2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan
dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
Jawab :
1. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan.
2. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah tindakan memasukkan jarum pungsi ke dalam ruang
subarachnoid meninges medula spinalis pada daerah cauda equina melalui daerah
segmen lumbalis columna vertebralis dengan teknik yang ketat dan aseptik.
3. CT Scan (Computerized Tomography Scanning)
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar / luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit
jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke. Prosedur EKG biasanya
membutuhkan waktu hanya beberapa menit serta aman dan tidak menimbulkan
nyeri.
6. Labulatorium (diagnostic)
a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini
berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit
untuk melihat sistem imun pasien.
b. Test darah koagulasi : Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:
prothrombin time, partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio
(INR) dan agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa
cepat darah pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan
perdarahan atau pembekuan darah.
c. Test kimia darah : Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,
kolesterol, asam urat, dll.
i. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : terdapat suara tympani
Auskultasi: bising usus pasien tidak terdengar.
Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
j. Ekstremitas
a) Atas
terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2
detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : pasien stroke
hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan
perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada
respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-))
dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek
bicep (-). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya
jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I kaki
kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores
biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat
dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek
caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah
biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan
pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya
femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+)).
4. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan
data yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
Hipertensi, lifestyle,
hypercolestrol, cedera
kepala
Perdarahan
intraserebral/
subarachnoid
Penurunan suplai
darah diotak
Darah terakumulasi
Penambahan masa
Peningkatan TIK
5. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
a. Tabel analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASA
LAH
1 DS : hipertensi Stroke
Klien hemora
ditemukan jik
oleh rekan faktor penimbunan lemak/kolestrol pada PD
sekantorny
a dalam pembuluh darah menjadi kaku, menyempit, tekanan darah
keadaan menjadi kuat/tinggi
tidak
sadarkan pembuluh darah diotak pecah
diri dan
saat terjadi perdarahan intraserebral, darah terakumulasi 45cc
dipanggil
tidak penurunan suplai darah di sel otak & proses metabolism
menunjukk diotak terganggu
an respon
apapun. terjadi peningkatan TIK
DO :
Klien penurunan kesadaran
mengalami
perdarahan
45 cc di Resiko perfusi
intraserebra serebral tidak efektif
l
Tanda
vital:
tekanan Risiko jatuh
darah
140/80
mmHg,
frekuensi
nadi 100
x/menit
ireguler,
frekuensi
nafas 24
x/menit,
suhu
37,00C
Diagnosa keperawatan
1. Risiko perfusi serebral b,d hipertensi
2. Risiko jatuh b.d penurunan tingkat kesadaran
No DIAGNOSA RENPRA
TUJUAN (NOC) NIC AKTIFITAS
(LABEL)
1 - Risiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen Identifkasi
serebral b,d intervensi peningkatan penyebab
hipertensi keperawatan tekanan peningkatan TIK
selama 2x24 jam intracranial (lesi hemisfer
perfusi serebral kiri) misal, gang.
meningkat dengan Metabolism,
kriteria hasil : edema serebral
Monitor tanda
- Tekanan gejala TIK (mis.
intrakrania Ktekanan darah
n menurun meningkat,
- Nilai rata- tekanan nadi
rata
tekanan melebar,bradikar
darah dia, pola napas
membaik ireguler,
- Refleks kesadaran
syaraf menurun)
membaik Monitor MAP
(Mean Arterial
Pressure)
Monitor CVP
(Central Venous
Pressure), jika
perlu
Monitor PAWP,
jika perlu
Monitor PAP,
jika perlu
Monitor ICP
(Intra Cranial
Pressure), jika
tersedia
Pantau CPP
(Tekanan Perfusi
Serebral)
Pantau
gelombang ICP
Pantau status
pernapasan
- Pantau intake
dan ouput cairan
-Monitor cairan
serebro-spinalis
(mis. wama,
konsistensi)
Terapeutik
- Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
Berikan posisi
semi Fowler -
Hindari manuver
Valsava
Cegah terjadinya
kejang - Hindari
penggunaan
PEEP
Hindari
pemberian cairan
IV hipotonik -
Atur PaCO₂
optimal
ventilator agar
Pertahankan
tubuh normal
Kolaborasi
Kolaborasi
Risiko jatuh b.d Setelah dilakukan Pencegahan pemberian sedasi
2 penurunan tingkat intervensi jatuh dan anti
3. kesadaran keperawatan konvulsan, jika
selama 2x24 jam perlu
Fungsi sensori
Observasi
meningkat dengan
kriteria hasil : - identifikasi
faktor resiko
-ketajaman jatuh (penurunan
pendengaran tingkat
meningkat kesadaran)
-Ketajaman - identifikasi resiko
penglihatan jatuh setidaknya
meningkat sekali setiap shift
-persepsi stimulasi atau sesaui
kulit meningkat kebijakan
- institusi
- identifikasi
faktor
lingkungan yang
meningkatkan
resiko jatuh
- hitung resiko
jatuh dengan
menggunakan
skala
- monitor
kemampuan
berpindah dari
tempat tidur ke
kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
- pastikan roda
tempat tidur dan
kursi roda selalu
dalam kondisi
terkunci
- pasang handrall
- gunakamn alat
bantu berjalan
(Wallker, kursi
roda)
- dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
- anjurkan
menggunakan
alasa kaki yang
tidak licin
- anjuran
berkonsentrasi
untuk menjaga
kesimbangan
tubuh
- anjurkan cara
menggunakan bel
pemanggil
perawat
KODE KASUS : S02
DIAGNOSA MEDIS : CEDERA KEPALA
DESKRIPSI KASUS :
Perempuan berusia 28 tahun dirawat di ruang perawatan karena terjatuh di tangga rumahnya
karena terpeleset. Saat jatuh, menurut keluarga pasien, keningnya terbentur dan
meninggalkan jejak hematoma. Pasien masih sadar saat kejadian, dan keluarga menuntunnya
ke kursi lalu diberikan minum. Saat itu pasien hanya mengeluh pusing dan sakit pada
kepalanya. Namun sekitar 30 menit setelah kejadia pasien muntah-muntah. Akhirnya
keluarga membawa pasien ke RS. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami
perdarahan subdural di area anterior. Tanda vital: tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi
nadi 98 x/menit regular, frekuensi nafas 25 x/menit, suhu 36,80C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
Wawancara
Identitas pasien: perempuan 28 tahun
Keluhan utama pusing dan sakit kepalanya
RPS: pasien terjatuh dari tangga dirumahnya karena terpeleset. Saat jatuh menurut
keluarga pasien, keningnya terbenntur dan meinggalkan jejeak hematoma.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan
dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
Pemeriksaan diagnnostik
a. Pemeriksaan fisik dan evaluasi status neurologis
b. Pemeriksaan radiografik: sinar X, CT dan MRI
c. Angiografi serebral
Pemeriksaan penunjang:
a. Serial EEG Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
b. BAER Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
c. PET Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
d. CSS Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
e. Kadar elektrolit Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan
tekanan intrakranial
f. Screen toxilogy Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran
g. Rontgen thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral) Rontgen thoraks menyatakan
akumulasi udara/cairan pada area pleural
h. Toraksentesis menyatakan darah/cairan
Pathway
Trauma( kecelakaan)
Cedera kepala
Gangguuan
Penurunan perfusi serebral
tekanan
pembuluh darah
Penurunan
kapasitas adaptif
Peningkatan
intrakaranial
tekanan
hidrolistik
Kebocoran cairan
kapiler
Edema dan
hematoma
Peningkatan tekanan
Tekanan intrakarnial
Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
6. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
1. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
hasil
1 Penurunan kapasitas Setelah dilakukan Pemantauan tekanan
adiptif intrakarnial b.d intervensi intrakarnial
edema serebral keperawatan kurang Observasi
DS lebih 2x24 jam - Identifikasi
- Pasien mengeluh Maka kapasitas penyebab
pusing adaptif intrakarnial peningkatan TIK
- Sakit kepala meningkat dengan (mis. Lesi
- Muntah muntah kriteria hasil: menempati ruang,
DO - Fungsi gangguan
- Pasien mengalami kognitif metabolisme, edema
perdarahan meningkat serebral, dll)
subdural diarea - Sakit keala - Monitor
anterior menurun peningkatan TD
- Tanda vital: - Muntah - Monitor tekanan
tekanan darah menurun nadi ( slisih TDS
150/90 mmHg, - Tekanan dan TDD)
- frekuensi nadi 98 darah - Monitor penurunan
x/menit regular, membaik tingkat kesadaran
- frekuensi nafas 25 - Tekanan - Monitor
x/menit, intracranial perlambatan atau
- suhu 36,80C membaik ketidaksimetrisan
respon pupil
- Monitor tekanan
perfusi serebral
- Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
sereprospinal
- Monitor efek
stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
- Ambil sampel
cairan serebrospinal
- Pertahankan
sterilitas system
pemantauan
- Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
- Bilas system
pemantauan, jika
perlu
- Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Resiko perfusi serebral Setlah dilakukan Manajemen peningkatan
tidak efektif d.d cedera intervensi tekanan intracranial
kepala keperawatan kurang Observasi
DS lebih 2x24 jam maka - Indikasi penyebab
- Pasien mengeluh perfusi serebral peningkatan
pusing meningkat dengan TIK( mis. Lesi,
- Sakit kepala kriteria hasil: gangguan
- Muntah muntah - Tekanan metabolisme, edem
- intracranial serebral)
DO menurun - Monitor tanda/
- Pasien mengalami - Sakit kepala gejala peningkatan
perdarahan menurun TIK( mis.tekanan
subdural diarea - Tekanan darah meningkat,
anterior darah sistolik tekanan nadi
- Tanda vital: membaik melebar, takikardia,
tekanan darah - Tekanan pola napas ireguler,
150/90 mmHg, daras kesadaran menurun)
- frekuensi nadi 98 diastolic - Monitor MAP
x/menit regular, membaik - Monitor PAWP,
- frekuensi nafas 25 jika perlu
x/menit, - Monitor PAP, jika
- suhu 36,80C perlu
- Monitpr ICP
- Monitor CCP
- Monitor gelombang
ICP
- Monitor intake
output cairan
- Monitor cairan
serebrospinalis (mis.
Warna, konsistensi)
Terapeutik
- Minumalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinya
kejang
- Atur ventilator
PaCO2 optimal
- Pertahankan sush
tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian deuretik
osmosis, jika perlu
KODE KASUS : S03
DIAGNOSA MEDIS : STROKE ISKEMIK
DESKRIPSI KASUS :
Perempuan berusia 66 tahun dirawat di RS dengan keluhan sakit kepala berdenyut yang
muncul setiap kali pasien mengangkat kepalanya. Nyeri juga terasa sampai ke leher dan
bahunya. Pasien didiagnosis stroke iskemik sejak tahun 2012. Saat masuk RS ini, pasien
mengalami serangan stroke yang ke-3 kalinya. Saat ditanya oleh perawat, suara pasien tidak
terdengar jelas pengucapannya. Tanda vital: tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi
100 x/menit reguler, frekuensi nafas 22 x/menit, suhu 36,90C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan
dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
3. Uraikan fokus pemeriksaan fisik pada kasus di atas
4. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan
data yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
5. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
Jawaban
1. Anamnesa
a. Predisposisi : Stroke Iskemik
b. Presipitasi : Usia
c. Alasan masuk rumah sakit
- Bisa ibu ceritakan kembali bagaimana kronologis dari gejala yang ibu rasakan
muncul sampai akhirnya memilih untuk ke rumah sakit?
- Pada saat sedang apa ibu tiba-tiba terserang stroke yang ke-3 kalinya?
- Upaya apa yang sebelumnya ibu lakukan untuk mengurangi gejala tersebut?
d. Riwayat penyakit sekarang : PQST
- Apa penyebab nyeri kepala terjadi ?
- Berapa skala nyeri dirasakan? 1-3 nyeri ringan tidak menganggu aktifitas, 4-6
nyeri sedang, sedikit menganggu aktifitas, 7-10 nyeri berat sangat menganggu
aktifitas
- Kapan nyeri itu muncul?
- Factor yang memperingan dan memperberat nyeri?
e. Riwayat penyakit dahulu
- Apakah ibu mempunyai penyakit keturunan selain hipertensi, seperti diabetes
militus, penyakit jantung, tumor/ kanker?
- Apakah ibu pernah dirawat sebelumnya?
- Apakah ibu pernah menjalani operasi sebelumnya?
f. Riwayat penyakit keluarga
- Apakah dikeluarga ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes militus, penyakit jantung?
- Jika ada, siapa saja yang mempunyai penyakit keturunan
- Anda anak ke berapa bersaudara?
g. Masalah psikososial yang berkaitan dengan penyakitnya
- Apakah ibu tau kondisi yang sedang dialami ibu saat ini?
- Bagaimana perasaan ibu ketika tahu bahwa ibu mengidap penyakit hipertensi?
- Apakah ibu menerima kondisi yang sedang dialami?
- Upaya apa yang ibu lakukan untuk menerima kondisi yang sedang ibu alami ?
h. Menggali masalah social dan spiritual
- Bagaimana dukungan keluarga/masyarakat setelah mengetahui kondisi anda?
- Dukungannya seperti apa?
- Apa yang didapat dari dukungan tersebut?( merasa senang, bahagia)
- Bagaimana keyakinan anda terhadap tuhan setelah mengetahui kondisi yang
sedang dialami?
- Bagaimana kegiatan ibadah anda setelah mengetahui kondisi anda? Apakah ada
hambatan?
i. Riwayat lainnya yang berkaitan dengan penyakit
- Bagaimana gaya hidup anda sehari-hari? Pola makan dan minum?aktivitas sehari-
hari
- Apakah anda memiliki riwayat merokok?
- Apakah anda mengonsumsi obat-obatan? Steroid/narkoba
- Apakah anda melakukan diet?
4. Pathway
terbentuknya
thrombus arterial
dan emboli
penyumbatan
pembuluh darah ke
otak
suplay O2 ke otak
menurun
Gangguan
komunikasi Verbal
5. Askep
a. Analisa Data
Syok neurologic
Metabolisme anaerob
meningkat
Tik meningkat
Nyeri akut
Do : Terbentuknya thrombus
- Suara pasien terdengar arterial dan emboli
tidak jelas
pengucapannya
Penyumbatan pembuluh
darah di otak
Suplay O2 ke otak
menurun
hipoksia
gangguan brocha’s
motorspeech area
afasia
gangguan komunikasi
verbal
No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Aktivitas
Keperawatan hasil keperawatan
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Observasi
penyebab agen intervensi selama nyeri - Identifikasi
pencidera fisiologis 3x24 jam maka karakteristik , durasi
( iskemia) ditandai tingkat nyeri
frekuensi, kualitas,,
dengan : menurun dengan
Ds : kriteria hasil : intensitas nyeri
- Pasien mengeluh - Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
sakit kepala menurun - Identifikasi respon
berdenyut yang - Tekanan darah nyeri non verbal
muncul setiap menurun - Identifikasi factor yang
kali pasien memperberat dan
mengangkat memperingan nyeri
kepala - Identifikasi keyakinan
- Pasien dan pengeahuan
mengatakan
tentang nyeri
nyeri terasa
- Identifikasi pengaruh
sampai ke leher
dan bahunya budaya terhadap
respon nyeri
Do : - Identifikasi pengaruh
TD = 170/100 nyeri pada kualitas
mmHg
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (tens)
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( krbisingan
aau pencahayaan )
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan meggunakan
analgetik secara tepat
- Abjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Promosi Obervasi
komunikasi verbal intervensi selama komunikasi : - Monitor kecepatan,
b.d penurunan 2x24 jam maka deficit bicara tekanan, kuantitas,
sirkulasi serebral komunikasi verbal volume dan diksi
ditandai dengan meningkat dengan bicara
Ds : kriteria hasil
- pasien - Kemampuan Terapeutik
terdiagnosis berbicara - Gunakan metode
penyakit stroke meningkat komunikasi alternatif (
iskemik pada - Afasia menurun mis, isyarat tangan )
tahun 2012 - Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
Do : kenutuhan ( mis,
- Suara pasien berdiri didepan pasien,
terdengar tidak dengarkan dengan
jelas seksama, tunjukkan
pengucapannya satu gagasan atau
pemikiran sekaligus,
bicara dengan
perlahan sambal
menghindari teriakan,
gunakan komunikasi
tertulis, atau minta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
Edukasi :
- Anjurkan berbicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara.
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis.
KODE KASUS : S04
DIAGNOSA MEDIS : TUMOR OTAK
DESKRIPSI KASUS :
Laki-laki usia 34 tahun dirawat dengan keluhan pandangan terganggu sejak 1 bulan terakhir.
Keluhan lainnya adalah jika berjalan pasien merasa akan jatuh dan kedua kaki terasa lemah
untuk menopang. Pasien didiagnosis tumor intraserebral lobus oksipital. Pasien bekerja dipabrik
kimia sudah 10 tahun. Tanda vital: tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 94 x/menit
ireguler, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 37,20C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan
dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
3. Uraikan fokus pemeriksaan fisik pada kasus di atas
4. Sebutkan tahapan PPOK berdasarkan National Institutes of Health
5. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan
data yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
6. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
JAWAB
1. Wawancara:
- Menanyakan keluhan utama
- P : Keluhan utama
- Q : Rasa nyerinya seperti apa ? apakah seperti ditusuk atau disyat
- R : Apakah nyerinya menyebar atau tidak
- S : skala nyeri yang dirasakan klien atau tingkat nyerinya
- T: kapan rasa nyerinya timbul, saat beraktifitas, berjalan, dll
- Faktor yang memperingan rasa nyerinya
- Faktor yang memperberat
- Kronologi awal mula masuk rumah sakit
- Riwayat penyakit sebelunya, dengan penyakit apa ?kapan ?dan dimana ?
- Riwayat alergi, atau alergi pada obat-obatan
- Riwayat penyakit keturunan (asma, hipertensi, diabetes)
- Menanyakan genogram keluarga?
- Menanyakan riwayat sosial dan spiritual
- Menanyakan pola Nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit
- Menanyakan seberapa banyak klien minum
- Tanyakan juga pola eliminasi baik itu BAK dan BAB
- Riwayat diet dan riwayat pengobatan
2. Pemeriksaan diagnostik :
1) Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
2) CT – SCAN : Dasar dalam menentukan diagnosa.
3) Radiogram : Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
4) Elektroensefalogram (EEG) : Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
5) Ekoensefalogram : Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral
Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen foto (X-ray) kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-
tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2) Angiografi suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak.
3) Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi
tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk kebanyakan karena
gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober, 2010).
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini dan
akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet
berinteraksi dengan jaringan pasien itu ( Satyanegara, 2010., Freedman, 2009).
5) Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
6) Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
7) Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
3. Pemeriksaan fisik tumor otak :
1) Lakukan penilaian keadaan umum: kesadaran
2) Periksa tanda vital: Frekuensi denyut jantung, TD, respirasi, suhu
3) Periksa antopometri: BL/BB, PB, LK
4) Periksa leher: adakah kaku kuduk
5) Periksa kepala:
a. Adakah penambahan ukuran lingkar kepala?
b. Adakah pelebaran sutura dan ubun-ubun besar membonjol c. Adakah sunset
phenomen pada mata
c. Adakah kelumpuhan syaraf kranialis.
d. Pemerksaan funduskopi
6) Periksa dada:
- Jantung: CHD/tidak
- Paru: gangguan nafas?
7) Periksa abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
- Hepar: hepatomegali?
- Lien: splenomegali?
8) Ekstremitas:
- Kekuatan
- Tonus otot : hipertonus atau hipotonus Refleks fisiologis
- Refleks patologis
9) Pemeriksaan koordinasi
10) Pemeriksaan sensibilitas
11) Periksaan gait
4. Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/ Perkumpulan Dokter Paru Indonesia) tahun
2005 maka PPOK dikelompokkan ke dalam :
- PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi
sputum dan dengan sesak napas derajad nol sampai satu. Adapun hasil spirometri
menunjukkan VEP1 > 80 % prediksi (noemal) dan VEP1/KVP < 70 %
- PPOK sedang adalah pasien dengan gejala klinis dengan atau batuk. Dengan atau
produksi sputum dan sesak napas dengan derajad dua. Hasil spirometri
menunjukkan VEP1 > 70% dan VEP1/KVP < 80% prediksi
- PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas derajad tiga atau
empat dengan gagal napas kroniki. Eksaserbasi lebih sering terjadi. Disertai
komplikasi kor pulmonum atau gagal jantung kanan. Adapun hasil spirometri
menunjukkan VEP1/KVP < 70 %, VEP1< 30 % prediksi atau VEP1> 30 %
dengan gagal napas kronik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa
gas darah dengan kriteria hipoksemia dengan normokapnia atau hipoksemia
dengan hiperkapnia.
5. Pathway
Radiasi
Kromosom membelah
abnormal
Infark serebral
Defisit neurologis
Peningkatan tekanan
intrakranial
Penurunan kapasitas adaptif
intrakranial
6. Rencana keperawatan
Terapeutik
- minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan dini.
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (duduk ditempat
tidur, duduk)
KODE KASUS : S05
DIAGNOSA MEDIS : MENINGITIS
DESKRIPSI KASUS :
Perempuan usia 38 tahun dirawat dengan diagnosis mengitis. Pasien paska melahirkan sekitar 1
minggu yang lalu. 3 hari setelah melahirkan, pasien demam disertai sakit kepala dan kaku di
leher. Demam tidak turun dan pasien juga mengalami kejang. Tanda vital: tekanan darah 140/90
mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit ireguler, frekuensi nafas 25 x/menit, suhu 38,20C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi
data pengkajian pada kasus tersebut.
Identitas pasien Inisial pasien (nama pasien), umur pasien,
agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
tanggal dan waktu masuk rumah sakit.
Identitas penanggung jawab Nama, hubungan dengan pasien, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
Keluhan utama Tanyakan mana yang paling menggangu dari
keluhan tersebut.
Riwayat kesehatan sekarang Kembangkan keluhan melalui PQRST
Disorientasi dan gangguan memori (biasanya
awal adanya penyakit)
Riwayat penyakit dahulu Tanyakan apakah pernah memiliki riwayat
penyakit seperti (infeks jalan napas bagian
atas,otitis media /radang telinga, mastoiditis dan
tindakan bedah saraf .
Tanyakan riwayat trauma kepala dan pengaruh
imunologi pada masa sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga Tanyakan apakah mempunyai riwayat tb paru.
Tanyakan apakah di dalam keluarga ada yang
pernah mengalami penyakit keturunan yang
dapat memicu meningitis.
Pemeriksaan Funduskopi
Metode ini menggunakan ophthalmoscope ke mata untuk melihat pembengkakan pada
saraf optik. Jika dibiarkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan di dalam kepala,
gejala potensial dari kebanyakan kasus meningitis yang parah.
Pemeriksaan Telinga
Cara ini dapat melihat gejala-gejala infeksi pada telinga yang mendasari sebagai
penyebab dari meningitis.
Tes Darah
Tes darah juga dapat memperlihatkan tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan sel darah
putih. Jika meningitis terjadi bersamaan dengan sepsis, kultur darah dapat menunjukkan
jenis bakteri penyebab infeksi.
Lumbar Puncture
Tes ini dilakukan dengan mengeluarkan cairan serebrospinal dari tubuh. Hal ini dapat
memberitahu ahli medis apakah seseorang mengidap meningitis atau tidak dan jenis apa
yang menyerang. Pemeriksaan cairan tersebut untuk mencari protein, sel darah putih,
darah, dan organisme infeksius.
CT pada Otak
Sama seperti CT otak, MRI tulang belakang mungkin dapat mendeteksi peradangan pada
meninges. Hal ini juga dapat mendeteksi masalah lainnya yang dapat terjadi pada tulang
belakang selain meningitis.
Rontgen Dada
Metode ini dapat mengidentifikasi infeksi di dada atau paru-paru yang mungkin
merupakan tanda bahwa bakteri atau virus menular, dan memengaruhi area lain di tubuh.
Diagnosa keperawatan
Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal, kejang
JAWAB
1. Data yang perlu ditambahkan :
Identitas : Nama pasien, agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan.
P : Keluhan utama
Q : Kualitas nyeri
R : Lokasi nyeri menyebar atau tidak
S : Skala nyeri yg di rasa
T : Waktu terjadinya nyeri
RPS : Tanyakan apakah pasien mempunyai keluhan lain. Jika ada, keluhannya di mana?
Seperti apa?
RPD : Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat penyakit sebelumnya? pernah dirawat
dirumah sakit atau tidak? Tanyakan pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya dan ada / tidaknya pasien mengalami pembedahan perbaikan dan pernah
menderita osteoporosis sebelumnya, Tanyakan apakah ada riwayat diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
RPK + Genogram : Tanyakan jumlah anggota keluarga, apakah dikeluarganya ada yang
menderita penyakit keturunan?
Pola nutrisi : Tanyakan pada pasien pola nutrisi selama di rs, apakah nafsu makannya
berkurang atau tidak
Pola eliminasi : Tanyakan pada pasien bagaimana cara melakukan bak dan bab? Apakah
dibantu atau dipasang alat
Pola istirahat : Tanyakan pada pasien apakah keluhan/kondisi yang mempengaruhi istirahat
dan tidur
Riwayat Psikologis : Tanyakan bagaimana perasaannya saat mengalami kejadian seperti ini?
Apakah ada perasaan seperti cemas, minder atau perasaan lainnya?
Riwayat Spiritual : Tanyakan apakah penyakit yang dia alami (contoh seperti penyakit
merupakan teguran, cobaan atau hukuman)
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahapan penyembuhan tulang
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam bentuk tulang
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidogenase (LDH-5),aspartat amino
transferase (AST),aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3) X-ray
Menentukan lokasi /luasanya fraktur
4) CT Scan
Memperlihatkan fraktur lebih jelas mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
5) Anteriogram
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
6) Pemeriksaan darah lengkap (DL) dan golongan darah
Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah
respon stress normal setelah trauma.Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah
Gambar 2 Komunitif :
5. Pathway
Trauma langsung
Fraktur terbuka
6. Asuhan Keperawatan
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis,
pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, duduk
ditempat tidur,
duduk disisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke
kursi).
2. Gangguan Integritas Setelah melakukan Intervensi Utama
kulit/Jaringan b.d Penurunan intervensi keperawatan Perawatan integritas kulit
mobilitas, faktor mekanis selama 2 x 24 jam, maka
d.d Kerusakan jaringan dan diharapkan integritas kulit Observasi
atau lapisan kulit. dan jaringan Meningkat - Identifikasi
dengan kriteria hasil: penyebab gangguan
1. Kerusakan jaringan integritas kulit (mis.
menurun perubahan sirkulasi,
2. Kerusakan lapisan perubahan status
kulit menurun nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem,
penurunan
mobilitas)
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan
pada area
penonjolan tulang,
jika perlu
- Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
- Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
- Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
(mis.lotion,
serum)Anjurkan
minum air yang
cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada di
luar rumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
3. Hipovolemia b.d kehilangan Setelah melakukan Intervensi Utama
cairan aktif d.d Frekuensi intervensi keperawatan Pemantauan cairan
nadi meningkat, tekanan selama 2 x 24 jam, maka
darah menurun, dan suhu diharapkan status cairan Observasi
tubuh meningkat. Membaik dengan kriteria - Monitor frekuensi
hasil: dan kekuatan nadi
1. Frekuensi nadi - Monitor frekuensi
membaik nafas
2. Tekanan darah - Monitor tekanan
membaik darah
3. Suhu tubuh - Identifikasi tanda-
membaik tanda hypovolemia
(Frekuensi nadi
meningkat)
- Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan
(trauma/perdarahan)
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
KODE KASUS : M02
DIAGNOSA MEDIS : FRAKTUR TIBIA POST AMPUTASI
DESKRIPSI KASUS :
Laki-laki berusia 39 tahun dirawat karena kecelakaan kendaraan bermotor. Kaki kanan pasien
terlindas truk sehingga harus diamputasi. Pasien dirawat hari ke-2. Terlihat murung dan saat
ditanya tidak terlalu respon. Pasien kepala keluarga dengan 2 anak balita.Tanda vital: tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 37,00C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk
melengkapi data pengkajian pada kasus tersebut.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta
jelaskan tujuan dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose
medis pada kasus di atas
3. Uraikan fokus pemeriksaan fisik pada kasus di atas
4. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas
berdasarkan data yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
5. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang
ditemukan padapoin 4
JAWABAN
1.
Identitas Pasien : Tn. S usia 39 tahun
TTL : Perlu dikaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Perlu dikaji
Dx medis : Fraktur tibia post amputasi
Keluhan Utama : - (perlu ditanyakan)
Alasan masuk RS : Kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor .
Kaki kanan terlindas truk sehingga harus di amputasi
Kualitas nyeri :-
PQRST (Perlu dikaji)
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Faktor yang memperberat : Perlu dikaji
Faktor yang memperingan : Perlu dikaji
Riw Pen Kel :-
Riw Kes Da :-
Riwayat lain :
- Gaya Hidup : Sebelum kecelakaan gaya hidup nya seperti apa
- Pola makan : -
- Pola tidur :-
- Sosial : Kebiasaan bermasyarakat nya saat sehat seperti apa
- Spriritual : Ibadah sebelum sakit dan sesudah sakit seperti apa
1. Pemeriksaan Diagnostic dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostic
- Foto rontgen : untuk mengidentifikasi abnormalitas pada tulang
- CT-Scan : Untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomiolitis dan
pembentukan hematoma
- Arteriografi & pemeriksaan aliran untuk mengevakuasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi
penyembuhan jaringan setelah amputasi
Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasound Doppler, Flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan
mengukur aliran darah
- Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi paling
besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas
- Temografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua
sisi dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara
dua pembaca makin besar untuk sembuh
- Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas
bawah mengevaluasi aliran darah arterial
- LED, peningkatan mengidentfikasi respon inflamasi
- Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme
penyebab
- Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigma
- Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian dan pergeseran kekiri diduga
proses infeksi
1. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum: kesadaran, peningkatan pola bicara
TTV :
- TD : 120/80mmHg
- S : 37C
- N : 20x/mnt
- RR : 92x/mnt
- Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada nyeri kepala.
- Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
- Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak edema.
- Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
- Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
- Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung
- Perkusi : Batas jantung, batas paru
1. Patwayy
Kecelakaan Lalu Lintas
Trauma langsung
Fraktur
Diskontuitas tulang
Amputasi
Tidak merespon
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga ttg
perawatan
perubahan citra
tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
- Latih fungsi
tubuh yag
dimiliki
- Latih
mengungkapkan
kemampuan diri
kepada orang
lain atau
kelompok
Edukasi
- Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif
KODE KASUS : M03
DIAGNOSA MEDIS : OSTEOMIELITIS
DESKRIPSI KASUS :
Perempuan berusia 48 tahun dirawat dengan diagnosis osteomielitis. 1 bulan sebelum masuk RS
tangan kanan pasien kejatuhan tembok saat terjadi gempa. Saat kecelakaan terjadi pasien
mengatakan lukanya hanya bengkak dan lecet2 sedikit. Pasien diobati secara tradisional. Lalu 2
hari sebelum masuk RS pasien demam tinggi, disertai nyeri area tangan yang terluka. Terlihat
jaringan nekrotik pada digiti III-V dextra. Tanda vital: tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi
nadi 88 x/menit, frekuensi nafas 23 x/menit, suhu 38,00C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan dari
masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
3. Uraikan fokus pemeriksaan fisik pada kasus di atas
4. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan data
yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
5. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
JAWABAN
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan
dari masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
Pemeriksaan Diagnostik
- Tes darah
Pada tes darah, kadar sel darah putih akan meningkat jika infeksi terjadi. pemeriksaan
ini dapat menentukan organisme yang menyebabkan infeksi.
- Imaging test (tes pencitraan), berupa:
Foto rontgen, untuk melihat kerusakan pada tulang. Meski demikian, kerusakan
mungkin baru akan terlihat setelah infeksi terjadi selama beberapa minggu.
- MRI, untuk memberikan gambaran secara teliti terhadap tulang dan jaringan lunak di
sekitarnya.
- Bone Scan, untuk menunjukkan aktivitas selular dan metabolik pada tulang
Pemeriksaan Penunjang
- Osteomielitis akut : Foto film sinar X yang dilakukan sejak dini hanya menunjukan
pembengkakan
- Osteomielitis konik : foto sinar X menunjukkan ruang yang besar dan tidak teratur,
periosteum meninggi, pembentukan sekuestrum (potongan jaringan tulang yang telah
mati), atau pembentukan tulang yang padat
- Pemindaian tulang radioisotop dan MRI
- Pemeriksaan darah dan kultur darah
Nyeri Akut
Riwayat trauma
Invasi Mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah
Osteomielitis
Fagasitosis
Nyeri akut
Riwayat trauma
Invasi Mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah
Osteomielitis
Fagasitosis
kelemahan fisik
5. ASUHAN KEPERAWATAN
ANALISA DATA
1. Pasien mengatakan
lukanya hanya bengkak
Invasi Mikroorganisme
dan lecet sedikit
dari tempat lain yang
2. Pasien diobata secara
beredar melalui sirkulasi
tradisional
darah
3. Pasien mengatakan
terluka disertai nyeri
diarea tangan Masuk ke tulang
DO: panjang
1. Terlihat jaringan
nekrotik pada digiti III-V Osteomielitis
dextra.
2. Pola napas berubah
3. Tekanan darah 120/70
mmHg Fagasitosis
4. Frekuensi nadi 88
x/menit
Proses inflamasi
5. Frekuensi nafas 23
pembengkakan &
x/menit
kerusakan integritas
6. Suhu 38,0◦C.
kulit
Pembentukan abses
tulang
Nyeri akut
1. Terlihat jaringan
nekrotik pada digiti Osteomielitis
III-V dextra.
2. Pola napas berubah
3. Tekanan darah Fagasitosis
120/70 mmHg
4. Frekuensi nadi 88
x/menit Proses inflamasi
kelemahan fisik
Faktor mekanis
(penekanan pada
tonjolan tulang)
Gangguan integritas
kulit
Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d nyeri, frekuensi napas tidak normal
2. Gangguan integritas kulit / jaringan b.d faktor mekanis d.d kerusakan jaringan atau
lapisan kulit
TABEL RENPRA
- Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
- Identifikasi
pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS,
hypnosis,
akupresur,
terapi musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan
nyeri
- Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Terapeutik
- Bersihkan
perineal dengan
air hangat,
terutama selama
periode diare -
Gunakan
produk
berbahan
petrolium atau
minyak pada
kulit kering -
Gunakan
produk
berbahan
ringan/a ami
dan hipoalergik
pada kulit
sensitif
- Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada
kulit kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Jotion, serum)-
- Anjurkan
minum air yang
cukup-
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem