Scr, Triac dan Diac atau Thyristor berasal kata dari bahasa Yunani yang
berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini
yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus
listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT
(programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate
turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang
akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan
sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat
menyimak lebih jelas bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.
a. Struktur Thysistor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari
bahan semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS.
Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai
penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini
dapat diperlihatkan seperti pada gambar-2 yang berikut ini.
Gambar 4.4 visualisasi dengan transistor
Jika misalnya ada arus sebesar I yang mengalir pada base transistor
b
Q2, maka akan ada arus I yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
c
merupakan arus base I pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan
b
pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak lain adalah
arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang.
Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah
struktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian,
disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari
anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Gambar 4.5 Thyristor diberi tegangan
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi
suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 3. Apa
yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikan dari nol. Ya betul, tentu saja
lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada ditengah akan
mendapatkan reverse-bias (teori dioda).
Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus
yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai
pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP
ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu
arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya.
Pada thyristor tegangan ini disebut tegangan breakover V .
bo
Bila SCR digunakan pada arus AC, maka hanya akan mengalir arus ke
satu arah saja, seperti halnya pada dioda. Pada pengaturan daya AC dengan
SCR dikenal istilah sudut tunda penyulutan (firing delay angle) yaitu periode yang
hilang sebelum SCR tersulut. Rangkaian penyulut pada Gate dapat berupa R
mapun RC. Dengan rangkaian RC akan dapat diatur firing delay angle dalam
jangkah yang lebar.
Gambar 4.7 SCR. (a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d)
Lambang rangkaian
Gambar 4.8 Cara kerja dari SCR dengan sebuah rangkaian elektronik persegi
Arus ini terhubung dan menyebabkan aliran yang rata ke base Q2.
Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan terhubung, yang mana menjaga
transistor Q1 dalam keadaan terhubung walaupun pulsa dalam gate dalam
keadaan berhenti.
Dalam tegangan belakang SCR seperti diode. Ini tidak akan terhubung
sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk break-over
tegangan yang tinggi) dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar
dari 400 V.
Trigger Current)
IGT . Sebagai contoh, lembar data 2N4441 memberikan
tegangan dan arus pemicu:
V GT = 0,75 V..............................................................(4.1)
IGT 10mA................................................................(4.2)
=
Dengan adanya kapasitans dalam SCR maka piranti ini dapat dipicu
oleh tegangan catu yang berubah secara cepat. Jadi dengan kata lain, jika laju
kenaikan dari tegangan catu cukup tinggi, maka arus pengisian kapasitif dapat
memulai proses regenerasi. Untuk menghindari sinyal pemicuan yang salah pada
SCR, laju perubahan tegangan pada anode tidak boleh melenihi laju kritis
kenaikan tegangan yang tercantum pada lembar data.
Sebagai contoh misalnya kita tinjau piranti 2N4444 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 50V/µs. Untuk menghindari terjadinya
proses dadal-jenuh yang tidak diinginkan, tegangan anode tidak boleh naik lebih
cepat dari 50V/µs. Contoh yang lainnya adalah piranti C701 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 200V/µs.
Piranti SCR yang lebih besar masih dikenakan batas lain berupa laju
kritis kenaikan arus. Misalnya piranti C701 diketahui mempunyai laju kritis
kenaikan arus sebesar 150A/µs. Jika arus anode bertambah lebih cepat dari laju
ini, SCR yang bersangkutan dapat menjadi rusak akibat bintik-bintik panas (hot
spots) yang terjadi didalamnya. Penggunaan sebuah inductor secara seri seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.10(b) akan mengurangi laju kenaikan arus, dan
membantu pembatas RC dalam menekan laju kenaikan tegangan.
V IN =V GT +I GT R GT
.............................................................(4.3)
Keburukan dari SCR adalah pematian. Pematian dari SCR hanya ada
satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus yang
utama.
Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama.
Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan sederhana
yaitu menghentikan arus di base. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol
lebih lama dan selama penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi
dibangun dalam ini,dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan
tombol untuk arus yang besar.
Jenis SCR
1. LASCR (light activated SCR) adalah jenis SCR yang apabila terkena sinar
matahari (cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan elektron-elektron
valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari orbit-orbitnya dan akan
menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini mengalir keluar
dari kolektor akan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan
berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup.
2. SCS (silicon controlled switch)adalah jenis SCR yang identik dengan saklar
penahan SCS menyediakan saluran kepada kedua basisnya satu picu
prategangan maju yang diberikan kepada salah satu basis tersebut akan
menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila diberi prategangan balik maka
akan membuka piranti saklar.
1. Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR
berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis
dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih
efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar
elektronik.
2. SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan
tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt
tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan
menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada
tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus
dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
3. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan
mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah
thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
c. DIAC
Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga
thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.
DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada
transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk
tujuan ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat
menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari
anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti
TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-
nya. DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan
input tertentu yang relatif tinggi.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada Gambar 4.5(a). Dilihat secara ideal
ini sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar 4.5(b). Diac tidak akan
menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover
dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar 4.5(d).
Gambar 4.12 Diac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen.
(c) Saklar penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.
Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk
tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan
breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan
tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada
kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit
diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke
triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat
digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.
d. TRIAC
Gambar 4.16 Triac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen. (c)
Lambang rangkaian.
Untuk kerja triac pada keadaan positif atau negatif, seperti halnya pada
tabung trinatron, sekali kondisi DC terbentuk pada triac, elektroda gerbangnya
tidak lagi memegang kendali lagi sampai tegangan dari terminal 1 ke terminal 2
diputuskan atau dikurangi sampai dengan nol.
Karakteristik Triac
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus
yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun
arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC
adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.
Perbedaan antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga pada Rangkaiannya
yaitu pada rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda hal ini disebabkan karena
TRIAC dapat bekerja atau dipicu dengan tegangan positif dan negatif.
Apabila TRIAC sudah aktif maka kita dapat mengetahui besarnya arus
Gate (IG), arus penahan (IH) dengan melihat pada Ampermeter dan juga dapat
mengetahui besarnya tegangan Gate (VGT), tegangan Anoda Katoda (VAK)
pada Voltmeter
PERHATIAN :
Anoda
Katoda
Anoda
Katoda
B. TRIAC dan DIAC
Anoda 1 (220V)
Anoda 2
Katoda
2. Ulangi percobaan diatas dengan menggantikan resistor 1K dengan
DIAC (gambar 4.6). Bagaimanakah perbedaan dengan sebelumnya ?
Anoda 1 (220V)
TRIAC Anoda 2
Katoda
Anoda 1 (220V)
DIAC Anoda 2
4.5 Data Hasil Percobaan
FREKUENSI
FREKUENSI
FREKUENSI
Dari data hasil percobaan terlihat bahwa untuk semua percobaan nilai
frekuensi dan peak to peak pada anoda relatif sama saat nyala lampu terang,
redup maupun mati. Begitu juga pada katoda relatif sama untuk semua
percobaan.
Dapat dilihat pada gambar 4.10 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.30 Hz dan peak to peak adalah 620 mV. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.
Dapat dilihat pada gambar 4.11, frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00Hz dan peak to peak adalah 268V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
Dapat dilihat pada gambar 4.12 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 152 v. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
sama.
b.Katoda / Gate
Dapat dilihat pada gambar 4.13 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.30 Hz dan peak to peak adalah 620 mV. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.
Dapat dilihat pada gambar 4.14 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.25Hz dan peak to peak adalah 1.72 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
Dapat dilihat pada gambar 4.15 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.05 Hz dan peak to peak adalah 7.68 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
sama
4.6.2 Analisa Data Percobaan TRIAC
a. Anoda
Dapat dilihat pada gambar 4.17 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak 288 V. Melalui frekuensi serta peak to peak
yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah mati.
Dapat dilihat pada gambar 4.18 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 250 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
3.Pada Saat Lampu Terang
Dapat dilihat pada gambar 4.19 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.10 Hz dan peak to peak adalah 91.2 V. Melalui frekuensi serta peak
to peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.
b.Katoda
Dapat dilihat pada gambar 4.21 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 49.90 Hz dan peak to peak adalah 1.54 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
Dapat dilihat pada gambar 4.22 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.05Hz dan peak to peak adalah 1.62 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.
4.6.4 Analisa Data Percobaan DIAC dan TRIAC
a.Anoda
Dapat dilihat pada gambar 4.24 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 288 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.
Dapat dilihat pada gambar 4.25 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.04 Hz dan peak to peak adalah 286 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
Dapat dilihat pada gambar 4.26 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.04Hz dan peak to peak adalah 176 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang
b.Katoda
Dapat dilihat pada gambar 4.27 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah <10 Hz dan peak to peak adalah 100 mV. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati.
Dapat dilihat pada gambar 4.28 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 6.16 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
3. Pada Saat Lampu Terang
Dapat dilihat pada gambar 4.29 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00 Hz dan peak to peak adalah 4.24 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang.
c. Anoda 1 & 2
Dapat dilihat pada gambar 4.30 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.00Hz dan peak to peak adalah 27.8 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
mati
Dapat dilihat pada gambar 4.31 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.10Hz dan peak to peak adalah 66 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
redup.
Dapat dilihat pada gambar 4.32 frekuensi yang ditunjukan pada osiloskop
adalah 50.0 0 Hz dan peak to peak adalah 66 V. Melalui frekuensi serta peak to
peak yang diperoleh saat praktikum maka nyala lampu yang dihasilkan adalah
lebih terang dibandingkan dengan nyala lampu saat praktikum dengan nyala
lampu terang
Pertanyaan :
Jawaban :
c. DIAC adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. DIAC bukanlah
termasuk keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia
digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip
seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga
elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini.
Sedangkan pada DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga elektron
cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat
juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam
beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari
struktur dan symbol DIAC sebagai berikut :
2. a. Pada SCR
Struktur : Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan
gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda. Adapun gambar dari struktur SCR sebagai
berikut :
b. Pada TRIAC
Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-
balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Berbeda dengan SCR
yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi
TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta
dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.
TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.
c. Pada DIAC
Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua
belah pihak, tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga tertentu, ia
akan menghantar secara penuh.
3. Fungsi dan karateristik dari SCR yaitu sebuah SCR terdiri dari tiga
terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda
rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak
digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan
komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada
tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai
220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak
akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai
pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus
dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah
dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR
adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
Fungsi dan karateristik dari TRIAC yaitu TRIAC tersusun dari lima
buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran
elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bidirectional. TRIAC
merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan
dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan SCR yang hanya
melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat
dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat
dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.
TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja
selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di
bawah arus IH.
Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan
gambar berikut ini:
Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB, diac break-
over dan berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama pada
kedua arah. Menambahkan diac pada gerbang triac meningkatkan
substansi tegangan penghidupan dari triac dan dengan demikian
didapatkan tenaga yang lebih dalam pengontrolan dalam tegangan tinggi.
6. Aplikasi SCR :
Aplikasi TRIAC :
- Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control)
Aplikasi DIAC :
V =I GT (R )+V BO +V GT
= 120.75 V
=70.75 V
8. Pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio
diputar bisa lebih terang dan lebih redup, Hal tersebut tejadi karena pada
V = 33+20+0.75 = 53.75 V,
Sehingga jika rangkaian dialiri tegangan yang lebih besar dari 53.75 V
maka TRIAC akan On dan besar arus yang mengalir :
V 220
I=
R = 2200 = 0.1 A
V =I GT (R )+V GT
V = 33 + 0.75 =33.75 V
10. SCR merupakan singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah
diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali arus yang melalui
suatu beban. TRIAC merupakan piranti tiga terminal yang digunakan
untuk pengaturan daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari
keluarga thyristor yang dapat menyakelarkan AC atau DC. DIAC memiliki
dua terminal (elektroda). Komponen ini dapat bekerja pada tegangan AC
maupun DC dan dapat konduksi dari dua arah, seperti thyristor lainnya
DIAC mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
4.8 Kesimpulan