antara rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah (Ra) dikali dengan PDRB
terdapat pada sektor industri pengolahan sebesar Rp 363,50 miliar. Hal ini
dari tahun 2005 hingga 2012 sebanyak 77 unit usaha industri (BPS
86
Kabupaten Batang, 2012). Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi
terendah yaitu sektor listrik, gas dan air minum sebesar Rp 70,96 miliar.
dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada
87
Tabel 9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional,
Tahun 2004-2013
Pertumbuhan Proporsional (PPij)
Lapangan Usaha
Juta Rupiah % PPij
positif (PPij > 0), kecuali sektor pertanian. Sektor yang memiliki nilai PP
88
kemarau panjang akibat pendangkalan sungai-sungai yang digunakan
sebagai irigasi pada lahan pertanian, mahalnya harga pupuk dan obat-
memiliki nilai PPWij > 0 atau positif maka sektor tersebut termasuk
kedalam sektor yang memiliki daya saing yang baik. Sedangkan sektor
yang memiliki nilai PPWij < 0 atau negatif maka sektor tersebut termasuk
Pada Tabel 10, sektor unggulan yang memiliki nilai PPW positif
(PPWij > 0) adalah sektor listrik, gas dan air minum dan sektor jasa-jasa.
Sektor listrik, gas dan air minum memiliki nilai PPW sebesar Rp 1,32
kedalam sektor unggulan yang memiliki daya saing yang baik. Sektor
unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW negatif (PPWij < 0) adalah
89
Tabel 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah,
Tahun 2004-2013
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij)
Lapangan Usaha
Juta Rupiah % PPWij
27,80 persen); dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu
kedalam sektor unggulan yang memiliki daya saing yang kurang baik.
PPW negatif (PPWij < 0) adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar
terbesar adalah sektor listrik, gas dan air minum yaitu sebesar 9,93 persen,
90
hal ini dikarenakan daya saing sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan
Komoditi yang digali antara lain: pasir, batu kali, batu kapur, dan tanah
liat yang jumlahnya terbatas. Hal ini mengakibatkan daya saing sektor
91
nantinya dapat terlihat masing-masing sektor pada setiap kuadran. Adapun
Sumber : BPS Kabupaten Batang & Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
listrik, gas dan air minum dan sektor jasa-jasa. Selanjutnya, sektor yang
menurun serta memiliki daya saing yang rendah dibandingkan daerah lain
tenaga kerja, maka perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai peran sub
92
Analisis tersebut untuk menganalisis sub sektor pertanian apa saja yang
menjadi sub sektor unggulan dan bagaimana pertumbuhan dan daya saing
70.00 PPW
60.00
IV I
50.00
Pertanian
40.00
30.00
Pertambangan dan Penggalian
20.00
Industri Pengolahan
0.00 Bangunan
-50 -40 -30 -20 -10-10.00 10 20 30 40 50
Perdagangan, Restoran dan Hotel
-20.00
Pengangkutan dan Komunikasi
-30.00
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
-40.00
Jasa-Jasa
III -50.00 II
-60.00
-70.00
93
Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa profil pertumbuhan
terlihat pada setiap kuadrannya yaitu kuadran I, II, III, dan IV sebagai
berikut :
dan air minum dan sektor jasa-jasa. Hal ini artinya, sektor-sektor
3. Pada kuadran III terdapat sektor pertanian, yang artinya bahwa sektor
ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing
Tengah.
laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki daya saing yang tinggi
94
5.3. Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Batang Periode 2004-2013
Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)
dan nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari
satu maka sektor tersebut termasuk ke dalam sektor unggulan, yang artinya
untuk seluruh sub sektor pertanian yang ada di Kabupaten Batang, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 13. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Batang Tahun 2004-2013
Tahun Rata-rata Keterangan
Lapangan Usaha
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 LQ
1. Tanaman Bahan Makanan 0,76 0,78 0,80 0,82 0,83 0,83 0,83 0,82 0,80 0,80 0,81 Nonunggulan
2. Tanaman Perkebunan 2,44 2,29 2,02 1,92 1,89 1,88 1,96 1,96 1,99 1,96 2,03 Unggulan
3. Peternakan dan Hasilnya 1,25 1,20 1,14 1,01 0,98 0,97 0,95 0,95 0,98 0,96 1,04 Unggulan
4. Kehutanan 1,57 1,33 1,47 1,55 1,62 1,57 1,50 1,49 1,55 1,56 1,52 Unggulan
5. Perikanan 1,05 1,15 1,42 1,48 1,47 1,48 1,59 1,60 1,64 1,69 1,46 Unggulan
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
pertanian yang tidak termasuk sub sektor pertanian unggulan adalah sub
sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor tersebut memiliki nilai koefisien
LQ < 1 (0,81), yang artinya kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan
95
sub sektor pertanian yang termasuk pada sub sektor unggulan di Kabupaten
Batang yaitu:
Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor
Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor
Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor
96
5.4. Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor Pertanian Kabupaten Batang dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2013
pada tahun 2004 atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp
518,43 miliar dan meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp 668,02 miliar,
persen (Tabel 14). Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa persentase
didukung oleh faktor geografis yaitu terletak di daerah pesisir dan dilalui
berikut :
97
Tabel 14. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Batang Menurut
Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2004
dan 2013 (juta rupiah)
Tahun Persen
Lapangan Usaha ∆ PDRB
2004 2013 % ∆ PDRB
1. Tanaman Bahan Makanan 285.439,23 369.286,75 83.847,52 29,37
2. Tanaman Perkebunan 116.472,63 124.014,29 7.541,66 6,48
3. Peternakan dan Hasilnya 69.820,27 92.584,22 22.763,95 32,60
4. Kehutanan 13.302,86 17.969,14 4.666,28 35,08
5. Perikanan 33.397,69 64.169,46 30.771,77 92,14
Jumlah Total PDRB 518.432,68 668.023,86 149.591,18 28,85
Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
Dari data pada Tabel di atas terlihat sub sektor yang mengalami
yang dihasilkan pada sektor ini sangat besar jika dibandingkan dengan sub
4.666,28 miliar. Hal ini dikarenakan nilai output yang dihasilkan pada sub
sektor ini lebih kecil jika dibandingkan dengan sub sektor pertanian
perkebunan; sub sektor peternakan dan hasilnya; dan sub sektor perikanan
30.771,77 miliar
Sementara itu, hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa
Tengah, pada tahun 2004 nilai riil PDRB sektor pertanian Provinsi Jawa
Tengah atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp 28,61 triliun dan
98
nilai sebesar Rp 8,90 triliun. Pada Tabel 15 terlihat bahwa persentase
Dari data pada Tabel di atas, sub sektor yang memiliki perubahan
nilai tertinggi dan terendah adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan
99
mengupayakan komoditi dari sub sektor tersebut, seperti padi, palawija,
dihasilkan pada sektor ini menjadi besar. Besarnya perubahan nilai sub
koefisien LQ < 0 (0,81), yang artinya kontribusi sub sektor tanaman bahan
Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai
pertumbuhan sub sektor ini lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 – 2012
100
(%)
tahunnya.
(%)
Dari grafik di atas terlihat jelas konstribusi sub sektor ini setiap
Komoditi utama sub sektor ini adalah padi yang lima tahun terakhir (2008-
101
2012) cenderung mengalami penurunan jumlah produksi yang dapat
2.155.408 Kw. Pada tahun selanjutnya tahun 2011 dan 2012 kembali
sebagai berikut :
102
Gambar 19. Grafik Produksi Palawija Tahun 2008 – 2012.
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau,
sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai PPW positif (4,72 persen),
yang artinya sub sektor ini memiliki daya saing yang baik. Hal ini
28,44 persen (22.433,13 Ha) dari total luas wilayah Kabupaten Batang
103
kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan sehingga
bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif (-1,76) yang artinya
berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan
proporsional (PP) positif (3,98 persen), yang artinya sub sektor tanaman
terhadap PDRB Kabupaten Batang pada lima tahun terakhir yaitu tahun
(%)
Gambar 20. Grafik Laju Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Terhadap
PDRB Kabupaten Batang Tahun 2008 – 2012.
104
Pada Gambar 19 tersebut, terlihat jelas kontribusi sub sektor ini
setiap tahunnya cenderung meningkat. Pada tahun 2008 sub sektor ini
artinya sub sektor ini tidak memiliki daya saing dibandingkan daerah lain
sub sektor ini masih kecil sehingga komoditi yang dihasilkan relatif
rendah. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih (PB), sub sektor ini
progressive.
105
LQ > 0 (1,04), yang artinya kontribusi sub sektor peternakan dan hasilnya
berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan
cepat. Hal tersebut tercermin dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap
(%)
peternakan dan hasilnya memiliki nilai PPW negatif (-42,62 persen), yang
artinya sub sektor ini tidak memiliki daya saing dibandingkan daerah lain
106
di Provinsi Jawa tengah. Hal tersebut dikarenakan komoditi yang
kecil dan wilayahnya tersebar. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih
(PB), sub sektor ini memiliki nilai PB positif (1,46) yang artinya sub
Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP)
kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Batang lima tahun
terakhir (2008-2012) yang dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
(%)
Gambar 22. Grafik Laju Kontribusi Sub Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten
Batang Tahun 2008 – 2012.
107
Dari Gambar 21 tersebut, terlihat kontribusi sub sektor kehutanan
yaitu 2,74 persen pada tahun 2008; 2,66 persen pada tahun 2009; 2,71
persen pada tahun 2010; 2,76 persen pada tahun 2011; dan 2,73 persen
pada tahun 2012. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008 –
peternakan dan hasilnya memiliki nilai PPW negatif (-3,12 persen), yang
artinya sub sektor ini kurang memiliki daya saing dibandingkan daerah
lain di Provinsi Jawa tengah. Hal ini terkait jumlah luas lahan hutan di
Jawa Tengah dan tingginya ilegal loging yang tercermin dari banyaknya
kerusakan hutan di sana. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih (PB), sub
sektor ini memiliki nilai PB positif (3,94) yang artinya sub sektor
108
sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Batang lima tahun terakhir (2008-
sebagai berikut :
(%)
Gambar 23. Grafik Laju pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Kabupaten Batang
Tahun 2008 – 2012.
Pada gambar grafik di atas terlihat pada tahun 2008 sub sektor
tahun 2009 sub sektor ini mengalami penurunan tajam sebesar -0,18
perikanan memiliki nilai PPW positif (69,72 persen), yang artinya sub
sektor ini memiliki daya saing yang baik dibandingkan daerah lain di
komparatif jika dibandingkan daerah lain dilihat dari sub sektor perikanan.
109
dan strategis untuk dikembangkan. Daerah pesisir merupakan daerah yang
memiliki kekayaan laut yang melimpah. Jika, dilihat dari nilai pergeseran
bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB positif (61,00) yang artinya
progressive.
sub sektor pertanian termasuk sub sektor unggulan, terkecuali sub sektor
110
Tabel 16. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten Batang Tahun 2004 dan 2013 (juta
rupiah)
Peringkat Sektor Dayasaing Pergeseran
Sektor Ekonomi
Unggulan (LQ) (PPW) % Bersih (PB) %
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 (diolah)
memiliki daya saing adalah sub sektor tanaman bahan makanan dengan nilai
PPW 4,72 dan sub sektor perikanan dengan nilai PPW 69,72, yang di
tunjukkan dengan nilai PPW positif. Sementara sub sektor lainnya tidak
memiliki daya saing karena memiliki nilai PPW negatif. Selanjutnya sub
peternakan dan hasilnya dengan nilai PB 1,46; sub sektor kehutanan dengan
nilai PB 3,94; dan sub sektor perikanan dengan nilai PB 61,00. Ketiga sub
negatif. Sub sektor pertanian yang memiliki dayasaing yang baik dan
111
dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan sektor perekonomian
Batang adalah sub sektor perikanan, karena sektor ini selain memilki daya
memiliki daya saing yang baik. Prioritas ke tiga adalah sub sektor
dan daya saingnya tidak terlalu rendah. Prioritas ke empat adalah sub sektor
peternakan dan hasilnya, karena sub sektor ini walaupun memiliki daya
Kemudian yang perlu dijadikan prioritass ke lima adalah sub sektor tanaman
perkebunan, karena sub sektor ini memiliki daya saing terendah dan tidak
112
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa :
negatif (-33,16). Jika dilihat dari daya saingnnya, sektor pertanian tidak
memiliki daya saing yang baik, dengan nilai PPW negatif (-2.28).
Kabupaten Batang, sektor pertanian berada pada posisi kuadran III atau
pertanian, yaitu :
lambat dengan nilai PP negatif (-6,49). Sektor ini memiliki daya saing
113
yang baik dengan nilai PPW positif (4,72). Jika dilihat dari nilai
dengan nilai PP positif (3,98). Sektor ini tidak memiliki daya saing
yang baik dengan nilai PPW negatif (-28,65). Jika dilihat dari nilai
dengan nilai PP positif (44,09). Sektor ini tidak memiliki daya saing
yang baik dengan nilai PPW negatif (-42,62). Jika dilihat dari nilai
PP positif (7,06). Sektor ini tidak memiliki daya saing yang baik
dengan nilai PPW negatif (-3,12). Jika dilihat dari nilai pergeseran
PP negatif (-8,72). Sektor ini memiliki daya saing yang baik dengan
nilai PPW positif (69,72). Jika dilihat dari nilai pergeseran bersih (PB)
114
3. Dengan menggunakan perbandingan pergeseran bersih dan daya saing
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diberikan saran sebagai berikut:
115
pertumbuhannya semakin progressive juga akan meningkatkan daya
upaya yang dapat mendorong pertumbuhan dan daya saing sub sektor
116
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L., 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
BPS., 2005. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah 2005. BPS Provinsi
Jawa Tengah.
BPS., 2007. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang 2007. BPS
Kabupaten Batang.
BPS., 2009. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah 2009. BPS Provinsi
Jawa Tengah.
BPS., 2012. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah 2012. BPS Provinsi
Jawa Tengah.
117
BPS., 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang 2012. BPS
Kabupaten Batang.
BPS., 2013. Jawa Tengah dalam Angka 2013. BPS Provinsi Jawa Tengah.
Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Micro dan Macro. Ghalia Indonesia. Jakarta.
118
Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian untuk Mengentaskan Kemiskinan. UI
Press. Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
Usman, W., Isnan F.N., dan Bayu M., 2001. Pembangunan Pertanian di Era
Globalisasi. LP2KP Pustaka Karya. Yogyakarta.
Wibowo, R., 2002. Pertanian dan Pangan: Bunga Rampai Prmikiran Menuju
Ketahanan Pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
119
Lampiran 1 : Luas Wilayah Kecamatan Tahun 2012
120
Lampiran 2 : Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2012 (Ha)
121
Lampiran 3 : Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Pangan Tahun 2007-2012
122
Lampiran 4 : Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012
Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012
Pertanian
Pertanian Industri Angkutan
No. Kecamatan Tanaman Perkebunan Perikanan Peternakan Perdagangan Jasa Lainnya Jumlah
Lainnya Pengolahan Transportasi
Pangan
1 Wonotunggal 6.202 278 62 278 271 1.860 2.380 1.647 464 1.769 15.211
2 Bandar 9.337 601 138 295 667 1.971 5.381 3.431 1.498 3.298 26.617
3 Blado 6.416 1.014 22 191 2.143 1.766 2.637 2.202 801 1.987 19.179
4 Reban 8.158 2.249 15 122 187 3.551 2.286 1.308 503 1.128 19.507
5 Bawang 9.309 661 27 1.023 1.994 7.054 3.649 2.471 637 1.643 28.468
6 Tersono 8.409 64 25 464 168 3.467 2.252 2.018 492 1.811 19.170
7 Gringsing 8.287 687 415 416 275 1.719 4.429 2.453 1.388 3.734 23.803
8 Limpung 5.982 72 41 264 245 3.638 4.433 2.561 1.007 2.061 20.304
9 Banyuputih 3.386 516 185 204 154 2.584 3.676 1.998 864 1.812 15.379
10 Subah 8.243 950 239 221 285 3.191 3.392 2.757 1.389 2.301 22.968
11 Pecalungan 7.144 329 39 180 179 2.512 1.779 1.071 407 1.366 15.006
12 Tulis 4.704 405 309 322 149 1.612 2.859 1.971 1.174 2.179 15.684
13 Kandeman 4.815 3.009 1.925 268 161 3.514 3.306 1.618 525 2.375 21.516
14 Batang 2.679 427 5.484 293 215 11.669 13.106 10.852 2.006 8.225 54.956
15 Warungasem 2.431 20 74 190 28 7.673 5.327 3.001 886 2.118 21.748
Jumlah 95.502 11.282 9.000 4.731 7.121 57.781 60.892 41.359 14.041 37.807 339.516
Persentase 28,13 3,32 2,65 1,39 2,10 17,02 17,93 12,18 4,14 11,14 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2012
123
Lampiran 5 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dari Jenis Kelamin
Tahun 2012
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dari Jenis Kelamin Tahun 2012
Kelompok
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Umur
00 - 04
34.715 33.573 68.288
05 - 09
38.808 36.613 75.421
10 - 14
39.475 37.824 77.299
15 - 19
37.004 35.581 72.585
20 - 24
29.492 31.069 60.561
25 - 29
28.829 30.465 59.294
30 - 34
27.674 29.244 56.918
35 - 39
28.200 28.402 56.602
40 - 44
23.510 22.063 45.573
45 - 49
18.649 17.425 36.074
50 - 54
14.257 14.028 28.285
55 - 59
11.401 11.680 23.081
60 - 64
10.534 12.146 22.680
65 - 69
6.612 7.828 14.440
70 +
8.041 9.973 18.014
Jumlah
357.201 357.914 715.115
Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2012
124
Lampiran 6 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2013
1. Pertanian 518.432,69 528.506,92 541.316,98 563.280,61 588.955,82 605.312,85 623.190,59 638.035,76 648.359,31 668.023,87
2. Pertambangan dan Penggalian 27.027,50 26.901,39 27.435,50 28.090,35 28.673,08 29.960,04 31.279,58 32.376,86 34.087,25 35.794,26
3. Industri Pengolahan 565.348,09 580.360,54 583.043,70 593.024,84 606.302,42 619.606,51 649.546,80 686.721,17 719.069,35 754.637,61
4. Listrik, Gas dan Air Minum 13.274,51 15.230,25 18.857,38 19.720,09 20.503,23 21.258,49 22.506,74 23.172,00 24.466,48 25.910,15
5. Bangunan 110.361,49 115.423,25 120.804,10 127.569,41 133.589,68 139.410,30 145.049,22 150.738,15 159.246,87 168.596,88
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 321.473,64 329.633,50 337.360,56 348.461,67 357.797,43 373.744,88 393.674,64 416.847,08 447.527,40 481.033,63
7. Pengangkutan dan Komunikasi 72.575,58 73.929,39 75.669,98 77.696,67 79.935,44 84.963,22 91.043,73 97.640,88 103.334,59 109.106,18
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 67.336,02 69.827,98 73.400,62 77.715,76 82.337,54 85.668,57 90.431,71 96.484,21 103.996,23 113.245,35
9. Jasa-jasa 223.150,63 232.963,63 244.412,62 257.414,57 271.759,91 290.691,98 315.786,38 344.749,50 371.441,24 390.132,30
Jumlah Total PDRB 1.918.980,13 1.972.776,84 2.022.301,43 2.092.973,97 2.169.854,55 2.250.616,83 2.362.509,41 2.486.765,62 2.611.528,72 2.746.480,23
Pertumbuhan 2,07 2,80 2,51 3,49 3,67 3,72 4,97 5,26 5,02 5,17
Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2005, 2010, 2012 & 2014
*) Angka sementara
125
Lampiran 7 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2013
Tahun
Lapangan Usaha
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 r) 2012 *) 2013**)
1. Pertanian 28.606.237,28 29.924.642,25 31.002.199,11 31.862.697,60 32.880.707,86 34.101.148,13 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62
2. Pertambangan dan Penggalian 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61 1.782.886,65 1.851.189,43 1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2.504.980,10
3. Industri Pengolahan 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86 50.870.785,69 55.348.962,88 57.444.185,45 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 73.092.337,30
4. Listrik, Gas dan Air Minum 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34 1.340.845,17 1.408.666,12 1.489.552,65 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 1.973.195,73
5. Bangunan 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35 9.055.728,78 9.647.593,00 10.300.647,63 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 13.449.631,46
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 28.343.045,24 30.056.962,75 31.816.441,85 33.898.013,93 35.226.196,01 37.766.356,61 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 50.209.544,03
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6.510.447,43 6.988.425,75 7.451.506,22 8.052.597,04 8.581.544,49 9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 12.238.463,10
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.826.541,38 5.067.665,70 5.399.608,70 5.767.341,21 6.218.053,96 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 9.073.225,04
9. Jasa-jasa 13.663.399,59 14.312.739,86 15.442.467,70 16.479.357,72 16.871.569,54 17.724.216,37 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 23.044.405,96
Jumlah Total PDRB 135.789.872,31 143.051.213,89 150.682.654,74 159.110.253,79 168.034.483,29 176.673.456,57 186.992.985,50 198.270.117,92 210.848.424,04 223.099.740,34
Pertumbuhan 5,13 5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 6,03 6,34 5,81
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2010, 2012 & 2014
r) Angka revisi
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
126
Lampiran 8 : Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ Di Kabupaten Batang
1. Pertanian 1,28 1,28 1,30 1,34 1,39 1,39 1,41 1,44 1,43 1,45 1,37 Unggulan
2. Pertambangan dan Penggalian 1,44 1,34 1,22 1,20 1,20 1,20 1,18 1,18 1,17 1,16 1,23 Unggulan
3. Industri Pengolahan 0,91 0,91 0,90 0,89 0,85 0,85 0,84 0,84 0,84 0,84 0,87 Nonunggulan
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,88 0,94 1,12 1,12 1,13 1,12 1,10 1,08 1,09 1,07 1,06 Unggulan
5. Bangunan 1,05 1,05 1,07 1,07 1,07 1,06 1,04 1,02 1,02 1,02 1,05 Unggulan
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 0,80 0,80 0,79 0,78 0,79 0,78 0,78 0,77 0,77 0,78 0,78 Nonunggulan
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,79 0,77 0,76 0,73 0,72 0,73 0,73 0,73 0,73 0,72 0,74 Nonunggulan
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,99 1,00 1,01 1,02 1,03 1,00 1,02 1,03 1,02 1,01 1,01 Unggulan
9. Jasa-jasa 1,16 1,18 1,18 1,19 1,25 1,29 1,31 1,34 1,37 1,38 1,26 Unggulan
127
Lampiran 9 : Perubahan PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2004 dan 2013
128
Lampiran 10 : Rasio PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 dan 2013
Lapangan Usaha Ra Ri ri
129
Lampiran 11 : Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional,
Proporsional dan Pangsa Wiayah Tahun 2004-2013
130
Lampiran 12 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Kabupaten Batang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2004-2013
1. Tanaman Bahan Makanan 285.439,23 296.836,18 308.458,30 323.295,97 345.173,28 353.249,73 362.509,29 362.413,57 361.387,42 369.286,75
2. Tanaman Perkebunan 116.472,63 111.296,85 100.797,99 103.088,91 103.475,91 108.681,78 109.872,49 115.986,13 119.642,39 124.014,29
3. Peternakan dan Hasilnya 69.820,27 69.828,81 71.541,20 71.998,79 72.791,37 75.985,81 79.253,03 84.090,63 88.349,76 92.584,22
4. Kehutanan 13.302,86 16.251,15 14.927,02 15.952,47 16.120,61 16.093,87 16.903,00 17.586,52 17.715,99 17.969,14
5. Perikanan 33.397,69 34.293,92 45.592,45 48.944,46 51.394,64 51.301,65 54.652,77 57.958,91 61.263,75 64.169,46
Jumlah Total PDRB Sektor Pertanian 518.432,68 528.506,91 541.316,96 563.280,60 588.955,81 605.312,84 623.190,58 638.035,76 648.359,31 668.023,86
Pertumbuhan (2,19) 1,94 2,42 4,06 4,56 2,78 2,95 2,38 1,62 3,03
Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2005, 2010, 2012 & 2014
*) Angka sementara
131
Lampiran 13 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2004-2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2013 (Jutaan Rupiah)
Tahun
Sub Sektor Pertanian
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 r) 2012*) 2013**)
1. Tanaman Bahan Makanan 20.679.734,58 21.507.487,27 22.120.970,77 22.335.544,19 23.150.206,55 23.912.094,91 24.587.491,51 24.559.128,85 25.427.512,90 25.777.283,67
2. Tanaman Perkebunan 2.634.349,91 2.747.119,29 2.854.270,38 3.041.564,58 3.061.080,00 3.251.610,00 3.147.265,37 3.276.056,48 3.411.458,95 3.559.549,75
3. Peternakan dan Hasilnya 3.076.706,09 3.292.244,97 3.603.302,51 4.033.969,27 4.155.830,07 4.408.535,28 4.665.006,67 4.905.554,99 5.107.200,13 5.391.172,08
4. Kehutanan 468.457,78 693.825,67 580.320,98 582.294,07 555.656,45 579.230,53 630.780,66 652.913,15 645.799,07 647.386,14
5. Perikanan 1.746.988,92 1.683.965,05 1.843.334,47 1.869.325,49 1.957.934,78 1.949.677,41 1.925.881,19 2.006.147,09 2.120.369,38 2.138.565,98
Jumlah Total PDRB Sektor Pertanian 28.606.237,28 29.924.642,25 31.002.199,11 31.862.697,60 32.880.707,85 34.101.148,13 34.956.425,40 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62
Pertumbuhan (15,40) 4,61 3,60 2,78 3,19 3,71 2,51 1,27 3,71 2,18
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2010, 2012 & 2014
r) Angka revisi
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
132
Lampiran 14 : Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ di Kabupaten Batang
1. Tanaman Bahan Makanan 0,76 0,78 0,80 0,82 0,83 0,83 0,83 0,82 0,80 0,80 0,81 Nonunggulan
2. Tanaman Perkebunan 2,44 2,29 2,02 1,92 1,89 1,88 1,96 1,96 1,99 1,96 2,03 Unggulan
3. Peternakan dan Hasilnya 1,25 1,20 1,14 1,01 0,98 0,97 0,95 0,95 0,98 0,96 1,04 Unggulan
4. Kehutanan 1,57 1,33 1,47 1,55 1,62 1,57 1,50 1,49 1,55 1,56 1,52 Unggulan
5. Perikanan 1,05 1,15 1,42 1,48 1,47 1,48 1,59 1,60 1,64 1,69 1,46 Unggulan
133
Lampiran 15 : Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Batang dan Provinsi
Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2004 dan 2013
Perubahan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 dan 2013 (Jutaan Rupiah)
Tahun Persen
Lapangan Usaha ∆ PDRB
2004 2013 % ∆ PDRB
134
Lampiran 16 : Rasio PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa
Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 dan 2013
Rasio PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 dan 2013
Lapangan Usaha Ra Ri ri
135
Lampiran 17 : Analisis Shift Share Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Batang
Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional
dan Pangsa Wiayah Tahun 2004-2013.
136
Lampiran 18 : Nilai Pergeseran Bersih (PB), Perbandingan Pergeseran Bersih dan
Dayasaing Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Batang Tahun
2004-2013
137