Dalam hal ini, permasalahan utama yang terjadi adalah pemanfaatan sempadan sungai
untuk peruntukan yang tidak sesuai yaitu adanya pemukiman penduduk, bangunan
komersial, dan sebagainya di daerah sempadan sungai Way Batu Merah. Permasalahan
turunan yang terjadi akibat adanya pemukiman di daerah sempadan tersebut adalah
pencemaran air sungai yang disebabkan oleh pembuangan sampah maupun limbah
rumah tangga ke dalam sungai. Kondisi pemukiman padat serta tercemarnya air
sungai. Berbagai upaya telah dilakukan namun hingga saat ini belum membuat
lingkungan sungai menjadi lebih baik.
Permasalahan lain yang terjadi terkait dengan keberadaan sungai Way Batu Merah
adalah permasalahan banjir yang sering melanda utamanya di bagian hilir sungai.
Penyebab banjir dari sungai tersebut antara lain penurunan kapasitas sungai akibat
sedimentasi, permukiman penduduk dan bangunan lain yang berdiri di ruang sungai,
pendangkalan akibat sampah, maupun kenaikan muka air di muara.
Konsep penataan sempadan Sungai Way Batu Merah di Kota Ambon disajikan secara
skematik seperti pada gambar berikut ini.
PEDOMAN
UU No. 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air
UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Tata
Ruang
Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015
Tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau
Peraturan Pemerintah No 42 tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 35 tahun
1991 Tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No.38 Tahun
2011 Tentang Sungai
Pedoman Perencanaan Wilayah
Sungai KONSEP
Kebijakan Nasional Sumber Daya - Menyusun kebijakan dan strategi
Air penataan sempadan Sungai Way Batu
RUTRK dan peraturan daerah Merah
lainnya yang terkait - Membuat Rencana Pemanfaatan
Rekomtek yang terkait sempadan Sungai Way Batu Merah
Study terdahulu yang terkait - Membuat langkah-langkah yang
diperlukan dalam penataan sempadan
Sungai Way Batu Merah
TINDAKAN
Pengembangan sempadan
sungai yang berfungsi lindung
dan mempunyai nilai sosial,
ekonomi dan lingkungan
Pengelolaan sempadan sungai
yang produktif berkelanjutan
dan disertai kepastian hukum.
Mencegah penggunaan KONDISI YANG DIHARAPKAN
sempadan sungai yang tidak Menjaga kelangsungan ketersediaan daya
sesuai dengan peruntukannya. dukung, daya tampung dan fungsi sungai
sebagai sumber daya air.
Keberadaan banyak jenis spesies flora dan fauna merupakan aset keanekaragaman
hayati yang penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan alam dalam jangka
panjang. Namun karena ketidakpahaman tentang fungsinya yang sangat penting,
umumnya di perkotaan, sempadan tersebut menjadi hilang didesak oleh peruntukan
lain. Manfaat keberadaan sungai bagi:
1. Kehidupan manusia adalah sebagai penyedia air dan wadah air untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olah
raga, pertahanan, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan
kebutuhan lainnya; dan
Fungsi sungai sebagai pembangkit utama ekosistem flora dan fauna perlu
dijaga agar tidak menurun. Ekosistem flora dan fauna meliputi berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan tepian sungai dan berbagai jenis spesies binatang. Spesies
binatang di sungai antara lain cacing (invertebrata), siput (mollusca),
kepiting (crustacea), katak (amphibia), kadal (reptilia), serangga (insect),
ikan (fish), dan burung (avian).
Kondisi sungai yang demikian ini jumlah kehidupan akuatiknya juga menurun
drastis atau bahkan punah, karena hilangnya tetumbuhan di sempadan sungai. Hal
ini terjadi karena sempadan sungai lebih terekspose sinar matahari sehingga udara
di sekitar sungai menjadi lebih panas, temperatur air sungai meningkat yang
mengakibatkan turunnya oksigen terlarut, sehingga kurang memenuhi syarat
untuk kehidupan biota air dan berakibat turunnya jumlah keanekaragaman hayati
baik di sungai maupun di sempadannya.
e. Untuk melindungi batas fungsi sungai dari peruntukan lain, dilakukan pengaturan
pemanfaatan pada sempadan sungai melalui penetapan batas sempadan sungai
dengan tanda dan/atau patok batas sempadan sungai.
4. Ruas sungai yang tinggal menyisakan sedikit flora dan fauna spesifik.
Jika pada ruas sungai tertentu terdapat jenis flora atau fauna spesifik yang
menurut peraturan perundang-undangan atau menurut aspirasi masyarakat
termasuk jenis yang harus dilindungi, maka ruas sungai tersebut harus
diprioritaskan penetapan sempadannya. Hal ini untuk mencegah punahnya
spesies flora atau fauna spesifik/langka yang sangat penting bagi
keseimbangan ekosistem.
Tepi
Palun
Tepi g
Palun
g
Q2 – Q5
Sempadan Sempadan
Berdasarkan Berdasarkan
Tanggul Tanggul
Rencana Rencana
Untuk daerah delta perlu dibatasi hanya pada bagian ruas sungai yang
palungnya telah stabil. Untuk sungai meander dan braided agar tepi palung
ditentukan dari batas terluar perubahan alur. Untuk sungai yang mengalami
agradasi dan sungai yang membawa aliran lahar dingin agar diambil jarak
sempadan yang lebih lebar berdasarkan pengalaman luapan yang pernah
terjadi, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.
Selain itu juga ada kemungkinan karena adanya rencana perubahan tata
ruang, suatu daerah akan dikembangkan menjadi daerah pemukiman dan
perkotaan, sehingga debit banjir yang akan melewati sungai tersebut
meningkat dan perlu kegiatan peningkatan kapasitas alur sesuai debit banjir
rencana. Untuk kedua hal ini penentuan tepi palung sungai harus
mempertimbangkan dimensi palung sungai sesuai debit rencana pada waktu
yang akan datang, sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sempadan Berdasarkan
Sempadan Tepi Palung Yang Aman
Berdasarkan Dari Longsoran
Tepi Palung
Jalan Raya
h. Ruas sungai dengan lahan basah (wetlands) di tepi palung sungai. Di daerah
tertentu seringkali palung sungai menyatu dengan kawasan lahan basah
(wetlands) atau rawa. Mengingat fungsi lahan basah mirip dengan fungsi
sempadan, justru lebih lengkap lagi yaitu memiliki fungsi
membersihkan/menetralkan bahan pencemar, maka sempadan sungai dalam
kondisi ini tidak perlu lagi ditetapkan. Sebagai gantinya lahan basah yang
ada di tepi sungai harus dijaga dan dilindungi keberadaannya.
Namun ketika misalnya lahan basah ini diperkirakan dalam waktu yang
tidak terlalu lama akan mengalami penyusutan atau hilang, maka batas
sempadan sungai harus ditetapkan, yaitu pada tepi lahan basah dimaksud,
sebagaiamana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sempadan Sempadan
Berdasarkan Berdasarkan
Tepi Palung Tepi Palung
Sempadan Berdasarkan
Sempadan Berdasarkan Tepi Palung
Tepi Palung Tepi
Tepi Palung
Palung
Setelah tepi palung sungai maupun pusat mata air ditentukan, maka jarak
sempadan ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila telah ditentukan
garis sempadan sungai, perlu dikaji pula kemungkinan pembebasan lahan
sempadan sungai beserta perkiraan biaya yang diperlukan.
Patok batas sempadan sungai merupakan tanda batas sempadan sungai dan Tim
Kajian penetapan garis sempadan sungai menuangkannya ke dalam gambar
atau peta topografi dengan skala yang jelas.
9. Penyusunan Laporan Kajian Penetapan Garis Sempadan Sungai. Laporan
Kajian Penetapan Sempadan Sungai memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Latar belakang penetapan sempadan sungai;
b. Kajian beberapa aspek penetapan sempadan sungai meliputi aspek: hukum
(peruntukan lahan, status kepemilikan lahan), lingkungan, sosial, ekonomi,
dan teknis;
c. Kajian teknis sebagaimana dimaksud pada huruf b memuat paling sedikit
mengenai batas ruas sungai yang ditetapkan, letak garis sempadan, serta
rincian jumlah dan jenis bangunan yang terdapat di dalam sempadan, dan
dilengkapi gambar sebagai berikut:
1) Gambar detil denah, potongan melintang sungai, potongan
memanjang sungai, dan letak garis sempadan pada tiap ruas
sungaidengan skala gambar yang cukup jelas. Jarak antar potongan
melintang pada ruas sungai yang lurus adalah 50 (lima puluh) meter
dan pada ruas sungai yang berbelok-belok menyesuaikan dengan
kondisi meandering sungai serta lingkungan setempat di ruas sungai
tersebut;
2) Gambar denah rincian bangunan dan status kepemilikan (lahan dan
bangunan) yang terletak di dalam sempadan sungai;
3) Letak patok-patok sempadan sungai dan tanggal penetapan. Patok-
patok dibuat dari kayu atau beton dan/atau bahan lain sebagai batas
terluar sempadan setiap 50 (lima puluh) meter di ruas sungai yang
lurus atau menyesuaikan dengan kondisi meandering sungai dan
lingkungan setempat di ruas sungai tersebut. Dimensi, warna, dan
kedalaman patok dapat bervariasi sesuai kesepakatan para anggota
Tim Kajian Penetapan Sempadan. Apabila belum memungkinkan
untuk meletakkan patok-patok, papan pengumuman/peringatan
Berikut ini disajikan sketsa batas sempadan sungai sesuai dengan Permen PUPR No.
28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai.
≥100 m. ≥100 m.
RUANG SUNGAI
RUANG SUNGAI
≥ 3 m. TANGGUL ≥ 3 m.
TANGGUL
SEMPADAN SUNGAI PALUNG SUNGAI SEMPADAN SUNGAI
BANTARAN BANTARAN
RUANG SUNGAI
≥ 5 m. ≥ 5 m.
TANGGUL TANGGUL
SEMPADAN SUNGAI SEMPADAN SUNGAI
PALUNG SUNGAI
BANTARAN BANTARAN
RUANG SUNGAI
Dengan terdapatnya perbedaan antara penentuan batas sempadan sungai oleh Permen
PUPR No. 28/PRT/M/2015 dengan RTRW Kota Ambon, maka dalam hal ini mengacu
5.6. Analisa dan Usulan Batas Sempadan Sungai Way Batu Merah Kota Ambon
5.6.1. Identifikasi Kawasan Daerah Sempadan Sungai Way Batu Merah
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya bahwa salah satu tahapan dalam menentukan
lebar atau batas sempadan sungai adalah identifikasi kawasan dimana sungai tersebut
mengalir, apakah sungai tersebut terletak di kawasan perkotaan atau diluar
perkotaan/perdesaan dan apakah sungai tersebut bertanggul atau tanpa tanggul.
Identifikasi kawasan sempadan sungai untuk mengklasifikasikan sebagai kawasan
perkotaan dan non perkotaan dengan meninjau ciri-ciri fisik dan ciri-ciri sosial
kawasan.
- Sungai Way Batu Merah di bagian hilir merupakan muara dari saluran-saluran
drainase perkotaan yang mengangkut limbah yang belum diolah dengan
semestinya sesuai syarat kualitas air.
- Lokasi sempadan Sungai Way Batu Merah juga meruapakan area rawan banjir/
luapan sungai, yang dikuatirkan terus meningkat bilamana lahan sempadan
secara terus menerus dimanfaatkan/ dieksploitasi dan mendesak aliran sungai.
- Kawasan di bagian kiri dan kanan sungai merupakan kawasan yang terus
berkembang, dikwatirkan akan memberikan desakan untuk memanfaatkan lahan
sempadan sungai.
Tabel 5.1 : Evaluasi Dampak Genangan Banjir pada Sempadan Sungai Way Batu Merah
Lokasi Area Genangan Banjir pada DAS Way Batu Merah
Periode Ulang Banjir dan
Batu Karang Way
Dampak Banjir Amantelu Rijali Soya
Merah Panjang Hoka
1. Perode Ulang 50 Th
Luas Genangan (A = Ha)
Lahan Terbuka/ Sawah,
Kebun dll, (A = Ha)
Gedung (Rumah, Fasilitas
Umum, Kantor, dll.)/ Unit
2. Perode Ulang 20 Th
Luas Genangan (A = Ha)
Lahan Terbuka/ Sawah,
Kebun dll, (A = Ha)
Gedung (Rumah, Fasilitas
Umum, Kantor, dll.)/ Unit
3. Perode Ulang 20 Th
Luas Genangan (A = Ha)
Lahan Terbuka/ Sawah,
Kebun dll, (A = Ha)
Gedung (Rumah, Fasilitas
Umum, Kantor, dll.)/ Unit
Sumber: Hasil Kajian dan Analisis
Mengingat kondisi Sungai Way Batu Merah dari hulu ke hilir secara umum sama,
yaitu sungai dikawasan perkotaan dan tanpa konstruksi tanggul, dengan kedalaman
sungai bervariasi antara 3 m sampai dengan 20 m, maka lebar/batas sempadan Sungai
Way Batu Merah diusulkan ≥ 15 m dari tepi sungai, (pedoman: Permen PUPR No.
28/PRT/M/2015).
Gambar batas sempadan Sungai Way Batu Merah sesuai dengan yang diusulkan
sebagaimana disajikan pada gambar berikut (contoh).
Gambar/peta Batas Sempadan Sungai Way Batu Merah secara detail dapat dilihat pada
Buku II : Laporan Utama (Album Peta Batas Sempadan Sungai)
1. Luas lahan sempadan Sungai Way Batu Merah sesuai dengan batas sempadan
sungai yang diusulkan adalah 304,17 Ha, dengan pemanfaatan sebagai lahan
permukiman/perumahan, gedung untuk fasilitas umum dan kantor, lahan tegalan
(kebun, ladang) serta lahan kosong dan lahan peruntukan lainnya (jalan, tanggul
dan drainase)
2. Jumlah bangunan/gedung yang ada pada rencana sempadan Sungai Way Batu
Merah yang diusulkan adalah 878 bangunan, yang meliputi bangunan rumah
permanen, semi permanen dan tidak permanen, gedung kantor dan fasilitas umum
yang tersebar di 4 kelurahan yaitu: Kel. Batu Merah 610 bangunan; Kel.
Amantelu 205 bangunan; Kel. Rijali 33 bangunan, Kel. Way Hoka 30 bangunan.
Total luas bangunan yang berada dalam lahan Sempadan Sungai yang diusulkan
adalah 8,41 Ha.
Tabel 5.2 : Evaluasi Pemanfaatan Lahan Sempadan Sungai Way Batu Merah
Pemanfaatan Lahan Sempadan
Lokasi, (Kelurahan di Kota Luas Lahan Terbuka/ Gedung (Rumah,
Ambon, Prov. Maluku) Genangan Sawah, Kebun dll, Fasilitas Umum,
(A = Ha) (A = Ha) Kantor, dll.)/ Unit
Batu Merah 610
Amantelu 205
Rijali 33
Way Hoka 30
Jumlah 878
Sumber: Hasil Kajian dan Analisis
5.7. Alternatif Penataan Sempadan Sungai Way Batu Merah di Kota Ambon
Dalam rangka penataan sempadan Sungai Way Batu Merah, diusulkan beberapa
alternatif penataan sempadan sungai:
1. Pemasangan patok batas sempadan sungai
2. Pemasangan papan informasi, peringatan dan sanksi yang berhubungan dengan
pemanfataan lahan sempadan sungai pada beberapa tempat di daerah sempadan
sungai
Dalam upaya pembuatan legalisasi garis sempadan sungai secara real dapat dilakukan
dengan pemasangan patok tetap utama dan patok tetap bantu. Patok tetap utama dibuat
dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) Semua patok tetap utama yang digunakan dibuat dari beton bertulang dengan
ukuran yang telah disepakati,
(b) Patok tetap utama dipasang di sepanjang tepi sungai di bagian kiri dan kanan
sungai setiap jarak 50 m, atau menyusuaikan kondisi alur/belokan sungai.
(c) Patok tetap utama cukup dipasang di sepanjang tepi sungai jika:
(1) Sungai yang dipetakan tidak lebar,
(2) Kondisi tanah di sepanjang tepi sungai tidak memungkinkan untuk dipasang
patok tetap utama,
(3) Penggunaan lahan di sepanjang tepi sungai tidak memungkinkan untuk
dipasang patok tetap utama,
(4) Bangunan sungai hanya akan dibuat di areal di tepi sungai.
(5) Tidak ada masalah pembebasan tanah di areal di sepanjang tepi sungai, dan
(6) Berdasarkan pertimbangan lainnya.
Keterangan:
Patok Tetap Utama (PTU) sempadan Sungai Way Batu Merah yang diusulkan saat ini
sebanyak 308 Patok yang dimulai pada Sta. 0 + 000 km (muara sungai) sampai dengan
Sta. 6 + 000, yang dipasang pada batas sempadan bagian kiri dan kanan sungai,
dengan rincian patok sebagai berikut: