Anda di halaman 1dari 30

KONSEP ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

1. Definisi
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi
dan plasenta dari rahim ibu (Buku Acuan APN, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan melalui vagina dengan letak
belakang kepala atau ubun-ubun kecil yang berlangsung selama 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun pada janin, tanpa memaKai alat bantu serta tidak
melukai ibu maupun janin (bayi) kecuali episiotomy (Aimmatul, 2018).
Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala I sampai dengan kala IV dan
upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta
asfiksia pada bayi baru lahir (JNPK-KR, 2017).

2. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi (Aimmatul, 2018)
a. Teori Penurunan Hormon
Waktu 1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon
progesterone dan estrogen. Progesteron berfungsi sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila progesteron menurun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi user 0-plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus
e. Induksi Partus (Induction Of Labour)
Ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecah
ketuban.

3. Bentuk Persalinan
Menurut Yuli (2017) terdapat beberapa bentuk persalinan, diantaranya adalah:
a. Persalinan Spontan
Bila persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan
lahir.
b. Persalinan Buatan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru akan berlangsung setelah
pemecahan ketuban

4. Patofisiologi
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban
keluar dari kanatis serviks dan adalah bagian yang pecah. Pengaruh terhadap ibu
karena jalan janin terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry labour.
Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita dan morbiditas
perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah tidak terjadi persalinan spontan (partus lama)
maka persalinan diinduksi (Purwati, 2018).
Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu
a. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5 cm
dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif.
b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum

5. Proses Persalinan
Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) dalam Purwati (2018) adalah
sebagai berikut:
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap
(10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu:
1) Fase Laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mula muncul
hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8
jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak
sama sekali.
2) Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi
komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari
3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian
presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala
dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain:
(a) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
(b) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
(c) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2
jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Beberapa tanda dan gejala persalinan kala II yaitu :
a) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi;
b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya,
c) Perineum terlihat menonjol;
d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka;
e) Peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kirakira 2-3 menit sekali.
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-
otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada
rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu
his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan
janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.

Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan


robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet perineum.
Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik superfisial dan digambarkan
sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai
oleh saraf pudendus.

Menurut Ilmiah (2015), Mekanisme persalinan normal adalah sebagai berikut:

(1) Fiksasi (Engagement) : merupakan tahap penurunan pada waktu diameter


biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.

(2) Desensus : merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya
tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha
meneran, ekstensi dan pelusuran badan janin.

(3) Fleksi : sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian
terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi
bertambah hingga ubun-ubun besar. Fleksi disebabkan karena janin
didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

(4) Putaran paksi dalam/rotasi internal : pemutaran dari bagian depan


sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
kedepan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar kedepan kebawah

(5) simpisis. Putaran paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu kepala
sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul.

(6) Ekstensi : setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Bagian leher belakang dibawah
occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik
poros.

(7) Rotasi eksternal (putaran paksi luar) : terjadi bersamaan dengan perputaran
interrior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali
kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putan paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi yang artinya
perputaran kepala sejauh 45° baik kearah kiri atau kanan bergantung pada
arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

(8) Ekspulsi : setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis
dan menajdi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir).

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus biasanya turun sampai dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi
bulat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina
(tanda Ahfeld).
3) Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah
yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya
plasenta dan permukaan maternal plasenta (maternal portion) keluar dari tepi
plasenta yang terlepas.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc.
d. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV antara lain:
1) Intensitas kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan

Menurut (Saifuddin, 2014) asuhan persalinan normal yaitu:

(1) Melihat tanda dan gejala kala II

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran


b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

(5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.

(6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik).

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di
dalam larutan terkontaminasi).

(8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk


memastikan bahwa pembukkan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit).
(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan temuan-
temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan


untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f) Menilai DJJ setiap 5 menit.
g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu
untuk mulai meneran pada pncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

(15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di
kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih.

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar sacara spontan.

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/ im.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama.

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
ambil tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dengan memulai memberikan ASI jika ibu menghendakinya.

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit/ im di gluteusatau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
(34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah


bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan
arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan
belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak


sekitar 5-10 cm dari vulva.
b) Jika plasentanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit:

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/ im

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung


kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta


dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin
0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan
kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

(45) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebarangan
dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

(47) Menyelimutikan kembali bayi dengan menutupi bagian kepalanya.


Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan


b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan


memeriksa kontraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam


pertama persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang


sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan


ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.


Menganjurkan kelurga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan


klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,


membalikkan bagian dalam ke luardan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

(60) Melengkapi partograf. (Saifuddin, 2014).


Pathway

Kehamilan (37-42 mingggu)

Tanda-tanda Inpartus

Proses Persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Post Partum


Plasenta

Nyeri Akut Tekanan Kontraksi


Mekanik Pada usus menurun
Presentasi Trauma Keluar darah
Jaringan > 500 cc
Risiko
Trauma Pendarahan
jaringan, Pelepasan Risiko
Laserasi neurotransmiter Pendarahan
nyeri di korteks Kekurangan
selebri volume
Risiko infeksi cairan

Nyeri Akut
1. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda sebelum terjadinya persalinan adalah lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida yaitu. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering
sering atau susah buang air kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksikontraksi
lemah di uterus (fase labor pain). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Kemenkes, 2016).
Tanda-tanda impartus yaitu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirnya.
d. Pada pemeriksaan dalam telah ada pembukaan dan, pendataran serviks.

2. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan merupakan suatu keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan ataupun kematian pada ibu
maupun pada bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya
adalah : Ketuban pecah dini, Persalinan Preterm, Vasa Previa, Prolaps Tali Pusat,
Kehamilan Postmatur, Persalinan Disfungsional, Distosia Bahu, Ruptur Uterus,
Plasenta Akreta, Inversi Uterus, Perdarahan Pasca Partum Dini (Purwati, 2018).

3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yuli (2017) pemeriksaan penunjang sebelum persalinan adalah sebagai
berikut:
a. USG
Teknik diagnostic untuk pengujian struktur badan bagian yang melibatkan formasi
bayangan dua dimensi dengan gelombang ultrasonic.
b. Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan.
Pada trimester pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada usia 30
minggu terjadi puncak hemodilusi. Ibu dikatakan anemia ringan Hb
4. Penatalaksanaan
Menurut Yuli (2017) penatalaksanaan pada persalinan dilakukan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan umum
1) Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu
2) Upaya melakukan konfirmasi umur pada bayi
b. Prinsip penanganan
1) Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kebersalinan
2) Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.
c. Pengobatan/penanganan
1) Dengan menggunakan
Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr, intravena dilanjutkan dengan 1-3
gr/jam. Efek samping yang ditimbulkan yaitu depresi pernafasan. Golongan
andregenic untuk merangsang reseptor pada otot polos uterus sehingga terjadi
relaksasi dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis
0,25 mg diberikan dibawah kulit setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau
Ritodin diberikan secara infus intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6
jam setelah kontraksi hilang dengan dosis pemeliharaan secara oral 10 mg/oral
diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Selain itu
perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.
2) Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada umur
kebersalinan 34-38 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian
surfaktan.
3) Pemberian antibiotic Obat oral yang di anjurkan diberikan adalah eritromisin 3
x 500 mg, selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama
3 hari atau dapat menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin. Tidak
digunakan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC.
4) Cara persalinan
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervagina bisa
dilakukan episiotomy dengan menggunakan forcep untuk mengurangi trauma
pada kepala dan melindungi kepala janin. Section caesarea tidak memberikan
prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas jangan dipakai sebagai indikasi untuk melakukan section
caesarea. Oleh karena itu, section caesarea hanya dilakukan atas indikasi
obstetric. Pada letak sunsang 30-34 minggu, section caesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kebersalinan lebih dari 34 minggu, Persalinan
dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan kebersalinan aterm.
5) Metode kanguru untuk merawat bayi premature
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir
rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu,
sehingga member peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Persalinan Kala I


Tujuan asuhan persalinan kala I adalah untuk menyiapkan kelahiran bayi
seoptimal mungkin sehingga persalinan berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada
komplikasi, ibu dan bayi selamat dan sehat. Adapun asuhan persalinan kala I meliputi:
a. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini akan digunakan dalam proses
25 membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan perawatan yang sesuai.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
c. Pemeriksaan abdomen
Adapun tujuan pemeriksaan abdomen pada kala I adalah; menentukan tinggi
fundus uteri (TFU), memantu kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin
(DJJ), menentukan presentasi, menentukan penurunan bagian terbawah janin.
d. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan dilatasi serviks, penipisan
serviks, kondisi ketuban, presentasi janin, penurunan dan bagian-bagian janin.
e. Pencatatan dengan partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2017).
1) Informasi tentang ibu meliputi ; nama pasien, riwayat kehaamilan, riwayat
persalinan, nomor register pasien, tanggal dan waktu kedatangan mulai di
rawat, waktu pecah ketuban.
2) Kesehatan dan kenyamanan janin, hasil pemeriksaan DJJ, warna dan adanya
air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, molase atau
penyusupan tulang kepala janin.
3) Kemajuan persalinan ; pembukaan serviks, pencatatan penurunan bagian
terbawah atau persentasi janin. 26
4) Pencatatan jam dan waktu meliputi; waktunya mulai fase aktif, waktu aktual
saat pemeriksaan, kontraksi uetrus, obat-obatan dan cairan IV yang diberikan.
5) Kesehatan dan kenyamanan ibu meliputi; nadi, suhu tubuh, tekanan darah,
volume urine, protein dan aseton urine.
6) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya, dengan mencatat semua
asuhan lain meliputi; jumlah cairan per oral, kemungkinan penyulit serta tanda
bahaya dan upaya rujukan (WHO, 2000).

2. Asuhan Persalinan Kala II


Asuhan persalinan pada kala II menurut JNPK-KR (2017) meliputi :
a. Pengkajian
Pengkajian dan pemeriksaan fisik dilakukan pada kala II untuk mengetahui
apakah sudah masuk kala II dan apakah ada komplikasi yang mengindikasikan
untuk merujuk.
b. Interpretasi data dasar, melakukan indentifiksi masalah atau diagnosa berdasarkan
data yang terkumpul dan interpretasi data yang benar.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penangananya.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh bidan maupun dokter
dan atau melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenanaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien.

3. Asuhan Persalinan Kala III


Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu bersalin kala III adalah; palpasi
uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua, menilai bayi baru lahir (BBL)
apakah stabil, jika tidak rawat segera.

4. Asuhan Persalinan Kala IV


Asuhan persalinan pada kala IV yaitu :
a. Lakukan massase uterus untuk merangsang kontraksi uterus agar dapat
berkontraksi dengan baik
b. Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan
c. Memperkirakan kehilangan darah
d. Periksa kemungkinan adanya robekan (lasersi dan epsiotomi) perineum
e. Evaluasi keadaan umum ibu
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala II di bagian
belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau sesudah penilaian
dilakukan (JNPK-KR, 2017).

5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Intoleransi aktivitas b.d kelamahan fisik
c. Ansietas b.d krisis situsional
d. Resiko syok
e. Resiko hipovolemia
f. Resiko infeksi
6. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisik diharapkan Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil: Observasi
(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri, dari sedang (3) ke menurun (5) frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
- Meringis, dari sedang (3) ke menurun (5) - Identifikasi respon non verbal
- Gelisah, dari sedang (3) ke menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Pola tidur, dari cukup buruk (2) ke cukup membaik memperingan nyeri
(4) - Monitor keberhasilan terapi yang sudah
dilakukan
Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis dalam
melakukan penanganan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan untuk
memonitor nyeri secara mandiri
- Mengajarkan tehnik non farmakologis yang tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1x24 Manajemen Energi (I.05178)
b.d kelemahan fisik jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi dengan Observasi
(D.0056) kriteria hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Toleransi Aktivitas (L.05047) - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi, dari sedang (3) ke menurun (5) Terapeutik
- Saturasi oksigen, dari sedang (3) ke meningkat (5) - Sediakan lingkungan yang nyaman
- Keluhan lelah, dari sedang (3) ke menurun (5) - Lakukan latihan rentang gerak aktif/pasif
- Dispnea saat beraktivitas, dari sedang (3) ke - Berikan aktivitas dikstraksi yang menenangkan
menurun (5) Edukasi
- Dispnea setelah beraktivitas dari sedang (3) ke - Anjurkan tirah baring
menurun (5) - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Ansietas b,d krisis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Reduksi ansietas (I.09314)
situsional (D.0080) diharapkan masalah keperawatan ansietas dapat teratasi Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.
Tingkat ansietas (L.09093) Kondisi, waktu, stressor)
- Verbalisasi kebingungan, dari meningkat (1) ke
menurun (5) - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi, - Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
dari meningkat (1) ke menurun (5) Teraupetik
- Perilaku gelisah, dari meningkat (1) ke menurun (5) - Ciptakan suasana terapeutik untuk
- Perilaku tegang, dari meningkat (1) ke menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
- Keluhan pusing, dari meningkat (1) ke menurun (5) - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
- Tekanan darah, dari memburuk (1) ke membaik (5) jika memungkinkan
- Konsentrasi membaik, dari memburuk (1) ke - Pahami situasi yang membuat anxietas
membaik (5) Pola tidur membaik, dari memburuk (1) - Dengarkan dengan penuh perhatian
ke membaik (5) - Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialam
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika
perlu
4 Resiko syok (D.0039) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1x24 Pencegahan Syok (1.02068)
jam, diharapkan risiko syok teratasi dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat syok (L.03032) - Monitor tanda dan gejala syok
- Tingkat kesadaran, dari sedang (3) ke meningkat (5) - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
- Saturasi oksigen, dari sedang (3) ke meningkat (5) nadi,TD)
- Akral dingin, dari sedang (3) ke menurun (5) - Monitor status cairan (turgpr kulit, crt)
- Tekanan darah sistolik, dari sedang (3) ke membaik - Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi)
5) Terapeutik
- Tekanan darah diastolik, dari sedang (3) ke membaik - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
5) oksigen >94%
- Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
- Jelaskan tanda gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
tanda gejala awal syok
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian tranfusi darah,
antiinflamasi, jika perlu
5 Resiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x60 Management Hipervolemia (I.03114)
(D.0034) menit diharapkan Hypervolemia dapat teratasi dengan Observasi
kriteria hasil: - Periksa tanda gejala hypervolemia
Keseimbangan cairan (L.03020) - Identifikasi penyebab hipervolemia
- Edema, dari sedang (3) ke menurun (5) - Moitor status hemodinamik
- Tekanan darah, dari sedang (3) ke membaik (5) - Monitor intake dan ouput cairan
- Denyut nadi radial, dari sedang (3) ke membaik (5 Terapetik
- Tekanan arteri, dari sedang (3) ke membaik (5 - Timbang BB setiap hari
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala 30-40o
Edukasi
- Anjurkan melapor jika BB bertambah lebih dari
1 kg dalam sehari
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian deuritik jika diperlukan
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat deuritik
6 Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) jam, diharapkan risiko infeksi teratasi dengan kriteria Observasi
hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Tingkat Infeksi (L.14137) sistemik
- Demam, dari sedang (3) ke menurun (5) Terapeutik
- Kemerahan, dari sedang (3) ke menurun (5) - Batasi jumlah pengunjung
- Nyeri, dari cukup meningkat (2) ke menurun (5) - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Bengkak, dari sedang (3) ke menurun (5) - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aimmatul Ainiyah. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jombang. Cendekia


Medika

APN. (2017). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK- KR

Hamilton, P. M. (2012). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:EGC.

Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha Medika:
Yogyakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Buku KIA. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kirnantoro, & Maryana. (2019). Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta : Media

Medis dan Nanda NIC-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing

Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa.

Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.

Purwati. (2018). Perbedaan Terapi Musik Mozart Dan Murottal Al-Qur'an Terhadap
Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI .(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesi

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai