Fasilitator:
Disusun oleh:
Kelompok 3
Patmah, S.Tr.Keb
Eti Suheti, S.Tr.Keb
Retno Sukmawati, S.Tr.Keb
Suyatmi, S.Tr.Keb
Nur Fajriyah, S.Tr.Keb
Siti Maryah, S.Tr.Keb
ANGKATAN VI
BAPELKES CIKARANG
2021
RETENSIO PLASENTA DAN MANAJEMEN VARNEY
4. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-
otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri
mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1) Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari
ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari
dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus
dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang
pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi
permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam
rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih
merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh
lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89%
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya
plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan
konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang
telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding
uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina.
Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-
abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat
mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk
menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan
menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.
5. Hidung
Inspeksi : BIbir merah m udah, tidak ada sariawan dan tidak ada gigi yang
berlubang.
7. Leher
8. Payudara
9. Abdomen
Inspeksi : Tampak striae livida
Palpasi : Leopold I : TFU 2 jrbpx (30 cm), teraba bokong pada
fundus
Leopold II : PU-KA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : BDP
DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 132 x/i
a. Hb : 7 gr % (Normal: 12-14 gr %)
2. Tampak tali pusat pada vulva disertai pengeluaran darah ± 400 cc.
5. Tanda-tanda vital :
TD : 90 / 60 mmHg
N : 84 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 0C
Data Subjektif :
2. Pandangan berkunang-
1) Hb : 7 gr % (Normal: 12-14 gr %)
Data Subjektif :
1.
Klien mengatakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir
2.
Klien mengatakan ari arinya belum lahir ± 1 jam setelah bayinya lahir.
-
Data Objektif :
1.
Keadaan umum tampak lemah
2.
Konjungtiva pucat
3.
Tanda tanda vital
a.
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
b.
Nadi : 84 x / menit
c.
Pernafasan suhu : 20 x / menit
d.
Suhu : 36,5 0C 4. Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
4.
Kontraksi uterus lemah.
5.
Pengeluaran darah dari jalan lahir ± 400 cc.
Kriteria :
a. Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
b. Perdarahan berhenti
c. Keadaan umum ibu baik
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tekanan darah : Systole : 90-130 mmHg
Diastole : 60-90 mmHg
Nadi : 80-100 x / menit
Suhu : 36,5-37,2 0C
Rencana tindakan :
lancar.
berkontraksi.
8. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan ciptakan suasana yang tenang
Rasional : Member kesemp atan pada otot dan otak untuk merelaksasi setelah
10. Observasi tanda-tanda vital t iap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada jam ke 2
Rasional : Merupakan tindakan indikator untuk mengetahui terjadinya syok
secara dini.
11. Memberikan transfusi darah 2 kantong Whole Blood (WB) dengan
golongan darah B
Rasional : Merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya anemia
12. Observasi Hb setelah transfusi darah
13. Observasi jumlah perdarahan
Rasional : Mengetahui jumlah darah yang keluar sehingga
memudahkan dalam pemberian tindakan, bila terjadi
pengeluaran darah yang berlebihan.
LANGKAH VI : TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Nadi : 84 x / menit
Pernafasan : 24 x / menit
Suhu : 36,5 0C
11. Melakukan transfusi darah pada tanggal 02 Agustus 2010, jam 18.30 wita,