Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Kata kunci: CAMEL, CAR, NPF, NOM, BOPO, FDR, dan ROA
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan kemudian menyalurkanya kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan lainya seperti yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan. Bank merupakan salah satu
lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu
negara. Di Indonesia bank dibagi menjadi dua jenis yaitu bank konvensional dan
bank berdasarkan prinsip syariah. Beberapa tahun terakhir bank yang berdasarkan
prinsip syariah ini memiliki perkembangan yang cukup pesat di Indonesia.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah yang dirilis pada Agustus 2021
menunjukkan bahwa terdapat 35 kelompok industri perbankan syariah yang terdiri
dari 15 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah (www.ojk.go.id).
Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga bisnis keuangan, tugas utama
perbankan syariah adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Bank syariah
memiliki peran aktif untuk membantu kegiatan masyarakat dalam memenuhi
modal untuk mengembangkan usahanya, baik usaha sendiri maupun usaha
1
kelompok. Dengan adanya hal ini masyarakat diberikan modal untuk memenuhi
kebutuhan dana yang tidak terlepas dari fungsi keuangan syariah yang
memberikan fasilitas pembiayaan kepada masyarakat. Untuk penyaluran dana dari
masyarakat dilakukan melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip jual beli,
bagi hasil ataupun sewa.
Pada akhir tahun 2019 terjadi wabah Covid-19 yang telah mempengaruhi
perekonomian di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negagara yang
sangat bedampak dari akibat wabah tesebut. salah sataunya di sektor
perekonomian khususnya perkembanagan dunia perbankan sayariah terutama
pada aspek pembiayaan yang mengalami kendala dalam pelunasan dari para
pemerima pembiayaan. Hal ini menyebabkan kendala dalam pertumbuhan kinerja
keuanagan pada sektor pebankan syariah.
Bank syariah di Indonesia memiliki peran yang cukup penting maka dari
itu perlu ditingkatkan kinerja bank syariah agar perbankan dengan prinsip syariah
tetap sehat dan efisien. Upaya untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank
umumnya menggunakan beberapa aspek penilaian yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
dalam menilai tingkat kesehatan bank digunakan analisis CAMEL (Capital,
Assets Quality, Management, Earning, Liquidity).
Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan dapat dilihat dari kinerja
keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan
tersebut. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada
umumnya adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA). Ukuran
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA).
ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam
operasi perusahaan. Untuk menganalisis rasio return on asset (ROA) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti CAR, NPF, FDR (Munaroh et al.,
2018).
Tabel 1.1
Rasio Keuangan Pada Bank Umum Syariah
Rasio 2016 2017 2018 2019 2020
ROA 0,63% 0,63% 1,28% 1,73% 1,40%
CAR 16,63% 17,91% 20,39% 20,59% 21,64%
NPF 4,42% 4,76% 3,26% 3,23% 3,13%
NOM 0,68% 0,67% 1,42% 1,86% 1,46%
BOPO 96,22% 94,91% 89,18% 84,45% 85,55%
FDR 85,99% 79,61% 78,53% 77,91% 76,36%
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2020
Berdasarkan pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tahun 2020 rasio ROA
mengalami penurunan dari 1,73% menjadi 1,40% dibandingkan dengan tahun
2
sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 rasio ROA tidak mengalami
peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 0,63%. Berbeda dengan 2018 rasio
ROA mengalami kenaikan sebesar 1,28% dan tidak setinggi dengan tahun 2019.
Krisis yang terjadi dalam industri perbankan perlu diantisipasi dan
dipulihkan, terutama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik
terhadap bank sebagai sebuah perusahaan atau sistem perbankan secara
keseluruhan. Pemahaman akan kinerja efisiensi bank mutlak diperlukan dalam
situasi persaingan industri perbankan yang semakin ketat.
Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja perbankan, masyarakat
kembali mempercayai terhadap sistem perbankan di Indonesia secara utuh yang
selama ini sudah tepuruk bisa bangkit kembali. Dalam situasi seperti itu,
masyarakat akan menjadi lebih jeli untuk menilai kondisi suatu bank bahkan
sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain, kinerja keuangan bank dapat
pula dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan bank. Profitabilitas merupakan
indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank
(Syofyan, 2002).
Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah Di Indonesia”.
2. STUDI PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga melainkan berdasarkan prinsip syariah. Operasional bank syariah dan
seluruh produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist
Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya menyalurkan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya pada lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang dengan prinsip syariah Islam (Muhammad:
2018).
2.2 Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2018), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik adalah pelaksanaan aturan-aturan yang
berlaku sudah dilakukan secara baik dan benar.
Dalam hal ini, ukuran kinerja perbankan yang tepat adalah dengan mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan laba setiap periodenya. Menurut Harahap
(2001), laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari
transaksi perusahaan periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan penghasilan itu. Dalam pengukuran profitabilitas pada
3
perbankan dapat dilihat dengan berbagai macam rasio, seperti Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM).
2.2.1 Return On Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah
pajak dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. ROA juga
menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang
dimiliki perusahaan, ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Besarnya perhitungan pengembalian atas
aktiva menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba
yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang
dimiliknya (Saefullah, Listiawati, & Abay, 2018).
ROA dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Laba Bersih
ROA= x 100 %
Total Asset
2.3 Rasio CAMEL
Ratnaputri (2013) menjelaskan bahwa CAMEL digunakan untuk menilai
rasio finansial yang diukur dalam beberapa aspek. Dengan analisis rasio dapat
diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu lembaga
keuangan pada tahun berjalan. CAMEL sendiri merupakan singkatan dari capital,
assets, management, earning dan liquidity.
Aspek modal diukur dengan menerapkan CAR, aspek kualitas aset diukur
dengan menerapkan NPF, aspek manajemen diukur dengan menerapkan NOM,
aspek kapasitas penghasilan diukur dengan BOPO, dan aspek likuiditas diukur
dengan FDR.
2.3.1 Capital Adequeacy Ratio (CAR)
Rasio Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengetahui apakah
permodalan bank telah mencukupi dalam mendukung kegiatan bank yang
dilakukan secara efisien (Indyarwati, 2017). Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia CAR minimum yang harus dimiliki oleh bank sebesar 8%. Semakin
tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung
risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas.
CAR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Modal
CAR = x 100 %
ATMR
2.3.2 Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) memperlihatkan besarnya risiko
pembiayaan yang dihadapi bank, semakin kecil NPF, maka semakin kecil pula
resiko kredit yang ditanggung pihak bank. NPF yang tinggi akan memperbesar
4
biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin buruk kualitas pinjaman bank yang menyebabkan jumlah pinjaman
bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian
dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba
(ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2017).
Adapun formula yang dapat digunakan untuk menghitung nilai Non
Performing Financing (NPF) ini menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2014 adalah:
Jumlah Pembiayaanbermasah
NPF = x 100 %
Jumlah Pembiayaan
2.3.3 Net Operating Margin (NOM)
Mengutip Bank Indonesia, Net operating margin merupakan rasio utama
rentabilitas pada bank syariah untuk mengetahui kemampuan aset ptooduktif
dalam menghasilkan laba. Net Operating Margin juga dapat diartikan rasio
rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aset produktif dalam menghasilkan
laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan
rata rata aset produktif. NOM juga harus dijaga kesetabilannya, sehingga apabila
NOM rendah, tingkat rentabilitas ikut redah yang mengakibatkan keutungan yang
diperoleh akan kecil.
NOM dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
( Pendapatan operasional−dana bagihasil)−B O
NOM = X 100%
Rata rata aset produktif
2.3.4 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
menggambarkan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pada
prinsipnya kegiatan utama bank adalah bertindak sebagai perantara, yaitu
menyalurkan dan menghimpun dana, sehingga biaya dan pendapatan operasional
bank didominasi oleh biaya operasional bank itu sendiri seperti biaya akad,
(Muhammad, 2014). Rasio ini mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasionalnya, mengingat tugas utama bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi besar bagi
bank. Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 92%.
BOPO dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Biaya Operasional
BOPO = x 100 %
Pendapatan Operasional
2.3.5 Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur dana pihak
ketiga yang digunakan dalam sebuah bank dengan kata lain sejauh mana dana
pihak ketiga dimanfaatkan oleh bank. Rasio ini sama dengan Loan to Deposit
5
Ratio pada bank konvensional yang merupakan perbandingan antara pembiayaan
yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh
bank. Tinggi rendahnya liquiditas bank dapat tergambar dari tinggi rendahnya
rasio ini, semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti menggambarkan bank
yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih
kecil (Muhammad, 2014). Disisi lain kondisi ini juga menggambarkan semakin
rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit.
Adapun formula yang dapat digunakan untuk menghitung nilai Financing
to Deposit Ratio (FDR) ini menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2014 adalah :
Total Pembiayaan
FDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank,
sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam
menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya
laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian, besar-kecilnya
rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja keuangan bank tersebut.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian(sugiyono,2014). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh saat pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan,
makam hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang dinyatakan dalam
kalimat berikut, “Terdapat pengaruh antara Capital Aduquecy Ratio (CAR),Non
Perfoming Financing (NPF), Net Interest Margin (NOM), Biaya Operasional
dibanding dengan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) Tehadap Return On Asset (ROA).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui
pengaruh CAR, NPF, NOM, BOPO dan FDR kinerja keuangan yang diukur
dengan ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) periode tahun 2010-2020. Penelitian ini merupakan
penelitian analisis pengaruh yang bertujuan untuk meneliti hubungan pengaruh
antara dua variabel, yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Variabel
6
dependen dalam penelitian ini yaitu ROA dan variabel independennya yaitu
CAR, NPF, NOM, BOPO dan FDR.
7
penyimpangan data yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji
Autokorelasi, dan Uji Multikolonieritas
b. Uji Multikolinearitas
X1 X2 X3 X4 X5
8
d. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
9
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (ROA).
10
variabel lain dianggap konstan.
Variabel FDR bahwa nilai t-statistik atau thitun sebesar 0,469240 dan nilai
ttabel sebesar 2.011741 yang artinya nilai thitung (0,469240) < nilai ttabel
(2.011741). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.6413, menunjukkan
bahwa nilai probabablitas FDR > dari nilai α = 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan
tidah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen FDR terhadap
variabel dependen ROA. nilai koefisien dimiliki variabel FDR sebesar 0,002636.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk melihat hasil uji R2 untuk variabel dependen ROA dapat dilihat dari tabel
4.11 yang menunjukkan nilai R Square pada model regresi adalah 0.937658 yang
menunjukkan kemampuan variabel independen (CAR, NPF, NOM, BOPO dan
FDR) dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 93,7658%, sedangkan
sisanya sebesar 6,2342% di jelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Rasio
CAMEL terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia”
Menggunakan analisis Linier regresi berganda dengan bantuan aplikasi Eviews.
Berdasarkan pada hasil analisiss pembahsan yang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil uji F
Berdasarkan uji regresi data panel pada uji hipotesis (Uji F) ditemukan
bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel CAR, NPF, NOM, BOPO dan
FDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2016-2021, yang diukur dengan Retun On Asset
(ROA).
b. Hasil Uji t Parsial
1) Berdasarkan dari hasil Uji t parsial menunjukkan bahwa variabel independen
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2016-2021 yang diukur dengan Retun On Asset (ROA).
2) Berdasarkan dari hasil Uji t parsial menunjukkan bahwa variabel independen
Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2016-2021 yang diukur dengan Retun On Asset (ROA).
3) Berdasarkan dari hasil Uji t parsial menunjukkan bahwa variabel independe
11
Net Operating Margin (NOM) memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap variabel dependen Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2016-2021 yang diukur dengan Retun On Asset (ROA).
4) Berdasarkan dari hasil Uji t parsial menunjukkan bahwa variabel independen
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Keuangan
Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2016-2021 yang diukur dengan
Retun On Asset (ROA).
5) Berdasarkan dari hasil Uji t parsial menunjukkan bahwa variabel independen
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2016-2021 yang diukur dengan Retun On Asset (ROA).
KEPUSTAKAAN
Fahmi, I. (2018). Pengantar Manajemen Keuangan . Bandung: Alfabeta.
Harahap, S. S. (2001). Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Muhammad. (2014). Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh dan
Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Muhammad. (2018). Manajemen Bank Syariah. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Ratnaputri, W. (2013). The Analysis of Islamic Bank Financial Performance by
Using CAMEL and Sharia Conformity and Profitability (SCnP). Jurnal
Dinamika Manjemen, 4:215-226.
Saefullah, E., Listiawati, & Abay, P. M. (2018). Analisis Kinerja Keuangan
Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada PT XL AXIATA, Tbk Dan PT
Indosat Ooredoo, Tbk Periode 2011-2016 Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Banque Syar'i, 15-32.
Syofyan, S. (2002). Pengaruh struktur pasar terhadap kinerja perbankan di
Indonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen, 2(3), 194-219.
Website :
Www.ojk.go.id. Retrieved Maret 28, 2022, from
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---
Agustus-2021/SPS%20Agustus%202021.pdf
12