Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDAYA LOKAL: PENGERTIAN, WILAYAH, CIRI-CIRI, & JENISNYA

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Islam & Budaya Lokal)

Dosen Pengampu: Drs. Nidlomun Niam, M.Ag.

Disusun Oleh :
Ahmad Haikal Azwan (2104026174)

Ilham Arsya Pratama (2104026006)

Rifa Anis Fauziah (2104026021)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO

2021
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami atas limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Ulumul Hadits” ini tanpa hambatan. Dan tidak
lupa sholawat besertakan salam kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, semoga kita adalah orang-orang yang diberikan syafa’at oleh Nabi di yaumil akhir nanti.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan kami
dalam hal penulisan makalah ini baik itu secara eksplisit maupun yang implisit. Kami berusaha
dengan segenap jiwa dan raga kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “BUDAYA
LOKAL: PENGERTIAN, WILAYAH, CIRI-CIRI, & JENISNYA” yang masih jauh dari kata
sempurna. Dikarenakan kekurangan tersebut kami mengharapkan kritik beserta saran dari
pembaca sehingga dapat dijadikan pembelajaran bagi kami selanjutnya, serta kami berharap
makalah yang kami uraikan dapat membantu serta bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 1 September 2022

Kelompok 1
Table of Contents
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian Islam dan budaya lokal terutama dalam konteks Indonesia, terasa sangat relevan
dibahas sebab selain dilatarbelakangi rentetan historis yang sangat panjang, secara empiris,
perpaduan dua entitas tadi turut hadir dalam berbagai bentuk wujud budaya di tengah-tengah
keseharian masyarakat kita.

Dalam fenomena disekitar kita, khususnya dalam konteks keindonesiaan ada satu hal yang
tidak pernah terpisahkan yakni antara Islam dan konteks budaya yang mana diantaranya mengalir
dalam kehidupan sosial masyarakat kita dari dulu hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud budaya lokal?
2. Bagaimanakah cara mengetahui wilayah budaya lokal?
3. Apa sajakah ciri-ciri dan jenis-jenis dari budaya lokal ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari budaya lokal
2. Mengetahui batasan dalam budaya lokal
3. Mengetahui ciri-ciri dan jenis-jenis dari budaya lokal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Lokal

Dalam hal ini maksud dari budaya lokal lebih di khususkan ke budaya Jawa yang mana
kita ketahui bahwasannya Jawa memiliki banyak sekali kebudayaan. Maka dari itu
hendaknya kita mengenal terlebih dahulu pengertian budaya lokal Jawa dalam konteks
kebahasaan, karena saat ini makna kebudayaan telah semakin luas karena semakin luasnya
perhatian sejarawan, sosiolog dan kritisi sastra. Perhatian banyak dicurahkan kepada
kebudayaan popular yakni sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat awam serta
pengungkapannya kedalam kesenian rakyat, lagu daerah, cerita rakyat, festival rakyat dan
sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata budaya mempunyai arti sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sukar untuk diubah. Sedangkan menurut Jalaluddin, ia menyatakan
bahwa kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan
pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan
kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka kebudayaan cenderung menjadi
tradisi dalam suatu masyarakat, dan tradisi itu ialah sesuatu yang sulit berubah, karena sudah
menyatu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Darori Amin dalam bukunya yang mengutip pernyataan Kodiran bahwa yang disebut
dengan masyarakat Jawa atau tepatnya suku bangsa Jawa secara antropologi budaya adalah
orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai
ragam dialeknya secara turun-temurun.

Pada waktu mengucapkan bahasa daerah ini, seseorang harus memperhatikan dan
membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan,
berdasarkan usia maupun status sosialnya. Demikian pada prinsipnya ada dua macam bahasa
Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa Jawa ngoko dan krama. Bahasa
Jawa ngoko itu dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih
muda usianya serta lebih rendah derajat atau status sosialnya. Lebih khusus lagi adalah
bahasa Jawa ngoko lugu dan ngoko andhap. Sebaliknya, bahasa Jawa krama, dipergunakan
untuk bicara dengan yang belum dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur maupun
derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta status sosialnya.

Jadi dari uraian di atas, dapat kita ambil pemahaman bahwa budaya Jawa yang dimaksud
di sini adalah segala sistem norma dan nilai yang meliputi sistem religi, sistem pengetahuan,
bahasa, kesenian, kepercayaan, moral, seni, hukum, adat, sistem organisasi masyarakat, mata
pencaharian, serta kebiasaan masyarakat Jawa yang hidup di pulau Jawa atau yang berasal
dari pulau Jawa itu sendiri atau bisa di sebut sebagai ruang lingkup budaya Jawa.

B. Batasan dalam Budaya Lokal

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, alat-alat, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Sebagaimana juga budaya, bahasa merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan


orang dari budaya lain, terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri. “Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat
memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup
mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang komprehensif


untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.

Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri-ciri khusus dari sebuah kebudayaan yang masing-
masing masyarakat yang berbeda. Pada masyarakat Barat makan sambil berjalan, bahkan
setengah berlari adalah hal yang biasa karena bagi mereka “the time is money”. Hal ini jelas
berbeda dengan masyarakat timur. Jangankan makan sambil berjalan, bahkan makan berdiri
saja sudah melanggar etika. Walaupun demikian, secara garis besar, seluruh kebudayaan
yang ada di dunia ini memiliki sifat-sifat hakikat yang sama. Sifat-sifat hakikat kebudayaan
sebagai berikut:

 Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.


 Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
 Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.

Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-


tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan
yang diizinkan.

C. Ciri-ciri dan Jenis-jenis Budaya Lokal (Jawa)


Keragaman budaya adalah salah satu keunikan yang terdapat di muka bumi ini
dengan beragam suku bangsa yang ada di seluruh dunia, begitu pula dengan keragaman
budaya Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia, tak dapat memungkiri bahwa
keberadaan negara Indonesia sendiri menghasilkan keragaman yang tidak terkira, mulai
dari keragaman ras, suku bangsa hingga bahasa.
Dari berbagai keragaman itulah melahirkan bentuk keragaman budaya Indonesia
yang tak ada tandingannya, seperti rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional,
tarian adat tradisional, alat musik dan lagu tradisional, senjata tradisional, bahkan
beragam makanan khas.
Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan.
Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur terdapat juga
di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan Suriname.

1. rumah adat,
 Rumah Adat Kesepuhan dari Jawa Barat
 Rumah Adat Joglo dari Jawa Timur dan Jawa Tengah
 Rumah Adat Bangsal Kencono dari DI Yogyakarta
2. upacara adat,
Upacara adat Jawa Barat, yaitu Sisingaan yang dilakukan dengan metode
mengarak anak sehari sebelum dikhitan. Biasanya, upacara ini lebih sering
dilaksanakan oleh masyarakat Subang.
Upacara adat di Jawa Tengah, yakni Ruwatan. Ruwatan dilakukan dengan
cara meruwat (membersihkan atau menyucikan) seseorang dari berbagai nasib
buruk dan memberikan kesejahteraan dalam hidup.
Sementara upacara di Jawa Timur disebut Kasada. Kasada adalah
perayaan adat Suku Tengger yang diselenggarakan tiap hari ke-14 pada bulan
Kasada (sesuai tanggal Jawa). Metode yang dilakukan, yaitu dengan
melempar berbagai sesajen ke arah kawah Gunung Bromo.
Upacara adat di Yogyakarta disebut sebagai Upacara Sekaten. Upacara
Sekaten diselenggarakan guna sebagai peringatan lahirnya Nabi Muhammad
yang dilaksanakannya di alun-alun Yogyakarta dan utara Surakarta.
3. pakaian adat tradisional,
 Provinsi Jawa Barat, yaitu Pakaian Adat Bedahan
 Provinsi DKI Jakarta, yaitu Pakaian Adat Sadariah
 Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kebaya
 Provinsi DI Yogyakarta, yaitu Kebaya Kesatrian
 Provinsi Jawa Timur, yaitu Pakaian Adat Pesa’an
4. tarian adat tradisional,
 Tarian Jawa Tengah dan Yogyakarta
o Tari Bedhaya Ketawang
o Tari Gambyong
o Tari Bondan Payung
o Tari Serimpi
o Tari Beksan Wireng
o Tari Bambangan Cakil
o Tari Kethek Ogleng
o Tari Kendalen
o Tari Wira Pertiwi
o Dll.
 Tarian Jawa Barat
o Tari Ketuk Tilu
o Tari Sintren
o Tari Topeng Losari
o Tari Wayang
o Tari Buyung
o Tari Ronggeng Gunung
 Tarian Jawa Timur
o Tari Glipang
o Tari Topeng Malangan
o Tari Boran
o Tari Petik Pari
o Tari Ambarang
o Tari Lahbako
o Dll.
5. alat musik dan lagu tradisional,
 Alat Musik Jawa Barat
 Angklung
 Calung
 Bangsing
 Celempung
 Dog dog
 Kecapi
 Alat Musik Jawa Barat
 Gamelan
 Rebab
 Kendhang
 Gender
 Saron
 Kenong
 Gambang
 Bonang
 Alat Musik Jawa Timur
 Angklung Caruk
 Kongkil
 Kendhang
 Rending
 Sronen
 Mekson
 Tong Tong

Lagu-lagu daerah di Indonesia yang cukup populer, di antaranya Kicir-


Kicir dan Jali-Jali dari DKI Jakarta, Ampar-Ampar Pisang dari
Kalimantan Selatan, Apuse dari Papua, Ayam Den Lapeh dari Sumatera
Barat, Bubuy Bulan dari Jawa Barat, Bungong Jeumpa dari Aceh, Gundul
Pacul berasal dari Jawa Tengah

6. senjata tradisional
Senjata Tradisional Jawa Barat
Kujang
Kujang memiliki ukuran panjang 20 - 3 cm dengan lebar 5 cm dengan berat
300 gram dan terdapat 1-5 lubang di bagian ujung lancipnya.
Baliung
Bentuk senjata tradisional ini menyerupai kapak tetapi lebih tebal sehingga
alat ini besar, berat dan daya tekannya kuat.
Bedog
Serupa dengan pisau namun ukurannya besar antara 30-40 cm dan bentuknya
pipih. Biasanya digunakan untuk memotong daging, dan lainnya.
Arit
Bajra dan Gada
Alat ini lebih dimanfaatkan untuk perlindungan diri dan bisa ditemukan di
museum Jawa Barat. Terdapat sisi runcing yang menusuk (bajra) dan sisi
tumpul untuk memukul (gada).
Senjata Tradisional Jawa Tengah
Keris
Senjata ini banyak mendapat pengakuan dari masyarakat lokal hingga
mendunia karena nilai seni yang tinggi. Bahan di beberapa daerah, keris dapat
ditemukan dengan berbagai bentuk. Saat ini fungsi keris sering dipakai untuk
aksesoris pakaian adat Jawa Tengah atau souvenir dan koleksi wisatawan.
Wedhung
Sering digunakan penduduk setempat sebagai senjata tusuk, bentuknya mirip
pisau dengan satu mata bilah yang tajam. Wedhung lengkap rangka dari kayu
jati.
Plintheng
Serupa dengan ketapel yang digunakan untuk alat bermain anak-anak di masa
lampau untuk membidik burung atau hiburan semata. Biasanya terbuat dari
kayu, selembar kulit hewan, dan buah karet.
Senjata Tradisional Yogyakarta
Canggah
Bentuknya seperti tombak namun dengan dua mata tombak (dwisula),
biasanya digunakan untuk menjepit leher lawan dengan mata tombak tersebut.
Tulup
Tulup adalah alat untuk membantu memburu yang bentuknya kecil dan cukup
panjang terbuat dari bambu kecil. Digunakan dengan cara meniup lubang
bambu, sehingga peluru dari tanah liat atau buah kecil dapat melesat ke arah
target.
Bandhil
Disebut juga sebagai umban pelempar batu yang digunakan dalam
pertempuran jarak dekat. Senjata ini tersusun dari tali dan peluru yang
berbahan besi.
Senjata Tradisional Jawa Timur
Clurit
Senjata populer dari Suku Madura hingga saat ini. Terdapat bilang
melengkung dengan mata pisau dan sisi bagian yang runcing di ujungnya.
Panjang pegangan tangan yaitu 20 cm
Caluk
Bentuknya seperti golok dengan lengkungan di bagian ujung. Di bagian
tengahnya terdapat kapak yang membuat senjata ini unik dan langka.
Panjangnya sekitar 1 meter namun penggunaannya sudah sangat jarang.
7. makanan khas.
 Rawon (Jawa Timur)
 Lontong Balap (Jawa Timur)
 Rujak Cingur (Jawa Timur)
 Soto Lamongan (Jawa Timur)
 Bakso Malang (Jawa Timur)
 Soto Kudus (Jawa Tengah)
 Garang Asem (Jawa Tengah)
 Lumpia Semarang (Jawa Tengah)
 Gudeg (Yogyakarta)
 Cenil (Yogyakarta)
 Krecek (Yogyakarta)
 Mangut Lele (Yogyakarta)
 Nasi Timbel (Jawa Barat)
 Mie Kocok (Jawa Barat)
 Kupat Tahu (Jawa Barat)
 Karedok (Jawa Barat)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah kita harus menjaga keberagaman budaya lokal karna itu
adalahkeotentikan dari bangsa kita sendiri. The Best pokoknya Indonesia
B. Penutup
Shodaqallahul ‘Adzhim

Anda mungkin juga menyukai