Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

OLEH :

NI MADE RATNIAWATI (203213207)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI


GANGGUAN KEBUTUHAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan pemberian oksigen
melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi
juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru dengan
alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang
adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium.
Beberapa metode pemberian oksigen:
a. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernafasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan
pasien.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Hidung , terdiri atas saluran dalam lubang hidung yang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke rongga
hidung yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara
yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di vestibulum,
kemudian udara tersebut akan di hangatkan dan dilembabkan.
b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan
esophagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu nasofaring
(belakang hidung), orofaring ( belakang mulut), dan laringofaring (belakang
laring).
c. Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian
dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane dengan lamina
yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglottis , merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat
proses menelan.

Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup.


Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
a. Trachea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima. Trachea memiliki panjang kurang lebih 9 cm
dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trachea
dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat epithelium bersilia yang bisa
mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trachea yang bercabang menjadi bronkus
kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek dan lebar darpada bagian kiri.
Bronkus bagian kanan memiliki tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah dengan
lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua
lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus , merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
d. Paru – paru , merupakan organ utama dalam sistem persarafan. Paru- paru terletak
di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru –
paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu
paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak tersebut
apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastic, berpori, serta berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi (inhalasi) saat udara
mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara mengalir keluar dari
paru. Keadekuatan ventilasi tergantung pada beberapa faktor:
- Kebersihan jalan napas
- Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan
- Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi
- Keadekuatan komplias dan recoil paru
b. Volume paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fugsi pulmonary. Spirometri
mengukur volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru.
Variasi seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang
obstruktif dan restriktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliasi , dan kekuatan
otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
c. Alveoli
Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ked an dari darah melalui
membrane alveolar. Kantung udara yang kecil ini mengembang selama
inspirasi , secara besar meningkatkan area permukaan di atas sehingga terjadi
pertukaran gas.
C. Proses Oksigenasi
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan Recoil. Compliance
merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Sedangkan recoil adalah
kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan , yaitu
medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membrane respirasi atau permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal
ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk ke dalam darah secara difusi.
3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan O2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu curah jantung (Cardiac Output), kondisi pembuluh darah, latihan ,
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit
dan kadar hemoglobin.
D. ETIOLOGI status Oksigenasi
1. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu.
Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan
jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
2. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia
juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman
oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan di medula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam
tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna
kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya
selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan Pola Napas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO 2 yang
dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan
kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),
sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai
akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan
bernafas disebut dyspnea.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi napas
7. Ortopneu
8. Sputum
G. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dank e paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napa sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar X sehingga member bayangan yang sangat memancar. Bagian
padat udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit
ditembus sinar X benda yang padat member kesan warna lebih putih dari bagian
berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan cabang
utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau
untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini pasien tidak boleh makan atau
minum selama 2-3 jam sampai timbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungkin
akan mengalami aspirasi ke dalam cabang trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru-paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang bersifat
menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemeriksaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit
pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit
bebagai pneumonia , bacterial , tuberkulosa , serta jamur. Pemeriksaan sitologi
eksploitatif pada sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang
baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi
abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume alun napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang keluar masuk
paru pada keadaan istirahat (kurang lebih 500ml).
b. Volume Cadangan In pirasi (Inpiration Reserve Volume – IRV), yaitu volume
udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi
secara biasa L= kurang lebih 3300ml,P=kurang lebih 1900ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot ekpirasi
setelah ekspirasi biasa. L=kurang lebih 1000ml, P=kurang lebih 700ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa dalam
paru setelah ekspirasi maksimal. L=kurang lebih 1200ml, P=kurang lebih 1100ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumlahan dua jenis volume atau lebih dalam
satu kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang dapat
dimasukan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC=IRV+TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungsional Residual Capacity – FRC, yaitu jumlah
udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC=ERV+RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity- VC), yaitu volume udara maksimal yang dapat
masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan
ekspirasi maksimal (VC=IRV+TV+ERV). Kapasitas paru-paru total (Total Lung
Capacity – TLC), yaitu jumlah udara maksimal yang masih ada di paru-paru
(TLC=VC+RV), L=kurang lebih 6000ml,P=kurang lebih 4200ml.
h. Ruang Rugi ( Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran napas yang
tidak terlibat proses pertukran gas (kurang lebih 150ml),L=kurang lebih 500ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumlah pernapasan yang dilakukan permenit (kurang
lebih 15x/menit ). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila
seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut
menekan ke atas atau ke diafragma , sedangkan volume udara paru meningkat
sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
j. Analis Gas Darah (Analysis Blood Gasses –ABGs). Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
I. PATHWAY
Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernapasan terganggu

Ventilasi pernapasan obstruksi jalan nafas/


Pengeluaran mukus yang banyak

Hipoventilasi/ bersihan jalan nafas


Hiperventilasi tidak efektif

Takipneu / bradipneu

Pola nafas tidak


efektif
J. PENATALAKSANAAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Tekhnik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning

K. Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Oksigenasi


A. Pengkajian Keperawatan
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
- Fungsi kardiopulmoner saat normal
- Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau gangguan
- Pengukuran penggunaan O2 secara optimal
Kaji :
a. Masalah-masalah respirasi
b. Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Nyeri
f. Masalah kardiovaskuler
g. Faktor resiko yang memperlambat
h. Rasionalisasi penggunaan medikasi
i. Stressor yang dialami
j. Status/kondisi kesehatan
Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
a. Rasionalisasi hipertensi :sakit jantung atau cerebro vaskuler asadent
b. Merokok
c. Obesitas
d. Diet tinggi lemak
e. Meningkatnya kolesterol
Anamnese riwayat kesehatan
Masalah bernafas:
a. Nyeri dada
b. Dypsnoe
c. Hipoventilasi
d. Batuk
e. Hiperventilasi
f. Cyanosis
Riwayat psikososial
a. Kebiasaan merokok
b. Riwayat tumbuh kembang
c. Tanggapan terhadap penyakit
d. Alkohol
Obesitas
- Gangguan syaraf (CVA)

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama
bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi pengkajian apakah pasien
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah
sering mengalami gangguan pola tidur.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1. Inspeksi
Menggunakan indra penglihatan, Observasi dari head to toe (kepala sampai kaki)
meliputi :
a. Kulit
b. Warna membrane mukosa
c. Keadaan umum
d. Tingkat kesadaran
e. Keadekuatan sistem sirkulasi
f. Pola nafas
g. Gerakan dinding dada
h. Bentuk thorax
i. Tipe pernafasan (brot, kussmaul)
j. Gerakan otai pernafasan
2. Palpasi
Menggunakan indra peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di
jangkau tangan.
Misal : suhu, kelembapan, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa
edema, krepitasi dan sensasi.
a. Palpasi ringan
Dengan menggunakan telapak tangan dan tangan sejajar dengan kulit tekan
hati-hati dengan kedalaman 1-2 cm gerakan bantalan jari dengan gerakan
memutar.
b. Palpasi dalam
Palpasi tangan tunggal dengan sisi telapak tangan pada kulit dengan tangan
menekan ke bawah, bantalan jari di tekan 4 - 5 cm.
3. Perkusi
Meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan
membantu dalam penentuan densitas, lokasi, ukuran dan posisi struktur di bawahnya.
a. Perkusi langsung (segera)
Permukaan tubuh ditekuk dengan satu jari atau lebih pada satu lengan.
b. Perkusi tidak langsung (perantara)
Jari tengah pada satu tangan (fleksimer) hipertensi dalam tulang distal jari
ditempelkan berlawanan dengan permukaan tubuh.
c. Hasil perkusi
1. Timpani
Intensitas keras, bunyi nada tinggi, lamanya sedang, setara dengan bunyi
dram.
2. Hiperresonansi
Intensitas sangat keras, bunyi dengan nada sangat rendah, lamanya sangat
singkat setara dengan bunyi dentuman.
3. Resonansi
Intensitas sedang, bunyi nada rendah, lamanya panjang setara dengan gaung.
4. Pekak
Intensitas lembut, bunyi nada tinggi, lamanya sedang.
5. Bunyi datar
Intensitas halus, bunyi nada tinggi, lamanya singkat.
4. Auskultasi
Tindakan mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh bermacam-macam organ dan
jaringan dalam tubuh, instrument yang digunakan untuk auskultasi adalah stetoskop.
a. Bunyi nafas normal
1) Bronchial
Bunyi keras, nada tinggi dengan gaung atau kualitas
2) Bronkovasikuler
Bunyi sedang dengan nada sedang, mempunyai kualitas redam
3) Vasikuler
Bunyi yang dihasilkan nada rendah, halus, respirasi lebih keras dan lebih
tinggi dari ekspirasi
b. Bunyi nafas menyimpang
1) Fine crackles
Bunyi tidak terus menerus terdegar bunyi ledakan mirip dengan gesekan
rambut dekat telinga
2) Coarse crackles
Bunyi tidak terus merus, bunyi ledakan keras dengan kualitas gelembung,
mirip gelembung soda karbonat
3) Ronchi
Bunyi keras, tinggi, kualitas mendengkur terus menerus mirip gesekan 2 balon
4) Mengi
Bunyi berkualitas musik, nada tinggi terus menerus
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan perubahan pola nafas
3.
K. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan 1) Monitor pola nafas 1) Memonitor
Nafas Tidak keperawatan selama ....x 24 (frekuensi, keadaan
Efektif jam diharapkan Bersihan kedalaman, usaha pernapasan klien.
berhubungan Jalan Napas Efektif , dengan nafas).
dengan kriteria hasil : 2) Pertahankan 2) Mempertahankan
obstruksi jalan kepatenan jalan napas kepatenan jalan
(1) Dyspnea menurun
nafas dengan head-tilt dan napas.
(2) Frekuensi napas
chin-lift (jaw-thrust
membaik (12-20x/mnt)
jika curiga trauma
(3) Suara napas tambahan
servikal). 3) Untuk
stidor, mengi,
3) Anjurkan asupan meningkatkan
wheezing menurun
cairan 2000ml/hari, cardiac output dan
jika tidak oxygen delivery.
kontraindikasi. 4) Kelompok obat
4) Kolaborasi pemberian yang digunakan
untuk meredakan
bronkodilator,
gejala akibat
ekspektoran, penyempitan
mukolitik, jika perlu saluran pernapasan.

2 Pola Nafas Setelah diberikan tindakan 1) Monitor pola napas 1) Monitor keadaan
Tidak Efektif keperawatan selama …. X (frekuensi, kedalaman, pernapasan pasien.
usaha napas)
berhubungan 24 jam diharapkan pola
2) Berikan oksigen jika 2) Agar kadar oksigen
dengan napas pasien kembali perlu. di dalam tubuh
perubahan pola normal, dengan kriteria hasil 3) Anjurkan teknik batuk tercukupi sehingga
efektif fungsi organ
nafas :
4) Kolaborasi pemberian berjalan lancer
(1) Dyspnea menurun bronodilator, 3) Mengeluarkan
(2) Frekuensi napas ekspektoran, mukolitik, semua udara dari
membaik jika perlu. dalam paru-paru
Kealaman napas membaik
dan saluran nafas
sehingga
menurunkan
frekuensi sesak
napas.
4) Untuk membantu
pembebasan jalan
napas
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan mengkoordinasikan aktivitas
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Jadi implementasi
keperawatan adalah kategori serangkaian prilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untk membantu masalah kesehatan
pasien yang sesuai dengan perencanaan dan criteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.

M. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
DAFTAR FUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007. Jakarta : EGC

International, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


2013. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai