Anda di halaman 1dari 10

Nama : Arifani Septi Ningsih

NIM : 20053006
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Ekonomi
Pertemuan : 3

KONSEP DASAR KETERAMPILAN PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJARAN MIKRO

A. Pengertian Keterampilan Pembelajaran


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan“ kecakapan untuk
menyelesaikan tugas”, Keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
diperoleh dari berbagai latihan dan pembelajaran. Keterampilan mengajar pada dasarnya
merupakan salah satu manifestasi dari kemampuan seorang guru sebagai tenaga professional.
Sedangkan mengajar adalah “melatih”.
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam
melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan
menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus (most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang tenaga pengajar,
yaitu;
1) Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2) Menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach)

B. Jenis-Jenis Keterampilan Dasar Mengajar dan Tujuannya


Menurut Turney terdapat 8 keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:
1. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelasakan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan belajar yang
diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah
dipahami para peserta didik.
Prinsip Prinsip Menjelaskan:
• Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik
• Penjelasan Harus diselingi Tanya jawab
• Materi penjelasan harus di kuasai oleh guru
• Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta didik
• Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit dan
dihubungkan dengan kehidupan
Aspek-Aspek yang harus di perhatikan pada saat bertanya:
• Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus sederhana, terang dan jelas
• Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan dikuasai terlebih dahulu
• Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan
• Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan ilustrasi
• Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman peserta didik melalui pertanyaan-
pertanyaan
2. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam
komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban(respon)
dari peserta didik.
Tujuan Keterampilan bertanya:
• Memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar
• Melatih kemampuan mengutarakan pendapat
• Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik
• Melatih peserta didik berfikir divergen
• Mencapai tujuan belajar
Prinsip-Prinsip bertanya :

• Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja. Berikan waktu berfikir


kepada peserta didik
• Pertanyaan hendaknya singkat, jelas dan disusun dengan kata-kata yang
sederhana
• Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para peserta didik
• Pertanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random
• Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan peserta
didik
Teknik dalam bertanya :

• Tekhnik menunggu
• Tekhnik menguatkan kembali
• Tekhnik menuntun dan menggali
• Tekhnik mekacak
3. Keterampilan Menggunakan Variasi
Keterampilan menggunakan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan
bermacam kemampuan dalam mengajar untuk memberikan rangsangan kepada siswa
agar suasana pembelajaran selalu menarik, sehingga siswa bergairah dan antusias dalam
menerima pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif.
Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar:

• menghilangkan kejemuan dalam mengikuti proses belajar


• mempertahankan kondisi optimal belajar
• meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik
• memudahkan pencapaian tujuan pengajaran.
Jenis – Jenis Variasi dalam mengajar
• variasi dalam penggunaan media
• variasi dalam gaya mengajar
• variasi dalam penggunaan metode
• variasi dalam pola interaksi yaitu gunakan pola interaksi multi arah
Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi dalam Pengajar

• Gunakan variasi dengan wajar, jangan dibuat buat


• Perubahan satu jenis variasi ke variasi yang lain harus efektif
• Penggunaan variasi harus di rencanakan dan sesuai dengan bahan metode, dan
karakteristik peserta didik.
4. Keterampilan Memberi Kekuatan
Memberi penguatan atau reincorcement merupakan tindakan atau respon terhadap suatu
bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku
tersebut di saat yang lain.
Tujuan Memberikan Kterampilan Penguatan :

• Menimbulkan Perhatian Peserta didik


• Mmebangkitkan Motivasi belajar Peserta didik
• Menumbuhkan Kemampuan Berinisiatif secara pribadi
• Merangsang Peserta didik berfikir yang baik
• Mengembalikan dan mengubah sikap negative peserta dalm belajar kea rah
perilaku yang mendukung belajar.
Jenis– Jenis Penguatan:

• Penguatan Verbal
• Penguatan Gestural
• Penguatan dengan Cara Mendekatinya
• Penguatan dengan cara Sambutan
• Penguatan dengan cara mememberikan kegitan yang menyenangkan
• Penguatan berupa tanda atau benda
Prinsip – Prinsip Penguatan

• Dilakukan dengan hangat dengan semangat


• Memberikan kesan positive Kepada peserta didik
• Berdampak kepada perilaku positive
• Dapat bersifat pribadi atau kelompok
• Hindari Penggunaan resspon negative
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental
peserta didik agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam membuka pelajaran peserta
didik harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan langkah-langkah yang akan
ditempuh.Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam mengakhiri
kegitan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat menyimpulkan materi
pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guna
dalam proses belajar mengajar.
Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran :

• Untuk menimbulkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran yang di
bicarakan
• Menyiapkan mental peserta didik agar siap memasuki setiap persoalan yang akan
dibicarakan
• memungkinkan peserta didik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam
pelajaran
• Agar peserta didik mengetahui batas batas tugasnya yang akan dikerjakan.
Prinsip – Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran:

• Dalam membuka pelajaran harus memberi makna kepada peserta didik yaitu
dengan cara yang relevan dengan tujuan dan bahan yang disampaikan.
• Hubungan antara pendahuluan dengan inti pengajaran serta dengan tugas-tugas
yang dikerjakan sebagai tindak lanjut nampak jelas dan logis
• Menggunakan apersepsi yaitu mengenalkan pokok pelajaran dengan
menghubungkannya terhadap pengetahuan yang sudah diketahui oleh peserta
didik.
6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani kegiatan
peserta didik dalam belajar secara kelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara
3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan
keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah
kemampuan guru dalam mennetukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang
digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-
perbedaan individual peserta didik.
Tujuan Guru Mengembangkan Keterampilan Mengajar Kelompok kecil dan Perorangan :

• Keterampilan dalam pendekatan pribadi


• Keterampilan dalam mengorganisasi
• Keterampilan dalam membimbing belajar
• Keterampilan dalam merencakan dan melaksanakan KBM
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses ngajar
mengajar.
Tujuan dari Pengelolaan Kelas:

• Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik


memgembangkan kemampuannya secara optimal
• Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disipilin yang dapat
merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
• Mempertahankan keadaan yang stabil dalam susana kelas, sahingga bila terjadi
gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari
• Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik
• Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual peserta didik
dalam kelas.
Prinsip Pengeloaan Kelas :

• Keluwesan, digunakan apabila guru mendapatkan hambatan dalam perilaku


peserta didik, sehingga guru dapat merubah strategi mengajarnya
• Kehangatan dan keantusiasan
• Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar mengajar
• Tantangan, gunakan kata-kata, tindakan atau bahan sajian yang menantang
• Tanamkan displin diri, selalu mendorong peserta didik agar memiliki disipin diri
• Menekankan hal-hal positif, memikirkan hal positif dan menghindarkan
konsentrasi pada hal negatif
8. Keterampilan Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerja sama
kelompok bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau
kelompok tertentu. Untuk itu guru memiliki peran sangat penting sebagai pembimbing
agar proses diskusi dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Prinsip – Prinsip membimbing diskusi Kelompok kecil :

• Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan


• Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
• Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
• Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi

C. Cakupan dan Ruang Lingkup Keterampilan Pembelajaran


Ruang lingkup merupakan cakupan atau batasan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Ruang lingkup tersebut meliputi; materi, media, pendekatan-pendekatan, alokasi waktu, metode,
pola pembinaan terpadu, kompetensi dasar peserta didik dan evaluasi.
a) Materi yang diajarkan haruslah sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.
b) Media pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana merupakan bagian penting untuk
menunjang suatu kegiatan belajar dan pembelajaran. Baik itu sarana prasarana di sekolah,
maupun yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
c) Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan sangatlah penting dilakukana pleh seorang
guru kepada siswanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
memiliki semangat balajar yang tinggi. Misalnya memberi saran maupun pengarahan
kepada siswa apabila siswa tersebut melakukan kesalahan dalam kegiatan belajarnya.
d) Seorang pengajar harus bisa mengatur alokasi waktu belajar agar sesuai dengan waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan materi yang ada. Agar sesuai dengan target yang telah
direncanakan.
e) Setiap guru memiliki metode atau cara dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa.
Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa tersebut merasa nyaman dan tidak bosan
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah.
f) Pola pembinaan terpadu, merupakan pola pembelajaran yang menekankan pada pembinaan
kepada siswa untuk mampu bersikap mandiri dalam memecahkan setiapa masalah.
g) Kompetensi dasar peserta didik, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang peserta
didik dalam menyampaikan materi maupun pembelajaran kepada siswanya.
h) Dalam menentukan hasil akhir dari kemampuan siswa seorang guru memberikan evaluasi
berupa pertanyaan, tes maupun tugas kepada siswa, lalu menganalisisnya, untuk mengetahui
bagian-bagian mana yang masih terdapaat kesalahan-kesalahan maupun yang belum
dimengerti oleh siswa.

D. Desain Pembelajaran
1. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara dosen dan mahasiswa.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman mahasiswa, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya
transisi.
2. Model-model Desain Pembelajaran
a. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model
ini termasuk kedalam model prosedural.
Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
1) Mengidentifikasikan capaian pembelajaran
2) Melaksanakan analisis pembelajaran
3) Mengidentifikasikan tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4) Merumuskan kemampuan akhir yang diharapkan
5) Mengembangkan butir-butir te acuan patokan
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9) Merevisi bahan pembelajaran
10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
b. Model Kemp
Model Kemp termasuk kedalam contoh model melingkar jika ditunjukkan dalam
sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu :
1) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan capaian pembelajaran tiap
topiknya;
2) Menganalisis karakteristik mahasiswa, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain;
3) Menetapkan capaian pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku mahasiswa;
4) Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
5) Pengembangan pra penilaian/penilaian awal untuk menentukan latar
belakang mahasiswa dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar mengajar, jadi mahasiswa
akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan
6) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan
rencana pembelajaran.
7) Mengevaluasi pembelajaran mahasiswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali
beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus
menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
c. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
• Analyze Learners
• States Objectives
• Select Methods, Media, and Material
• Utilize Media and Materials
• Require Learner Participation
• Evaluate and Revise
1) Analisis Mahasiswa
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara
baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri mahasiswa, isi dari pelajaran yang akan
dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich
2005, menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri mahasiswa yang ada, namun
ada tiga hal penting dapat dilakukan untuk mengenal mahasiswa. Berdasarkan ciri-
ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
2) Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik
berdasarkan buku atau kurikulum Tujuan pembelajaran akan menginformasikan
apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan
tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru
dipelajari
3) Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan
dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,
dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang
dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah
ditentukan.
4) Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich Et Al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang
baik yaitu, preview bahan, sedia bahan, tersedia di sekitar, mahasiswa dan
pengalaman pembelajaran.
5) Partisipasi Mahasiswa didalam kelas
Sebelum mahasiswa dinilai secara formal, mahasiswa perlu dilibatkan dalam
aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6) Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji
keberkesanan dan dampak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan
beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian mahasiswa, pembelajaran yang
dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan dosen dan
penggunaan mahasiswa.
d. Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model
ADDIE (Analysis-Design-Development-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada
tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya
ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni:
1) Analysis (analisa)
2) Design (desain/perancangan)
3) Development (pengembangan)
4) Implementation (implementasi/eksekusi)
5) Evaluation (evaluasi/umpan balik)
e. Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga
fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi
(Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu
dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk.
f. Model Pengembangan Instruksional /Pengembangan (MPI).
Model Pengembangan Instruksional (MPI) terdiri dari 3 tahap yakni:
1) Definisi, langkah-langkah adalah :
• Mengidentifikasikan kebutuhan instruksional dan menulis tujuan
instruksional umum.
• Melakukan analisis instruksional
• Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik
2) Analisis dan pengembangan prototype sistem, langkah-langkahnya adalah :
• Menulis tujuan instruksional umum
• Menulis alat penilaian belajar
• Menyusun Strategi Instruksional
• Mengembangkan bahan instruksional
3) Melaksanakan evaluasi formatif, langkah-langkahnya adalah :
• Penelaahan oleh pakar dan revisi
• Evaluasi oleh 1-3 peserta dan revisi
• Uji coba dalam skala terbatas dan revisi
• Uji coba lapangan dengan melibatkan semua komponen dalam sistem
sesungguhnya.
E. Pembelajaran Mikro
Micro teaching atau pembelajaran mikro adalah sebuah model atau metode pelatihan penampilan
dasar mengajar guru yang dilakukan secara mikro atau disederhanakan, yaitu waktu, materi dan
jumlah siswa. Micro teaching biasanya dilakukan oleh calon guru yang saling bertukar peran
dalam berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, praktek kegiatan belajar dan
berdiskusi mengenai masalah-masalah yang ditemukan.
Adapun fungsi-fungsi pembelajaran mikro atau micro teaching adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Intruksional, sebagai penyedia fasilitas praktek latihan bagi calon guru untuk
berlatih dan memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran juga latihan
penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan ilmu keguruan yang telah
dipelajari secara teoritik. Pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek keguruan, baik
dalam pre-service maupun in-service. Dengan hal ini maka jelas bahwa fungsi
intruksional sebagai tempat untuk mengasah kompetensi dan keterampilan mengajar.
2) Fungsi Pembinaan, sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru dibina
sebelum terjun ke pengajaran sebenarnya. Micro teaching dijadikan tempat membekali
calon guru dengan memperbaiki komponen-komponen mengajar sebelum terjun ke kelas
tempat pengajaran.
3) Fungsi Integralistik, sebagai program yang merupakan bagian integral program
pengalaman lapangan serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai
mata kuliah wajib nyata.
4) Fungsi Eksperimen, sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang
pembelajaran. Contohnya seorang guru berdasarkan penelitiannya menemukan suatu
model pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan, maka
terlebih dahulu diujicobakan di dalam micro teaching ini. Dengan hal ini hasil dapat
dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.
Dengan kata lain bahwa fungsi micro teaching adalah sarana dalam latihan
mempraktekkan mengajar, juga salah satu syarat bagi mahasiswa yang akan mengikuti
praktek mengajar di lapangan.
5) Peka terhadap fenomena yang terjadi di dalam proses pembelajaran ketika menjadi
kolaborator yang mengkritisi teman yang tampil praktik mengajar.
6) Lebih siap melakukan kegiatan praktik mengajar di lembaga dan sekolah.
7) Dapat menilai kekurangan yang ada dalam dirinya yang berkaitan dengan kompetensi
dasar mengajar melalui refleksi diri setelah praktik ke depan.
8) Sadar bagaimana membentuk profil pendidik yang baik ditinjau dari kompetensi
penampilan, sikap dan perilaku. Melalui micro teaching seorang calon pendidik akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, karena telah dilatih secara baik dan dibekali
kompetensi demi kompetensi baik secara terpisah maupun terpadu dalam satu kesatuan
proses pembelajaran.
Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial (2014), tujuan yang diharapkan dari pembelajaran
micro teaching antara lain adalah sebagai berikut:
➢ Membantu calon guru atau guru menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus, agar
dalam latihan tidak mengalami kesulitan.
➢ Meningkatkan taraf kompetensi mengajar bagi calon guru secara bertahap, dengan
penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang akhirnya dapat diintegrasikan dalam
mengajar yang sesungguhnya.
➢ Dalam in service training bagi guru atau dosen, diharapkan yang bersangkutan bisa
menemukan sendiri kekurangannya dalam mengajar dan usaha memperbaikinya.
➢ Memberi kemungkinan dalam latihan pembelajaran mikro agar calon guru atau guru
menguasai ketrampilan (khusus) mengajar, agar dalam penampilan mengajar (dalam
proses belajar-mengajar) mantap, terampil, dan kompeten.
➢ Sebagai penunjang usaha peningkatan ketrampilan, kemampuan serta efektivitas dan
efisiensi penampilan calon guru atau guru dalam proses belajar mengajar
Tahapan Micro Teaching
Menurut Halimah (2013), tahapan dalam pembelajaran mikro atau micro teaching adalah
sebagai berikut:
a. Tahap I (kognitif)
Tahap pertama, mahasiswa calon guru atau praktekkan dibimbing untuk memahami dan
mendalami serta memiliki gambaran secara umum konsep dan makna keterampilan dasar
mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat, menyinergikan
keterampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana
keterampilan satu dan lainnya digunakan pada tahap ini idealnya para calon guru selain
diperkenalkan pada konsep-konsep secara teoritis juga harus melihat contoh-contoh
penerapan teori tersebut secara praktis melalui tayangan video aplikasi teori tersebut.
Dengan demikian, para mahasiswa calon guru atau praktekkan dapat menyinergikan
pengetahuan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan
keterampilan dasar mengajar.
b. Tahap II (pelaksanaan)
Tahap kedua ini, para mahasiswa calon guru atau praktekkan secara nyata
mempraktekkan keterampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika
praktekkan sudah berulang kali melakukan praktik akan mengetahui kekurangannya pada
keterampilan yang mereka pelajari untuk dikuasai dan terampil untuk menggunakannya
dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini praktekkan sudah dapat mempersiapkan
perangkat pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu
yang dipersyaratkan bagi guru yang profesional dimasa mendatang.
c. Tahapan III (balikan)
Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktekkan dengan mempelajari hasil dari
observasi teman sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara
langsung pelaksanaan kegiatan praktik mengajar. Para rekan sejawat dan dosen
pembimbing atau dosen luar biasa akan memberikan penilaian berkaitan dengan
kelebihan dan kekurangan praktekkan yang selanjutnya akan didiskusikan dan sebagai
bahan untuk memperbaiki kinerja sebagai calon guru yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai