Anda di halaman 1dari 58

PERCOBAAN IV

UJT, SCR, DIAC, TRIAC

4.1 Tujuan Percobaan


1. Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, TRIAC.
2. Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, TRIAC.
3. Menentukan intrinsic standoff ratio UJT dan mengamati osilator
relaksas idengan UJT.
4.2 Tinjauan Pustaka

4.2.1 Sejarah Scr, Triac dan Diac

Scr, Triac dan Diac atau Thyristor berasal kata dari bahasa Yunani yang
berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini
yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus
listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT
(programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate
turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang
akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan
sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat
menyimak lebih jelas bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.

Gambar 4.1 kontruksi SCR(b) dan simbol TRIAC(a)

a. Struktur Thysistor

Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari
bahan semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS.
Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai
penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Gambar 4.2 UJT

Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang


ditunjukkan pada gambar-1a. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua
buah struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah seperti pada
gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang
tersambung pada masing-masing kolektor dan base.

Gambar 4.3 Struktur thyristor

Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini
dapat diperlihatkan seperti pada gambar-2 yang berikut ini.
Gambar 4.4 visualisasi dengan transistor

Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2


dan sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus
di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa I = β I , yaitu arus kolektor adalah
c b
penguatan dari arus base.

Jika misalnya ada arus sebesar I yang mengalir pada base transistor
b
Q2, maka akan ada arus I yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
c
merupakan arus base I pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan
b
pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak lain adalah
arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang.
Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.

Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah
struktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian,
disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari
anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Gambar 4.5 Thyristor diberi tegangan

Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi
suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 3. Apa
yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikan dari nol. Ya betul, tentu saja
lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada ditengah akan
mendapatkan reverse-bias (teori dioda).

Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus
yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai
pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP
ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu
arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya.
Pada thyristor tegangan ini disebut tegangan breakover V .
bo

b. SCR (Silicon Controlled Rectifier)

SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah piranti 3 (tiga) terminal yang


digunakan untuk mengatur arus yang melalui suatu beban. Untuk mengatur arus
yang cukup besar yang melalui Anoda-Katoda, hanya diperlukan arus yang kecil
dari Gate. Selama arus Anoda-Katoda tetap mengalir, arus Gate dapat
dihilangkan setelah satu kali melakukan penyulutan.

Gambar 4.6 SCR dan Identifikasi Terminal

Bila SCR digunakan pada arus AC, maka hanya akan mengalir arus ke
satu arah saja, seperti halnya pada dioda. Pada pengaturan daya AC dengan
SCR dikenal istilah sudut tunda penyulutan (firing delay angle) yaitu periode yang
hilang sebelum SCR tersulut. Rangkaian penyulut pada Gate dapat berupa R
mapun RC. Dengan rangkaian RC akan dapat diatur firing delay angle dalam
jangkah yang lebar.

SCR mempunyai elektroda kendali (Gerbang) terpisah dan seperti juga


torostor lainnya, SCR mempunyai perilaku seperti tabung tiratron. Namun tidak
tidak seperti triac, SCR hanya dapat terkonduksi dalam satu alat saja. Anodanya
harus dapat dibuat positif dan katodanya dibuat negatif. SCR banyak digunakan
dalam rangkaian penyearah terkendali, pengubah dan rangkaian kendali serta
penyaklaran.

SCR dapat digunakan tersendiri, digabung dengan SCR lainya atau


digabung dengan diac, triac, transistor konvensional, transistor unijunction atau
lampu-lampu neon. Daerah kerja SCR meliputi jangkah yang lebar, dari 1,7 A
sampai 35 A dan 100 V sampai 700 V. SCR adalah komponen spasi 4 lapis
(pnpn) rangkaiannya seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.7 SCR. (a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d)
Lambang rangkaian

Elektroda-elektroda yang dimiliki SCR terdiri dari anoda, katoda dan


elektroda gerbang atau kendali. SCR biasanya bekerja dengan anoda positif.
Apabila anoda diberi tegangan muka negatif terhadap katoda maka, arus yang
mengalir dengan tajam akibat jebol bandangan. Bandangan ini merupakan
kondisi on SCR. Apabila tegangan gerbang = 0, maka SCR akan menutup arus
dari dua arah dan berada pada keadaan off.
Seperti pada tabung tiratron, sekali keadaan konduksi tercapai maka
elektroda gerbangnya tidak dapat mengendalikan arus anoda sampai tegangan
anoda katodanya diputuskan. Karena SCR bukan komponen dua arah maka
secara otomatis akan off dan kendali gerbangnya aktif kembali jika tegangan AC
yang diberikan ke anoda berada pada siklus sebaliknya.

Keluaran sebuah SCR dapat diubah ubah secara halus dengan


mengubah fasa picu gerbang. Makin awal sinyal pemicu tiba pada setengah
siklus positf tegangan anoda maka maka makin lama siklus anoda yang
mengalir, maka makin besar pula harga dari arus tersebut. Dengan
menggunakan sebuah SCR, suatu arus anoda yang besar dapat disaklarkan
dengan menggunakan arus gerbang yang kecil.Untuk mengerti tentang cara
kerja dari SCR kita bisa terangkan ini dengan sebuah rangkaian elektronik
persegi sebagai berikut:

Gambar 4.8 Cara kerja dari SCR dengan sebuah rangkaian elektronik persegi

Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus (+) dan


minus (-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G) ,kedua transisitor
dalam keadaaan cutoff.

Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat pendek) ke gate


menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini menciptakan aliran
arus yang pokok untuk transisitor Q1.

Arus ini terhubung dan menyebabkan aliran yang rata ke base Q2.
Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan terhubung, yang mana menjaga
transistor Q1 dalam keadaan terhubung walaupun pulsa dalam gate dalam
keadaan berhenti.

Karakteristik SCR terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.9 Karakteristik SCR

Dalam tegangan belakang SCR seperti diode. Ini tidak akan terhubung
sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk break-over
tegangan yang tinggi) dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar
dari 400 V.

Sebuah SCR dapat mempunyai tegangan dadal-jenuh (breakover) yang


berkisar dari 50V sampai lebih dari 2500V tergantung pada nomor tipenya. SCR
biasanya dirancang untuk operasi penutupan picu dan pembukaan arus rendah.
Cara kerjanya adalah SCR tersebut akan terbuka terus sampai gerbangnya
menerima masukan picu. Setelah itu SCR akan menutup dan bertahan dalam
keadaan ini walaupun sinyal picu telah berlalu. Satu-satunya cara untuk
membuka kembali SCR itu adalah cara pemutusan arus rendah.

SCR biasanya dipandang sebagai suatu piranti yang menghalangi


tegangan kecuali jika disambung dengan suatu picu. Karena itu, dalam lembar
data yang bersangkutan , tegangan dadal-jenuh sering kali disebut tegangan
penghalang maju. Misalnya saja SCR 2N4444 mempunyai tegangan
penghalang-maju sebesar 600V. Ini berarti bahwa selama tegangan catu lebih
kecil dari 600V, SCR tidak akan beralih keadaan. Penutupan saklar ini hanya
dapat dilakukan dengan picu gerbang. Karena gerbang SCR dihubungkan
dengan basis transistor internal, maka diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu
sebuah SCR. Lembar data menyebutnya dengan arus pemicu gerbang (Gate

Trigger Current)
IGT . Sebagai contoh, lembar data 2N4441 memberikan
tegangan dan arus pemicu:

V GT = 0,75 V..............................................................(4.1)

IGT 10mA................................................................(4.2)
=

Ini berarti bahwa sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus


mencatu 10mA pada tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.

SCR merupakan piranti industri yang dapat menangani arus-arus besar


berukuran dari 1A sampai lebih dari 2500A tergantung dari tipenya. Karena
sifatnya sebagai piranti arus tinggi, SCR mempunyai arus picu dan arus penahan
yang relatif besar. Misalnya saja piranti 2N4444 dapat menghantar arus sebesar
8A secara terus menerus. Arus picunya adalah 10mA, dan begitu pula arus
penahannya. Ini berarti bahwa untuk mengendalikan arus anode sebesar 8A
diperlukan masukan arus minimum pada gerbang SCR sebesar 10mA. Sebagai
contoh yang lain, piranti C701 merupakan SCR yang dapat menghantar arus
sampai sebesar 1250A dengan arus picu 150mA dan arus penahannya sebesar
500mA.

Dengan adanya kapasitans dalam SCR maka piranti ini dapat dipicu
oleh tegangan catu yang berubah secara cepat. Jadi dengan kata lain, jika laju
kenaikan dari tegangan catu cukup tinggi, maka arus pengisian kapasitif dapat
memulai proses regenerasi. Untuk menghindari sinyal pemicuan yang salah pada
SCR, laju perubahan tegangan pada anode tidak boleh melenihi laju kritis
kenaikan tegangan yang tercantum pada lembar data.
Sebagai contoh misalnya kita tinjau piranti 2N4444 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 50V/µs. Untuk menghindari terjadinya
proses dadal-jenuh yang tidak diinginkan, tegangan anode tidak boleh naik lebih
cepat dari 50V/µs. Contoh yang lainnya adalah piranti C701 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 200V/µs.

Gejala transien-penyaklaran yang terjadi pada penyalur catu tegangan


adalah penyebab utama dari pelanggaran laju kritis kenaikan-tegangan. Salah
satu cara untuk mengurangi pengaruh transien tersebut adalah menggunakan
pembatas atau penekan RC seperti terlihat pada Gambar 4.10(a). Bila gejala
transien berkecepatan tinggi terjadi pada tegangan catu, maka laju kenaikannya
pada anode akan dikurangi oleh rangkaian RC tersebut. Laju kenaikan dalam
tegangan anode tidak hanya bergantung pada harga R dan C, tetapi juga
bergantung pada besarnya hambatan beban.

Piranti SCR yang lebih besar masih dikenakan batas lain berupa laju
kritis kenaikan arus. Misalnya piranti C701 diketahui mempunyai laju kritis
kenaikan arus sebesar 150A/µs. Jika arus anode bertambah lebih cepat dari laju
ini, SCR yang bersangkutan dapat menjadi rusak akibat bintik-bintik panas (hot
spots) yang terjadi didalamnya. Penggunaan sebuah inductor secara seri seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.10(b) akan mengurangi laju kenaikan arus, dan
membantu pembatas RC dalam menekan laju kenaikan tegangan.

Gambar 4.10 (a) Penekan RC (RC snubber)


(b) Penekanan laju kenaikan arus dengan induktor

Suatu SCR memiliki tegangan gerbang


V G . Saat tegangan ini lenih dari
V GT , SCR akan hidup dan tegangan keluaran akan jatuh dari +V CC ke suatu
nilai yang rendah. Kadang-kadang, hambatan gerbang digunakan disini.
Hambatan ini membatasi arus gerbang ke suatu nilai yang aman. Tegangan
masukan yang dibutuhkan untuk memicu sebuah SCR harus lebih dari:

V IN =V GT +I GT R GT
.............................................................(4.3)

Dalam persamaan ini,


V GT dan IGT adalah tegangan dan arus pemicu
gerbang untuk piranti. Keuntungan utama dari SCR adalah penekanan tombol
yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol yang regeneratif. Ini
mengurangi penurunan tegangan di dan mengijinkan produksi komponen SCR,
yang bisa menahan arus yang sangat besar (100 ampere).

Keburukan dari SCR adalah pematian. Pematian dari SCR hanya ada
satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus yang
utama.

Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama.
Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan sederhana
yaitu menghentikan arus di base. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol
lebih lama dan selama penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi
dibangun dalam ini,dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan
tombol untuk arus yang besar.

Jenis SCR

Adapun jenis-jenis dari SCR antara lain sebagai berikut:

1. LASCR (light activated SCR) adalah jenis SCR yang apabila terkena sinar
matahari (cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan elektron-elektron
valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari orbit-orbitnya dan akan
menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini mengalir keluar
dari kolektor akan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan
berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup.

2. SCS (silicon controlled switch)adalah jenis SCR yang identik dengan saklar
penahan SCS menyediakan saluran kepada kedua basisnya satu picu
prategangan maju yang diberikan kepada salah satu basis tersebut akan
menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila diberi prategangan balik maka
akan membuka piranti saklar.

3. GCS (gate-controlled switch) adalah saklar yang dirancang untuk dibuka


dengan cara mudah yaitu dengan picu prategangan balik. Untuk GCS
penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan dengan
picu negatif ( atau dengan pemutusan arus rendah )

Karakteristik SCR (Silicon Controlled Rectifier)

1. Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR
berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis
dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih
efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar
elektronik.
2. SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan
tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt
tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan
menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada
tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus
dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
3. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan
mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah
thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.

c. DIAC
Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga
thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.
DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada
transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.

Gambar 4.11 Struktur dan simbol DIAC

Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk
tujuan ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat
menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari
anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti
TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-
nya. DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan
input tertentu yang relatif tinggi.

Hubungan hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga


dengan demikian diac hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini
dapat bekerja pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah,
seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
Diac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,
penyaklaran, dan pemicu. Diac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
triac, transistor atau SCR.

Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada Gambar 4.5(a). Dilihat secara ideal
ini sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar 4.5(b). Diac tidak akan
menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover
dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar 4.5(d).

Gambar 4.12 Diac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen.
(c) Saklar penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.

Gambar 4.13 Karakteristik diac


Sebagai contoh apabila tegangan v mempunyai polaritas, maka dioda
yang berada di sebelah kiri akan menghantar bila harga v mulai melampaui
tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar penahan kiri tertutup. saat v
memiliki polaritas yang berlawanan, maka saklar-penahan kanan yang akan
menutup bila v mulai melampaui tegangan breakover.

Saat penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satu-


satunya cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus
rendah. Ini berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-penahan dari
piranti yang bersangkutan.

Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada


pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua
pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris. Jadi
tidak ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena lapisan p
dan n dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac tidak akan
konduksi dalam arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku seperti diioda
bandangan yang diberi pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi tanpa memandang
arah tegangan yang diberikan.

Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor


yang sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan “off”dari diac.
Pada titik ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir arus yang
besar. Ini merupakan keadaan “on” diac. Sekali diac dijadikan on dengan
menggunakan tegangan postif atau negatif, komponen ini akan terus
menghantarkan arus sampai tegangannya dihilangkan atau dikurangi menjadi
nol.

Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk
tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan
breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan
tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada
kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit
diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke
triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat
digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.

Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai


penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi
baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai V BO
kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.
Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan
dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan
tersebut diturunkan ke nol.

d. TRIAC

Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON


hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda.
Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya
bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada
gambar di bawah ini TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional.

Gambar 4.14 Simbol TRIAC

TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga


dapat melewatkan arus dua arah. SCR, TRIAC juga merupakan piranti tiga
terminal yang digunakan untuk pengaturan daya. Berbeda dengan SCR, TRIAC
dapat mengalirkan arus dalam dua arah. Rangkaian penyulut untuk TRIAC dapat
pula berupa R maupun RC. Untuk mendapatkan pengaturan yang simetris, maka
digunakan DIAC.
Gambar 4.15 triac dan Diac

Triac adalah komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang dapat


menyakelarkan AC atau DC. Tidak seperti diac, triac mempunyai elektroda
kendali (gerbang) yang terpisah yang akan memberikan level tegangan yang
yang memulai triac untuk konduksi. Seperti Thyristor lainnya, triac mempunyai
perilaku seperti tabung tiratron
Penggunaan Triac tidak seluas SCR karena arus yang dapat ditangani
jauh lebih kecil. Disamping itum SCR tersedia secara luas dalam jumlah yang
jauh lebih besar daripada Triac. Karena susunan internalnya, Triac memiliki
tegangan dan arus pemicu gerbang yang lebih tinggi dibandingkan dengan SCR.

Triac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,


penyaklaran, dan pemicu. Triac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
diac, transistor atau SCR. Daerah kerja triac meliputi jangkah yang lebar,
biasanya berada pada 100V sampai 600V dan 0,5 A sampai 40 A.

Gambar 4.16 Triac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen. (c)
Lambang rangkaian.

Karena lapisan p dan n dalam triac di susun secara seri, maka


komponen ini, seperti halnya dengan diac, tidak dapat melewatkan arus dari
terminal 1 ke terminal 2 dalam arah maju tetapi berperilaku sebagai dioda yang
diberi prategangan terbalik.
Pada saat tegangan di berikan pada komponen ini, misalnya dari
sumber tegangan pada jala jala, arus bocor yang mengalir sangat kecil. Ini di
katakan sebagai kondisi off triac. Apabila tegangan ini dinaikkan, maka akan di
capai nilai kritis (+VBO jika arahnya positif atau -V BO triac arahnya negatif). Pada
hal ini akan terjadi jebol bandangan dan arus besar akan mengalir yang di
tentukan oleh amplitudo arus negatif atau positif yang diberikan ke elektroda
gerbang. Makin tinggi elektroda ini, maka makin besar pula tegangan breakover-
nya

Untuk kerja triac pada keadaan positif atau negatif, seperti halnya pada
tabung trinatron, sekali kondisi DC terbentuk pada triac, elektroda gerbangnya
tidak lagi memegang kendali lagi sampai tegangan dari terminal 1 ke terminal 2
diputuskan atau dikurangi sampai dengan nol.

Tidak seperti halnya diac, triac mempunyai terminal tertentu sehingga


tidak dapat dipertukarkan. Beberapa triac akan bekerja lebih dari biasanya jika di
berikan penyerap panas. Contohnya adalah triac yang diberikan untuk
mengendalikan motor. Misalnya pada kendali tertentu, motor terbesar yang di
kendalikannya adalah ¼ tenaga kuda. Apabila triac tersebut dilengkapi dengan
penyerap panas, maka motor dengan daya ½ daya kuda dapat di kendalikannya
dengan aman.

Gambar dibawah menunjukkan rangkaian RC yang memvariasikan sudut


fase tegangan gerbang Triac. Rangkaian dapat mengatur arus melalui sebuah
beban yang besar. Gambar dibawah menunjukkan tegangan catu dan tegangan
gerbang yang tertinggal. Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk mencatu
arus pemicu, Triac akan menghantar. Sekali menghantar, Triac akan terus
menghantar sampai tegangan catu kembali ke 0.

Meskipun Triac dapat menangani arus tinggi, Triac tidaklah sekelas


dengan SCR, yang memiliki rating arus jauh lebih tinggi. Meski demikian, ketika
konduksi pada kedua sisi putaran menjadi penting, Triac merupakan piranti yang
berguna khususnya dalam aplikasi industri.
Gambar 4.17 Pengendali Fase Triac

Karakteristik Triac

TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak


digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi
directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel
berkebalikan dengan terminal gate bersama.

Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan


polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif
dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik
pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan
pensaklaran.

TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus
yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun
arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC
adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

Perbedaan antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga pada Rangkaiannya
yaitu pada rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda hal ini disebabkan karena
TRIAC dapat bekerja atau dipicu dengan tegangan positif dan negatif.

Setelah rangkaian selesai di rangkai, kemudian sumber tegangan di


berikan pada rangkaian tersebut dimana kondisi TRIAC pada saat itu belum aktif,
hal ini disebabkan TRIAC belum terpicu.

Apabila sumber tegangan sudah diberikan, maka untuk mengaktifkan


TRIAC dilakukan pemicuan dengan mengatur Resistor Variabel (VR) sampai
lampu menyala atau arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH).

Untuk pemicuan TRIAC dengan tegangan positif, polaritas anoda harus


lebih positif dibandingkan katodanya sedangkan untuk pemicuan dengan
tegangan negative maka polaritas katodanya harus lebih positif dibandingkan
anodanya.

Apabila TRIAC sudah aktif maka kita dapat mengetahui besarnya arus
Gate (IG), arus penahan (IH) dengan melihat pada Ampermeter dan juga dapat
mengetahui besarnya tegangan Gate (VGT), tegangan Anoda Katoda (VAK)
pada Voltmeter

Selain mengetahui besarnya arus dan tegangan melalui Ampermeter dan


Voltmeter, untuk mengetahui karakteristik dari arus yang mengalir pada TRIAC
dengan osiloskop.

4.3 Daftar Komponen dan Alat

1. Modul Dasar Elektronika


2. Osiloskop
3. Multimeter
4. Steker T
5. Data Sheet SCR, TRIAC, DIAC
6. Disket / flashdisk
7. Milimeterblok
8. Penggaris / mistar
9. Pulpen / pensil

4.4 Cara Kerja

PERHATIAN :

1. Percobaan A dan B menggunakan tegangan tinggi langsung dari jala-


jala. Praktikan harus benar-benar memperhatikan keselamatan dirinya
dan rekan kerjanya.
2. Gunakan probe 1:10 untuk melakukan pengamatan dengan osiloskop.
Hubungkan osiloskop dengan jala-jala tanpa mengunakan ground
dengan cara meggunakan steker T. Dengan demikian bagian logam
dari osiloskop tidak boleh disentuh selama daya untuk modul
dihidupkan karena terdapat tegangan tinggi. Pengaturan osiloskop
dilakukan sebelum melakukan pengamatan.
3. Sebelum melakukan pengamatan, konsultasikan dulu hal-hal yang
belum jelas kepada asisten praktikan.

A. Silicon Controlled Rectifier (SCR)


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.18 saklar daya dalam
keadaan OFF (lampu indicator mati). Hubungkan rangkaian kejala-jala
listrik.
Gambar 4.18 Percobaandengan SCR

2. Atur osiloskop pada 10 Volt/Div, 5 mS/Div, kopling DC dan Trigger


padaposisi Internal. Gunakan hanya salah satu kanal saja. Amati
bentuk gelombang pada beban. Kemudian amati pula Anoda-Katoda
SCR. Perhatikan :Gunakan Probe 1:10. Selama memindah-mindahkan
probe dari suatu titik pengamatan ketitik pengamatan yang lain, matikan
saklar daya pada modul.
3. Atur lagi osiloskop pada 0.5 Volt/Div (pengaturan lainnya tetap). Amati
bentuk gelombang pada kapasitor dan Gate-Katode SCR.
4. Pengamatan langkah 2 dan 3 dilakukan untuk dua macam firing delay
angle yang berbeda dengan mengubah potensio 500K. Ukur besarnya
hambatan potensio untuk tiap pengamatan.
Tabel 4.1 percobaan SCR
Polaritas FREKUENSI

LampuMati LampuRedup LampuTerang

Anoda

Katoda

5. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.4 lakukan pengamatan seperti


sebelumnya

Gambar4.19 percobaan SCR Gelombang Full Wave

Tabel 4.2 percobaan SCR Full wave


Polaritas FREKUENSI

LampuMati LampuRedup LampuTerang

Anoda

Katoda
B. TRIAC dan DIAC

Gambar 4.20 Percobaandengan TRIAC

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.20 lakukan pengamatan


bentuk gelombang pada beban (10 V/Div), A1 – A2 (10 V/Div), kapasitor
(2 V/Div) dan pada G – A1 (0.05 V/Div). Pengamatan dilakukan untuk
dua sudut yang berbeda. Apakah simetris sudut sulut belahan positif
dan belahan negative ?
Tabel 4.3 percobaan TRIAC
Polaritas FREKUENSI

Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang

Anoda 1 (220V)

Anoda 2

Katoda
2. Ulangi percobaan diatas dengan menggantikan resistor 1K dengan
DIAC (gambar 4.6). Bagaimanakah perbedaan dengan sebelumnya ?

Gambar 4.21 Percobaan TRIAC dan DIAC

Tabel 4.4 percobaan DIAC dan TRIAC


Polaritas FREKUENSI

Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang

Anoda 1 (220V)

TRIAC Anoda 2

Katoda

Anoda 1 (220V)

DIAC Anoda 2
4.5 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.5 Rangkaian SCR

FREKUENSI

Polaritas Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang

Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk

Anoda 49,90 Hz 290 V 50,00 Hz 282 V 50,05 Hz 152 V

Katoda 49,50 Hz 424 mV 49,70 Hz 1,48 V 49,95 Hz 7,76 V

Tabel 4.6 Rangkaian TRIAC

FREKUENSI

Polaritas Lampu Redup Lampu Terang Lampu Mati

Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk

Anoda 49,80 Hz 288 V 49,85 Hz 286 V 49,88 Hz 95,2 V

Katoda 49,88 Hz 472 V 49,70 Hz 1,50 V 49,73 Hz 1,62 V


Tabel 4.7 Rangkaian DIAC dan TRIAC

FREKUENSI

Polaritas Lampu Redup Lampu Terang Lampu Mati

Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk Frekuensi Pk-Pk

TRIAC Anoda 49,87 Hz 290 V 49,86 Hz 284 V 49,83 Hz 178 V

Katoda 10 Hz 100 mV 49,77 Hz 2,16 V 49,78 Hz 6,48 V

DIAC Anoda 1 dan 2 49,90 Hz 24,8 V 49,86 Hz 66,0 V 49,90 Hz 66,4 V


4.6 Analisa Pembahasan Hasil Percobaan

Pada percobaan ini terdapat beberapa bentuk gelombang dan beberapa


besar frekuensi. Masing-masing pecobaan diuji dalam beberapa keadaan yaitu
pada saat Lampu Mati, Redup, Terang, berlaku hal yang sama untuk semua
percobaan yaitu untuk percobaan SCR, TRIAC, dan DIAC TRIAC.

Dari data hasil percobaan terlihat bahwa untuk semua percobaan nilai
frekuensi dan peak to peak pada anoda relatif sama saat nyala lampu terang,
redup maupun mati. Begitu juga pada katoda relatif sama untuk semua
percobaan.

4.6.1 Analisa Data Percobaan SCR

Rangkaian yang digunakan adalah seperti gambar berikut

Gambar 4.7 Gambar rangkaian percobaan SCR

Dari tabel hasil percobaan maka dapat dilihat perbedaan bentuk


gelombang, frekuensi, dan peak to peak pada saat lampu terang, redup dan mati
sebagai berikut:
a. Anoda / Gate

1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.8 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.10 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.30 Hz dan peak to peak adalah 620 mV. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.

2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.9 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.11, frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00Hz dan peak to peak adalah 268V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.

3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.10 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.12 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 152 v. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
sama.
b.Katoda / Gate

1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar 4.11 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.13 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.30 Hz dan peak to peak adalah 620 mV. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.

2. Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.12 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.14 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.25Hz dan peak to peak adalah 1.72 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.

3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.13 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.15 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.05 Hz dan peak to peak adalah 7.68 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
sama
4.6.2 Analisa Data Percobaan TRIAC

Rangkaian yang digunakan adalah seperti gambar berikut

Gambar 4.14 Gambar rangkaian percobaan TRIAC

Dari tabel hasil percobaan maka dapat dilihat adanya perbedaan


frekuensi dan perbedaan bentuk gelombang. perbedaan bentuk gelombang pada
saat lampu terang, redup dan mati sebagai berikut.

a. Anoda

1.Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.15 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.17 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak 288 V. Melalui frekuensi serta peak to peak
yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah mati.

2.Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.16 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.18 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 250 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
3.Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.17 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.19 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.10 Hz dan peak to peak adalah 91.2 V. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.

b.Katoda

1.Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.18 Gambar gelombang pada saat lampu mati


Dapat dilihat pada gambar 4.20 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
50.10 Hz dan peak to peak adalah 744 mV. Melalui frekuensi serta peak to peak
yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah mati.

2.Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.19 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.21 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 1.54 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.

1.Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.20 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.22 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.05Hz dan peak to peak adalah 1.62 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.
4.6.4 Analisa Data Percobaan DIAC dan TRIAC

Rangkaian yang digunakan adalah seperti gambar berikut

Gambar 4.21 Gambar rangkaian percobaan TRIAC DIAC

Dari tabel hasil percobaan maka dapat dilihatadanya perbedaan frekuensi


dan perbedaan bentuk gelombang. perbedaan bentuk gelombang pada saat
lampu terang, redup dan mati sebagai berikut:

a.Anoda

1.Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.22 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.24 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 288 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.

2.Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.23 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.25 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.04 Hz dan peak to peak adalah 286 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.

3.Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.24 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.26 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.04Hz dan peak to peak adalah 176 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang

b.Katoda

1.Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.25 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.27 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah <10 Hz dan peak to peak adalah 100 mV. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.

2.Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.26 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.28 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 6.16 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
3. Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.27 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.29 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 4.24 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.

c. Anoda 1 & 2

1. Pada Saat Lampu Mati

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.28 Gambar gelombang pada saat lampu mati

Dapat dilihat pada gambar 4.30 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00Hz dan peak to peak adalah 27.8 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati

2.Pada Saat Lampu Redup

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut

Gambar 4.29 Gambar gelombang pada saat lampu redup

Dapat dilihat pada gambar 4.31 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.10Hz dan peak to peak adalah 66 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.

3.Pada Saat Lampu Terang

Gambar gelombangnya adalah sebagai berikut


Gambar 4.30 Gambar gelombang pada saat lampu terang

Dapat dilihat pada gambar 4.32 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.0 0 Hz dan peak to peak adalah 66 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang

4.7 Pertanyaan dan Tugas

Pertanyaan :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC!


2. Jelaskan perbedaan - perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC!
3. Berikan penjelasan tentang fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC, dan
DIAC!
4. Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR.
5. Apakah keuntungan-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada
pengaturan daya ?
6. Buatlah contoh aplikasi – aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC, dan
DIAC!
7. Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan terjadi jika
hambatan pada masing – masing rangkaian diatas dikurangi, jelaskan
dengan analisa matematis!
8. Mengapa pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat
potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, jelaskan dengan
analisa matematis!
9. Bagaimanakah hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate
dan besarnya sudut tunda penyalaan ?
10. Berikan kesimpulan anda pada masing – masing percobaan diatas !

Jawaban :

1. Yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC

a. SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah komponen dengan tiga


pemicu yaitu : Anoda(A), Katoda(K) dan Gate(G). diode yang mempunyai
fungsi sebagai pengendali arus yang melalui suatu beban. SCR atau
Tyristor masih termasuk keluarga semikonduktor dengan karateristik yang
serupa dengan tabung thiratron. Bagian-bagiannya diterangkan sebagai
berikut :

SCR dirancang untuk menyebabkan aliran yang rata dari anoda ke


katoda. SCR dibangun dari empat lapisan P dan N yang saling
berhubungan sebagai berikut (pada halaman berikutnya):
b. TRIAC adalah tyristor dengan tiga pemicu ,yang mengatur arus ke dua
arah. Ini sejenis dengan dua komponen SCR dihubungkan secara pararel
dan dalam hubungan dengan inverter. Setara dengan dua SCR yang
dihubungkan parallel. Dan dijelaskan sebagai berikut:

TRIAC merupakan piranti tiga terminal yang digunakan untuk pengaturan


daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang
dapat menyakelarkan AC atau DC dibangun dari 5 lapisan NPNPN

c. DIAC adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. DIAC bukanlah
termasuk keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia
digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip
seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga
elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini.
Sedangkan pada DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga elektron
cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat
juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam
beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari
struktur dan symbol DIAC sebagai berikut :
2. a. Pada SCR

Struktur : Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan
gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda. Adapun gambar dari struktur SCR sebagai
berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan


kurva I-V SCR berikut ini :
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan
forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi
adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi
lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya
terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini
sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada
ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR
tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju
katoda harus berada di atas parameter ini.
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah
dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR
adalah thyristor yang uni directional, karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
Cara Kerja : Pada prinsipnya SCR dapat menghantarkan arus bila
diberikan arus gerbang (arus kemudi). Arus gerbang ini hanya diberikan
sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan terus menghantar walaupun
arus gerbang sudah tidak ada. SCR tidak akan menghantar atau on,
meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya
SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal
gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan
SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari
arus yang penahan (IH).

b. Pada TRIAC

Struktur : TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang


banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bidirectional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang
dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama.
Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai berikut.
Karateristik : Adapun karateristik dari TRIAC yaitu dapat dijelaskan
dengan gambar berikut ini:

Terdapat parameter-parameter seperti  Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -


IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris
antara yang plus dan yang minus. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas
pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi
polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah
TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT)
lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-
satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan
mengurangi arus IT di bawah arus IH.

Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-
balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Berbeda dengan SCR
yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi
TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta
dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.
TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.

c. Pada DIAC

Struktur : DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor.


Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan
mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada
DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk
menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang
sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur
DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari struktur DIAC
sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan


gambar berikut ini (pada lembar berikutnya):
Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu diketahui
adalah berapa tegangan breakdown-nya. Hanya dengan tegangan
breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang
dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan
sebaliknya. Karena DIAC sendiri termasuk sukar dilewati oleh arus dua
arah.

Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua
belah pihak, tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga tertentu, ia
akan menghantar secara penuh.

3. Fungsi dan karateristik dari SCR yaitu sebuah SCR terdiri dari tiga
terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda
rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak
digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan
komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada
tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai
220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak
akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai
pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus
dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah
dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR
adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
Fungsi dan karateristik dari TRIAC yaitu TRIAC tersusun dari lima
buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran
elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bidirectional. TRIAC
merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan
dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan SCR yang hanya
melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat
dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat
dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.
TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja
selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di
bawah arus IH.
Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan
gambar berikut ini:

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB, diac break-
over dan berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama pada
kedua arah. Menambahkan diac pada gerbang triac meningkatkan
substansi tegangan penghidupan dari triac dan dengan demikian
didapatkan tenaga yang lebih dalam pengontrolan dalam tegangan tinggi.

4. Penggunaan OSILATOR SCR


Osilator ralaksasi utamanya digunakan sebagai pembangkit
gelombang sinusosidal. Gelombang gigi gergaji, gelombang kotak dan
variasi bentuk gelombang tak beraturan termasuk dalam kelas ini. Pada
dasarnya pada osilator ini tergantung pada proses pengosongan-
pengisian jaringan kapasitor-resistor. Perubahan tegangan pada jaringan
digunakan untuk mengubah-ubah konduksi piranti elektronik. Untuk
pengontrol, pada osilator dapat digunakan transistor, UJT (uni junction
transistors) atau IC (integrated circuit).

5. Keuntungan penggunaan SCR pada pengaturan daya adalah SCR


dapat mengontrol tegangan tinggi sehingga SCR dapat melewatkan
tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari
SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan
tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut
dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi
pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan
tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang
penahan (IH).
Keuntungan penggunaan TRIAC pada pengaturan daya adalah
TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta
dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate
sehingga TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan
pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih
positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif,
begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap
bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di
bawah arus IH.

6. Aplikasi SCR :

- Sebagai rangkaian saklar (switch control)

- Sebagai rangkaian pengendali (remote control)

- SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan


tinggi

Aplikasi TRIAC :
- Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control)

Aplikasi DIAC :

- sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang


relatif tinggi.

- aplikasi dimmer lampu.

7. Jika nilai hambatan R dikurangi maka nilai tegangan untuk meng-ON-kan


Thyristor juga akan semkin kecil, contohnya pada percobaan TRIAC
dengan DIAC jika R yang digunakan 10KΩ, IGT dari TRIAC pada rangkaian
10 mA, VGT = 0.75 volt dan digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo =
20 V sesuai dengan persamaan berikut :

V =I GT (R )+V BO +V GT

V = (10 x 10-3).(10 x 103)+20V+0.75V

= 120.75 V

Jika pada rangkaian yang sama R yang digunakan diperkecil menjadi 5


KΩ, maka :

V = (5x 10-3).(10 x 103)+20V+0.75V

=70.75 V

Jadi, jika nilai hambatan diperkecil maka tegangan untuk meng-ON-kan


TRIAC juga akan semakin kecil.

8. Pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio
diputar bisa lebih terang dan lebih redup, Hal tersebut tejadi karena pada

rangkaian triac dengan diac berlaku persamaan :


V =I GT (R )+V BO +V GT

, misalkan diketahui DIAC yang digunakan memiliki


V BO = 20 V, R = 2.2
KΩ, IGT dari TRIAC pada rangkaian 15 mA, VGT = 0.75 volt maka TRIAC
akan On pada tegangan

V = 33+20+0.75 = 53.75 V,

Sehingga jika rangkaian dialiri tegangan yang lebih besar dari 53.75 V
maka TRIAC akan On dan besar arus yang mengalir :

V 220
I=
R = 2200 = 0.1 A

Sehingga Nyala Lampu menjadi lebih Terang, sedangkan jika R


digunakan maka TRIAC akan On pada tegangan :

V =I GT (R )+V GT

V = 33 + 0.75 =33.75 V

Sehingga Nyala Lampu tidak terlalu terang.

9. Hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya


sudut tunda penyalaan :
a) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran pada SCR memiliki persentase kesalahan relatif
yang cukup besar pada Katoda/Gate (Tegangan Katoda/Gate
tegangannya mendekati 0 dikarenakan pada saat itu SCR dikatakan
dalam keadaan OFF, di mana sebelumnya SCR telah ON dengan besar
tegangan di Anoda/Katoda dan Anoda/Gate) dan Resistor. Hal ini
dikarenakan

b) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dengan diode dapat


disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR dengan diode memiliki
persentase kesalahan relatif yang lebih besar dibandingkan dengan SCR
tanpa diode, yaitu pada Katoda/Gate dan Resistor.
c) Pada percobaan TRIAC dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada
TRIAC memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih besar
dibandingkan dengan SCR dan SCR dengan diode, yaitu pada
Katoda/Gate, Anode/Gate dan Resistor.

d) Pada percobaan TRIAC dan DIAC dapat disimpulkan bahwa hasil


pengukuran memiliki persentase kesalahan relatif kecil dibandingkan
dengan SCR, SCR dengan diode, dan TRIAC.

10. SCR merupakan singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah
diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali arus yang melalui
suatu beban. TRIAC merupakan piranti tiga terminal yang digunakan
untuk pengaturan daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari
keluarga thyristor yang dapat menyakelarkan AC atau DC. DIAC memiliki
dua terminal (elektroda). Komponen ini dapat bekerja pada tegangan AC
maupun DC dan dapat konduksi dari dua arah, seperti thyristor lainnya
DIAC mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
4.8 Kesimpulan

Pengertian dari SCR, TRIAC, dan DIAC, yaitu sebagai berikut :

- SCR merupakan singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR


adalah diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali arus yang
melalui suatu beban.
- TRIAC merupakan piranti tiga terminal yang digunakan untuk
pengaturan daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari
keluarga thyristor yang dapat menyakelarkan AC atau DC.
- DIAC memiliki dua terminal (elektroda). komponen ini dapat bekerja
pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah,
seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
- Pada rangkaian DIAC TRIAC frekuensi yang ditampilkan oleh
osiloskop berupa tanda (?). Hal ini dikarenakan periode gelombang
tidak diketahui, sehingga sesuai dengan persamaan untuk
menentukan frekuensi yaitu F = 1/T dengan T adalah periode maka
frekuensi gelombang tidak dapat ditampilkan pada osiloskop atau
ditampilkan dengan berupa tanda (?). Namun frekuensi gelombang
dapat ditentukan secara manual dengan menggunakan persamaan
F = Time/DIV x jumlah DIV.
- Pada SCR nyala lampu terang dan redup hampir sama karena kita
tidak mengukur intesitas cahaya dengan lux meter jadi kita tidak
dapat memastikan apakah lampu tersebut redup atau terang

4.9 Daftar Referensi Buku


Malvino, A. 1994. Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor. Jakarta :
Erlangga.

Malvino, A. 2003. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta : Salemba Teknika

Millman, Christos. 1994. Elektronika Terpadu. Jakarta : Erlangga.

Widodo, TS. 2002. Elektronika Dasar. Jakarta : Salemba Teknika.

Anda mungkin juga menyukai