Anda di halaman 1dari 18

ADVOKASI KESEHATAN PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI

DESA TALANG BUKIT MUARO JAMBI

DISUSUN OLEH :

1. Sapna Nur Safitri (P071611210044)


2. Zakiyah Qotrunnada (P071611210006)
3. Adienda Wafiq Kanna (PO71611210024)
4. Sabriena Putri Wandi (PO71611210036)
5. Muhammad Rizki (PO71611210048)

DOSEN PENGAMPU :

Winda Triana,S.Pd,M.kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................3
TEORI...............................................................................................................................3
A. Pengertian diare......................................................................................................3
B. Tanda dan gejala diare............................................................................................4
1. Pengertian dehidrasi...........................................................................................4
2. Klasifikasi derajat dehidrasi...............................................................................4
C. Tanda dan gejala dehidrasi.....................................................................................4
D. Penanganan diare di rumah yang tepat...................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PENATALAKSANAAN...................................................................................................6
1. Kajian Sosial..............................................................................................................6
2. Kajian epidemiologis (PRECEDE Fase 2):................................................................7
3. Kajian ekologis (PRECEDE Fase 3): Behavioral and environmental diagnosis
(Diagnosa Perilaku Dan Lingkungan)............................................................................8
4. Kajian kebijakan (PRECEDE Fase 4): Educational and organizational diagnosis
(Diagnosa Pendidikan dan Organisasional)....................................................................9
5. Pemantauan implementasi (PRECEDE Fase 5): Monitoring sumber daya dan dana
yang digunakan..............................................................................................................9
a) Sumber daya manusia.........................................................................................9
b) Sumber dana yang di keluarkan..........................................................................9
6. Evaluasi proses (PRECEDE Fase 6): Monitoring apa yang direncanakan dan apa
yang dilaksanakan........................................................................................................10
7. Evaluasi dampak/impact (PRECEDE Fase 7): Mengevaluasi output dari intervensi
yang Dilakukan............................................................................................................10
8. Evaluasi outcome (PRECEDE Fase 8): Mengevaluasi hasil intervensi....................11
dengan melihat perubahan variabel outcome................................................................11
BAB III...............................................................................................................................12
IMPLEMENTASI................................................................................................................12
BAB IV............................................................................................................................14
DOKUMETASI...............................................................................................................14
BAB V...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I

TEORI
A. Pengertian diare

Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah
lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit
diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan
tepat dapat mengakibatkan dehidrasi. Diare merupakan salah satu penyakit
sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang
ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari.
 Etiologi diare Menurut Warman diare disebabkan oleh:
a. Faktor infeksi Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang
dan mengakibatkan infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio
cholerae (kolera) Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus
echovirus, human Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh
cacing (Askaris), Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur
(Candidiasis).
b. Faktor makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan
yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran),
dan kurang matang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti,
Perilaku ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya
kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan
makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan,
penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan makanan
terhadap debu.
c. Faktor lingkungan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus,
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah
kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular,
penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan
tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi
lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya

B. Tanda dan gejala diare


Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita
telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala
dehidrasi.
1. Pengertian dehidrasi
Menurut Mentes dan Kang dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total
air di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air
tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi karena
pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan
cairan ini juga disertai dengan hilangnya elektrolit. Dehidrasi adalah suatu
gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan pengeluaran dalam
tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah air pada tubuh
berkurang.

2. Klasifikasi derajat dehidrasi


Menurut Lekasana derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air
dari berat badan :
 Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari berat badan
 Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan
 Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan

C. Tanda dan gejala dehidrasi


Menurut Sodikin tanda dan gejala dehidrasi
adalah berat badan menurun, ubun-ubun dan mata cekung pada bayi,
tonus otot berkurang, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
membran mukosa kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau
banyaknya kehilangan cairan yang hilang.

D. Penanganan diare di rumah yang tepat


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia penanganan
diare di rumah yang tepat adalah dengan memberikan cairan yang lebih
banyak dari biasanya:
a. Jika masih menyusui maka teruskan dalam pemberian ASI.
b. Berikan oralit sampai diare berhenti, jika terjadi muntah tunggu 10
menit lalu lanjutkan sedikit demi sedikit. Usia < 1 tahun berikan 50-
100 ml setiap kali berak, > 1 tahun berikan 100-200ml setiap kali
berak.
c. Berikan cairan rumah tangga seperti kuah sayur atau air matang
sebagai tambahan.
BAB II

PENATALAKSANAAN

1. Kajian Sosial
Diare merupakan penyebab umum pada tingkat kematian di negara
berkembang, tingkat penyebab pertama kematian balita (bawah lima tahun) di
seluruh dunia dan dimana tingkat penyebab kedua kematian bayi di seluruh dunia.
Kehilangan cairan pada tubuh karena diare dapat menyebabkan terjadinya
dehidrasi dengan gangguan elektrolit seperti kurangnya kalium atau ketidak
seimbangan garam lainnya pada tubuh. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009, diare sudah diperkirakan telah menyebabkan 1,1 juta
kematian pada orang dewasa dan 1,5 juta kematian pada anak bawah lima tahun
(balita). (WHO Indonesia, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2011) Penyakit Diare masih merupakan masalah


Kesehatan Masyarakat di Negara Berkembang seperti di Indonesia, karena masih
sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sering disertai
kematian yang tinggi, terutama bagian Indonesia Timur. Pemerintah telah
menetapkan Kebijakan untuk penaganan Diare mulai dari peningkatan sarana
Kesehatan sampai kerumah tangga (Ramlah et al,2018:508)

Penyebab diare pada bayi dan anak-anak berbeda dengan penyebab diare
pada orang dewasa. Kalau pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus,
sedangkan pada orang dewasa disebabkan oleh bakteri. Diare pada orang dewasa
dapat dipicu oleh beberapa faktor, misalnya karena salah makan, gangguan
pencernaan makanan, pengaruh obat-obatan dan karena kondisi kejiwaan
sedangkan pada bayi bisa terinfeksi jika, menelan kuman tersebut ketika melewati
jalan lahir yang terkena kuman atau ketika disentuh oleh tangan yang berkuman.
Anak-anak juga mudah terinfeksi kuman karena sering memasukkan tangan dan
mainan mereka yang kotor kedalam mulut.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir
dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit
pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang
paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit
diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti
adalah faktor Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare
masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah maupun
di sarana kesehatan Oleh karena itu Untuk menurunkan kematian yang di
akibatkan diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat diketahui


bahwa program penanggulangan diare yang dilaksanakan yaitu tatalaksana
penderita diare, surveilans epidemiologi, promosi kesehatan, pencegahan diare,
pengelolaan logistik, pemantauan dan evaluasi. serta menjalin kerjasama dengan
lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Polewali Mandar dan pemerintah setempat
untuk mengatasi peningkatan kasus diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Polewali Mandar yaitu penyediaan obat-obatan untuk penderita
diare.

2. Kajian epidemiologis (PRECEDE Fase 2):


Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
melaporkan bahwa pada tahun 2018 terdapat 4.450 kasus atau sekitar 25%, pada
tahun 2019 terdapat 5.053 kasus atau sekitar 46% dan pada tahun 2020 terdapat
3.525 kasus atau sekitar 31% kejadian diare pada balita.Mengutip data yang ada,
Heroe Poerwadi mengatakan, pada bulan Januari 2020 jumlah penderita diare
sebanyak 1.181, bulan Pebruari turun menjadi 857, bulan Maret naik lagi meski
sedikit yakni sebanyak 871 orang, namun pada bulan April turun drastis menjadi
hanya 255 orang dan pada bulan Mei hanya 257 kasus

Diare merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di


Provinsi Jambi pada 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak
46.379 kasus diare di provinsi tersebut sepanjang tahun lalu.Kasus diare di Jambi
terjadi selama musim kemarau akibat persediaan air bersih yang kurang. Potensi
peningkatan kasus diare juga meningkat saat pergantian musim lantaran suhu
udara yang tidak stabil.

3. Kajian ekologis (PRECEDE Fase 3): Behavioral and environmental


diagnosis (Diagnosa Perilaku Dan Lingkungan)
Faktor risiko terjadinya penyakit diare antara lain rendahnya pola hidup
sehat masyarakat khususnya dalam penyediaan sarana sanitasi yang baik untuk
menunjang kesehatan lingkungan. Penyakit ini terjadi karena 980 juta anak tidak
memiliki toilet di rumahnya. Mereka menjadi bagian dari 2,6 milyar orang di
seluruh dunia yang tak punya WC di rumah. Di Indonesia, hampir 69 juta orang
tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar dan 55 juta orang tidak
memiliki akses terhadap sumber air yang aman. 7 Selain itu, faktor yang paling
dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah air, higiene sanitasi, jamban
keluarga, dan air (Mulyani, 2015). Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya
dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih
banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan
mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi
atau pun kematian.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak puskesmas untuk mengatasi


peningkatan kasus diare yaitu observasi pengetahuan ibu tentang diare, melakukan
pendidikan kesehatan tentang cara pola hidup bersih dan sehat, pendidikan
kesehatan tentang cara mencuci tangan yang benar dengan sabun penyehatan
lingkungan dan penyuluhan di setiap umur baik balita sampai dengan lansia
dengan menggunakan poster, lifleat, lembar balik penyuluhan dan memberikan
pelatihan kepada kader posyandu sedangakan penyehatan lingkungan yang
dilakukan oleh petugas kesling yaitu memeriksa kantin sehat disekolah,
memeriksa air bersih di masyarakat, penyuluhan dengan pengelolaan sampah
yang baik dan mengawasi kepemilikan jamban.
4. Kajian kebijakan (PRECEDE Fase 4): Educational and
organizational diagnosis (Diagnosa Pendidikan dan Organisasional)
Pola adukasi yang digunakan berupa penyuluhan atau pemberian informasi
terkait dengan penyakit diare kepada ibu-ibu.Penyuluhan dipaparkan dengan
media berupa laptop, infocus dan powerpoint kepada ibu agar materi penyuluhan
dapat diserap dengan baik oleh para ibu yang menjadi sasaran.Selain itu, bisa
menggunakan flip chart, poster, leaflet, video edukasi, media audiovisual dan
lainnya. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan dengan
melakukan demostrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk memperbaiki pola
perilaku masyarakat.

Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan


dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk
memperbaiki pola
perilaku masyarat
Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan
dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk
memperbaiki pola
perilaku masyarat
Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan
dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk
memperbaiki pola
perilaku masyarat
Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan
dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk
memperbaiki pola
perilaku masyarat
Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan
dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk
memperbaiki pola
perilaku masyara
Bahan edukasi yang digunakan yaitu berupa apa itu diare,apa yang
menyebabkan diare,bagaimana diare terjadi,kapan penderita diare memerlukan
bantuan tenaga kesehatan, bagaimana penanganan diare secara mandiri
dirumah,dan bagaimana cara pencegahan diare.Penyuluhan terbagi dalam
beberapa bagian, yaitu sesi pemberian materi, sesi tanya jawab dan sesi evaluasi.
Selain itu juga diadakan evaluasi dengan bentuk memberikan quis berisi
pertanyaan dari pemateri untuk ibu-ibu agar menarik minat dan membangkitkan
motivasi para ibu.

5. Pemantauan implementasi (PRECEDE Fase 5): Monitoring sumber


daya dan dana yang digunakan
a) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang digunakan dalam pencegahan diare ini meliputi
petugas kesehatan yang melakukan pelaksanaan surveilans kasus diare, tokoh
masyarakat, dan masyarakat umum disekitar daerah tersebut.

b) Sumber dana yang di keluarkan


Dana yang digunakan dalam program pencegahan dan pengendalian diare di RT
ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dari pusat, Dana yang sudah diterima oleh
puskesmas sudah cukup untuk menjalankan program pencegahan dan
pengendalian diare .

6. Evaluasi proses (PRECEDE Fase 6): Monitoring apa yang


direncanakan dan apa yang dilaksanakan
 Melakukan advokasi terlebih dahulu kepada RT,kelurahan,puskesmas dan
tokoh masyarakat setempat.
 Melakukan penyuluhan dengan masyarakat setempat mengenai
diare.Penyuluhan dilakukan dengan cara yang tidak membosankan bagi
masyarakat. Bisa menggunakan role play, video dari youtube,video edukasi
dari tiktok dan seperti permainan yang isinya memberikan informasi seputar
diare. Selain itu,dilakukan sesi pemberian materi, sesi tanya jawab dan sesi
evaluasi. Juga diadakan evaluasi dengan bentuk memberikan quis berisi
pertanyaan dari pemateri untuk ibu-ibu agar menarik minat dan
membangkitkan motivasi para ibu.
 Melakukan kerja bakti untuk pembuatan CTPS dan filter air Bersama warga
atau masyarakat setempat.
 Pelaksanaan program wajib CTPS di setiap rumah.
7. Evaluasi dampak/impact (PRECEDE Fase 7): Mengevaluasi output
dari intervensi yang Dilakukan
Dari intervensi yang telah dilakukan diatas, diharapkan para orang tua
dapat melakukan perubahan gaya hidup atau perilaku hidup yang lebih sehat.,
serta mereka bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, terutama untuk para orang tua yang
menyuapi anaknya makan.,dan tentunya hal tersebut bisa menjadi contoh bagi
anaknya untuk selalu mencuci tangan ketika sebelum dan sesudah makan, ketika
tangannya kotor, sesudah buang air besar, dan lainnya. Tempat CTPS juga
diharapkan ada disetiap rumah. Selain itu, pembuatan larutan gula garam harus
bisa dilakukan oleh setiap keluarga. Intervensi yang dilakukan tersebut
diharapkan dapat berkelanjutan. Tujuannya angka kasus diare menurun dan
masyarakat dapat mencegah penyakit diare.

8. Evaluasi outcome (PRECEDE Fase 8): Mengevaluasi hasil intervensi

dengan melihat perubahan variabel outcome


Berdasarkan Intrervensi yang diterapkan, masyarakat dapat mengubah
perilaku hidupnya. masyarakat jadi lebih tau bagaimana cara efektif untuk
penangan diare pada balita yaitu dapat berupa pemberian oralit dan zink Manfaat
dari oralit yaitu sebagai cairan yang harus diberikan pada setiap penderita diare
untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain oralit, balita juga diberikan zink yang
merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada tiga bulan berikutnya.
Tindakan yang dilakukan oleh ibu dirumah merupakan faktor keberhasilan
pengelolahan penderita untuk dapat menghindari akibat yang lebih fatal.

Evaluasi yang dilakukan Pada Intervensi kedua, ternyata masyarakat sudah


membuat tempat CTPS masing-masing di rumahnya. Masyarakat sudah
menerapkan kebiasaan CTPS di kehidupan mereka. Baik untuk ibu-ibu yang
mempunyai balita, maupun anggota keluarga lainnya. Dengan melakukan CTPS
sebelum dan sesudah mengolah makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah
buang air besar (BAB), sebelum mengurus bayi (termasuk sebelum menyusui),
setelah menceboki anak, serta setelah memegang hewan. Tentu, setelah bermain
biasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun.Perilaku dan kebiasaan CTPS
mempunyai dampaknya luar biasa karena meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan dengan menjadikan CPTS ini membudaya, gaya hidup, gerakan
yang tidak dilupakan, dan nantinya menjadi norma yang baik di masyarakat.
BAB III

IMPLEMENTASI

Program ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang melakukan pelaksanaan


surveilans kasus diare, tokoh masyarakat, dan masyarakat disekitar. Kegiatan ini
di lakukan pada tanggal 20 agustus 2022 di desa talang bukit muaro jambi
Intervensi ini bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai diare
pada balita.Intervensi yang dilakukan yaitu berupa pembuatan CTPS dan cara
pembuatan larutan gula dan garam untuk memperbaiki pola perilaku masyarakat.
Demonstrasi cara pembuatan gula dan garam diberikan setelah sesi penyuluhan
diare pada tanggal 20 agustus 2022 pukul 10.00 WIB. Kegiatan di mulai dengan
membagikan informasi tentang fungsi larutan larutan gula dan garam terhadap
anak ataupun orang tua yang mengalami diare. kegiatan dilanjutkan dengan
demonstrasi pembuatan larutan gula dan garam. Keberhasilan intervensi ini dinilai
berdasarkan kemampuan orang tua untuk menjelaskan kembali apa saja yang
dibutuhkan, manfaat, cara pembuatan larutan gula dan garam dan dapat
mempraktikkan cara pembuatan larutan gula dan garam yang benar. Agar lebih:
memahami dan mempraktikan pembuatan larutan gula dan garam untuk anak
yang mengalami diare, petugas meminta kepada seluruh warga untuk
mendemonstrasikan kembali pembuatan larutan gula dan garam.

Intervensi kedua merupakan demonstrasi cuci tangan yang dilakukan pada


tanggal 20 agustus 2022 10.30 WIB setelah intervensi pertama selesai dilakukan.
Kegiatan di mulai dengan membagikan informasi pentingnya mencuci tangan
dengan sabun dan air megalir, serta kapan saja harus mencucitangan. Kegiatan
dilanjutkan dengan demonstrasi enam langkah cuci tangan oleh petugas dengan
para peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan meminta kepada salah satu warga yang
sukarela ingin mendemonstrasikan kembali cuci tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir, diakhiri dengan melakukan enam langkah cuci tangan
dibawah air mengalir dan sabun bersama seluruh peserta. Keberhasilan intervensi
ini dinilai berdasarkan kemampuan peserta mengerti tentang pentingnya mencuci
tangan, manfaat mencuci tangan, kapan saja mencuci tangan, langkah-langkah
mencuci tangan yang benar dan dapat mempraktikkannya.

Pada intervensi ketiga, dilakukan perencanaan pembuat CTPS dengan


memanfaatkan barang-barang yang ada disekitar warga. Seperti ember bekas
cat,drigen,galon dan drum bekas untuk diubah menjadi sarana cuci tangan yang
sederhana.Tujuannya, untuk memudahkan masyarakat khususnya balita untuk
mencuci tangan dengan nyaman dan menggunakan air yang mengalir serta
menggunakan sabun. Harapannya, masyarakat mampu menerapkan kegiatan yang
sudah di sampaikan tersebut secara berkelanjutan.
BAB IV

DOKUMETASI
BAB V

PENUTUP

Sasaran advokasi hanya tertuju pada kebijakan-kebijakan publik semata (atau


bahkan hanya satu kebijakan publik) saja dengan asumsi bahwa perubahan yang
terjadi pada satu kebijakan tertentu akan membawa dampak positif atau paling
tidak menjadi titk awal dari perubahan yang lebih besar. Advokasi untuk
penatalaksanaan pencegahan diare ini dilakukan kepada ketua RT yang dimana
ketua RT tersebut diharapkan dapat mengajak para warga untuk membuat tempat
CTPS dan mempraktekkan cara membuat larutan oralit. Dilakukan juga kegiatan
gotong royong yang dilaksanakan setiap hari minggu, kegiatan yang di lakukan
yaitu pembersihan selokan dan tempat pembuangan sampah di sekitar lingkungan
rumah warga RT .
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :

Nuddin, A., & Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Parepare, A. (n.d.). Januari 2020 pISSN
2614-5073 (Vol. 1, Issue 1). http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes

MTYxNTE2NDQyOA_Wkt1615164428_XtLnBkZg. (n.d.).

Rahmi, N., Mona Santi, D., Yanti, W., & Ilmu Kesehatan, F. (2019).
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN DIARE
PADA BAYI DAN BALITA DI DESA LADONG, MESJID RAYA
KECAMATAN ACEH BESAR DISTRICT. In Jurnal Pengabdian
Masyarakat (Kesehatan) (Vol. 1, Issue 2).

file:///C:/Users/Febcom/Downloads/7367%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai