Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HAK MILIK
Ketentuan mengenai hak milik disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUPA. Secara khusus diatur
dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 27 UUPA.
Pengertian Hak Milik (PASAL 20 AYAT 1 UUPA)
Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6
- Turun-temurun artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih
hidup dan pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya
sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik
- Terkuat, artinya hak milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang
lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain, dan
tidak mudah hapus
- Terpenuh, artinya hak milik atas tanah memberi wewenang kepada pemiliknya paling luas bila
dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain,
tidak berinduk pada hak atas tanah yang lain, dan penggunaan tanah lebih luas bila dibandingkan
dengan hak atas tanah yang lain.
• Subjek Hak Guna Usaha (Pasal 30 UUPA jo. Pasal 2 PP No. 40 tahun 1996, adalah :
1. warga Negara Indonesia
2. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (badan
hukum Indonesia)
Kewajiban Pemegang Hak Guna Usaha (pasal 12 ayat 1 PP No. 40 tahun 1996, pemegang hak
Guna Usaha berkewajiban untuk :
1. Membayar uang pemasukan kepada Negara
2. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan atau peternakan sesuai peruntukan
dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam pemberian keputusan pemberian haknya
3. Mengusahakan sendiri tanah hak guna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha
berdasarkan criteria yang ditetapkan oleh instansi teknisi
4. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan
areal hak guna usaha
5. Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian
kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku
6. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunan hak Guna Usaha
7. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak guna Usaha kepada Negara sesudah Hak
Guna Usaha tersebut hapus
8. Menyerahkan sertifikat hak guna usaha yang telah hapus kepada kepala kantor pertanahan
Menurut Pasal 17 PP 40 tahun 1996 Faktor-Faktor Penyebab Hapusnya Hak Guna Usaha Dan
Berakibat Tanahnya Menjadi Tanah Negara adalah :
1. berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangannya
2. dibatalkan oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir karena tidak
dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak atau dilanggarnya ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan dalam keputusan pemberian hak, dan adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
3. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir
4. hak guna usahanya dicabut
5. tanahnya ditelantarkan
6. tanahnya musnah
7. pemegang hak guna usaha tidak memenuhi syarat sebagai pemegang hak guna usaha.
Pasal 18 PP No 40 tahun 1996 mengatur konsekuensi Hapusnya Hak Guna Usaha Bagi Pemegang
Hak Guna Usaha :
1. apabila hak guna usaha hapus dan tidak dapat diperpanjang atau diperbaharui, bekas pemegang
hak wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada diatas tanah bekas hak
guna usaha tersebut kepada Negara dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri
Agraria/Kepala BPN
2. apabila bangunan, tanaman, dan benda-benda tersebut diatas diperlukan untuk melangsungkan
atau memulihkan pengusahaan tanahnya, maka kepada pemegang hak diberikan ganti rugi yang
bentuk dan jumlahnya diatur lebih lanjut dengan keputusan presiden
3. pembongkaran bangunan dan benda-benda diatas tanah hak guna usaha dilaksanakan atas biaya
bekas pemegang hak guna usaha
4. jika bekas pemegang hak guna usaha lalai dalam memenuhi kewajiban tersebut , maka bangunan
dan benda-benda yang ada diatas tanah bekas hak guna usaha dibongkar oleh pemerintah atas
biaya pemegang hak guna usaha
Subjek hak Guna Bangunan Pasal 36 UUPA jo Pasal 21 PP No. 40 tahun 1996 :
1. warga Negara Indonesia
2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (badan
hukum Indonesia)
Jangka Waktu Hak Guna Bangunan, Pasal 26 sampai dengan pasal 29 PP No. 40 tahun 1996.
1. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara, Hak guna bangunan ini berjangka waktu untuk pertama
kali 30 tahun dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun dan dapat diperbaharui
untuk jangka waktu paling lama 30 tahun
2. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan, Hak guna bangunan ini berjangka waktu
untuk pertama kali 30 tahun dapat diperpanjanguntuk jangka waktu paling lama 20 tahun dan
dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 30 tahun
3. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik, Hak guna bangunan ini berjangka waktu paling lama
30 tahun, tidak dapat diperpanjang jangka waktu. Namun atas kesepakatan antara pemilik tanah
dengan pemegang hak guna bangunan dapat diperbaharui dengan pemberian hak guna bangunan
yang baru dengan akta yang dibuat PPAT dan wajib didaftarkan pada Kantor pertanahan
kabupaten /kota setempat
Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan (Pasal 30 Dan Pasal 31 Pp No.40 Tahun 1996)
1. membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan
pemberian haknya
2. menggunakan tanah sesuai dengan dengan peruntukkannya dan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan dan perjanjian pemberiannya
3. memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta menjaga lingkungan hidup
4. menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan hak guna bangunan kepada Negara, pemegang
hak pengelolaan atau pemegang hak milik sesudah hak guna bangunan dihapus
5. menyerah kan hak guna bangunan yang telah dihapus kepada kepala kantor pertanahan
6. membagi jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang
terkurung oleh tanah hak guna bangunan tersebut
Konsekuensi Pemegang Hak Guna Bangunan Atas Hapusnya Hak Guna Bangunan (Pasal 37
Dan 38 Pp No 40 Tahun 1996)
1. apabila hak guna bangunan hapus dan tidak dapat diperpanjang atau diperbaharui, bekas pemegang
hak wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada diatasnya dan
menyerahkan tanahnya kepada negara dalam keadaan kosong selambat-lambatnya dalam waktu
satu tahun sejak hapusnya hak guna bangunan
2. apabila bangunan, tanaman, dan benda-benda tersebut diatas diperlukan, maka kepada pemegang
baik pemegang hak guna bangunan diberikan ganti rugi yang bentuk dan jumlahnya diatur lebih
lanjut dengan keputusan presiden
3. pembongkaran bangunan dan benda-benda diatas tanah hak guna usaha dilaksanakan atas biaya
bekas pemegang hak guna bangunan
4. jika bekas pemegang hak guna bangunan lalai dalam memenuhi kewajiban tersebut , maka
bangunan dan benda-benda yang ada diatas tanah bekas hak guna bangunan dibongkar oleh
pemerintah atas biaya pemegang hak guna bangunan
5. apabila hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan atau atas tanah hak milik hapus , maka
bekas pemegang hak guna bangunan wajib menyerahkan tanahnya kepada pemegang hak
pengelolaan atau pemegang hak milik dan memenuhi ketentuan yang sudah disepakati dalam
perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan atau perjanjian hak guna bangunan atas tanah hak
milik
HAK PAKAI
Ketentuan hak pakai disebutkan dalam Pasal 16 ayat 1 huruf d UUPA secara khusus diatur dalam pasal
41 sampai dengan pasal 43 UUPA.
Pengertian Hak Pakai
Hak pakai menurut pasal 41 ayat 1 UUPA adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang
dan kewajiban yangditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian sewa menyewa
atau perjanjian pengolaha tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan
UUPA
Kewajiban Pemegang Hak Pakai (Berdasarkan Pasal 50 dan pasal 51 PP no 40 tahun 1996 )
1. membayar uang pemasukan Negara yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam
keputusan pemberian haknya, perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan atau dalam perjanjian
pemberian hak pakai atas tanah hak milik
2. menggunakan tanah sesuai dengn peruntukannya dan persyaratan sebagaimana diterapkan dalam
keputusan pemberiannya, atau perjanjian pemberian hak pakai atas tanah hak milik
3. memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta menjaga kelestarian
lingkungan hidup
4. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan hak pakai kepada Negara,pemegang hak
pengelolaan atau pemilik tanah sesudah hak pakai tersebut hapus
5. menyerahkan sertifikat hak pakai yang telah hapus kepada kepala kantor pertanahan
kabupaten/kota setempat
6. memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah
yang terkurung oleh tanah hak pakai
Hak Pemegang Hak Pakai (Berdasarkan pasal 52 PP No.40 tahun 1996)
1. menguasai dan mempergunakan tanah selama waktu tertentu untuk keperluan pribadi atau
usahanya
2. memindahkan hak pakai kepada pihak lain
3. membebaninya dengan hak tanggungan
4. menguasai dan mempergunakan tanah untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya
dipergunakan untuk keperluan tertentu
Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemilik tanah
sebelum jangka waktu berakhir, karena :
a. tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak pakai dan atau dilanggarnya ketentuan-
ketentuan dalam hak pakai
b. tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian
pemberian hak pakai antara pemegang hak pakai dengan pemilik tanah atau perjanjian penggunaan
hak pengelolaan
c. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Konsekuensi hapusnya pemegang hak pakai menurut pasal 57 PP No. 40 tahun 1996
1. apabila hak pakai atas tanah Negara hapus dan tidak diperpanjang dan diperbaharui maka bekas
pemegang hak pakai wajib membongkar bangunan dan benda benda yang ada diatasnya dan
menyerahkan tanahnya kepada Negara dalam keadaan kosong selambat lambatnya dalam waktu 1
tahun sejak hapusnya hak pakai
2. dalam hal bangunan dan benda-benda tersebut masih diperlukan kepada bekas pemegang hak
pakai diberikan ganti rugi
3. jika bekas pemegang hak pakai lalai dalam memenuhi kewajiban membongkar hak pakai, maka
bangunan dan benda-benda yang ada diatasnya dibongkar oleh pemerintah atas biaya pemegang
hak pakai
Objek Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak atas tanah yang dapat disewakan kepada pihak lain adalah
hak milik dan objek yang disewakan oleh pemilik tanah kepada pihak lain(pemegang hak sewa
bangunan) adalah tanah bukan bangunan
Perbedaan Hak Gadai (Gadai Tanah) Dengan Gadai Dalam Hukum Perdata
Hak gadai tanah terdapat satu perbuatan hukum yang berupa perjanjian penggarapan tanah pertanian
oleh orang yang memberikan uang gadai, sedangkan gadai menurut hukum perdata terdapat dua
perbuatan hukum yang berupa perjanjian pinjam meminjam uang sebagai perjanjian pokok dan
penyerahan benda bergerak sebagai jaminan sebagai perjanjian ikutan.
Menurut Boedi Harsono sifat dan ciri-ciri Hak gadai (gadai tanah):
1. hak gadai (gadai tanah) jangka waktunya terbatas artinya pada suatu waktu akan hapus
2. hak gadai (gadai tanah ) tidak berakhir dengan meninggalnya pemegang gadai
3. Hak gadai (gadai tanah) dapat dibebani dengan hak-hak tanah yang lain
4. hak gadai (gadai tanah) dengan persetujuan pemilik tanahnya dapat dialihkan kepada pihak ketiga,
dalam arti bahwa hubungan gadai yang semula menjadi putus dan digantikan dengan hubungan
gadai yang baru antara pemilik dengan pihak ketiga (memindahkan gadai atau doorverpanden)
5. hak gadai (gadai tanah) tidak menjadi hapus jika hak atas tanahnya dialihkan kepada pihak lain
6. selama hak gadai (gadai tanah)nya berlangsung makaatas persetujuan kedua belah pihak uang
gadainya dapat ditambah (mendalami gadai)
7. sebagai lembaga,hak gadai (gadai tanah) pada waktunya akan hapus
Sifat-sifat dan ciri-ciri Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi hasil)
Menurut Boedi Harsono
a. Perjanjian bagi hasil jangka waktunya terbatas
b. Perjanjian bagi hasil tidak dapat dialihkan kepada pihak lain tanpa izin pemilik tanahnya
c. Perjanjian bagi hasil tidak hapus dengan berpindahnya hak milik atas tanah yang bersangkutan
kepada pihak lain
d. Perjanjian bagi hasil tidak hapus jika penggarap meninggal dunia, tetapi hak itu hapus jika pemilik
tanahnya meninggal dunia
e. Perjanjian bagi hasil didaftar menurut peraturan khusus (diKantor Kepala desa)
f. Sebagai lembaga perjanjian bagi hasil ini pada waktunya akan dihapus
3. HAK MENUMPANG
Hak menumpang biasanya terjadi atas dasar kepercayaan oleh pemilik tanah kepada orang lain yang
belum mempunyai rumah sebagai tempat tinggal dalam bentuk tidak tertulis, tidak ada saksi dan tidak
diketahui oleh perangkat desa/kelurahan,sehingga jauh dari kepastian hukum dan perlindungan
hukum bagi kedua belah pihak.
• PENGERTIAN, Menurut Boedi harsono, Hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang
kepada seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah diatas tanah pekarangan milik orang
lain.
Panitia Ajudikasi dibentuk oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, terdiri atas:
• Seorang ketua merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional
• Beberapa anggota yaitu seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan pengetahuan dibidang
pendaftaran tanah, seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan pengetahuan dibidang hak-
hak atas tanah, Kepala desa/kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang pamong
Desa/Kelurahan yang ditunjuknya. Panitian ini dibantu oleh satuan tugas pengukuran dan
pemetaan, satuan tugas pengumpulan data yuridis dan satuan tugas administrasi
• Keanggotaan Panitia Ajudikasi dapat ditambah dengan seorang anggota yang sangat diperlukan
dalam penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang-bidang tanah diwilayah desa/kelurahan
yang bersangkutan, seperti Tetua Adat yang mengetahui benar riwayat/kepemilikan bidang-bidang
tanah setempat, khususnya didaerah yang hukum adatnya masih kuat.
Sebelum PP no 24 tahun 1997 diterbitkan, lingkup kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan PP No.10
tahun 1961 sebagaimana pasal 19 ayat 2, meliputi;
1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah
2. Pendaftaran dan peralihan hak atas tanah
3. Pemberian surat tanda bukti hak atau sertifikat
4. Pelaksanaan pendaftaran tanah menurut PP No.24 tahun 1997 meliputi kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali (dahulu disebut opzet) dan pemeliharaan data pendaftaran, atau dahulu dikenal
sebagai bijhouding
5. Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan PP 10/1961 dan PP 24/1997
6. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data
fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan
sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.
7. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun
yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya
8. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum, bidang tanah dan satuan rumah susun yang
didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebani
c. Pembukuan hak, Pembukuan hak dilakukan berdasarkan alat bukti dan berita acara pengesahan
d. Penerbitan sertifikat, Menurut PP No.10 tahun 1961, yang disebut sertifikat adalah salinan buku
tanah dan surat ukur yang dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang
bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria
Bentuk-bentuk pemindahan hak milik menurut sistem Hukum adat, Yang mengakibatkan pemindahan
hak milik untuk selama-lamanya ;
Jual Lepas, merupakan proses pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai, dimana
semua ikatan antara bekas penjual dengan tanahnya menjadi lepas sama sekali
Jual Lepas Panjer
Fungsi Panjer
1. Pembicaraan yang mengandung janji saja tidak mengakibatkan suatu kewajiban
2. Tanpa panjer, orang tidak merasa terikat
3. Perjanjian pokok (jual beli) belum terlaksana hanya dengan pemberian panjer
b. Jual Tahunan, merupakan suatu perilaku hukum yang berisikan penyerahan hak atas sebidang
tanah tertentu kepada subjek hukum lain dengan penerima sejumlah uang tertentu dengan
ketentuan bahwa sesudah jangka waktu tertentu maka tanah tersebut akan kembali dengan
sendirinya tanpa melalui perilaku hukum tertentu.
Kewenangan si pembeli tahunan, Mengolah tanah, menanami dan memetik hasilnya, dan berbuat
dengan tanah itu seakan-akan miliknya sendiri dalam jangka waktu yang diperjanjikan
b. Jual Beli tanah Menurut UUPA
Sifatnya
1. Tunai, adalah penyerahan hak oleh penjual dilakukan bersamaan dengan pembayaran oleh
pembeli dan seketika itu juga hak sudah beralih
2. Terang, dilakukan dihadapan kepala desa untuk memastikan bahwa perbuatan itu tidak
melanggar ketentuan hukum yang berlaku
3. Riil, kehendak yang diucapkan harus diikuti dengan perbuatan nyata, misalnya telah diterimanya
uang oleh penjual, dan dibuatnya dihadapan kepala desa
PP 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah, jual beli dilakukan oleh para pihak dihadapan PPAT
Syarat jual beli tanah ada 2
1. Syarat materiil
a. Pembeli berhak membeli tanah yang bersangkutan
b. Penjual berhak menjual tanah yang bersangkutan
c. Tanah hak yang bersangkutan boleh diperjual belikan dan tidak dalam sengketa
2. Syarat Formil
Setelah syarat materriil dipenuhi maka PPAT akan membuat akta jual beli (Pasal 37 PP No
24/1997)
Sebelum akta jual beli dibuat PPAT, maka disyaratkan bagi para pihak untuk menyerahkan surat-
surat yang diperlukan kepada PPAT,
1. Jika tanahnya bersertifikat, sertifikat tanahnya yang asli dan tanda bukti pembayaran biaya
pendaftarannya
2. Jika tanahnya belum bersertifikat, surat keterangan bahwa tanah tersebut belum bersertifikat,
surat-surat tanah yang ada memerlukan penguatan oleh kepala Desa dan Camat, dilengkapi
dengan surat yang membuktikan identitas penjual dan pembelinya yang diperlukan untuk
persertifikatan tanahnya setelah selesai dilakukan jual beli
B. HIBAH TANAH
• Hibah tanah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain dengan tidak ada pengganti apa
pun dan dilakukan secara sukarela, tanpa ada kontraprestasi dari pihak penerima pemberian, dan
pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup
• Sebelumnya lahirnya PP No24/1997
• Bagi mereka yang tunduk pada KUHperdata, surat hibah wasiat harus dibuat dalam bentuk tertulis
dari Notaris.
• Bagi yang tunduk pada Hukum Adat dapat membuatnya di bawah tangan, tetapi proses di kantor
pertanahan harus dibuat dengan akta PPAT
• Setelah lahirnya PP No.24 Tahun 1997, setiap pemberian hibah tanah harus dilakukan dengan akta
PPAT
C. PEWARISAN TANAH
Perolehan hak milik atas tanah yang terjadi karena pewarisan dari pemilik kepada ahli waris (Pasal 26
UUPA)
Peralihan hak karena pewarisan telah mendapat penegasan pada Bab V, Paragraf 3 tentang peralihan
Hak Karena Pewarisan sebagaimana tersebut dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintahan No.24 Tahun
1997,yakni :
1. Untuk peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah terdaftar, wajib
diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan ,
sertifikat yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya di catat sebagai pemegang
haknya dengan surat tanda bukti sebagai ahli waris.
2. Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib diserahkan dokumen-dokumen
surat keterangan Kepala Desa/kelurahan yang menyatakan yang bersangkutan menguasai tanah,
dan surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah tersebut belum bersertifikat ddari
kantor pertanahan, atau surat ket. Kepala Desa/Lurah jika lokasi tanahnya jauh dari kedudukan
Kantor Pertanahan dari pemegang hak yang bersangkutan.
3. Jika penerima waris terdiri dari satu orang, pendaftaran peralihan hak tersebut dilakukan kepada
orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris
4. Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak tersebut didaftarkan disertai
dengan akta pembagian waris yang memuat keterangan bahwa hak atas tanah jatuh kepada seorang
penerima warisan tertentu, pendaftaran hak milik atas tanah dilakukan kepada penerima warisan
yang bersangkutan berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian warisan
5. Warisan berupa hak atas tanah yang menurut akta pembagian waris harus dibagi bersama antara
beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta pembagian warisnya, didaftar
peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak bersama mereka
berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan/atau akta pembagian waris
Pemindahan hak
• Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali melalui
lelang, hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang.
• Pembuatan akta wajib dihadiri oleh para pihak oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan atau kuasanya dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang
memenuhi syarat untuk bertindak sebagai dalam perbuatan hukum itu
B. PEMBEBANAN HAK
Pembebanan hak Tanggungan pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,
pembebanan Hak Guna Bangunan atas Hak milik dan pembebanan lain pada hak atas tanah atau
satuan Rumah susun yang ditentukan dengan peraturan perundang-undangan, dapat didaftar jika
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
4. Hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun
Pendaftaran hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan dan hak milik atas satuan rumah susun
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan membubuhkan catatan pada Buku Tanah dan
Surat Ukur serta sertifikat hak yang bersangkutan, berdasarkan:
a. Data dalam Buku Tanah yang disimpan di Kantor Pertanahan, jika mengenai hak-hak yang
dibatasi masa berlakunya;
b. Salinan Surat Keputusan Pejabat yang berwenang mengenai hak yang bersangkutan telah
dibatalkan atau dicabut ;
c. Akta yang menyatakan bahwa hak yang bersangkutan telah dilepaskan oleh pemegang haknya ;
- Apabila sertifikat tanah dimaksud tidak diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan, hal
tersebut dicatat pada Buku Tanah dan Surat Ukur yang bersangkutan
- Untuk mencegah perbuatan hukum mengenai tanah yang sudah tidak ada haknya tersebut,
maka hapusnya hak yang sertifikatnya tidak diserahkan tersebut dapat diumumkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan
5. Peralihan dan hapusnya hak tanggungan
• Pendaftaran peralihan Hak tanggungan dilakukan dengan mencatatnya pada Buku tanah dan
Sertifikat hak Tanggungan yang bersangkutan dan pada Buku tanah serta sertifikat hak yang
dibebani berdasarkan surat tanda bukti beralihnya piutang yang dijamin karena cessie,
subrogasi, pewarisan atau penggabungan serta peleburan perseroan
• Apabila tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut telah dilelang untuk pelunasan piutang,
maka pendaftaran hapusnya hak tanggungan(roya) dapat dilakukan dengan melengkapi
persyaratan :
- Surat pernyataan kreditur yang melepas Hak tanggungan atas hak yang dilelang
- Kutipan risalah lelang
7. Perubahan nama
Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagai akibat pemegang hak yang ganti nama
dilakukan dengan, mencatatnya di dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun yang bersangkutan berdasarkan bukti mengenai ganti nama pemegang
hak tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tujuan LANDREFORM
a. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa tanah
b. Untuk melaksanakan prinsip:tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai obyek
spekulasi dan obyek (maksudnya:alat) pemerasan
c. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara Indonesia,
baik laik-laki maupun wanita, yang berfungsi sosial.
d. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan penguasaan tanah secara
besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan batas
minimum untuk tiap keluarga
e. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian yang intensif
secara gotong-royong dalam bentuk gotong royong lainnya, untuk mencapai kesejahteraan yang
merata dan adil, dibarengi dengan sistem perkreditan yang khusus ditujukan kepada golongan
tani
Program LANDREFORM
1. Pembatasan luas maksimum penguasaan tanah
2. Larangan pemilikan tanah secara apa yang disebut “absentee” atau “guntai”
3. Redistribusi tanah-tanah yang selebihnya dari tanah-tanah yang selebihnya dari batas maksimum
tanah-tanah yang terkena larangan “absentee”, tanah-tanah bekas swapraja dan tanah-tanah
negara
4. Pengaturan soal pembagian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang digadaikan
5. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian
6. Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian, disertai larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi
bagian-bagian yang terlampau kecil