Anda di halaman 1dari 29

MODUL PRAKTIKUM I

PENGENALAN PLANKTON

Tujuan : Untuk menambah pemahaman mahasiswa terkait jenis dan klasifikasi


plankton, serta menambah keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi
plankton.

A. Definisi Plankton

Plankton merupakan mikroorganisme kecil yang hidupnya mengapung dan


melayang di kolom perairan dengan pergerakan yang terbatas (Sukardi & Arisandi,
2020). Plankton juga dapat diartikan sebagai organisme perairan yang
keberadaannya dapat menjadi indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai.
Plankton memegang peran penting dalam mempengaruhi produktivitas primer
perairan sungai. Beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai
respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Salah (Desmawati et
al., 2020).

B. Pembagian Plankton

Menurut Nontji (2008), plankton dapat dibedakan berdasarkan fungsi, ukuran,


daur hidup, sebaran horizontal serta sebaran vertikal.

1. Plankton Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya, plankton dapat dibedakan menjadi empat golongan


yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton dan virioplankton

a. Fitoplankton

Fitoplankton adalah organisme jenis tumbuhan yang hidupnya mengapung


atau melayang di laut atau dikenal dengan plankton tumbuhan. Ukurannya sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton
berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu
bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Fitoplankton mengandung
klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, fitoplankton bersifat
autotrofik.

b. Zooplankton
Zooplankton adalah organisme hewan yang hidupnya mengapung, atau
melayang dalam laut yang dikenal dengan sebutan plankton hewani. Kemampuan
renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus
membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk
kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton
yang menjadi makanannya. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm,
tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran
sampai lebih satu meter. Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari
perairan tropis hingga ke perairan kutub.

c. Bakterioplankton

Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Planton jenis


ini mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak
mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat
berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai
(decomposes). Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga
akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini
kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam
prows fotosintesis.

d. Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya
sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama
bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak
menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan
mematikan sel-sel inangnya. Beberapa ilmuwan telah mengkaji bahwa virioplankton
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam
ekosistem laut.

2. Plankton Berdasarkan Ukuran

Seiring dengan perkembangan teknik penyaringan partikel yang lebih baik,


maka plankton dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu Megaplankton,
Makroplankton dan Mesoplankton.
a. Megaplankton

Megaplankton dikenal juga sebagai megaloplankton. Banyak ubur-ubur


termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa
mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan
umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa
yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya
bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan panjang tentake130 m lebih .

b. Makroplankton

Contoh plankton jenis ini adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan
banyak pula termasuk dalam golongan ini.

c. Mesoplankton

Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod,


amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar
masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.

3. Plankton Berdasarkan Daur Hidup

Plankton dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan daur hidupnya


diantaranya:

a. Holoplankton

Holoplankton merupakan organisme yang menjalani seluruh fase hidupnya


sebagai plankton sebagai mulai dari telur, larva, hingga dewasa.
b. Meroplankton
Meroplankton merupakan organisme yang pada masa awal hidupnya yaitu
pada tahap telur dan larva berperan sebagai plankton. Meroplankton sering disebut
sebagai plankton sementara.
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati karena biota ini dalam
keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air
menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara
sebagai plankton.

4. Plankton Berdasarkan Sebaran Horizontal


Berdasarkan sebaran horizontal, plankton dapat dibedakan menjadi:

a. Plankton neritik

Plankton neritik hidup di perairan pantai dengan salinitas yang relatif rendah.
Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan muara. Akibat pengaruh
lingkungan yang terus-menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut,
komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan campuran plankton
laut dan plankton asal perairan tawar.

b. Plankton oseanik

Plankton oseanik hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra.


Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi.

5. Plankton Berdasarkan Sebaran Vertikal

Dilihat dari sebaran vertikalnya, plankton dapat digolongkan menjadi:

a. Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai


kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari
dapat menembus.

b. Mesoplankton

Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman


sekitar 100-400 m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai
gelap. Oleh karena itu, pada lapisan ini fitoplankton yang memerlukan sinar matahari
untuk berfotosintesis umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam
didominasi oleh zooplankton.

c. Hipoplankton

Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400
m. Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton (bathyplankton) yang hidup
pada kedalaman > 600 m, dan abisoplankton (abyssoplankton) yang hidup di lapisan
yang paling dalam, sampai 3000 – 4000 m.
C. Parameter Fisika dan Kimia Terhadap Plankton
1. Suhu
Suhu merupakan parameter penting di lingkungan laut dan mempengaruhi
proses pemijahan, penetasan, aktivitas dan pertumbuhan organisme. Kenaikan suhu
perairan akan menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitass dalam
melakukan respirasi. Suhu 20-30oC merupakan kisaran suhu yang baik bagi
pertumbuhan plankton (Simanjutak, 2006).
2. Salinitas
Salinitas berperan dalam distribusi biota akuatik. Dimana setiap organisme
yang hidup di perairan laut cenderung memiliki toleransi terhadap perubahan
salinitas yang berbeda-beda. Pada salinitas 0-10%o hidup plankton air tawar, pada
salinitas 10-20%o hidup plankton air tawar dan laut, sedangkan pada salinitas yang
lebih besar dari 20%o hidup plankton air laut (Asmara,2005).
3. pH (Derajat keasaman)
Adapun pH yang ideal bagi organisme dari plankton yaitu berkisar antara 6,5
– 8,0. pH dibawah ataupun diatas kisaran tersebut dikategorikan sebagai perairan
yang tidak produktif. Jika nilai pH disuatu perairan sangat asam atau sangat basa itu
akan membahayakan terjadinya gangguan metabolism dan respirasi (Susanti,
2010).
4. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan adalah pengukuran transparansi air perairan yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan secchi disk. Sedangkan kekeruhan ini
digambarkan secara banyaknya cahaya yang diserap dan bahan organic yang
tersuspensi di dalam perairan (Hamid,2002)
5. Arus
Aktivitas plankton sangat dipengaruhi oleh arus dimana Mason (1981)
menjelaskan bahwa kecepatan arus yang lebih kecil dari 0,5 m/s tergolong arus
yang sangat lambat. Kecepatan arus seperti itu memungkinkan aktivitas plankton
berjalan sangat baik.

D. Fungsi Plankton Di Perairan


Fitoplankton dalam rantai makanan, akan dimakan oleh hewan herbivore
yang merupakan produsen sekunder, sehingga jelas bahwa fitoplankton sebagai
produsen primer yang merupakan pangkal rantai makanan dan fundamen yang
mendukung seluruh kehidupan biota laut (Nontji, 2008). Zooplankton sebagai
herbivore primer di ekosistem perairan, peranan zooplankton sangat penting karena
dapat mengontrol kelimpahan fitoplankton. Demikian zooplankton berperan sebagai
mata rantai antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil. Struktur
komunitas dan pola penyebaran zooplankton dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi perairan (Nybakken, 1992).

E. Jenis-Jenis Plankton

1. Fitoplankton

(Achanthes)

(Diploneis)
(Chaeoseros)

2. Zooplankton

(Ctenophora)

(Calanus glacialis)
(Cyclops sp.)
DAFTAR PUSTAKA

Asmara A. 2005. Hubungan struktur komunitas plankton dengan kondisi fisika-kimia


di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Desmawati, I., Ameivia, A., & Ardanyanti, L. B. (2020). Studi Pendahuluan


Kelimpahan Plankton di Perairan Darat Surabaya dan Malang. Rekayasa, 13(1),
61–66.

Hamid. 2002. Alokasi Pemanfaatan Wilayah Pesisir Kabupaten Garut untuk


Budidaya Tambak Udang Melalui Analisis Sistem Informasi Geografis. Tesis.
Tidak Dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor :
9-21.

Sukardi, L. D. A., & Arisandi, A. (2020). Analisa kelimpahan fitoplankton di perairan


bangkalan madura. Juvenil, 1(1), 111–121.

Nontji, A., 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.

Susanti, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai


Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun
2005–2008). Skripsi Sarjana Ekonomi, Program Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang.

Sukardi, L. D. A., & Arisandi, A. (2020). Analisa kelimpahan fitoplankton di perairan


bangkalan madura. Juvenil, 1(1), 111–121.

Simanjuntak, M. 2006. Kadar Fosfat, Nitrat dan Silikat Kaitannya dengan Kesuburan
di Perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI. Jakarta.
Modul Praktikum II

Pengenalan Alat-alat Praktikum Planktonologi Laut

Alat-alat Parktikum Lapangan

1. Kammerer Water Sampler


1

a. Keterangan Petunjuk
1. Tombol penghenti
2. Body
3. Karet Penutup
b. Fungsi
Kammerer water sampler merupakan alat yang dapat digunakan untuk
pengambilan contoh air pada kedalaman tertentu bahkan bisa sampai
kedalaman 600 meter, tergantung dengan panjang tali yang dimiliki oleh alat.
c. Cara Penggunaan
• Pertama-tama, kedua penutup tabung yaitu selang udara dan selang
pengambilan air dalam tabung dipastikan telah ditarik kemudian dijepit
dengan penjepit.
• Kemudian, Setelah penutup tabung terbuka, alat ini dimasukkan ke dalam
air sampai pada kedalaman yang ditentukan dengan menggunakan tali
penggantung tabung.
• Lalu, saat tabung telah berada pada posisi yang diinginkan maka besi
penindis pembuka penjepit dijatuhkan untuk membuka jepitan pengait
sehingga karet penghubung antar penutup dapat berfungsi untuk menutup
kembali tabung yang telah berisi air sampel yang diinginkan
• Kemerrer siap diangkat.
2. Plankton Net

a. Keterangan Petunjuk
1. Ring
2. Mesh/net
3. Botol penampung
b. Fungsi
Plankton net merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan
dengan plakton. Penggunaan jaring plankton selain praktis juga sampel yang
diperoleh cukup banyak. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta plakton
yang berada didalamnya. Plakton yang tertangkap sangat bergantung pada
ukuran mesh size jaring, karenanya ukuran mesh size yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati.
c. Cara Penggunaan
• Pertama-tama, lakukan pengambilan sampel air laut menggunakan ember
untuk permukaan atau memenggunakan Kammerer water sampler jika di
kolom perairan.
• Kemudian, tuangkan air kedalam mesh plankton net dan tunggu hingga air
habis hingga tiga kali pengulangan.
• Lalu, air yang tertampung di botol, dipindahkan ke dalam botol sampel,
lakukan hingga tiga kali pengulangan.
3. Hand Refractometer

a. Keterangan Petunjuk
1. Penutup Prisma
2. Lensa
3. Grip
4. Kaca Prisma
b. Fungsi
Penamaan Hand Refractometer atau Refaktometer Genggam, lebih
didasarkan pada bentuk dan teknis penggunaan alat refraktometer dimaksud.
Hand Refractometer berbentuk seperti teropong, begitupun cara
penggunaannya yang serupa dengan penggunaan teropong. Guna
mendukung prinsip kerjanya, maka perangkat pengukuran/pembacaan
refraktometer didesain berupa bidang prisma. Prisma dalam hal ini, berfungsi
untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya polikromatis
(matahari/cahaya lampu) menjadi monokromatis dalam hal ini salinitas.
c. Cara Penggunaan

• Sebelum dipakai, Refraktometer dibersihkan dengan tisu mengarah ke


bawah
• Pada bagian prisma Refraktometer ditetesi dengan tetes cairan sampel,
Cairan dituangkan hingga melapisi seluruh permukaan prisma tanpa
meninggalkan gelembung. Gunakan pipet untuk mengambil cairan yang
ingin diukur.
• Tutup secara hati-hati refraktometer dengan mengembalikan pelat ke
posisi awal. Prisma jangan dipaksakan masuk jika sedikit tertahan.
• Untuk mendapat hasil salinitas, lihat ke dalam ujung bulat refraktometer
dengan mengarahkan alat ke sumber cahaya. Lalu baca kadar salinitas
alat
• Setelah dipakai, Refraktometer wajib dibersihkan hingga kering
menggunakan tisu atau kain lembut.
• Refraktometer sebaiknya disimpan di tempat kering.
• Jangan sekali-kali menyentuh lensa (bagian optik) dengan tangan, apabila
lensa kotor segera bersihkan dengan kertas lensa.
• Jangan meninggalkan prisma masih dalam keadaan basah oleh sampel,
bila Refraktometer tidak digunakan lagi.
• Apabila alat tidak digunakan harus ditutup

4. Termometer

a. Keterangan Petunjuk
1. Gagang
2. Skala thermometer
3. Air raksa
b. Fungsi
Termometer digunakan untuk mengukur suhu pada objek dalam hal ini
air dalam satuan celcius.
c. Cara Penggunaan
• Pertama-tama, lakukan pengambilan sampel air laut menggunakan ember
untuk permukaan atau memenggunakan Kammerer water sampler jika di
kolom perairan.
• Kemudian, tuangkan air ke wadah yang dirasa cukup.
• Lalu, ukur menggunakan termometer di kolom sampel air

5. Botol Sampel

a. Keterangan Petunjuk
1. Penutup botol
2. Badan botol
b. Fungsi
Menampung dan menyimpan sampel air berisi plankton yang telah di
sampling.

6. Cool Box

a. Keterangan Petunjuk
1. Penutup badan
2. Badan.
b. Fungsi
Tempat pengawetan sementara bagi sampel yang telah di sampling sebelum
dianalisis di laboratorium

7. Pipet Tetes

a. Keterangan Petunjuk
1. Bulp
2. Badan dan skala
b. Fungsi
Memindahkan larutan ke objek dalam skala tertentu

8. Ember

a. Fungsi
Mengambil sampel air laut di permukaan.
Alat-alat Praktikum Laboratorium

1. Mikroskop

a. Fungsi
Untuk mengamati objek yang kurannya sangat kecil hingga tak kasat mata.
Mikroskop merupakan alat utama dalam mengidentifikasi plankton.
b. Cara Penggunaan
1. Mikroskop diambil dengan prosedur sebagai berikut: a) leher mikroskop
dipegang dengan tangan kanan, b) bagian kaki mikroskop dipegang dengan
tangan kiri, c) mikroskop diangkat dan didekatkan diantara perut dan dada, dan d)
mikroskop dibawa dan diletakan di tempat identifikasi.
2. Lensa objektif diputar pada pembesaran 40X sampai terdengar bunyi klik.
3. Lensa okuler dibersihkan dan disesuaikan
4. Preparat yang hendak diamati (SRCC) ditempatkan pada meja objek. Diatur
sedemikian rupa agar preparat tersebut tepat berada pada lapangan pandang.
Selanjutnya, SRCC dijepit dengan menggunakan penjepit khusus yang ada pada
bagian atas meja objek. Kemudian, sembari mengamati dari arah samping, lensa
objektif dapat diturunkan sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan. Digunakan
pemutar kasar sampai jarak lensa objektif dengan objek penelitian hanya tersisa 5
milimeter. Pada sebagian jenis mikroskop, jarak diatur tidak dengan pemutar
kasar (makrometer) melainkan dengan menaik turunkan meja objeknya.
Pemutaran makrometer dituntut kehati-hatian agar lensa objektif tidak menyentuh
meja objek yang dapat menyebabkan preparat tergores/pecah.
5. Dicermati bayangan yang terlihat dari lensa okuler. Jika dibutuhkan, pemutar
kasar dan halus digunakan untuk menaikkan juga menurunkan lensa objektif
sampai didapatkan bayangan atau tampilan objek yang diamati dengan jelas.
Setelah objek sudah terlihat jelas, pemutar halus digunakan untuk menurnkan
lensa objektif agar dapat terlihat lebih jelas lagi.

2. Sedgewick Rafter Counting Cell (SRCC)

a. Fungsi
Sedgewick Rafter Counting Cell (SRCC) merupakan alat pengamatan
plankton yang paling sering digunakan untuk kegiatan identifikasi plankton,
karena memiliki kapasitas yang relatif lebih besar, sehingga dapat digunakan
untuk identifikasi fitoplankton dan zooplankton yang berukuran mikro. Volume
SRCC tepat 1 (satu) cc atau 1 cm3 setara dengan 1 ml dengan perincian
panjang 50 mm, lebar 20 mm dan tebal 1 mm.
b. Cara Penggunaan
Penggunaan SRCC diletakkan di meja objek mikroskop

3. Cover Glass
a. Fungsi
digunakan sebagai kaca penutup SRCC
b. Cara Penggunaan
Penggunaan Cover Glass diletakkan di atas SRCC

4. Pipet Tetes

a. Fungsi
untuk memindahkan sampel ke dalam SRCC.
b. Cara Penggunaan

Tekan bagian ujung atas pipet tetes dan masukkan bagian ujung bawah pipet
tetes ke dalam cairan / larutan yang ingin diambil. Untuk menarik cairan / larutan
yang ada di dalam wadah, lepaskan bagian ujung atas yang ditekan tadi secara
perlahan-lahan
MODUL PRAKTIKUM 3

SAMPLING PLANKTON DAN PENGUKURAN BEBERAPA PARAMATER


KUALITAS LINGKUNGAN (PRAKTIKUM DI LAPANGAN)

A. Pengambilan Sampel Plankton

Alat dan Bahan :

Alat :
1. Kammerer water sampler
2. Plankton net
3. Botol sampel
4. Pipet tetes
5. Cool box

Bahan :
1. Bahan preservasi (lugol, formalin, alkohol)
2. Es batu
3. Aqudes
4. Kertas label

Prosedur Kerja :

1. Plankton Net dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara aquades disemprotkan


menggunakan botol semprot ke seluruh permukaan alat.
2. Sampel air laut diambil dengan menggunakan kammarer water sampler dan
disaring menggunakan plankton net (pada saat air disaring, plankton net
digoyangkan agar plankton yang menempel di permukaan jaring dapat masuk
ke bucket plankton net).
3. Konsentrat plankton yang tertampung dalam bucket plankton net selanjutnya
dipindahkan ke dalam botol sampel volume 100 ml. Kemudian, botol sampel
diberi bahan preservasi (pengawet lugol 1%) sebanyak 1-2 ml, lalu diberi
label.
4. Botol Sampel yang sudah diberi label dimasukkan ke dalam cool box yang
berisi es batu.
5. Botol Sampel disimpan dalam refrigerator dengan suhu 4°C jika belum
diidentifikasi.
B. Pengukuran Kualitas Lingkungan

Beberapa parameter Kualitas Lingkungan yang diukur langsung di lapangan


adalah parameter fisika yaitu suhu, salinitas, pH dan kecerahan.

Alat :
1. Thermometer
2. Handrefractometer
3. pH meter
4. Secchi disk

Bahan :
1. Air laut
2. Aquades
3. Tissue

Prosedur Kerja :
1. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan ujung thermometer ke
dalam ember yang berisi sampel air selama beberapa detik, kemudian
membaca dan mencatat hasil (angka) yang muncul pada thermometer.

2. Salinitas
Salinitas diukur dengan menggunakan handrefractometer, sebelum
digunakan kaca prisma pada handrefractometer dikalibrasi terlebih dahulu
menggunakan aquades kemudian dikeringkan menggunakan tissu.
Menyalakan alat dengan menekan tombol on/off, kemudian menetaskan
sampel air pada handrefractometer sebanyak 2-3 tetes lalu menekan tombol
red. Mencatat hasil skala nilai salinitas yang muncul pada handrefractometer.

3. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, dengan
mengambil langsung sampel air dari lokasi. Mencelupkan kertas lakmus pada
sampel air, kemudian mengamati perubahan warna pada kertas lakmus .

4. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara Secchi disk diturunkan ke
dalam laut sampai tidak terlihat lalu kedalamannya dicatat. Kemudian, alat
ditarik perlahan ke atas sampai kembali terlihat lalu kedalamnnya dicatat.
Setelah kedua nilai batas tidak tampak dan batas tampak telah didapat, maka
kedua nilai tersebut dijumlahkan lalu dibagi dua. Itulah nilai kecerahan
perairan.

Rumus perhitungan kecerahan perairan sebagai berikut :


Jarak tidak tampak (cm)+Jarak tampak(cm)
Kecerahan air (cm) = 2
C. Faktor-Faktor Penghambat Pengambilan Sampel di Lapangan
Adapun faktor-faktor penghambat pengambilan sampel di lapangan, yaitu
sebagai berikut:
1. Peralatan yang digunakan tidak steril.
2. Tidak melakukan preservasi dengan benar terhadap sampel.
3. Sampel tidak disimpan pada suhu yang tepat.
MODUL PEMBELAJARAN
IDENTIFIKASI PLANKTON

A. Pengantar
Penelitian identifikasi zooplankton dan fitoplankton ini bertujuan untuk
mengetahui dan memahami terminology dan klasifikasi biota plankton, mengetaui
dan mampu melaksanakan metode standar pengambilan dan analisis sampel
plankton, mengetahui dan mampu membedakan fitoplankton dan zooplankton,
serta mengetahui dan mampu melakukan penghitungan sederhana kelimpahan
plankton. Dengan mengetahui kelimpahan plankton yang dipengaruhi dari
beberapa perkembangan pada pH dan Dissolved Oksigen (DO) pada lingkungan
yang menjadi lokasi dalam praktikum Laboratorium planktonologi (Suprianto,
2022).

B. Tujuan dan Kegunaan


Identifikasi plankton (fitoplankton dan zooplankton) memiliki tujuan untuk
menambah ketrampilan pada praktikan. Terurama dalam melakukan penentuan
lokasi dari pengambilan sampel plankton (fitoplankton dan zooplankton). Paham
dalam membedakan beberapa jenis fitoplankton dan zooplankton beserta dengan
kelas dan ciri-ciri dari setiap jenis sampel. Dengan memahami cara penyimpanan
sampel plankton yang tepat.
Adapun dapat memahami faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan yang
menjadi peran utama dari pengukuran beberapa parameter dari kualitas lingkungan
dalam kehidupan plankton didalam perairan. harapan dilaksanakan praktikum ini
guna untuk mahasiswa dapat memahami dari setiap identifikasi plankton dan
pengukuran di setiap parameter lingkungan yang menjadi penunjang kehidupan dari
setiap jenis plankton yang hidup pada perairan.

C. Identifikasi Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton)


Pengambilan sampel plankton pada suatu perairan didasari atas pertimbangan
tujuan studi. Frekuensi pengambilan sampel, lokasi, waktu pengambilan (pagi-
siang-sore), tipe sampel yang diambil, dan bagaimana sampel diambil (plankton net
statis atau dinamis)
Hal yang perlu menjadi perhatian saat melakukan pengambilan sampel plankton
(terutama jika tujuannya menghitung kelimpahan) adalah volume air yang disaring
ke dalam plankton net harus diketahui. Pada sampel dengan sel/individu plakton
yang menggunakan alat dari plankton net, membutuhkan 100 ml sampel yang
disaring dan disimpan dalam botl sampel yang berukuran (volume 100 ml).
kemudian awetkan sampel dengan menggunakan dari larutan lugol. Sampel yang
telah disaring kemudian disimpan dalam botol, kemudian disimpan pada cold box
yang berisikan es batu untuk membuat sampel tetap tahan hingga dilakukannya
identifkasi pada laboratorium.

Alat dan Bahan :

Alat :
1. Mikroskop
2. Sedgwig Rafter Cell (SRC)
3. Cover Glass
4. Pipet Tetes

Bahan :

1. Sampel Plankton (Pada botol sampel)


2. Tissue
3. Aquades

Prosedur Pelaksanaan :

1. Cover glass dikalibrasi menggunakan aquades kemudian dilap menggunakan


tissue.
2. Sampel plankton dalam botol sampel dikocok secara perlahan, kemudian
diambil menggunakan pipet tetes lalu diteteskan ke permukaan SRCC sebanyak
1 ml.
3. Tutup SRCC dengan cover glass dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung.
4. Jika terdapat gelembung dalam SRCC (preparat plankton) sebaiknya diulangi
agar pengamatan dibawah mikroskop menjadi lebih mudah.
5. Preparat plankton diletakkan diatas meja objek mikroskop.
6. Mikropskop dinyalahkan. Namun, sebelum mikroskop dinyalakan, pengatur
cahaya mikroskop dipastikan berada pada frekuensi terkecil.
7. Cahaya mikroskop diperjelas dengan memutar pengatur cahaya dan bukaan
diafragma, kemudian pilih perbesaan yang diharapkan (40x, 100x, 400x,
1000x).
8. Menemukan fokus dengan memutar pemutar kasar dan halus sedemikian rupa
sehingga preparat terlihat jelas.
9. Teknik yang dgunakan untuk identifikasi plankton adalah
penyapuan/keseluruhan luas SRCC.

Cara Identifikasi :

Plankton diidentifikasikan dengan mengacu pada Yamaji (1984).

1. Pengamatan plankton menggunakan mikroskop elektrik binokuler dengan


pembesaran 10x10=100 kali. (Contoh plankton yang akan diamati terlebih
dahulu diukur jumlah volume air tersaring yang ada pada botol contoh dengan
gelas ukur).
2. Apabila ada endapan atau plankton padat, contoh diencerkan agar mudah
dalam pengamatan dan penghitungan. (Contoh diambil dengan pipet otomatis 1
ml untuk diamati, lalu ditempatkan pada Sadgwich Rafter dan ditutup dengan
coverglass).
3. Plankton pada Sadgwich Rafter di bawah mikroskop lalu diaktifkan dan dihitung
sesuai dengan urutan kotak di dalam Sadgwich Rafter.
4. Agar supaya plankton di bawah tampak jelas, maka sambil menghitung
dilakukan pengaturan cahaya yang masuk ke dalam dengan memutar bagian
pengaturan cahaya pada mikroskop.
5. Adapun beberapa cara dalam melakukan perhitungan dari sel/individu plankton
yang diindentifikasi.

1. Komposisi Jenis Plankton


Untuk menghitung komposisi jenis digunakan rumus (Boyd, 1982):
𝑛𝑖
Komposisi Jenis (%) = × 100%
𝑁

Dimana :

ni = Jumlah individu setiap jenis yang diamati


N = Jumlah total individu
2. Kelimpahan Sel dan Kepadatan Indikator Plankton

Metode perhitungan kelimpahan sel dan atau kepadatan ind plankton adalah
penyapuan (sensus) dengan menggunakan SRCC (APHA, 2005) yaitu :

𝑉𝑡 1
𝑁 =𝑛𝑥 𝑥
𝑉𝑐𝑔 𝑉𝑑

Dimana :
N = Kelimpahan total plankton (sel/L : satuan fitoplankton atau Ind/L : satuan
zooplankton)
N = Jumlah sel/ind plankton yang teramati (Vt = Volume sample yang tersaring (ml)
Vcg = Volume SRCC (ml)
Vd = Volume sample yang disaring (l)

3. Indeks Ekologi

a. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman merupakan suatu metode untuk mengetahui struktur


komunitas dan memudahkan untuk menganalisa banyaknya spesies dalam suatu
kelompok. Indeks keanekaragaman akan mempermudah dalam menganalisa
informasi-infomasi mengenai jumlah individu dan jumlah spesies suatu organisme.
Sedikit atau banyaknya spesies yang terdapat dalam suatu air (contoh) akan
mempengaruhi indeks keanekaragamannya, meskipun nilai ini sangat bergabtung
pula dari jumlah individu masing-masing spesies. Keanekaragaman fitoplankton
yang besar, sangat penting bagi organisme yang menjadikannya sebagai bahan
makanan. Indeks keragaman dapat dijadikan petunjuk seberapa besar tingkat
pncemaran suatu perairan.Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan
rumus “Shannon Indeks of Diversity” (Odum, 1998):

ni ni
H′ = − ∑ In
N N

Dimana :
𝐻′ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
𝑛𝑖 = Jumlah individu genus ke-𝑖
𝑁 = Jumlah total individu seluruh genera
Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
H’ ≤ 1 = Keanekaragaman rendah
1 ≤ H’ ≤ 3 = Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang.
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi.

b. Indeks Keseragaman
Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketaui dengan
menghitung indeks keseragaman. Indeks keseragaman ini merupakan suatu angka
yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1, semakin kecil nilai indeks
keseragaman semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, berarti penyebaran
jumlah individu tiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan bahwa suatu
spesies mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai indeks
keseragaman maka populasi menunjukan keseragaman yang berarti bahwa jumlah
individu tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata.Indeks Keseragaman
dihitung dengan menggunakan rumus “Evenness Indeks” (Odum, 1998) :

H′
E=
In S

Dimana :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks Keanekaraman
S = Jumlah Seluruh spesies
Indeks Keseragaman berkisar antara 0 - 1. Apabila nilai mendekati 1 sebaran
individu antar jenis merata. Nilai E mendekati 0 apabila sebaran individu antar jenis
tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan.

c. Indeks Dominasi

𝐷 = ∑[ni/N]2

Dimana:
D = Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
Dengan kriteria sebagai berikut :
D mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat
jenis yang mendominasi.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. (1982). Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elseiver,
Amsterdam.

Odum, E. P. (1998). Dasar-Dasar Ekologi : Alih Bahasa Samingan T. Edisi Ketiga.


Universitas Gadja Mada Press, Yogyakarta. 697 P.

Suprianto. (2022). Identifikasi Zooplankton & Fitoplankton Di Tambak Teluk Lombok


Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Identifikasi Plankton.

Anda mungkin juga menyukai