Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS DESA

ESSAY

PERANAN KOMUNITAS DAN DESA


DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN

OLEH:

DWI SUPRASTYO
H152150061

ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pendahuluan

Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata. Pembangunan bukan hanya
berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan pendapatan perkapita sebagai indeks dari
pembangunan saja, akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses multi dimensi yang
meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi dan sosial
dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.
Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses
pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara
spiritual maupun material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu pembangunan karena
suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
suatu harapan. Sedangkan jika harapan tersebut tidak tercapai berarti, hal itu adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah.
Karena titik tolak pembangunan dimulai dari tindakan mengurangi masalah tersebut dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan untuk
mencapai suatu tingkatan yang layak. Pembangunan yang tidak bertitik tolak dari
masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep dan model pembangunan tersebut berorientasi
pada penyelesaian masalah sebagai penyebab akar masalah bukan akar masalahnya. Hal ini
menyebabkan peningkatan laju pembangunan lama untuk mencapai suatu pertumbuhan
pembangunan yang merakyat. Model pembangunan yang merakyat berarti berangkat dari
masyarakat.

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang


berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada
dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan pada laju
pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak
absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi
dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam
menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan
berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara
tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan
umat manusia.
Pada beberapa dekade terakhir, konsep pembangunan keberlanjutan (sustainable
development) semakin sering digunakan oleh banyak negara di dunia untuk
mengimplementasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional maupun internasional.
Keberlanjutan (sustainability) saat ini telah menjadi elemen inti (core element) bagi banyak
kebijakan pemerintah negara- negara di dunia dan lembagalembaga strategis lainnya. Menurut
Khanna et al. (1999) pembangunan keberlanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamik
antara fungsi maintenance (sustainability) dan transformasi (development) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup.

Peran Masyarakat dalam Pe mbangunan Berkelanjutan

Keterlibatan berbagai pihak dalam hal ini adalah masyarakat luas, merupakan salah satu
kunci yang sangat penting dalam keberhasilan pembangunan. Dengan keterlibatan masyarakat ke
dalam proses pembangunan, mka pemerintah tidak lagi me nerapkan sistem pembangunan yang
top down namun akan menerapkan sistem bottom up di mana usulan yang berasal dari
masyarakat akan menjadi masukan penting dalam upaya pembangunan daerah.
Paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia, mengajarkan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan esensi dasar dalam proses penyelengaraan pemerintahan dan
pembangunan. Otonomi daerah tidak semata berbicara tentang pengurangan sentralisasi di
tangan pemerintah pusat, perbaikan pelayan publik maupun penciptaan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Semangat otonomi daerah juga mendorong
tumbuhnya demokrasi lokal dan pemberdayaan masyarakat. Banyak pihak yakin bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan roh dalam otonomi daerah. Jika berbicara tentang
demokrasi lokal dan pemberdayaan masyarakat, maka kata kuncinya adalah pemberdayaan
masyarakat (komunitas).
Peran serta masyarakat membuka kemungkinan keputusan yang diambil didasarkan
kebutuhan, prioritas dan kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan
rencana, program dan kebijaksanaan yang lebih realistis.
Masyarakat diikutsertakan dalam aktifitas pembangunan yang dapat menjamin
penerimaan dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dihasilkan. Pemerintah
mungkin saja memberikan proyek untuk meningkatkan suatu fasilitas umum. Namun meskipun
fasilitas itu telah berdiri seringkali tidak digunakan dengan efektif. Untuk itu masyarakat perlu
diikutsertakan dalam pertemuan membahas proyek, dengan memahami tujuan proyek
masyarakat dapat memberikan umpan balik, yang akhirnya bisa menjadi suatu proyek yang
betul-betul memenuhi keinginan mereka. Disadari saat ini jika masyarakat diberi tanggung jawab
dalam pemeliharaan mereka seharusnya dilibatkan dalam perencanaan dan implementasi proyek.
Mereka harus membangun rasa kepemilikan dan mengetahui bahwa pemeliharaan tersebut
merupakan tanggung jawab masyarakat.
Misalnya dalam hal pemilihan dan penetapan jenis prasarana lingkungan yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, pada umumnya akan memberikan pengaruh positif
bagi pemanfaatannya agar langsung dirasakan masyarakat, serta dapat merangsang tumbuhnya
rasa ikut memiliki dari masyarakat pada akhirnya akan tumbuh kesadaran untuk memelihara,
mengelola dan mengembangkan hasil- hasil pembangunan berupa perbaikan prasarana dan
fasilitas tersebut. Hal ini selaras dengan konsep “man centred development”, yaitu pembangunan
yang dipusatkan pada kepentingan manusia, dan tidak sekedar alat pembangunan itu sendiri.
Karena dalam suatu proses pembangunan akan jauh lebih baik, bila sejak awal sudah
mengikutsertakan masyarakat pemakai hasil pembangunan. Dengan demikian hasilnya akan
sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan kemampuan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan dapat dilakukan mulai dari proses
perencanaan sampai dengan operasi pembangunan tersebut. Peran serta masyarakat dalam proses
perencanaan merupakan suatu pelibatan masyarakat yang paling tinggi. Karena dalam proses
perencanaan masyarakat sekaligus diajak turut membuat keputusan.
Keterlibatan masyarakat terutama dalam pembangunan berkelanjutan dalam proses
konsultasi atau pengambilan keputusan pada semua tahapan pembangunan dari evaluasi
kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan, dan evaluasi sangat dibutuhkan. Ada
beberapa asumsi yang diterima secara umum untuk mendorong partisipasi masyarakat;
 Masyarakatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu masyarakat mempunyai hak untuk
mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan pembangunan di lingkungannya.
 Partisipasi masyarakat dapat menjamin kepentingan dan suara kelompok-kelompok yang
ada di masyarakat yang mungkin terpinggirkan dalam pembangunan ekonomi, sosial
maupun budaya.
 Partisipasi masyarakat dalam pengawasan terhadap proses-proses pembangunan dapat
menkamin tidak terjadinya berbagai penyimpangan, penurunan kualitas dan kuantitas
pembangunan.

Penutup

Partisipasi masyarakat berwujud keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan kebijakan


dan pengambilan keputusan dalam berbagai tahapan pembangunan. Partisipasi masyarakat
hendaknya dilakukan secara terus- menerus sebagai instrumen untuk mendorong praktik good
governance untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan
serta mendorong masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
kebijakan publik secara langsung.
Berbagai pengalaman pembangunan daerah menunjukkan bahwa tanpa pastisipasi
masyarakat pemerintah kekurangan petunjuk mengenai kebutuhan dan keinginan warganya.
Investasi yang ditanamkan di daerah tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan warga.
Akibatnya sumber-sumber daya publik yang langka tidak digunakan secara optimal, sehingga
potensi untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat daerah tidak tertangkap. Dampak tidak
adanya partisipasi juga membuat standar-standar dalam merancang pelayanan dan prasarana
yang tidak tepat serta fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan
ditempatkan pada tempat yang salah. Dari kasus tersebut bisa disimpulkan bahwa peran serta
masyarakat dalam wujud partisipasi aktif sangat berperan besar dalam keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.
Daftar Pustaka

Barori, M., Makalah Perencanaan Pembangunan dan Partisipatif Masyarakat

http://www.fasilitatorsanitasi.org/artikel/peran-serta-masyarakat-dalam- mensukseskan-program-
ppsp)

Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan. Djambatan : Jakarta

Sugandhy, Aca dan Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara.

Sugiartoto, Agus Dody., 2003, Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota Solo, IPGI –Solo.

Anda mungkin juga menyukai