Anda di halaman 1dari 9

Teori Masuknya Islam dan Perkembangan Islam di Nusantara

Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai p
elayar- pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratanAsia
Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakanwilayah
yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para
pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan
cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra danJawa antara abad ke-1
dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri(Aceh), Barus, dan Palembang
di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang
yang berasal dari Timur Tengah.Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan,
tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah
ada di Indonesiaini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum
tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

•Teori masuknya islam


1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas
Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di
Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori
Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. 
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang
mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat
peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda bunyi
Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
  Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.

• Cara Masuk / Saluran Masuk


1.      Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Gujarat/India, Persia,
dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini
konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan
para pedagang Islam. 

2.      Perkawinan
Karena pernikahan dilakukan dengan putri raja, maka banyak keluarga raja atau bangsawan
masuk Islam. Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.

3.      Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. 

4.      Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan penting
dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya
akan berbondong -  bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya.

5.      Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang menyebarkan Islam di
lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah Gowa
(Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan
Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan
Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa, dll.

6.    Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni tari,
seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls.

7.      Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya.
• Faktor-Faktor Islam Masuk
1. Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.
2. Syaratnya mudah, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat, yang berisi pengakuan
adanya Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad utusan Tuhan.
3. Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih mudah menarik bagi rakyat biasa yang jumlahnya
justru lebih besar.
4. Upacara-upacara keagmaan sangat sederhana.
5. Islam disebarkan dengan cara damai lewat kesenian dan akulturasi dengn kebudayaan
setempat.
6. Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam berkembang pesat.
• Perkembangan Islam diIndonesia
1. Perkembangan Islam di Sumatera
a. Kerajaan Samudra Pasai
Samudra Pasai muncul pada pertengahan abad 13, kerajaan pertama di Indonesia. Letaknya di
pesisir timur laut Aceh sekarang kabupaten Lhokseumawe.dengan raja pertama Sultan malik al-
saleh
b. Kerajaan Aceh
Berdiri pada tahun 1514 diujung Pulau Sumatera, pendirinya Sultan Ali Mugayat Syah,
mengalami kejayaan pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjalin kerjasama dengan
kerajaan Turki Usmani (Ottoman). Setelah Sultan Iskandar Muda, pemerintahan kerajaan
berturut-turut dipimpin oleh : Sultan Iskandar Sani, Sultan (Ratu) Syafiuddin, Tajul Alam,
Sultanah Sri Naqoitudin Nurul Alam, Sultanah Inayah, dan Sultanah Kamalat Syah.

2. Perkembangan Islam di Jawa


Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peranan Wali Songo adalah sebagai
berikut :
a. Maulana Malik Ibrahim/ Maulana Maghrib/ Syeh Magribi
b. Sunan Ampel
c. Sunan Bonang
d. Sunan Giri
e. Sunan Drajat
f. Sunan Kalijaga
g. Sunan Kudus
h. Sunan Muria
i. Sunan Gunung Jati
Disamping Wali Songo penyebar agam islam di Jawa tidak terlepas dari peranan kerajaan Islam
sebagai berikut :
1) Kerajaan Demak
2) Kesultanan Pajang
3) Kerajaaan Mataram
4) Kerajaan Cirebon
5) Kesultanan Banten

3. Perkembangan Islam di Sulawesi


Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peran Sunan Giri di Gresik, hal ini karena Sunan
Giri mendirikan pondok pesantren yang banyak muridnya dari luar jawa termasuk dari Sulawesi.
Adapun masuknya Islam di Sulawesi ada 2 cara :
a. Tidak resmi : Interaksi pedagang setempat dengan pedagang muslim di luar Sulawesi
b. Resmi : Penerimaan Islam dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo, Sultan Alaudin yang telah
masuk Islam tahun 1605.

4. Perkembangan Islam di Kalimantan


Pada abad ke-16 Islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Pada tahun 1509 Kerajaan Sukadana
resmi menjadi kerajaan Islam. Kerajaan Islam Banjar, di bagian selatan pulau Kalimantan tahun
1926. Tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam di Sulawesi adalah Pangeran Antasari
atau Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin.

5. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian Jaya


Penyebaran agama Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu sejak abad ke-15. Di Maluku ada 4 kerajaan Islam : Ternate, Tidore,
Bacan, Jailolo. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam : Sultan Zainal Abidin berhasil
mengembangkan agama Islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai Filipina.

6. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara dan sekitarnya


Di Nusa Tenggara Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara tahun 1840-1850
penyiaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para mubaligh dari Makasar. Di Pulau Bali muslim
terdapat di Singaraja, Buleleng dan Siririt.
• Peranan Umat Islam diIndonesia
1. Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia telah
memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum
muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada perbedaan drajat
kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran terhadap
kemandirian dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

2. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


a. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di wilayah Sunda
Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran agama Khatolik.
Melihat keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada tahun 1526
tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda Kelapa melalui jalan laut.
Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir tentara Portugis dalam peperangan yang
sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat direbut Fatahillah pada 22 Juni
1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang
menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
b. Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda sudah
menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir penjajah
Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau melakukan
penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena persenjataan
Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin di
Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan daerah-
daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan berperang mengusir
penjajah Belanda.
Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia yang semakin
lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara. Perbuatan Belanda yang demikian
sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian besar bangsa
Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan Islam pada waktu itu
di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara terpisah, masing-masing menentang
penjajahan Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa yang berulang kali mengadakan
perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang
memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M, sangat anti terhadap penjajahan Belanda.
Perjuangan mengusir penjajah itu terus menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau
di Kesultanan Banten.

3. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
     Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia. Penindasan,
kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia tertindas,
miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat merasakan perilaku
kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha membebaskan bangsa
Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok Nusantara kaum muslimin bangkit untuk
merebut kembali kemerdekaannya yang telah dirampas oleh penjajah.
     Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya dengan segala
pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. 
Pejuang muslim dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
v  K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
v  Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
v  Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang)
v   Raden Intan (Lampung) di Sumatra
v   Pangeran Antasari di Kalimantan
v  Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.
• Peranan Organisasi-Organisasi Islam diIndonesia
1. Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang muslim yang didirikan
pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama semula adalah Sarekat Dagang Islam
(SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar
Said Cokroaminoto diangkat sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan.
Latar belakang didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan
para pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan juga membentengi
kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama
Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini semakin berkembang
karena mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas
keislamannya. 

2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah sebuah organisasi
non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah)
dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH.
Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah
yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah
ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah
Islam dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak
melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH
Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota Sarekat Islam.

3. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun setelah Muhammadiyah
berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari Jami’atul Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang
terkenal adalah syeikh Ahmad Surkati, berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar di
Jami’atul Khair.

4. Nahdlatul Ulama
(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial keagamaan yang
dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab
Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas Alwi , dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada
tanggal 31 Januari 1926 dan kini menjadi salah satu organisai dan gerakan Islam terbesar di
tanah air. Bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah
Waljama’ah dan penganut salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafi’i,
Imam Hambali dan Imam Maliki).

5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)


MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu tanggal 21 September 1937
di Surabaya sebagai organisasi federasi yang diprakarsai oleh K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad
Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah (NU) dan Wondoamiseno (PSII)

6. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun 1943. Dalam
Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati bahwa Masyumi adalah sebagai
satu-satunya partai Islam untuk rakyat Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan
maklumat yang berbunyi :” 60 Milyoen kaum muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “,
Pernyataan ini direkam dengan baik oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember
1945. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari.
Tergabung dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dan Sarekat
Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Wahab dan tokoh-
tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono Cokrominoto, dan Prawoto Mangunsasmito.

7. Mathla’ul Anwar
Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam bidang sosial
keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan pendidikan Islam khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes Banten.

8. Persatuan Islam (Persis)


Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada tanggal 17 September
1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota
Palembang. Organisasi ini diketuai pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal
sebagai teman dialog Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan
A.Hassan lewat surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS
Cokroaminoto, juga banyak berasal dari A.Hassan ini.

9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan Islam


Organisasi pelajar, mahasiswa dan kepemudaan Islam sangat besar sekali peranannya dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan memajukan bangsa Indonesia. Jong Islamiten
Bond (JIB) misalnya lahir tahun 1925 yang telah melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti M.
Natsir, Moh.Roem, Yusuf Wibisono, Harsono Tjokroaminoto, Syamsul Ridjal dan lain
sebagainya.
Dari masa-masa tahun enam puluhan hingga kini peran kepemudaan Islam lebih didominasi oleh
organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) lahir 5 Pebruari 1947, PII
(Pelajar Islam Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah). Organisasi-organisasi pelajar dan kemahasiswaan tersebut telah
melahirkan banyak pemimpin nasional, antara lain misalnya Akbar Tanjung (mantan Ketua
DPR) dan Nurcholis Majid Almarhum (Ketua Yayasan Paramadina) adalah Alumni HMI; Din
Syamsudin (Sekjen MUI) adalah alumni IMM; Muhaimin Iskandar (Ketua PKB) adalah alumni
PMII, dan banyak lagi contoh-contoh lain dari tokoh-tokoh nasional yang dikader oleh
organisasi-organisasi kemahasiswaan di atas.

10. Departemen Agama


Departemen Agama dulu namanya Kementerian Agama. Didirikan pada masa Kabinet Syahrir
yang mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946, dengan Menteri Agama yang pertama adalah
M. Rasyidi.

11. Peran Lembaga Pendidikan Islam


Lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia adalah pesantren. Kehadiran pesantren ini
hampir bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia itu sendiri. Alasannya sangat sederhana,
Islam sebagai agama dakwah disebarkan melalui proses transmisi ilmu dari ulama atau kyai
kepada masyarakat (tarbiyah wat ta’lim atau ta’dib). Proses ini berlangsung di Indonesia melalui
pesantren.

12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)


Majlis Ulama ini sebenarnya sudah berdiri sejak jaman pemerintahan Soekarno, tetapi baru di
tingkat daerah. Di Jawa Barat misalnya majlis ini berdiri tanggal 12 Juli 1958. Pada tanggal 21
sampai 27 Juni 1975 diadakan Musyawarah Nasional I Majlis Ulama seluruh Indonesia di
Jakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil Majlis Ulama propinsi. Ketika itulah Majlis Ulama
tingkat Nasional berdiri dengan nama Majlis Ulama Indonesia (MUI).

13. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)


ICMI berdiri pada 7 Desember 1990 sebagai sebuah organisasi yang menampung para
cendekiawan muslim yang mempunyai komitmen pada nilai-nilai keislaman, tanpa melihat
aliran, warna politik dan kelompok.
• Hikmah Perkembangan islam diIndonesia
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja
keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki
batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
KLIPING
TEORI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun Oleh :
Rafli Ahmad Gusriyansyah / Kelas IX-D

SMP NEGERI 6 PANGKALPINANG


2021/2022

Anda mungkin juga menyukai