UNIVERSITAS MATARAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai contoh lainnya seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa
cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya.Reaksi kimia adalah proses
berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Reaksi kimia berjalan dengan kecepatan atau laju
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi perlu dikendalikan jika kita menginginkan
membandingkan laju reaksi dari berbagai macam reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi terdiri dari suhu, konsentrasi pereaksi, sifat pereaksi dan katalis. Penentuan laju reaksi
dapat dilakukan dengan jalan memvariasi salah satu faktor (misalnya konsentrasi reaktan) dan
mengendalikan faktor lainnya.Laju reaksi serta faktor yang mempengaruhi laju reaksi dapat
ditentukan dengan mempelajari kinetika kimianya. Menurut Khairat dan Herman (2004)
informasi konstanta laju reaksi dan orde reaksi terhadap pereaksi dapat digunakan untuk
merancang alat pabrik maupun perancang reaktor dalam proses produksi. Penentuan konstanta
laju reaksi serta orde reaksi terhadap pereaksi perlu dilakukan agar dapat merancang reaktor yang
sesuai jika diinginkan mensintesis senyawa dalam skala industri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah persamaan pada persamaan laju reaksi orde 1,2 dan 3?
2. Bagaimanakah cara penentuan orde reaksi?
3. Jelaskan laju reaksi sebagai fungsi suhu!
4. Jelaskan tentang energi aktivasi dan teori tumbukan!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui persamaan laju reaki pada orde 1,2 dan 3.
2. Untuk mengetahui cara penentuan orde reaksi.
3. Untuk menjelaskan laju reaksi sebagai fungsi suhu.
4. Untuk menjelaskan energi aktivasi dan teori tumbukan.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara logika, pada saat bereaksi, zat reaktan pasti makin berkurang, dan zat produk pasti
bertambah bagi reaktan, Laju reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat tiap satuan waktu. Laju
reaksi kimia adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam suatu satuan waktu. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk persatuan waktu. Berikut ilustrasi perubahan konsentrasi
reaktan dan produk dalam satuan waktu.
Gambar 1: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
2. Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju
reaksi akan menjadi 3atau 3 kali lebih besar, begitupun seterusnya.Persamaan laju reaksinya
ditulis,V = k.[A]
Gambar 2:
Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
3. Orde dua
Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaksi akan sebanding dengan kenaikan konsentrasi
pereaksi pangkat 2. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali maka laju reaksinya
akan naik menjadi empat kali lipat dari semula. Laju reaksi berubah secara kuadrat terhadap
perubahan konsentrasinyaDengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali lipat,
maka laju reaksinya menjadi b kali lipat, sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah: a x= b,
dimana x adalah orde reaksi.Persamaan laju reaki: v atau r = k [A] 1[B]1 ; v atau r = k [A]2; v atau
r = k [B]2
Gambar 3:
Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
E. Energi Aktivasi
Energi aktivasi adalah sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat
bereaksi hingga terbentuk zat baru atau jumlah minimum energi ekstra yang dibutuhkan oleh
molekul yang bereaksi untuk diubah menjadi produkReaksi kimia dapat berlangsung endoterm
maupun eksoterm. Reaksi endoterm spontan, apabila energi yang diperlukan cukup diambil dari
lingkungan saja.Energi aktivasi merupakan faktor penentu terjadinya reaksi kimia, yang memiliki
pengaruh besar pada kecepatan reaksi.
Energi aktivasi suatu reaksi kimia berkaitan erat dengan laju reaksi tersebut. Secara khusus,
semakin tinggi energi aktivasi, semakin lambat reaksi kimianya. Ini karena molekul hanya dapat
menyelesaikan reaksi setelah mencapai puncak penghalang energi aktivasi.Energi aktivasi
sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan joule (J) atau kilojoule per mol
(kJ/mol) atau kilokalori per mol (kkal/mol).
Energi aktivasi dapat dianggap sebagai besarnya penghalang potensial (kadang-kadang
disebut penghalang energi) yang memisahkan minima dari energi potensial permukaan yang
berkaitan dengan keadaan termodinamika awal dan akhir. Agar reaksi kimia[4] dapat
berlangsung pada laju yang masuk akal, suhu sistem harus cukup tinggi sehingga terdapat
sejumlah molekul dengan energi translasi yang sama dengan atau lebih besar dari energi
aktivasi.Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar,
maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan energi yang
lebih rendah.
Persamaan Arrhenius menyediakan dasar kuantitatif bagi hubungan antara energi aktivasi dan
laju ketika suatu reaksi berlangsung. Dari persamaan ini, energi aktivasi dapat dinyatakan
melalui hubungan
Yang dalam persamaan ini, A adalah faktor pra-eksponensial bagi reaksi, R adalah konstanta
gas semesta, T adalah suhu mutlak (biasanya dalam kelvin), dan k adalah koefisien laju reaksi.
Meski nilai A tidak diketahui, Ea dapat ditentukan dari variasi dalam koefisien laju reaksi
sebagai fungsi suhu (di dalam keabsahan persamaan Arrhenius)
Zat yang mengubah keadaan transisi untuk menurunkan energi aktivasi disebut katalis;
sebuah katalis yang hanya terdiri dari protein dan (jika ada) kofaktor molekul kecil disebut
enzim. Katalis meningkatkan laju reaksi tanpa dikonsumsi dalam reaksi.Selain itu, katalis
menurunkan energi aktivasi, tetapi tidak mengubah energi reaktan atau produk awalnya,
sehingga tidak mengubah kesetimbangan. Sebaliknya, energi reaktan dan energi produk tetap
sama dan hanya energi aktivasi yang diubah (diturunkan).
Hubungan antara energi aktivasi (Ea) dan entalpi pembentukan (ΔH) dengan dan tanpa katalis, diplot
bersama koordinat reaksi. Posisi energi tertinggi (posisi puncak) mewakili keadaan transisi. Dengan
katalis, energi yang dibutuhkan untuk memasuki keadaan transisi berkurang, sehingga mengurangi energi
yang diperlukan untuk memulai reaksi.
Catatan: Energi aktivasi tidak bergantung pada suhu, tekanan, volume, konsentrasi, atau koefisien reaktan.
Dalam kinetika kimia, energi aktivasi adalah tinggi dari potensial penghalang yang
memisahkan produk dan reaktan. Ini menentukan ketergantungan suhu laju reaksi. Katalis dapat
menurunkan energi aktivasi untuk bereaksi dengan menyediakan jalur lain untuk reaksi. Energi
aktivasi ditentukan dari konstanta laju eksperimental atau koefisien difusi yang diukur pada
temperatur yang berbeda.
Energi aktivasi untuk reaksi maju (Ea) f
Energi aktivasi untuk reaksi maju (Ea) b
(Ea)f < (Ea)b
(ROR)f > (ROR)b
△H = (Ea)f – (Ea)b
△ H = nilai -ve
(Ea) f = △H Hanya satu yang dapat dimungkinkan untuk Reaksi Eksoterm
(Ea)f >△H
(Ea)f <△H
b. Reaksi Endoterm
F. Teori Tumbukan
Dalam teori tumbukan digambarkan pertemuan partikel-partikel reaktan sebagai suatu
tumbukan. Pada proses tumbukan yang terjadi, disamping ada yang menghasilkan reaksi juga ada
yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang terjadi dan bisa menghasilkan partikel-partikel
hasil reaksi disebut sebagai tumbukan efektif. Efektifnya tumbukan ditentukan oleh faktor energi
kinetik partikel (molekul) dan arah partikel.
Hasil kali frekuensi tumbukan dengan fraksi molekul yang memiliki energi sama atau
melebihi energi aktivasi menentukan laju reaksi kimia. Fraksi molekul yang teraktifkan biasanya
sangat kecil, dan hal ini menyebabkan laju reaksi jauh lebih kecil daripada frekuensi
tumbukannya itu sendiri. Jika nilai energi pengaktifan semakin tinggi, maka molekul yang
teraktifkan akan semakin kecil sehingga semakin lambat reaksi berlangsung. Hal itu dapat
diilustrasikan dalam contoh reaksi berikut. A2(g) + B2(g) → 2AB(g) Berdasarkan teori
tumbukan, diasumsikan bahwa selama tumbukan yang terjadi antara molekul A2 dan B2 akan
mengakibatkan ikatan A–A dan B–B putus dan terbentuk ikatan A–B.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tumbukan
Reaksi kimia dapat terjadi jika partikel-partikel reaktan saling bertumbukan satu sama lain.
Tetapi, tumbukan yang terjadi tidak semuanya akan menghasilkan zat baru yang berupa hasil
reaksi. Zat baru dapat diperoleh dari tumbukan yang berlangsung sempurna. Tumbukan
sempurna dinamakan tumbukan efektif. Partikel zat yang saling bertumbukan terkadang juga
tidak langsung berubah menjadi zat hasil. Tumbukan tersebut terlebih dahulu membentuk
molekul kompleks yang dinamakan molekul kompleks teraktivasi. Pembentukan molekul
kompleks teraktivasi ada hubungannya dengan energi aktivasi. Energi aktivasi (Ea) merupakan
energi tumbukan terendah yang dibutuhkan supaya bisa terbentuk molekul kompleks teraktivasi
sehingga reaksi dapat berlangsung.