Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok

ASUHAN IBU BERSALIN DENGAN RETENSIO PLACENTA

Fasilitator:

Warliana S.Si.T, M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 3

Patmah, S.Tr.Keb
Eti Suheti, S.Tr.Keb
Retno Sukmawati, S.Tr.Keb
Suyatmi, S.Tr.Keb
Nur Fajriyah, S.Tr.Keb
Siti Maryah, S.Tr.Keb

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN AHLI

ANGKATAN VI

BAPELKES CIKARANG

2021
RETENSIO PLASENTA DAN MANAJEMEN VARNEY

1. Defenisi Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah belum lepas dari dinding rahim, plasenta sudah lepas akan tetapi
belum dilahirkan disebabkan tidak ada usaha untuk melahirkan atau penanganan kala tiga yang
salah. Kontraksi uterus kurang kuat untuk pelepasan plasenta, plasenta berimplantasi lebih
dalam.
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dengan sempurna dan menimbulkan
hemorrhage yang tidak tampak, dan juga didasari pada lamanya waktu yang terlalu antara
kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan yaitu 30 menit.

2. Jenis-Jenis Retensio Plasenta


1) Plasenta Adesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/melewati
lapisan miomerium.
3) Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miomerium.
4) Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi uteri.

3. Penyebab Retensio Plasenta


Retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum tindakan. Beberapa penyebab
retensio plasenta adalah :
1) Sebab Fungsional
a. His kurang kuat (penyebab terpenting), plasenta sudah lepas tetapi belum keluar
karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena
adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (ostium uteri) akibat kesalahan
penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)
b. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anuralis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Plasenta yang sukar karena penyebab ini disebut plasenta adhevisa.
2) Sebab Patologi - Anatomi
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam.
Menurut tingkat perlekatannya dibagai menjadi :
a. Plasenta akreta : vilikorialis berimplantasi menembus desidua bealis dan nitabuch
layer. Pada jenis ini plasenta melekat langsung pada miometrium.
b. Plasenta inkreta : vilikoralis sampai menembus miometrium, tapi tidak menembus
serosa uterus.
c. Plasenta perkreta : vilikoralis sampai menembus serosa atau perimetrium. Plasenta
akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya melekat dengan erat
pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian
dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim. Plasenta akreta
yang kompleta, inkreta dan perkreta jarang terjadi.

4. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-
otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri
mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1) Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari
ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari
dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus
dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang
pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi
permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam
rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih
merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh
lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89%
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya
plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan
konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang
telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding
uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina.
Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-
abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat
mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk
menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan
menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.

8. Penatalaksanaan Retensio Plasenta


1) Penangan Retensio Plasenta Menurut Tingkatan
Sebelum melakukan penanganan sebaiknya mengetahui beberapa
hal dari tindakan retensio plasenta :
a. Di Tempat Bidan yaitu setelah dapat memastikan keadaan umum pasien segera
memasang infus dan memberikan cairan; merujuk penderita ke pusat fasilitas
dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih yang lebih
baik; memberikan transfusi proteksi dengan antibiotik; mempersiapkan plasenta
manual dengan legeartis dalam pengaruh narkosa.
b. Tingkat Polindes yaitu penanganan retensio plasenta dari desa sebelum persiapan
donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah dipilih dan dicocokkan
dengan donor darah pasien. Diagnosis yang dilakukan stabilisasi dan kemudian
lakukan plasenta manual untuk kasus adhesive simpleks berikan uterotonika
antibiotika serta rujuk untuk kasus berat.
c. Tingkat Puskesmas yaitu diagnosis lakukan stabilisasi kemudian lakukan plasenta
manual untuk resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan uterotonika antibiotika.
d. Tingkat Rumah Sakit yaitu diagnosis stabilisasi plasenta manual histerektomi
transfusi uterotonika antibiotika kedaruratan komplikasi.
2) Penanganan Secara Manual Plasenta
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan melahirkan keluar dari kavum uteri.
3) Secara kuretase
Seringkali pelepasan sebagian plasenta dapat dilakukan dengan manual plasenta
dan kuretase digunakan untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan yang tersisa.
Kuretase mungkin di perlukan jika perdarahan berlanjut atau pengeluaran manual tidak
lengkap.

9. Komplikasi Retensio Plasenta


Plasenta yang terlalu melekat, walaupun jarang dijumpai, memiliki makna klinis yang
cukup penting karena morbiditas dan kadang-kadang mortalitas yang timbulkannya komplikasi
meliputi:
1) Perforasi uterus
2) Infeksi
3) Inversion uteri
4) Syok (hipovolemik)
5) Perdarahan postpartum
6) Subinvolution
7) Histerktomi.
10. Pencegahan Resiko Retensio Plasenta
Pencegahan resiko retensio plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi
dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan
melakukan penegangan tali pusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala
III. Manajemen aktif kala III:
1) Menyuntikkan oksitosin
2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3) Masase fundus uteri segera setalah lahir
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. ’’S’’ DENGAN
RETENSIO PLASENTA DI RSTN BOALEMO
TANGGAL 11 JUNI 2021

No. Register : 08.23.03


Tanggal Masuk RS : 11 Juni 2021 Jam: 08.00 WIB
Tanggal Partus : 11 Juni 2021 Jam: 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 11 Juni 2021 Jam: 08.05 WIB

LANGKAH I: IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Identitas Istri/ Suami
Nama : Ny. “S”/ Tn. “M”
Umur : 21 Tahun/ 23 Tahun
Suku : Jawa/ Jawa
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta
Alamat : Ds. Wonosari

B. Data Biologis / Fisiologis


1. Keluhan utama
Ibu mengeluh banyak keluar darah dari jalan lahir setelah bayi lahir
2. Riwayat keluhan utama :
a. Ibu merasakan banyak keluar darah dari jalan lahir sekitar jam
10.05 WIB (setelah bayi lahir)
b. Ibu merasa pusing dan lelah
c. Pandangan berkunag-kunang
C. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat haid
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus haid : 28 hari
c. Lamanya : 5-7 hari
d. Dismenorhoe : tidak ada
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. G1P0A0
b. HPHT tanggal 3 september 2020
c. ANC sebanyak 6x di PKM dan Dokter spesialis kandungan,
d. Ibu mendapatkan suntikan TT selama kehamilan
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Kala I
1) Ibu masuk rumah sakit tanggal 11 juni 2021 jam 08.00 WIB
disertai pelepasan lendir dan darah
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 22x/ menit
Suhu badan : 36,5 C
b. Kala II
1) Ibu partus tanggal 11 juni 2021 jam 10.00 WIB, jenis
kelamin bayi perempuan, BB: 3200 gram, PB: 50 cm
2) Jenis persalinan spontan LBK
3) Tampak pengeluaran darah ± 50 cc
4) Lama kala II 30 menit
c. Kala III
1) Placenta belum lahir ± 1 jam setelah bayi lahir
2) Teraba kontraksi uterus lemah
3) Tampak tali pusat pada vulva disertai pengeluaran darah
± 400 cc
4) KU ibu lemah
5) Ibu sudah 3x ganti alas bokong
6) TTV
TD : 90/60 mmhg
N ; 86 x/menit
P : 22x/ menit
S : 36,5 C
D. Riwayat kesehatan lalu
1. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, dan
lain-lain
2. Tidak ara riwayat PMS
3. Tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan obat-obatan
4. Tidak ada riwatar operasi
E. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB karena ingin mempunyai anak
F. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
1. Nutrisi
a. Makan : 2x sehari dengan porsi 1 piring
b. Minum : 7-8 gelas perhari
c. Setelah partus ibu sudah makan dan minum
2. Eliminasi
a. BAB : 1 x sehari, dengan konsistensi padat
b. BAK : 4-5 x sehari, bau amoniak
c. Setelah partus, BAK positif dan BAB negative
3. Istirahat
a. Tidur siang : 1-2 jam
b. Tidur malam : ± 8 jam
c. Setelah partus, ibu hanya berbaring
G. Data Psikologis
1. Ibu merasa cemas dengan keadaan yang dialami
2. Ibu sangat senang karena suami siaga mendampingi
pada saat bersalin
H. Data Spiritual
1. Suami dan keluarga bersyukur atas kelahiran anaknya dan berdoa
semoga istrinya baik-baik saja
2. Ibu tidak hentinya berdoa dalam menghadapi keadaannya sekarang
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Wajah ibu Nampak meringis
b. Ibu nampak lemah
c. TTV
TD : 100/80 mmhg
Nadi : 84 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36,5 oC
2. Kepala
Inspeksi : Rambut hitam, lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah
rontok
Palpasi : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
3. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah meringis dan tidak ada cloasma
Palpasi : Tidak ada oedema pada wajah
4. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva agak pucat dan sklera
putih
/ tidak ikterus.

5. Hidung

Inspeksi : Tidak nampak adanya polip

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

6. Mulut dan gigi

Inspeksi : BIbir merah m udah, tidak ada sariawan dan tidak ada gigi yang

berlubang.

7. Leher

Palpasi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan limfe

Tidak ada pembesaran vena jugularis

8. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan


Hiperpigmentasi areola mammae
Putting susu terbentuk
Palpasi : Terdapat kolostrum pada saat dipencet
Tidak ada massa dan nyeri tekan

9. Abdomen
Inspeksi : Tampak striae livida
Palpasi : Leopold I : TFU 2 jrbpx (30 cm), teraba bokong pada
fundus
Leopold II : PU-KA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : BDP
DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 132 x/i

10. Vulva dan perineum

Inspeksi : Tampak adanya pengeluaran lendir dan darah

11. Tungkai bawah

Inspeksi : Tidak ada varices, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada oedema

Perkusi : Refleks patella positif kiri dan kanan

J. Pemeriksaan Penunjang, tanggal 11 Juni 2021 jam 08.20 WIB

a. Hb : 7 gr % (Normal: 12-14 gr %)

b. Leokosit : 12.300 (Normal: 5000-10000)

c. Eritrosit : 4,3 juta (Normal: 4,5-5,5 juta/ mm3)

d. Hemotokrit : 37,0 % (Normal: 37-52 %)


e. Trombosit : 318.000 rb/mm3(Normal: 150.000-350.000 rb/mm3)
f. Cloting Time (CT) : 8.00 menit (Normal: 7-14 menit)
g. Blooding Time (BT) : 1.30 menit (Normal: 1- 6 menit)

LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


Diagnosa : Perdarahan Post Partum karena Retensio Plasenta
A. Retensio plasenta
Data subjektif :
Ibu sudah 3 kali ganti sarung
Data Objektif :
1. Ibu melahirkan tanggal 11 Juni 2021, jam 10.00 wib. Jenis kelamin

perempuan, BB : 3200 gram, PB : 50 cm.

2. Tampak tali pusat pada vulva disertai pengeluaran darah ± 400 cc.

3. Plasenta belum lahir ± 1 jam setelah anak lahir

4. Tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontrakasi uterus lemah

5. Tanda-tanda vital :

TD : 90 / 60 mmHg

N : 84 x / menit

P : 22 x / menit

S : 36,5 0C

Analisa dan Interpretasi Data :


a. Retensio plasenta adalah tertahannya ataupun belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir. (Saifuddin AB, 2006
: 178)
b. Terjadi kegagalan pengeluaran plasenta karena kontraksi uterus
kurang kuat untuk mengeluarkan plasenta sehingga plasenta melekat
erat pada dinding uterus dan akan menyebabkan perdarahan yang
banyak, mengakibatkan hemoglobin berkurang sehingga
pembentukan fibrinogen berkurang yang berfungsi dalam
menghentikan perdarahan dengan membentuk benangbenang
fibrinogen atau dapat disebabkan karena adanya lingkaran kontriksi
pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III yang
akan menghalangi plasenta keluar (Plasenta Inkarserata).
(Wiknjosastro H, 2007 : 653)
B. Masalah Anemia Sedang

Data Subjektif :

1. Ibu mengeluh pusing

2. Pandangan berkunang-

kunang Data Objektif :

a. Keadaan umum ibu tampak lemah

b. Wajah tampak pucat

c. Hasil pemeriksaan penunjang

1) Hb : 7 gr % (Normal: 12-14 gr %)

2) Leokosit : 12.300 (Normal: 5000-10000)

3) Eritrosit : 4,3 juta (Normal: 4,5-5,5 juta/ mm3)


4) Hemotokrit : 37,0 % (Normal: 37-52 %)
5) Trombosit : 318.000 rb/mm3(Normal: 150.000-350.000 rb/mm3)
6) Cloting Time (CT) : 8.00 menit (Normal: 7-14 menit)
7) Blooding Time (BT) : 1.30 menit (Normal: 1- 6 menit)

Analisa dan Interpretasi Data :


Pardarahan banyak dapat menyebabkan kadar fibrinogen darah
turun sampai kurang dari 100 mg %, kadar Hb pun juga turun, sehingga
didapatkan ibu mengeluh pusing, pandangan berkunang-kunang dan
konjungtiva pucat. Hal ini jika tidak segera diatasi oleh tenaga kesehatan
kemungkinan akan terjadi anemia berat. (Wiknjosastro H, 2002 : 464)
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadinya syok hipovolemik

Data Subjektif :
1.
Klien mengatakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir
2.
Klien mengatakan ari arinya belum lahir ± 1 jam setelah bayinya lahir.
-
Data Objektif :

1.
Keadaan umum tampak lemah

2.
Konjungtiva pucat
3.
Tanda tanda vital

a.
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
b.
Nadi : 84 x / menit
c.
Pernafasan suhu : 20 x / menit
d.
Suhu : 36,5 0C 4. Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
4.
Kontraksi uterus lemah.
5.
Pengeluaran darah dari jalan lahir ± 400 cc.

Analisa dan Interpretasi Data :


Setelah terjadi perdarahan yang hebat, volume darah yang beredar
menjadi sangat berkurang, hipovolumenya mengakibatkan hipotensi,
sehingga penderita jauh ke dalam keadaan syok. Dimana terjadi
peningkatan kadar catecholamine dalam darah yang disertai
vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam sirkulasi
mikro. Vasokonstriksi pada pembuluh-pembuluh darah ini berlangsung
karena rangsangan simpatikus dan menyebabkan pembuluh-pembuluh
darah seolah-olah terperas. Akibat dari kejadian-kejadian ini adalah
mengurangnya aliran darah dalam daerah splangnikus, uterus, ginjal,
otot-otot dan kulit, sedangkan aliran darah dalam jantung dan otak tetap.
Vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam sirkulasi
mikro menyebabkan tekanan hidrostatik dalam kapiler-kapiler menurun.
(Wiknjosastro H, 2005 : 677-678)

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


1. Penatalaksanaan drips oxytosin 10 unit dalam 500 ml larutan RL (botol
1) dengan jumlah tetesan 40 tetes / menit dilanjutkan dengan RL (botol
kedua) 28 tetes/ menit.
2. Penatalaksanaan plasenta manual yaitu :
a. Pasang sarung tangan DTT / steril
b. Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
c. Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah
tali pusat.
d. Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri,
sementara itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri,
sekaligus untuk mencegah inversio uteri.
e. Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir
plasenta.
f. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari
dirapatkan.
g. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.
h. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
i. Jika plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan
plasenta akreta, dan siapkan laparotomi untuk histerektomi
supravaginal.
j. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
k. Pindahkan tangan luar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat
plasenta dikeluarkan.
l. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus.
LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN
Diagnosa : Perdarahan post partum karena Retensio plasenta
Masalah Actual : Anemia sedang
Masalah Potensial : Potensial terjadinya syok hipovolemik
Tujuan :
a. Plasenta lahir lengkap
b. Anemia sedang teratasi
c. Syok hipovolemik tidak terjadi

Kriteria :
a. Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
b. Perdarahan berhenti
c. Keadaan umum ibu baik
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tekanan darah : Systole : 90-130 mmHg
Diastole : 60-90 mmHg
Nadi : 80-100 x / menit

Pernafasan : 16-24 x / menit

Suhu : 36,5-37,2 0C

Rencana tindakan :

1. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Dengan me mberikan penjelasan pada pasien tentang tindakan yang

akan dilakukan, pasien akan lebih mengerti dan mau di ajak

kerjasama untuk melakukan tindakan tersebut agar dapat berjalan

lancar.

2. Ajarkan pada ibu untuk melakukan masase fundus uteri

Rasional : Untuk membantu memperbaiki kontraksi uterus.


3. Observasi jumlah tetesan infus RL
Rasional : Mengetahui jumlah cairan yang masuk untuk memperbaiki keadaan
umum klien.
4. Kosongkan kandung kemih
Rasional : Untuk membantu pengeluaran plasenta.

5. Observasi kontraksi uterus, TFU dan pengeluaran lochia


Rasional : Dengan memantau kontraksi uterus, TFU dan lochia dapat
menggambarkan keadaan involusio dan dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk drips oksitosin 10 unit dalam 500 ml
cairan RL
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang hilang dan membuat uterus

berkontraksi.

7. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.

8. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan ciptakan suasana yang tenang

Rasional : Member kesemp atan pada otot dan otak untuk merelaksasi setelah

bersalin sehingga pemulihan tenaga ibu berlangsung dengan baik.

Beri intake yang adekuat

Rasional : Mengembalikan kehilangan cairan tubuh serta membantu

memuluhkan tenaga ibu.

10. Observasi tanda-tanda vital t iap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit

pada jam ke 2
Rasional : Merupakan tindakan indikator untuk mengetahui terjadinya syok
secara dini.
11. Memberikan transfusi darah 2 kantong Whole Blood (WB) dengan
golongan darah B
Rasional : Merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya anemia
12. Observasi Hb setelah transfusi darah
13. Observasi jumlah perdarahan
Rasional : Mengetahui jumlah darah yang keluar sehingga
memudahkan dalam pemberian tindakan, bila terjadi
pengeluaran darah yang berlebihan.
LANGKAH VI : TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

Hasil : Ibu mengerti dengan keadaannya.

2. Mengajarkan pada ibu/ suami untuk melakukan massase fundus uteri

Hasil : Ibu dan suami mengerti serta mau melaksanakannya.

3. Mengobservasi jumlah tetesan cairan infuse RL

Hasil : jumlah tetesan 28 tetes / menit.

4. Mengosongkan kandung kemih

Hasil : Urine ± 100 cc

5. Mengobservasi involusio uteri, k ontraksi uterus baik dengan TFU 1 jari

bawah pusat, tampak pengeluaran lochia rubra berwarna merah kehitaman.

6. Penatalaksanaan pemberian oksitosin 10 unit IV dalam 500 ml laritan RL


dengan jumlah tetesan 40 tetes / menit (botol 1) dilanjutkan RL (botol 2)
28 tetes / menit.
7. Penatalaksanaan pemberian antibiotic yaitu
a. Analgetik (Asam Mefenamat 3 x 1)
b. Antibiotik (Cefadroxil 2 x 500 mg)
c. Vitamin ( Sofero 1 x 1 )
d. Metergin 3 x 1
8. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan menciptakan suasana yang
tenang di ruangan dengan mengurangi jumlah pembesuk.
9. Memberi intake yang adekuat
Hasil : Klien makan nasi dan minum air putih 2 gelas, ditambah dengan
2 gelas susu.
10. Mengobservasi tanda -tanda vital tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

30 menit pada jam ke 2

Hasil : Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120 / 80 mmhg

Nadi : 84 x / menit

Pernafasan : 24 x / menit

Suhu : 36,5 0C

11. Melakukan transfusi darah pada tanggal 02 Agustus 2010, jam 18.30 wita,

sebanyak 2 kantong Whole Blood (WB) dengan golongan darah B.

12. Mengobservasi Hb setelah transfusi darah.

13. Mengobservasi jumlah perdarahan


Hasil : jumlah perdarahan ± 100 cc.

LANGKAH VII : EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal, 11 Juni 2021
1. Keadaan umum klien baik.
2. Kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras.
3. Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 11.45 wita.
4. Tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat.
5. Perdarahan berhenti
6. Tanda-tanda vital dalam batas normal
a. Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
b. Nadi : 84 x / menit
c. Pernafasan : 24 x / menit
d. Suhu : 36,5 C

Anda mungkin juga menyukai