Anda di halaman 1dari 19

BAB II

HASIL ANALISIS

A. Konsep teori tentang perubahan dalam keperawatan

Organisasi saat ini dihadapkan pada banyak proyek sebagai bagian dari

upaya perubahan yang diarahkan pada restrukturisasi organisasi, peningkatan

kualitas, dan pemberdayaan karyawan. Davidhizar (1996) dikutip dalam

(Marquis & Huston, 2012) menyatakan bahwa ada tiga pendorong utama

perubahan dalam pelayanan kesehatan kontemporer yaitu teknologi,

ketersediaan informasi, dan pertumbuhan populasi.

Proses perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai

profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era globalisasi. Perubahan

bukanlah suatu ancaman yang harus dihindari oleh seorang perawat akan

tetapi sebuah tantangan sebagai upaya yang lebih keras untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan kualitas

pelayanan kesehatan akan terus berubah sesuai dengan proses perkembangan

zaman. Masalah kesehatan masyarakat juga akan terus mengalami perubahan

sesuai dengan tuntutan masyarakat (Nursalam, 2014).

Upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan mengkoordinasikan

perubahan dilingkup keperawatan menuntut keterampilan seorang

pemimpinan dan manajemen yang baik untuk melaksanakan proses

perubahan. Keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam menghadapi

proses perubahan adalah melalui proses keperawatan. Proses keperawatan

merupakan suatu pendekatan dalam menyelesaikan masalah secara sistemastis


dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua yang harus

dimiliki oleh seorang perawat adalah perawat harus memiliki ilmu tentang

teori keperawatan dan pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan

orang lain. Keterampilan ini dimaksudkan agar perawat mampu membuat

suatu manajemen yang baik (Nursalam, 2014).

Ada beberapa teori tentang proses perubahan. Salah satunya adalah teori

perubahan yang dikemukakan oleh Lippits. Lippits mendefinisikan perubahan

sebagai suatu yang direncanakan dan tidak direncanakan terhadap status quo

dalam individu, situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang

diharapkan disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial

yang mempengaruhi langsung status quo individu, organisasi atau situasi lain.

Untuk melaksanakan proses perubahan diperlukan tujuh tahap dalam

mengidentifikasi proses perubahan menurut Lippits (Nursalam, 2014), antara

lain :

1. Menentukan masalah

Untuk melaksanakan proses perubahan harus dimulai dengan menentukan

sebuah masalah, tahap ini individu yang terlibat dalam proses perubahan

sedini mungkina, harus membuka diri untuk menemukan sebuah masalah

dan menghindari keputusan sebelum fakta dapat dikumpulkan. Individu

yang terlibat harus mampu mengidentifikasi apa yang salah dan mesti

dilakukan perubahan, bertanggung jawab untuk mengemukakan tentang

masalah yang sedang terjadi, semakin banyak informasi tentang perubahan

yang ditemukan maka akan semakin akurat data yang dapat diidentifikasi

sebagai masalah.
2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan.

Tahap ini setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan harus

diindentifikasi tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul dan

dukungan yang akan diberikan. Proses identifikasi praktik keperawatan

harus dimulai pada suatu organisasi/instansi, yang dikaji adalah sturktur

oraganisasi, apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan

orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau justru

menghambatnya. Fokus perubahan tahap ini adalah mengdentifikasi faktor

faktor yang dapat mendukung dan menghambat pada proses perubahan.

3. Mengakaji motivasi agen pembaru dan sarana yang tersedia

Tahap ini diperlukan sebuah komitmen dan motivasi manajer dalam proses

perubahan. Manajer harus mempunyai suatu visi dalam suatu proses

perubahan dan perubahan yang akan dilakukan dapat diterima olh staf dan

dapat dipercaya. Manajer harus menunjukkan motivasi dan keseriusan

dalam melaksanakan perubahan, serta seorang manager harus selalu

menerima sumbangsi saran dari staf staf yang bersifat membangun dan

mampu menemukan solusi dari permasalahan.

4. Menyeleksi tujuan perubahan.

Perubahan harus sudah disusun sebagai suatu kegiatan secara operasional,

terorganisasi, berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak, dan

kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu

target waktu dan perlu dilakukan uji coba sebelum menentukan efektivitas

perubahan untuk dilakukan.


5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaru

Setiap pemimpin atau manajer yang bertanggung jawab terhadap proses

perubahan harus memilih individu yang akan bertanggung jawab terhadap

kegiatan yang beru ditugaskan yang sesuai dengan kompetensi di

bidangnya masing masing. Manajer tersebut akan dapat memberikan

masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan

sebagai seorang mentor yang baik. Perubahan akan berhasil dengan baik

apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan

memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.

6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai.

Perubahan yang telah dilaksanakan, harus komitmen untuk dipertahankan

Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan

komitmen yang ada. Diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan terus

diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan

yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.

7. Mengakhiri bantuan.

Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh

perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus

dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai

peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang

telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan

secara aktif terus terlibat dalam perubahan


B. Analisis situasi puskesmas tentang masalah dalam manajemen

keperawatan mulai dari planning, organizing, directing dan controlling.

1. Planning

Planning merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menentukan

hal-hal yang ingin dilakukan dan yang tidak ingin dilakukan, siapa yang

akan melakukan, bagaimana hal tersebut dilakukan, serta kapan dan

dimana hal tersebut akan dilakukan (Marquis & Huston, 2012; Sitorus &

Panjaitan, 2011).

Planning di Puskesmas dilakukan diakhir tahun dengan terlebih dahulu

melakukan evaluasi terhadap pencapaian tahun berjalan. Perencanaan

Tingkat Puskesmas (PTP) dibuat dengan mengikut sertakan seluruh

komponen yang ada di Puskesmas, baik itu kepala Puskesmas hingga

support staff yang mendukung seluruh kegiatan Puskesmas, dengan

mengusulkan rencana kegiatan, sasaran, tujuan, mekanisme pelaksanaan

yang dilakukan serta target yang akan dicapai.

Analisis Masalah

Dalam perencanaan tingkat puskesmas, masalah yang diperoleh

adalah:

a. Tidak semua dari seluruh komponen Puskesmas memasukkan usulan

kegiatan kerja, yang banyak terlibat biasanya adalah penanggungjawab

program.

b. Alokasi anggaran operasional tidak sesuai dengan jumlah anggaran

yang diusulkan.
c. Alokasi anggaran oleh setiap program bervariasi sehingga dibutuhkan

kemampuan menganalisa oleh manajer/ kepala puskesmas untuk

memanage alokasi anggaran sehingga dapat lebih efisien.

2. Organizing

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang

sangat penting dalam keperawatan. Dengan fungsi pengorganisasian,

seluruh sumber daya yang ada baik itu manusia maupun sarana dan

prasarana dapat diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan bersama (Muninjaya, 2011). Proses pengorganisasian di

Puskesmas:

a. Kepala puskesmas melakukan pembagian kerja berdasarkan

kompetensi dari staff dapat dilihat dari program kerja yang telah

disusun.

b. Pembagian jasa disesuaikan berdasarkan aturan permenkes No 21

Tahun 2016 tentang dana kapitasi jaminan kesehatan nasional yang

diatur berdasarkan beberapa item atau kriteria.

c. Membuat sebuah mekanisme kerja seperti membuat Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan jalur-jalur pelayanan.

d. Setiap staff diwajibkan untuk membuat tupoksi dan melakukan

kegiatannya sesuai dengan SOP yang telah disusun

3. Directing (Pengarahan)

Fungsi pengarahan dikenal juga sebagai fungsi pengaturan. Dalam

fungsi pengarahan, manajer mengarahkan kerja staf. Fungsi pengarahan

dalam fungsi manajemen meliputi menciptakan suasana yang memotivasi,


membina komunikasi, organisasi, menangani konflik, memfasilitasi kerja

sama, dan negosiasi (Marquis & Huston, 2012).

Dalam fungsi ini, kepala Puskesmas melakukan strategi untuk

menciptakan suasana yang memotivasi, seperti:

a. Memaparkan sebuah kegiatan yang akan dilaksanakan dan menetapkan

standar tujuan yang harus dicapai serta mengkomunikasikan kepada

staf terkait dengan harapan kegiatan yang akan dilakukan dapat

berjalan efektif.

b. Bersikap adil dan konsisten saat berhadapan dengan semua staf.

c. Bersikap tegas pada saat berperan sebagai pengambil keputusan

dengan menggunakan gaya pengambilan keputusan yang tepat.

d. Membangun konsep kerja tim, menyusun tujuan dan proyek kelompok

yang akan membangun semangat tim

e. Memadukan kebutuhan dan keinginan staf berdasarkan kepentingan

dan tujuan organisasi

f. Mengetahui keunikan yang dimiliki oleh setiap staf.

g. Berikan pengalaman yang bersifat menantang staf dan berikan

kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang

h. Minta partisipasi dan masukan dari semua staf dalam melakukan

pengambilan keputusan jika dibutuhkan

i. Berikan penghargaan dan pujian setiap prestasi yang dicapai

j. Ciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu antar staf

k. Menjadi mode peran atau contoh yang baik untuk para staf.

4. Controlling
Fungsi controlling merupakan fungsi manajemen yang memiliki

pengaruh terhadap ketiga fungsi manajemen. Dalam menerapkan fungsi

controlling diperlukan sebuah standar dalam bentuk target atau prosedur

kerja (Muninjaya, 2011).

Pada fase pengendalian dalam sebuah proses manajemen, setiap

kinerja yang telah dilakukan akan diukur dengan menggunakan standar

yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian akan dilakukan

pengoreksian diantara setiap standar dengan kinerja yang telah dilakukan.

Pengendalian dalam hal ini bukan merupakan alat untuk mengukur sebuah

keberhasilan atau kegagalan, tetapi digunakan sebagai pembelajaran agar

dapat tumbuh secara personal dan profesional. Pengendalian yang spesifik

akan mengacu pada kegiatan evaluasi, memantau atau mengatur pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat (Marquis & Huston, 2012). Adapun

fungsi controlling yang ada di Puskesmas:

a. Kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan akan dievaluasi

melalui proses yang dilaksanakan dalam lokakarya mini Puskesmas

(lokmin bulanan, lokmin triwulan/lokmin lintas sector)

b. Dari evaluasi yang telah dilakukan, apabila hasil capaian kegiatan

belum memenuhi standar/ target, maka dilakukan mekanisme

penyelesaian masalah untuk mencari solusi dari hal-hal yang

menghambat pencapaian target.

C. Konsep perubahan yang dilakukan pada puskesmas menggunakan teori

Lippits
Konsep perubahan yang dilakukan berdasarkan 7 langkah dalam teori

Lippits::

1. Menentukan masalah

Masalah yang diangkat adalah Perencanaan staffing yang meliputi:

a. Ketidaksesuaian fungsi dan jabatan

b. Adanya double job

c. Ketidaksesuaian ratio tenaga dan program kegiatan

2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan

Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan dilakukan dengan

menggunakan analisis SWOT

a. Strenght (Kekuatan)

1) Setiap program kerja dipegang oleh penanggung jawab yang sesuai

dengan kompetensinya

2) Pelayanan kesehatan dapat lebih efisien dan efektif

b. Weaknesess (Kelemahan)

1) Tidak semua staf mau menerima perubahan

2) Tidak semua staf mau terlibat dalam proses perubahan

3) Membutuhkan proses adaptasi

c. Opportunity (Peluang)

1) Melakukan pelatihan

2) Usulan tambahan tenaga

3) Modifikasi struktur, distribusi tenaga sesuai dengan profesi.

d. Treatment (Ancaman)

1) Dukungan dari dinas kesehatan


2) Alokasi anggaran yang kurang

3. Mengkaji motivasi agen pembaharu dan sarana yang tersedia

Motivasi agen pembaharu dalam hal ini adalah manager (kepala

puskesmas) dalam melakukan perubahan:

a. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.

b. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan

c. Untuk memperbaiki kinerja staf

d. Menempatkan tenaga sesuai dengan kompetensi yang dimiliki

e. Memfasilitasi pengembangan kompetensi tenaga seperti melakukan

pelatihan guna untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tenaga

staf

f. Menerima dan mengikuti proses perubahan


4. Menyeleksi tujuan perubahan dan Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu

Tujuan perubahan dan penanggungjawab program kegiatan dituangkan dalam bentuk Planning Of Action (POA)

Planning of Action (POA)

Penanggung
No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Metode Sumber Biaya
Jawab
1 Mengidentifikasi 1. Menghitung jumlah staf Untuk mengetahui Tenaga disesuaikan - Kepala Puskesmas -

jumlah tenaga yang 2. Mengidentifikasi kesesuaian tenaga kesehatan Kepala Tata Usaha

tidak sesuai dengan program kegiatan yang dengan program kerja dan tenaga

tupoksinya dilaksanakan di yang ada non

Puskesmas kesehatan

2 Melakukan pembagian 1. Menentukan Untuk menempatkan Tenaga disesuaikan - Kepala Puskesmas -

tugas sesuai dengan koordinator tenaga sesuai dengan kesehatan Kepala Tata Usaha

identifikasi yang telah penanggungjawab kompetensi yang dan tenaga

dilakukan program kegiatan dimiliki non

2. Menentukan kesehatan
penanggungjawab

program kegiatan

3 Sosialisasi kegiatan 1. Mengadakan rapat Untuk Tenaga disesuaikan Ceramah, Kepala Puskesmas Operasional

perubahan internal untuk menginformasikan kesehatan Tanya Kepala Tata Usaha Puskesmas

membahas rencana kepada seluruh staf dan tenaga jawab

perubahan terkait tugas dan non

2. Mensosialisasikan fungsinya yang baru kesehatan

penanggungjawab sesuai dengan

program yang baru perubahan yang

dilakukan

4 Pelatihan Melakukan kegiatan 1. Untuk Tenaga disesuaikan Ceramah, Kepala Puskesmas Operasional

bimbingan teknis (Bimtek) meningkatkan kesehatan Tanya Kepala Tata Usaha Puskesmas

pengetahuan staf dan tenaga jawab,

2. Untuk non praktek


meningkatkan kesehatan

kemampuan staf

5 Memasukkan usulan Tenaga kesehatan yang Untuk mengefektifkan Dinas disesuaikan Persuratan, Kepala Tata Usaha -

tambahan tenaga diusulkan sesuai dengan dan mengefisienkan Kesehatan audiensi

kesehatan kebutuhan pelayanan kesehatan

di Puskesmas
5. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai

Setelah dilakukan perubahan, langkah selanjutnya yang perlu

dilakukan adalah mempertahan akan yang telah dirubah. Dalam

mempertahankan setiap perubahan diperlukan seorang mediator yang

dapat selalu membantu, memberi masukan, mengarahkan, dan

memberikan motivasi dalam proses perubahan.

6. Mengakhiri bantuan

Mengakhiri bantuan dalam hal ini mempertahankan dan senantiasa

melakukan supervisi serta evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan.

Hal ini dilakukan untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk

menuju perubahan yang lebih baik.

D. Peran sebagai perawat dalam perubahan tersebut dan strategi yang

digunakan

Skenario:

Saya bekerja di Puskesmas X sebagai penanggung jawab bendahara dan

promosi kesehatan. Setelah dilakukan perubahan berdasarkan kompetensi

yang dimiliki, saya bertanggung jawab sesuai dengan kompetensi yang saya

miliki yaitu bagian perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) dan promosi

kesehatan (promkes).

Peran sebagai perawat:

1. Mendukung perubahan yang telah direncanakan

2. Melaksanakan pelayanan kesehatan maksimal

3. Beradaptasi dengan program kerja baru


Strategi yang digunakan:

1. Mendalami tugas dan fungsi dari tugas baru yang diberikan

2. Melakukan pendekatan persuasif atau personal dengan orang-orang yang

dianggap kurang menyetujui adanya perubahan agar dapat menerima dan

berpartisipasi dalam melakukan perubahan.

3. Melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan lintas program seperti gizi,

kesehatan lingkungan dan program terkait lainnya

4. Melakukan pelayanan asuhan keperawatan dimasyarakat dirangkaikan

dengan kegiatan bidang promosi kesehatan

5. Menciptakan program-program kerja yang inovatif dan kreatif untuk

mendukung program perubahan

E. Faktor pendorong dari puskesmas dan juga hambatan yang mungkin

terjadi terhadap rencana perubahan yang akan dilakukan

1. Faktor pendorong:

a. Capaian kinerja Standar Pelayanan Minimum (SPM)

b. Capaian indikator program kerja kurang

c. Pelayanan kesehatan yang tidak maksimal

d. Tidak semua tenaga memiliki kompetensi

e. Kurangnya perekrutan tenaga non kesehatan

2. Faktor penghambat:

a. Kurang tenaga baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan


b. Ketidaksesuaian antara tugas dengan latar belakang pendidikan profesi

staf

c. Beban kerja yang tidak merata

d. Tidak semua petugas mau menerima perubahan

e. Tidak semua petugas mau terlibat dalam proses perubahan

f. Membutuhkan proses adaptasi


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebuah proses perubahan dilakukan dengan diawali adanya perencanaan

yang matang. Setelah perencanaan dilakukan akan dilanjutkan dengan proses

pengorganisasian dimana semua sumber daya yang ada diorganisir agar dapat

berfungsi secara efektif dan efisien. Pelaksanaan proses perubahan juga tidak

terlepas dari fungsi pengarahan. Dimana seorang manajer harus berperan aktif

dalam mengarahkan, memotivasi dan membantu setiap staf yang terlibat

dalam proses perubahan. Selain pengarahan, untuk mengetahui tingkat

keberhasilan sebuah perubahan yang dilakukan dibutuhkan fungsi controlling

yang didalamnya merupakan proses atau tahap evaluasi, setiap perubahan

yang dilakukan harus dilakukan proses evaluasi sesuai dengan standar yang

telah ditentukan. Evaluasi dilakukan sebagai bahan pembelajaran dan sebagai

indikator sejauh mana sebuah perubahan sudah dilaksanakan.

Salah satu teori perubahan yang dapat diterapkan dalam melakukan

sebuah perubahan adalah teori perubahan Lippits. Terdapat 7 langkah dalam

proses perubahan yaitu menentukan masalah, mengkaji motivasi dan kapasitas

perubahan, mengkaji motivasi agen pembaharu dan sarana yang tersedia,

menyeleksi tujuan perubahan, memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh

agen pembaharu, mempertahankan perubahan yang telah dimulai dan

mengakhiri bantuan.
B. Saran

Perubahan yang dilakukan sebaiknya dilakukan berdasarkan teori yang

ada dan berdasarkan pada fungsi manajemen agar dalam merencanakan

sebuah perubahan lebih terstruktur dan tersistematik dengan baik. Teori

Lippits merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam melakukan

sebuah perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B., & Huston, C. (2012). Leadership Roles and Management Function
in Nursing Theory and Aplication 7th ed. Philadelpia, USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
Muninjaya, A. (2011). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional 4th ed. Jakarta: Salemba Medika.
Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai