Anda di halaman 1dari 23

ZAT ADITIF DAN ZAT ADIKTIF

Pendahuluan
Bahan makanan umumnya mengandung berbagai zat seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, enzim, air, serta pigmen. Meskipun suatu makanan memiliki nilai gizi yang
tinggi namun bila memiliki bentuk yang kurang menarik maka konsumen menjadi tidak tertarik
terhadap makanan tersebut. Hal ini menyebabkan produsen makanan berusaha agar makanan
yang disajikan memiliki kualitas yang baik sehingga dengan peningkatan kualitas ini
diharapkan tingkat kesukaan konsumen menjadi meningkat. Kualitas makanan adalah
keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap penerimaan dari
konsumen. Agar makanan yang dihasilkan memiliki cita rasa yang baik, tekstur yang baik,
tampilan yang baik, mudah disimpan dan diangkut serta bisa memiliki waktu simpan yang lama
maka diperlukan zat aditif atau bahan tambahan pangan. Pengetahuan tentang zat aditif sangat
penting agar tidak terjadi penyalahgunaan zat adiktif yang dapat membahayakan konsumen.
Contoh penyalahgunaan zat aditif yang marak terjadi adalah penggunaan formalin sebagai
pengawet makanan juga penggunaan boraks sebagai pengawet dan pengenyal pada makanan
padahal penggunaan bahan tersebut pada makanan dapat membahayakan kesehatan dan
penggunaannya dalam makanan sudah dilarang oleh pemerintah.
Penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) atau
narkoba (narkotika dan obat berbahaya) hingga sekarang menjadi masalah pelik dan kompleks
tidak hanya di indonesia namun juga menjadi masalah internasional. NAPZA adalah jenis
bahan/obat yang diperlukan dalam dunia pengobatan, namun bila digunakan tanpa pembatasan
(over dosis) dan tanpa pengawasan yang seksama dapat menimbulkan
ketergantungan/kecanduan (adiksi) serta dapat membahayakan kesehatan bahkan jiwa
pemakainya. Akibat yang diperoleh dari penyalahgunaan narkoba sangat destruktif terlebih
lagi sebagian besar korbannya adalah generasi muda padahal generasi muda merupakan aset
bangsa yang akan menjadi penerus bangsa. Zat adiktif dan psikotropika juga memiliki manfaat
bagi kehidupan, misalnya sebagai minuman penambah energi tubuh, obat bius atau obat
penenang dalam bidang kesehatan, maupun sebagai obat penghilang nyeri atau sekedar
mengurangi rasa sakit tertentu. Akan tetapi, penggunaannya tetap harus memperhatikan dosis
yang sesuai.
CapaianPembelajaran
Menganalisis penggunaan zat aditif atau adiktif serta dampaknya terhadap kesehatan
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menganalisis zat aditif makanan.
2. Menganalisis kelompok zat aditif makanan berdasarkan fungsinya
3. Menganalisis pengaruh penggunaan zat aditif terhadap kesehatan
4. Menganalisis zat adiktif
5. Menganalisis pengaruh penggunaan zat adiktif terhadap kesehatan.
6. Menganalisis upaya pencegahan penyalahgunaan zat aditif
7. Menganalisis penggunaan zat adiktif dalam bidang kesehatan.
Uraian Materi
ZAT ADITIF
Zat aditif atau bahan tambahan pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan
yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Zat aditif
ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Pemakaian zat
aditif merupakan salah satu langkah teknologi yang diterapkan oleh industri pangan pada
berbagai skala. Sebagaimana langkah teknologi lain, maka risiko-risiko kesalahan dan
penyalahgunaan tidak dapat dikesampingkan. Zat aditif pada umumnya merupakan bahan
kimia yang telah diteliti dan diuji sesuai dengan kaidah – kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah
telah mengeluarkan aturan-aturan pemakaian zat aditif secara optimal. Dalam penggunaan zat
aditif dikenal istilah Asupan Harian yang Dapat Diterima atau Acceptable Daily Intake yang
selanjutnya disingkat ADI adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram
per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan
efek merugikan terhadap kesehatan.
Pemanis
Berdasarkan permenkes no 033 Tahun 2012 pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan
pangan berupa pemanis alami atau buatan yang dapat memberikan rasa manis pada produk
pangan. Pemanis alami (natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan
alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi. Pemanis yang banyak digunakan
selama ini adalah sukrosa atau dikenal dengan nama gula tebu atau gula pasir. Namun
penggunaan gula tebu dapat menyebabkan karies gigi, obesitas, serta peningkatan kadar gula
darah sehingga tidak cocok bagi penderita diabetes. Pemanis buatan (artificial sweetener)
adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
Pemanis juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pemanis nutritif dan pemanis nonnutritif.
1. Pemanis nutritif (pemanis yang menghasilkan kalori)
a. Xylitol
Biasa dijumpai dalam berbagai buah dan sayur. Xylitol merupakan kristal yang tidak
berwarna, tidak higroskopik, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa
(gula tebu). Zat ini tidak bersifat karsinogen dan cocok bagi penderita diabetes. Xylitol
biasa digunakan untuk berbagai makanan ringan, coklat dan permen karet.
b. Sorbitol
Sorbitol memiliki setengah kali kemanisan sukrosa (gula tebu). Sorbitol cukup stabil,
tidak reaktif, dan mampu bertahan dalam suhu tinggi. Sorbitol juga tidak rusak apabila
dicampur dengan gula lain, gel, protein, dan minyak sayur sehingga cukup banyak
dipakai dalam industri makanan. Produk yang mengandung sorbitol antara lain permen
bebas gula, permen karet (biasanya rasa mint), pemanis roti dan cokelat, serta pemanis
makanan beku. Sorbitol juga sering dipakai sebagai bahan tambahan untuk obat kumur
dan pasta gigi. Sorbitol juga cukup aman dipakai sebagai gula pengganti pada penderita
diabetes melitus, karena penyerapannya lebih lambat daripada glukosa. Penyerapan
yang lambat ini otomatis akan mengurangi derajat drastisnya peningkatan glukosa
darah
c. Manitol
Biasa dijumpai dalam beberapa tanaman pangan seperti zaitun, seledri, bit serta rumput
laut. Manitol memiliki tingkat kemanisan 0,4-0,5 kali kemanisan sukrosa (gula tebu).
Sifat manitol mirip dengan sorbitol hanya kelarutannya dalam air lebih rendah
dibanding sorbitol. Biasa digunakan untuk produk rendah kalori, permen karet dan es
krim.
2. Pemanis nonnutritif (pemanis yang tidak menghasilkan kalori)
a. Sakarin
Sakarin pertama disintesis di Amerika tahun 1879 oleh Remsen dan Fahlberg. Mula-
mula sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet namun kemudian diketahui
bahwa sakarin berpotensi sebagai pemanis. Sakarin mulai digunakan sebagai pemanis
pada tahun 1900. Sakarin adalah nama umum dari sakarin, natrium sakarin atau
kalsium sakarin. Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali kemanisan sukrosa (gula
tebu). Sakarin sangat stabil dalam semua kondisi proses pemasakan makanan. Pemanis
tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan, produk diet, dan kosmetik. Kelemahan
penggunaan sakarin adalah munculnya rasa ikutan yang sedikit pahit sehingga
biasanya dikombinasi dengan pemanis lain seperti siklamat atau aspartam. Penggunaan
sakarin dalam jangka panjang dan berlebihan dapat membahayakan kesehatan karena
bersifat karsinogenik. Struktur berbagai pemanis dapat dilihat pada Gambar 1.
sakarin

siklamat

Asesulfam K

Gambar 1. Struktur berbagai pemanis


b. Siklamat
Natrium siklamat pertama disintesis tahun 1937 tetapi dibuat secara komersial mulai
tahun 1950 di Amerika. Siklamat merupakan nama umum dari asam siklamat, natrium
siklamat, dan kalsium siklamat. Pemanis jenis ini stabil pada suhu tinggi dan rendah.
Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali kemanisan sukrosa (gula tebu). Siklamat
sangat mudah larut dalam air dan dapat digunakan sebagai pemanis dalam hampir
semua jenis makanan serta minuman. Penggunaan dalam jumlah besar dan jangka
panjang diperkirakan dapat meningkatkan resiko terkena kanker.
c. Aspartam
Aspartam pertamakali ditemukan oleh J. M. Schlatter tahun 1960 dan mulai digunakan
tahun1980. Aspartam adalah bubuk kristal putih yang tidak berbau sedikit larut dalam
air, larut sebagian dalam alkohol dan memiliki tingkat kemanisan 150 hingga 200 kali
kemanisan sukrosa (gula tebu). Pada suhu tinggi dan pH rendah, aspartam dapat
mengalami hidrolisis sehingga membentuk asam aspartat dan fenilalanin sehingga
akan kehilangan rasa manis. Aspartam baik digunakan untuk produk kering seperti
minuman serbuk juga untuk soft drink, produk olahan susu seperti yoghurt, es krim.
Aspartam tidak boleh dikonsumsi oleh penderita fenilketouria atau kelainan genetik
dalam hal tidak dapat melakukan metabolisme fenilalanin
d. Asesulfame K
Asesulfam K dikembangkan di Jerman Barat sejak 1967. Sifat asesulfam K antara lain:
dalam suhu ruang berwarna putih, tidak berbau, berbentuk bubuk kristalin, memiliki
tingkat kemanisan 150-200 kali kemanisan sukrosa, larut dalam air, tidak higroskopik,
akan terdekomposisi pada proses pemanasan dengan suhu di atas 235oC. Biasanya
asesulfam K digunakan untuk soft drinks, permen karet, obat-obatan, obat kumur, pasta
gigi.

Gambar 2. Berbagai pemanis (sumber Foodtechbinus.com, nutrisains.com,


lifestyleokezone.com)
Zat Pewarna
Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis,
yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau memperbaiki
warna. Pewarna yang ditambahkan ke dalam makanan dimaksudkan untuk meningkatkan daya
tarik konsumen, dan mengembalikan warna asli yang mungkin hilang pada proses pengolahan.

Gambar 3. Pewarna makanan sintetis (sumber tokopedia.com)


Terdapat dua jenis pewarna yaitu:
a. Pewarna alami (Natural Colour)
Pewarna Alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi,
isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber
alami lain, termasuk pewarna identik alami.
Contoh pewarna alami: klorofil dari daun suji menghasilkan warna hijau, kurkumin dari
kunyit menghasilkan warna kuning, antosianin dari strawberi dan anggur menghasilkan
warna jingga, merah, dan biru, serta karotenoid dari wortel, tomat, cabai menghasilkan
warna orange, dan minyak sawit menghasilkan warna kuning, merah dan jingga.
Pewarna alami tersedia dalam jumlah yang berlimpah, namun penggunaannya relatif
terbatas, karena adanya beberapa kekurangan yaitu: 1) belum adanya pewarna alami
yang dijual di pasaran, sehingga harus membuat sendiri; 2) terkesan memberi rasa khas
yang tidak diinginkan, misalnya bahan warna kunyit terasa kunyit; 3) kadar dan
kemantapan (stabilitas) pigmen rendah karena cahaya dan pemanasan, sehingga
memerlukan bahan baku yang banyak; dan 4) keseragaman warna kurang baik.
b. Pewarna Sintetis (synthetic colour)
Pewarna Sintetis (synthetic colour) adalah pewarna yang diperoleh secara sintesis
kimiawi. Pewarna sintesis dibuat secara kimia oleh industri, dan memberikan warna
seragam, mantap dan murah. Kelebihan pewarna sintesis antara lain, warnanya
seragam, tajam, mengembalikan warna asli yang mungkin hilang selama proses
pengolahan, melindungi vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan, dan
hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Jenis – jenis pewarna sintetis berdasar
permenkes 33 tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Jenis pewarna makanan sintetis
No Nama BTP Pewarna sintetis
1 Tartrazin CI. No. 19140 Tartrazine
2 Kuning kuinolin CI. No. 47005 Quinoline yellow
3 Kuning FCF CI. No. 15985 Sunset yellow FCF
4 Karmoisin CI. No. 14720 (carmoisine)
5 Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R)
6 Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine)
7 Merah allura CI. No. 16035 (Allura red)
8 Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine)
9 Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue FCF)
10 Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF)
11 Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT)
tartrazin

Biru berlian (briliant blue)

Gambar 4. Struktur briliant blue dan tartrazin

Bahan pewarna sebenarnya tidak hanya digunakan pada makanan saja, tetapi juga
pewarna kain dan cat. Seringkali terjadi penyalahgunaan bahan pewarna kain untuk makanan,
sehingga membahayakan manusia sebagai konsumen. Pada dasarnya pewarna kain dan cat
mengandung logam berat, seperti timbal, arsen, dan raksa yang bersifat racun. Bahan pewarna
bukan untuk makanan (non food grade) jika masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi dalam
beberapa jaringan tubuh (karena tidak dapat dicerna) dan bersifat karsinogen. Hal ini berarti,
tidak semua pewarna sintesis yang dijual di pasaran boleh dipergunakan sebagai bahan
pewarna makanan dan minuman.

Gambar 5. Contoh penggunaan pewarna makanan (sumber pakaroti.com)


Pengawet
Pengawet (preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman,penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan
tidak berefek racun sama sekali.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily
intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks,
formalin. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada
alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan
dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
Pengawet yang diperbolehkan menurut permenkes 033 tahun 2012 adalah :
1. Asam sorbat dan garamnya
Sorbat dikenal efektif menghambat tumbuhnya jamur dan beberapa jenis bakteri. Asam
sorbat sedikit larut dalam air sedangkan kalium sorbat mudah larut dalam air. Aktivitas
antimikroba sorbat akan efektif pada pH di bawah 6,5. Sorbat banyak digunakan dalam
berbagai produk pangan seperti sirup, keju, cake, margarine, mayonnaise, jeli, salad
dressing. Sorbat merupakan pengawet yang cukup aman namun dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan iritaasi kulit.
2. Asam benzoat dan garamnya
Yang termasuk pengawet golongan ini adalah asam benzoat, natrium benzoat, kalium
benzoat dan kalsium benzoat. Benzoat berupa bubuk kristalin berwarna putih, tidak
berbau, larut dalam air dan alkohol. Natrium benzoat digunakan dalam berbagai produk
seperti minuman, sirup, margarin, saus, selai, jeli, salad dressing. Toksisitas natrium
benzoat relatif rendah karena manusia memiliki mekanisme detoksifikasi yang cukup
efektif.tubuh
3. paraben
Yang termasuk golongan ini adalah etil para-hidroksi benzoat, metil para-hidroksi benzoat.
Paraben dapat memiliki aktivitas antimikroba yang baik pada kondisi pH 3-8. Paraben
dapat digunakan dalam produk jus buah, saus, jeli, selai, krim.
4. golongan sulfit
Pengawet golongan ini dapat berada dalam bentuk natrium sulfit, natrium bisulfit, natrium
metabisulfit, kalium sulfit, kalium bisulfit, kalium metabisulfit, kalsium bisulfit, belerang
dioksida. Aktivitas antimikroba jenis sulfit dipengaruhi oleh kondisi pH. Kondisi pH yang
efektif adalah di bawah 4. Pengawet jenis ini biasa digunakan untuk produk jus buah,
sayur, udang segar, produk daging. Golongan sulfit tidak hanya berfungsi sebagai
antimikroba tetapi juga berperan mencegah oksidasi, mencegah proses browning dan
mencegah proses kehilangan warna.
5. nisin
Nisin merupakan suatu peptida yang terdiri dari 34 asam amino. Kelarutan nisin
bergantung pada pH larutan. Aktivitas nisin yang terbaik diperoleh pada pH 3. Selain
dipengaruhi oleh pH, aktivitas nisin juga dipengaruhi oleh interaksi terhadap komponen
makanan. Sebagai contoh adanya lemak dalam produk pangan dapat menurunkan aktivitas
antimikrobanya karena akan terbentuk ikatan antara nisin dengan lemak sehingga perlu
dilakukan penambahan pengemulsi untuk mengatasinya.
6. Nitrat dan nitrit
Bahan ini tersedia dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium nitrit berbentuk
butiran berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan
kelarutannya tinggi dalam air. Nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah
dilayukan untuk mempertahankan warna merah daging. Jumlah nitrit yang ditambahkan
biasanya 0,1 % atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gram/kg
bahan. Apabila lebih dari jumlah tersebut akan menyebabkan keracunan, oleh sebab itu
pemakaian nitrit dan nitrat diatur dalam undang-undang. Untuk mengatasi keracunan
tersebut maka pemakaian nitrit biasanya dicampur dengan nitrat dalam jumlah yang sama.
Nitrat tersebut akan diubah menjadi nitrit sedikit demi sedikit sehingga jumlah nitrit di
dalam daging tidak berlebihan.
7. Asam propionat dan garamnya
Yang termasuk dalam pengawet jenis ini adalah asam propionat, natrium propionat, kalium
propionat, kalsium propionat. Biasanya pengawet jenis propionat digunakan sebagai
antimikroba dalam roti dan keju. Propionat dapat ditambahkan dalam proses pembuatan
roti karena tidak mengganggu aktivitas ragi.
8. lisozim hidroklorida
Lisozim aktif mengatasi bakteri gram positif dan cenderung kurang efektif untuk bakteri
gram negatif. Lisozim banyak digunakan dalam produk keju, olahan seafood, sayuran,
pasta, dan salad.
Perisa (flavouring)
Perisa (flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat dengan atau
tanpa ajudan perisa (flavouring adjunt)yang digunakan untuk memberi flavour dengan
pengecualian rasa asin, manis dan asam. Perisa dikelompokkan menjadi:
1. perisa alami
Senyawa perisa alami adalah senyawa perisa yang diperoleh melalui proses fisik,
mikrobiologis atau enzimatis dari bahan tumbuhan atau hewan, yang diperoleh secara
langsung atau setelah melalui proses pengolahan.
2. perisa identik alami
Senyawa perisa identik alami adalah senyawa perisa yang diperoleh secara sintesis atau
diisolasi melalui proses kimia dari bahan baku aromatik alami dan secara kimia identik
dengan senyawa yang ada dalam produk alami.
3. perisa artifisial
Senyawa perisa artifisial adalah senyawa perisa yang disintesis secara kimia yang
belum teridentifikasi dalam produk alami.
Beberapa contoh perisa: oktil asetat (jeruk), isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa
apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
Penguat Rasa (flavour enhancer)

Monosodium glutamat (MSG)


Dinatrium inosinat
Gambar 6. Struktur dinatrium inosinat dan MSG
Penguat rasa (flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau
memodifikasi rasa dan/aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa
dan/atau aroma baru. Yang biasa digunakan sebagai penguat rasa adalah asam L-glutamat dan
garamnya, asam guanilat dan garamnya, asam inosinat dan garamnya, garam-garam dari
5’ribonukleotida. Bahan penguat rasa yang paling banyak digunakan adalah monosodium
glutamate (MSG) atau dikenal dengan istilah vetsin. Pada tahun 1908 Prof. Kikunae Ikeda
berhasil mengisolasi asam glutamat dari rumput laut dan memberi nama rasa unik tersebut
dengan rasa “umami”. Dia menyebut bahwa umami mrupakan rasa dasar di samping manis,
asam, asin, dan pahit. Secara alamiah glutamat banyak terdapat dalam makanan berprotein
tinggi seperti susu, keju, daging namun beberapa juga terdapat dalam sayuran seperti tomat dan
jamur. IMP (dinatrium 5’-inosinat) secara alami banyak terdapat dalam daging sapi, unggas,
ikan sedang GMP (dinatrium 5’-guanilat) banyak terdapat dalam jamur shitake. Glutamat tidak
bersifat higroskopis, tidak mengalami perubahan kualitas selama masa penyimpanan dan tidak
terdekomposisi selama proses memasak. IMP dan GMP juga tidak higroskopis, stabil dalam
larutan air, dapat mengalami dekomposisi pada suhu tinggi dalam suasana asam.
Gambar 7. MSG (sumber informasitips.com)
Antibuih (antifoaming agent)
Antibuih (antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
mengurangi pembentukan buih. Yang digunakan sebagai antibuih adalah: kalsium alginat
(calcium alginate) , mono dan digliserida asam lemak (mono- and di-glycerides of fatty acids)
Antikempal (anticaking agent)
Antikempal (anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
mengempalnya produk pangan. Yang dapat digunakan sebagai antikempal antara lain: kalsium
karbonat (calcium carbonate), trikalsium fosfat (tricalcium orthophosphate), selulosa
mikrokristalin (microcrystalline cellulose), selulosa bubuk (powdered cellulose), asam
miristat, palmitat dan stearat dan garamnya (myristic, palmitic & stearic acids and their salts),
magnesium stearat (magnesium stearate), garam-garam dari asam oleat dengan kalsium,
kalium dan natrium (Ca, K, Na) (salts of oleic acid with calcium, potassium, and sodium (Ca,
K, Na)), natrium karbonat (sodium carbonate), magnesium karbonat (magnesium carbonate)
Antioksidan (Antioxidant)
Antioksidan (antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
kerusakan pangan akibat oksidasi. Yang dapat digunakan sebagai antioksidan pangan adalah :
asam askorbat (ascorbic acid), natrium askorbat (sodium ascorbate), kalsium askorbat
(calcium ascorbate), kalium askorbat (potassium ascorbate), askorbil palmitat (ascorbyl
palmitate), askorbil stearat (ascorbyl stearate), tokoferol (tocopherol): d-alfa tokoferol (d-
alpha-Tocopherol ), Tokoferol campuran pekat (Mixed tocopherol concentrate) 3, dl-alfa
tokoferol (dl-alpha tocopherol), gama tokoferol (gamma tocopherol), propil galat (propyl
gallate), asam eritorbat (erythorbic acid), natrium eritorbat (sodium erythorbate), butil
hidrokinon tersier/TBHQ (tertiary butylhydroquinone), butil hidroksi anisol/BHA (butylated
hydroxyanisole), butil hidroksi toluen/bht (butylated hydroxytoluen)
Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent)
Bahan pengkarbonasi (carbonating Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk
karbonasi di dalam pangan. Karbondioksida merupakan suatu bahan pengkarbonasi.
Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt)
Garam pengemulsi (emulsifying Salt) adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersikan
protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Contoh: gelatin, trikalium sitrat
(tripotassium citrate), mononatrium fosfat (monosodium orthophosphate), dinatrium fosfat
(disodium orthophosphate), trinatrium fosfat (trisodium orthophosphate), monokalium fosfat
(monopotassium orthophosphate).
Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas)
Gas Untuk kemasan (packaging gas) adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang
dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan
pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan. Yang
digunakan sebagai packaging Gas adalah karbon dioksida dan Nitrogen.
Humektan (Humectant)
Humektan (humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan kelembaban
pangan. Contoh: natrium laktat (sodium lactate), kalium laktat (potassium lactate), natrium
hidrogen malat (sodium hydrogen malate), natrium malat (sodium malate), gliserol (glycerol),
polidekstrosa (polydextroses), triasetin (triacetin)
Pelapis (Glazing Agent)
Pelapis (glazing agent) adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi permukaan pangan
sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap. Jenis BTP Pelapis
(glazing agent) : malam (beeswax), lilin kandelila (candelilla wax), lilin karnauba (carnauba
wax), syelak (shellac), lilin mikrokristalin (microcrystalline wax)
Pembawa (Carrier)
Pembawa (carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam
pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara
fisik bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak
mempunyai efek teknologi pada pangan. Jenis BTP Pembawa (Carrier) : sukrosa asetat
isobutirat (sucrose acetate isobutyrate), trietil sitrat (triethyl citrate), propilen glikol (propylene
glycol), polietilen glikol (polyethylene glycol).
Pembentuk Gel (Gelling Agent)
Pembentuk gel (gelling Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel. Contoh
BTP Pembentuk gel (gelling agent): asam alginat (alginic acid), natrium alginat (sodium
alginate), agar-agar, karagen (carrageenan), rumput laut eucheuma olahan (processed
eucheuma seaweed), gom gelan (gellan gum), gelatin (edible gelatin), pektin (pectins)
Pembuih (Foaming Agent)
Pembuih (foaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau memelihara
homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat. Jenis BTP pembuih
(foaming agent) : gom xanthan (xanthan gum), selulosa mikrokristalin (microcrystalline
cellulose) 460, etil metil selulosa (methyl ethyl cellulose)
Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
Pengatur keasaman (acidity regulator) adalah bahan tambahan pangan untuk mengasamkan,
menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keasaman pangan. Contoh Jenis BTP pengatur
keasaman : kalsium karbonat (calcium carbonate), asam asetat (acetic acid), asam sitrat (citric
acid), asam laktat (lactic acid).
Pengembang (Raising Agent)
Pengembang (raising agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau
campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan. Contoh
pengembang: natrium karbonat (sodium carbonate), natrium hidrogen karbonat (sodium
hydrogen carbonate).
Pengemulsi (Emulsifier)
Pengemulsi (emulsifier) adalah bahan tambahan pangan untuk membantu terbentuknya
campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan air.
Contoh: lesitin (lecithins), agar-agar , karagen (carrageenan)
Pengental (Thickener)
Pengental (thickener) adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan viskositas pangan.
Contoh pengental : kalsium asetat (calcium acetate), natrium laktat (sodium lactate), kalsium
laktat (calcium lactate), dekstrin (dextrins).
Pengeras (Firming Agent)
Pengeras (firming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras, atau
mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel
untuk memperkuat gel. Contoh BTP pengeras (firming agent): kalsium laktat (calcium lactate),
trikalsium sitrat (tricalcium citrate), kalium klorida (potassium chloride).
peningkat volume (bulking agent) peningkat volume (bulking agent) adalah bahan tambahan
pangan untuk meningkatkan volume pangan. contoh: natrium laktat (sodium lactate), asam
alginat (alginic acid), karagen (carrageenan), gom guar (guar gum).
Penstabil (Stabilizer)
Penstabil (stabilizer) adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem dispersi yang
homogen pada pangan. Contoh penstabil: kalsium karbonat (calcium carbonate), kalsium
asetat (calcium acetate), asam fumarat (fumaric acid), lesitin (lecithins).
Peretensi Warna (Colour Retention Agent)
Peretensi warna (colour retention agent) adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa
menimbulkan warna baru. Yang termasuk BTP peretensi warna (colour retention agent):
magnesium karbonat (magnesium carbonate), magnesium hidroksida (magnesium hydroxide).
Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent)
Perlakuan tepung (flour treatment agent) adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan
pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan
pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung. Contoh: L-amonium laktat (L-ammonium
lactate), natrium stearoil-2-laktilat (sodium stearoyl-2-lactylate), amonium klorida
(ammonium chloride).
Propelan (Propellant)
Propelan (propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk mendorong pangan
keluar dari kemasan. Yang termasuk jenis BTP propelan (propellant): nitrogen, dinitrogen
monooksida (dinitrogen monoxide), propana (propane).
Sekuestran (Sequestrant)
Sekuestran (sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam
polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan.
Yang termasuk jenis BTP sekuestran : kalsium dinatrium etilen diamin tetra asetat (calcium
disodium ethylene diamine tetra acetate), isopropil sitrat (isopropyl citrates), natrium glukonat
(sodium gluconate), kalium glukonat (potassium gluconate).
TUGAS
Ambilah makanan ringan dan minuman kemasan yang anda suka lalu bacalah komposisi
bahan makanan tersebut yang tertera pada kemasan!
Sebutkan zat aditif apa saja yang terkandung dalam makanan/minuman tersebut!
Sebutkan fungsi dan sifat masing-masing zat aditif tersebut!
Apa efek zat aditif tersebut bila dikonsumsi berlebihan?
ZAT ADIKTIF
Berdasakan PP no 109 tahun 2012 zat adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau
ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif,
dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam
mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada
kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat. Zat
adiktif dapat dibedakan menjadi:
1. Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika
Zat adiktif jenis ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Yang termasuk jenis ini
adalah kafein, alkohol, dan nikotin.
a. Kafein
Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Kafein
terdapat dalam kopi, teh, coklat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kafein dapat
melindungi sel otak manusia sehingga menurunkan resiko perkembangan penyakit
parkinson dan alzheimer. Kafein juga dapat menenangkan pembuluh darah sehingga
dapat meredakan sakit kepala. Selain itu, kafein dapat meningkatkan kekuatan otot
karena keberadaannya membuat kadar adrenalin meningkat sehingga tubuh siap
melakukan aktivitas fisik. Kafein membuat tetap fokus karena meningkatnya respon
kewaspadaan otak. Efek negatif kafein antara lain dapat menyebabkan osteoporosis,
dapat menyebabkan dehidrasi karena bersifat diuretik, menyebabkan insomnia. Kafein
aman dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan.

Gambar 8. Kopi, teh dan coklat yang mengandung kafein (sumber tribunews.com)
b. Alkohol
Alkohol merupakan cairan bening, mudah menguap, mudah terbakar, berbau khas.
Dalam pengertian ini, alkohol adalah etanol atau etil alkohol. Alkohol berkhasiat
menekan aktivitas susuna saraf pusat. Dalam jumlah sedikit akan mempengaruhi pusat
pengendalian diri di otak dan berkhasiat seolah-olah sebagai perangsang (stimulan)
susunan saraf. Karena penekanan pusat pengendalian diri tersebut, rasa malu akan
berkurang, peminum akan lebih berani bicara dan lebih leluasa berkomunikasi dengan
orang lain, juga tidak akan merasa cemas. Alkohol dalam jumlah banyak akan
menyebabkan peminum sempoyongan, berbicara menjadi tidak jelas (pelo/cadel), daya
ingat dan kemampuan menilai sesuatu menjadi terganggu untuk sementara. Dalam
jumlah sangat banyak dapat menimbulkan koma dan kematian. Menurut peraturan
menteri kesehatan RI Nomor : 86/Men. Kes/Per/IV/77 minuman keras adalah semua
jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat yang meliputi minuman keras golongan A,
minuman keras golongan B, minuman keras golongan C. Yang dimaksud dengan
minuman keras golongan A adalah minuman keras dengan kadar etanol 1-5% sedangkan
minuman keras golongan B adalah minuman keras dengan kadar etanol 5-20%, dan
minuman keras golongan C adalah minuman keras dengan kadar etanol 20-55%.
c. Nikotin
Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana
tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat
mengakibatkan ketergantungan. Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai efek
menenangkan. Dalam jumlah besar nikotin sangat berbahaya, 20-50 mg nikotin dapat
menyebabkan terhentinya pernafasan. Bahaya nikotin antara lain dapat menaikkan
tekanan darah dan mempercepat denyut jantung sehingga kerja jantung menjadi berat,
bersifat karsinogenik, katarak, kaki rapuh, penyebab jantung koroner, mandul, dan
gangguan kehamilan. Rokok mengandung nikotin (1–4% berat daun tembakau) dan
dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1mg nikotin. Sebagian besar nikotion
terbakar pada waktu dirokok, namun sekitar 0,25mg per batang rokok sampai ke paru-
paru. Kandungan nikotin pada rokok inilah yang menyebabkan orang menjadi
berkeinginan untuk mengulang dan terus-menerus merokok.

Gambar 9. Rokok yang mengandung nikotin (sumber tribunews.com)


d. Inhalasi (gas yang dihirup)
Inhalasi bila disalahgunakan dapat menyebabkan keracunan (intoksikasi). Terdapat
berbagai macam inhalasi yang biasanya diperlukan dalam industri seperti toluen,
trikloroetilen, aseton, haloten, nitrit alifatis. Bahan-bahan tersebut terdapat dalam
produk penghapus cat kuku, thinner, lem, aerosol spray
2. Zat adiktif narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang tentang Narkotika. Berdasarkan UU No.35 Tahun 2009 narkotika
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya dengan daya adiktif yang
sangat tinggi. Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya untuk terapi pengobatan,
kecuali untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika yang termasuk
golongan ini adalah ganja, heroin(putaw), kokain, opium, dan lain sebagainya. Nama
lain ganja adalah mariyuana yang mengandung zat aktif THC (tetrahydrocanna). Nama
jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang. Berasal dari tanaman
kanabis sativa atau kanabis indica.Tanda-tanda penyalahgunaan ganja adalah gembira
dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara tetapi melantur, pengendalian
diri menurun, menguap atau mengantuk tetapi susah tidur dan mata merah tidak tahan
terhadap cahaya. Opium mengandung lebih dari dua puluhan senyawa alkaloid
diantaranya morfin, heroin, kodein. Terdapat 3 golongan besar opioda yaitu: Opioda
alamiah ( Opiat ) : morfin, opium, kodein; opioda semisintetik : Heroin / putauw,
hidromorfin; opioda sintetik : metadon. Nama jalanan dari putauw : ptw, black heroin,
brown sugar. Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni
berwarna putih keabuan. Opium diambil dari getah buah Pavaper sommiferum diolah
menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali
melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat
dari morfin. Morfin, kodein, methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai
penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opereasi, penderita cancer. Reaksi
dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin
menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan
kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai
akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi
musuh. Kokain Berasal dari tanaman koka (Erythroxylon coca). Kokain berupa kristal
putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Nama jalanan : koka, coke, happy
dust, chalie, srepet, snow / salju. Kokain sering digunakan sebagai anastetik (pembius).
Kokain mempunyai efek stimulasi pada jaringan otak bagian sentral. Efek pemakain
kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri,
dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian penggunaan
narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak
ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin, betametadol,
morfin, petidin dan turunannya, dan lain-lain.
c. Narkotika Golongan III adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau potensi
ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan
dan penelitian. Adapun jenis narkotika yang termasuk dalam golongan III adalah kodein
dan turunannya, Buprenorfina, Dekstropropoksifena dan sebagainya
Narkotika merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya dan penggunaannya dilarang di
seluruh dunia. Penggunaan narkotika tidak akan memberi efek positif pada tubuh tetapi
malah akan memberikan efek negatif. Jika digunakan maka penggunanya akan mengalami
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan
rasa nyeri, tetapi setelah itu penggunanya akan merasa tergantung dan akan mengulangi
secara terus menerus untuk menggunakan narkotika yang memiliki banyak jenis ini. Jika
sudah begini maka akan sulit untuk lepas dari jerat narkotika yang hanya akan memberi
siksaan pada penggunanya

Gambar 10. Sumber narkoba jenis ganja, opium, kokain (sumber:dokteranakku.net)


3. Zat adiktif psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Berdasarkan Undang-Undang RI no 5
tahun 1997, psikotropika dapat dibagi menjadi 4:
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika yang termasuk dalam
golongan I adalah brolamfetamina, etisiklidina, etriptamina, (+)- Lisergida,
mekatinona, dan sebagainya.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Jenis psikotropika golongan II
adalah amfetamina, deksamfetamina, fenetilina, fenmetrazina, fensiklidina,
levamfetamina, meklokualon, metamfetamina, metakualon, metilfenidat, sekobarbital,
dan zipepprol.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk psikotropika
golongan III adalah amobarbital, buprenofrina, butalbital, flunitrazepam, glutetimida,
katina, pentazosina, pentobarbital, dan siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Beberapa psikotropika
golongan IV adalah allobarbital, amfepramona, barbital, benzfetamina, diazepam,
fencamfamina, dan fendimetrazina.

Gambar 11. Obat-obatan terlarang (sumber doktersip.com)


Dalam masyarakat, zat adiktif dikenal dengan istilah narkoba (narkotika dan obat
berbahaya) dan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). NAPZA berdasarkan
efeknya dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Depresan
Obat jenis ini bekerja dengan cara membuat pusat saraf menjadi pasif. Jenis ini dikenal
juga sebagai obat penenang. Secara medis obat-obatan tersebut berfungsi untuk
membantu mengurangi rasa cemas dan gelisah, meredakan ketegangan jiwa, pngobatan
darah tinggi dan epilepsi, merangsang segera tidur. Penggunaan dalam jumlah
berlebihan akan memberi efek serupa dengan alkohol seperti mabuk, sempoyongan dan
berbicara tidak terkendali. Akibat yang lebih parah adalah kejang-kejang, tidak sadar
dan kematian. Contoh obat jenis depresan adalah barbiturat, chloral hydrat,
glutehimeide, methaqualon, benzodia zepin, rohynol, magdon, staurodorm, valium,
narkotika golongan opiat.
b. Stimulan
Obat jenis ini membuat pusat saraf menjadi sangat aktif. Obat ini sangat efektif
menimbulkan rangsangan sehingga obat ini dikenal dengan sebutan obat perangsang.
Contoh obat stimulan adalah amphetamin, phenmetrazin, methyl phenidat. Dalam
golongan ini yang sering disalahgunakan adalah jenis amphetamin. Golongan
amfetamin yang banyak disalahgunakan adalah MDMA (3,4, metilen dioksi
metamfetamin) atau lebih dikenal dengan ekstasi , inex, xtc. dikemas dalam bentuk
tablet dan capsul dan metamfetamin (shabu-shabu). Kebiasaan menggunakan obat ini
secara terus menerus akan menimbulkan ketergantungan dan toleransi menuntut
peningkatan dosis. Efek pemakaian obat ini adalah penyakit saraf, mudah panik, mudah
terkena infeksi, rusaknya sel-sel otak, menyebabkan gila. Dalam bidang medis, obat
jenis ini digunakan untuk menghilangkan rasa lelah, menambah nafsu makan,
memelihara kestabilan darah selama pembedahan dan mencegah shok karena
pembedahan.
c. Halusinogen
Obat-obatan ini dapat menimbulkan halusinasi atau daya khayal yang kuat yaitu salah
persepsi tentang lingkungan dan dirinya, baik pendengaran, penglihatan maupun
perasaan. Yang termasuk jenis ini adalah halusinogen alami antara lain ganja, kecubung,
meskalin yang berasal dari kaktus Liphophora williamsii dan psilocybin yang berasal
dari jamur Psilocybe mexicana serta halusinogen sintetis LSD (Lysergic acid
Diethylamide), PCP (phencyclidine). LSD memberikan daya khayal yang sangat kuat.
Sejumlah 50 mg LSD akan menyebabkan daya khayal bagi pemakainya selama sekitar
16 jam. Penyalahgunaan obat ini menyebabkan suhu badan menurun, detak jantung
meningkat, mual dan mabuk. PCP dalam bidang medis digunakan sebagai anastesi untuk
hewan. Penyalahgunaan obat ini menyebabkan adanya perasaan melayang-layang,
hilang perhatian pada lingkungan sekitar, bentuk tubuh terasa berkurang.
Pengaruh penyalahgunaan zat adiktif berbahaya
Gejala penyalahgunaan NAPZA
Gejala ketika seseorang menggunakan NAPZA antara lain: jalan sempoyongan, bicara pelo (
cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif. Ketika sudah terjadi kelebihan dosis (
Overdosis ) maka gejala yang timbul: nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba
dingin, bahkan meninggal. Ketika sedang ketagihan atau biasa disebut sakau : mata merah,
hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran
menurun. NAPZA bila digunakan dalam jangka panjang akan menyebabkan: penampilan tidak
sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, banyak bekas suntikan
pada lengan.

Tabel 2. Pengaruh penyalahgunaan NAPZA


Pengaruh penyalahgunaan NAPZA
Bagi individu Bagi masyarakat
Menimbulkan ketergantungan Meningkatnya resiko pertengkaran dan
perkelahian
Perubahan dan penyimpangan perilaku Meningkatkan angka kriminalitas (terjadinya
pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dll)
Menimbulkan kerusakan otak dan susunan Meningkatnya resiko kecelakaan
saraf
Beresiko terkena berbagai penyakit seperti Terganggunya ketertiban umum
HIV/AISD, gangguan jantung, gangguan
pernafasan, gangguan reproduksi
Dapat menyebabkan kematian
Menyebabkan komplikasi pada kehamilan
RANGKUMAN
Zat aditif ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas makanan hasil
olahan. Berdasarkan sumbernya, zat aditif dapat dibedakan menjadi zat aditif alami dan zat
aditif buatan (sintetis). Jenis-jenis zat aditif berdasarkan fungsinya adalah antibuih
(antifoaming agent), antikempal (anticaking agent), antioksidan (antioxidant), bahan
pengkarbonasi (carbonating agent), garam pengemulsi (emulsifying salt), gas untuk kemasan
(packaging gas) , humektan (humectant), pelapis (glazing agent), pemanis (sweetener),
pembawa (carrier), pembentuk gel (gelling agent), pembuih (foaming agent), pengatur
keasaman (acidity regulator), pengawet (preservative), pengembang (raising agent),
pengemulsi (emulsifier), pengental (thickener), pengeras (firming agent), penguat rasa (flavour
enhancer) peningkat volume (bulking agent), penstabil (stabilizer), peretensi warna (colour
retention agent) perisa (flavouring), perlakuan tepung (flour treatment agent), pewarna
(colour), propelan (propellant); dan sekuestran (sequestrant). Konsumsi zat aditif yang
berlebihan dapat membahayakan kesehatan.
Zat adiktif dapat dibedakan menjadi zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika,
narkotika, psikotropika. NAPZA berdasarkan efeknya dapat digolongkan menjadi depresan,
stimulan, halusinogen. NAPZA dapat memiliki manfaat bila digunakan untuk tujuan
pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pemakaian yang tidak tepat atau
penyalahgunaan NAPZA dapat memberikan efek buruk tidak hanya bagi pengguna namun juga
pada masyarakat luas. Karena bahaya NAPZA sangat besar maka perlu upaya pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan zat tersebut.

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 032 Tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Makanan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan
Anonim. 2013. Peraturan Kepala BP POM no 33 tahun 2013 tentang Persyaratan Dan Tata
Cara Permohonan Analisa Hasil Pengawasan Dalam Rangka Impor Dan Ekspor
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Anonim. 2017. Modul Mata Pelajaran Ipa Zat Aditif, zat adiktif, dan Psikotropika. Surabaya:
Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya.
Branen, L., Davidson, M., Salminen, S., Thorngate, J. 2002. Food Additive. Second Edition.
New York: Marcel Dekker, Inc.
Jeanne Mandagi, Wresniwiro, Haris Sumarna. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya
Serta Penanggulangannya. Edisi pertama. Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara.
Ramlawati, Hamka L., Sitti Saenab, Sitti Rahma Yunus. 2017. Zat Aditif Dan Adiktif Serta
Sifat Bahan Dan Pemanfatannya. Jakarta :Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai