Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR DAN

PENTINGNYA K-3

Samiran
TUJUAN PELAKSANAAN
PROYEK KONSTRUKSI

• Biaya
• Mutu
• Waktu
• Sehat dan selamat
Untuk memenuhi
selamat dan sehat,
maka perlu
diterapkan K-3
SAFETY ENGINEERING
• Kira-kira 5000 tahun yang lalu saat proses
pembuatan bangunan piramid banyak problem
kecelakaan dan kesehatan pekerja, belum
terpikirkan safety engineering
• Ribuan tahun kemudian sesudah itu masalah
safety engineering masih belum mendapat
perhatian yang serius
• Industri konstruksi hingga saat ini merupakan
industri yang menduduki rangking tertinggi dalam
resiko kecelakaan
• Di Indonesia safety engineering masih fokus
pada aspek manusia pada hal masalah ekonomi
merupakan faktor yang seharusnya perlu
diperhitungkan
SAFETY ENGINEERING (cont)
• Didalam industri konstruksi, safety engineering
baru berkembang mulai 5 atau 6 dekade yang
lalu, jadi masih relatif baru
• Kemajuan tentang perlunya safety engineering
dapat dilihat dengan mulai banyaknya industri
yang membuat safety equipment, seperti: helm,
sepatu khusus, pakaian pelindung, kacamata
pelindung, ikat pinggang pengaman, pelindung
telingan, dan lain-lain
• Dinegara maju telah ada data statistik tentang
kecelakaan konstruksi tiap tahunnya, baik
tentang kerugian harta maupun jiwa. Sehingga
safety engineering dapat dievaluasi
perkembangan perannya.
SAFETY ENGINEERING (cont)
• Di USA salah satu lembaga yang bernama The
Business Round Table (BRT) telah mulai
memberikan Construction Industry Safety
Excellence (CISE) Award, pemenangnya antara
lain adalah:
– Air product and chemicals, inc (1988)
– Mon Santo Chemical Company (1989)
– Gulf States, Inc (1989)
– KCI Constructor (1992)
• Bagi Indonesia harus banyak hal yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan keamanan
konstruksi sekaligus secara paralel melakukan
peningkatan dalam bidang teknologi, pelatihan,
dan manajemen
DUA ASPEK DALAM
SAFETY ENGINEERING

• Ada dua aspek penting yang perlu dicapai dalam


safety engineering program, yaitu aspek kemanusiaan
dan aspek ekonomi, kedua aspek tersebut tidak
dapat dipisahkan dan merupakan saling terkait.
• Di Indonesia aspek ini masih terpisah tergantung
pada sudut pandang masing-masing pihak; Depnaker
dan Organisasi pekerja hanya memperhatikan aspek
kemanusiaan saja, sedangkan pengusaha hanya
memperhatikan faktor ekonomi semata.
• Kedua-duanya dapat dicegah dengan satu tindakan
yaitu safety engineering program
ASPEK KEMANUSIAAN
• Tidak ada satu pihakpun yang terlibat dalam proyek konstruksi
menginginkan atau melihat pekerjanya celaka (meninggal atau
terluka)
• Pertanyaannya apakah keinginan untuk tidak terjadinya
kecelakaan kerja telah dijamin oleh suatu sistem keamanan
yang baik?
• Faktor ini sangat ditonjolkan oleh pemerintah dan organisasi
pekerja, sehingga kriteria accident adalah bila terjadi
kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya manusia atau
cacat permanen
• Penghargaan Zero Accident banyak diartikan tidak ada korban
manusia
• Fakto ini memang penting karena jiwa manusia tidak dapat
dhitung secara ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini
dan mengabaikan faktor ekonomi adalah kurang bijaksana
ASPEK EKONOMI
• Biaya kecelakaan konstruksi (construction accident
cost) telah dihitung dengan bermacam-macam cara.
Pada tahun 1980 telah dicatat dari berbagai
sumber kecelakaan dalam industri konstruksi
mencapai 6,5% dari total biaya konstruksi sebesar
US$ 300 M atau  US$ 20 M per tahun
• Dalam dekade sekarang tidak terlihat penurunan
yang berarti, di Indonesia dan beberapa negara
berkembang angka-angka ini tidak dapat secara
pasti, sehingga kurang mendorong dibudayakannya
safety engineering, hal ini disebabkan:
– Tidak teraturnya pencatatan terjadinya suatu accident
– Terlalu tingginya angka keamanan yang digunakan sehingga
tidak effisien.
ASPEK EKONOMI (cont)
• Dari faktor ekonomi memaksa owner maupun
kontraktor untuk melakukan pendekatan yang
pragmatis terhdap keamanan konstruksi
• Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh biasanya
akan membuat lebih mudah untuk menawarkan
program safety engineering atau Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) kepada pengusaha
• Kalau seseorang mempertimbangkan biaya accident
baik yang langsung maupun tidak langsung maka
program K-3 yang effektif akan mudah
dilaksanakan di pabrik maupun di industri
konstruksi
SIFAT INDUSTRI KONSTRUKSI

• Terdiri dari berbagai macam kegiatan dengan


jumlah yang banyak dan rawan kecelakaan
• Jenis kegiatan tidak standar, sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor luar seperti
kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk desain,
metode pelaksanaan dan lain-lain
• Perkembangan teknologi yang selalu mengikuti
perkembangan kegiatan konstruksi
• Tingginya turn over tenaga kerja
• Banyaknya pihak-pihak yang terkait (terlibat)
dalam proses konstruksi
Informasi K-3 lainnya (1)
• Masih rendahnya angka kecelakaan di negara berkembang
disebabkan pencatatan data kurang baik dan angka
keamanan konstruksi terlalu tinggi
• di AS pekerja konstruksi 6% dari total tenaga kerja,
prosentase kecelakaan 12 % dari seluruh kecelakaan yang
ada (19% fatal, biaya yang dikeluarkan sekitar US$ 5 s.d
10 M)
• Biaya pendidikan keselamatan di AS hanya US$
25.000/tahun, biaya yang effektf adalah 2,5% dari
seluruh biaya pekerja.
• Di India kontraktor hanya berkonsentrasi mencari
keuntungan pada mega proyek yang menggunakan 100
tenaga ahli, 500 pekerja terampil, dan 2000 pekerja
kasar tetapi tidak memiliki/melaksanakan K-3
Informasi K-3 lainnya (2)
• Hinze (1990) memperbandingkan indirect cost dan dirrect
cost untuk kecelakaan medis 4,2 : 1 dan kehilangan
kegiatan 20,3 : 1
• Pada tahun 1981 s.d 1985 industri konstruksi termasuk
yang berbahaya di Jepang. 43% akibat benda jatuh dan
23% akibat jatuh. Pada tahun 1989 angka ini naik 2,4
kali lebih besar
• stubbs dan Nicholson (1979) menyimpulkan 73% penyebab
kecelakaan adalah kegiatan mengangkat muatan barang
dan orang.
• Di Finlandia kasus kecelakaan pada industri konstruksi
28% akibat penanganan material, 64 % pengangkutan dan
pengangkatan bahan secara manual
MATERI K-3 PADA HAMKI (1)
• Pre-design
– Owner commitment
– Project organization
– Staffing consideration
• Design
– Safety coordinator meet with design team to understand
scope of project and provide input
• Pre-bid
– Contract requirements and drafting guidelines
– Written safety program
– Pre-qualification criteria
– Pre-bid conference
– Emergency response coordination
MATERI K-3 PADA HAMKI (2)
• Pre-construction
– Safety submittals
– Compliance agencies
– Pre-construction conference
• Construction
– Contractor safety enforcement and compliance
– Safety coordination meetings
– Safety committee
– Safety audits
– Monthly reports
– CM safety training
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
KERJA
• RECOGNITION:
pengendalian dan
pemahaman potensi
bahaya
• EVALUATION:
pengukuran dan penelitian
bahaya
• CONTROL: pencegahan
dan pengendalian bahaya
RECOGNITION
• Chemical hazards: chemical form,
degree of hazard, route of entry,
body effect, pharmacological
classification
• Physical hazards: noise, radiation,
lighting, vibration. temperature
• Biological hazards
• Ergonomic hazard
• Industrial operation hazards
EVALUATION
• Alat control
• Tuntutan tenaga
kerja
• Pajanan (exposure)
• Pengukuran: personal,
environmental,
duration, time
CONTROL
• Penetapan jenis dan
bentuk pengendalian
• Penetapan dan
pengawasan cara
kerja yang benar
• Penetapan dan
pengawasan prosedur
kerja yang benar
3 TYPE PENGENDALIAN UTAMA
• Engineering control: substitusi,
ganti proses (kontak minimal),
isolasi (pemaparan), local
exhaust, general & dilution
ventilation, training
• Administrative control: prosedur
kerja dan lain-lain
• Personal protective equipment:
bagian-bagian tubuh tertentu
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai