Disusun Oleh:
1. Salvinia Ermi Wahyuningtias NIM. 2107061
2. Kurniawan Hamdani NIM. 2107047
3. Eko Ristiarso NIM. 2107076
4. Mega Isnawati NIM. 2107052
5. Liamawati NIM. 2107048
6. Iin Werdining Rahayu NIM. 2107044
7. Agus Listiyaningsih NIM. 2107083
8. Agus Lestariyono NIM. 2107027
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Komunitas II Semester VIc.
Pada makalah ini kami akan membahas “Penggunaan Leaflet Sebagai Media
Komunikasi Kesehatan dengan Evidence Based (Promosi Kesehatan Tentang
Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus dengan Media Leaflet)”. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Fandhy Aldy
M, M.Kep dan TIM selaku pengampu mata kuliah ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Komunitas II. Kami menyadari masih terdapat kekurangan pada
makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
PENUTUP ............................................................................................................... 26
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 26
B. SARAN......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 27
LAMPIRAN 1……………………………………………………………………..29
LAMPIRAN 2……………………………………………………………………..30
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Promosi Kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan, dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut berpengaruh terhadap perilaku. Dengan adanya promosi
kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat perubahan perilaku
kesehatan dari sasaran (Sanjaya, W, 2016).
Komunikasi merupakan sarana yang penting dalam jalannya suatu
kehidupan. Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali media komunikasi
yang telah beredar, tak terkecuali leaflet. Leaflet merupakan selembar kertas
yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran
dan tujuan tertentu dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah
dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet digunakan untuk
bermacam hal misalnya mengenalkan produk, sebagai katalog mini atau
booklet mini, profil perusahaan, dan lain sebagainya. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain – lain (Sanjaya, W, 2016).
Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-
pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan
perbanyakan sederhana seperti di photocopy. Karena media ini mudah untuk
dibagikan dan dapat dibawa kemana mana makan sangat efektif dalam
penyampaian informasi dan membantu promosi Kesehatan (Fauziah et al.,
2017).
1
Kelebihan Leaflet menurut Notoatmojo yaitu tahan lama, menjangkau
banyak orang, dalam segi biaya terbilang rendah, mudah dibawa
kemanamana, menampilkan estetika keindahan, mempermudah pemahaman
dengan bahasa yang singkat, dan juga dapat meningkatkan minat (Purwono,
2018). Kelebihan lain dalam dunia pendidikan, leaflet merupakan salah satu
bahan ajar yang lebih menarik dari buku paket, karena bahan ajar leaflet
sangatlah sederhana dan lebih menarik dalam segi tampilan (Perdana, 2021).
Selain itu, menurut Purnomo leaflet juga memberikan pemahaman yang lebih
mudah bagi siswa bahwa matematika tidak serumit buku cetak yang tebal,
tetapi matematika dapat diringkas menjadi hal yang indah dan menarik
(Fauziah et al., 2017).
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah media leaflet efektif digunakan dalam promosi kesehatan dan mampu
menigkatkan pengetahuan?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui evidence based bahwa media leaflet mampu
meningkatkan pengetahuan dan efektif digunakan dalam promosi
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep promosi Kesehatan
2. Mengetahui konsep dasar tentang leaflet
3. Membahas review artikel jurnal mengenai media leaflet
2
D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mempelajari lebih mendalam
tentang media promosi kesehatan.
2. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang masalah Kesehatan dengan pendekatan
promosi kesehatan.
3. Bagi Ilmu Keperawatan Komunitas
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan ilmu
penelitian tentang promosi Kesehatan dengan media leaflet.
4. Bagi Institusi
Sebagai literatur dalam pengembangan penelitian institusi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROMOSI KESEHATAN
1. Pengertian Promosi Kegiatan
Promosi kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi
kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik
dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
oorang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondunsif oleh
sasaran dari promosi kesehatan (Fauziah et al., 2017).
Sedangkan menurut Kemenkes (2011) promosi kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran
diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya aetempat dan di dukung oleh kebijakan public yang berwawasan
kesehatan (Prof. DR. H. Wina Sanjaya, 2016).
4
3. Metode Promosi Kesehatan
Menurut (Prof. DR. H. Wina Sanjaya, 2016) dalam proses
penyampaian materi promosi kepada sasaran maka pemilihan metode yang
tepat sangat membantu penyampaian usaha mengubah tingkah laku sasaran.
Secara garis besar metode promosi dalam kesehatan, yaitu :
1) One Way Methode
Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif sedangkan pihak sasaran
tidak diberikan kesempatan untuk aktif
2) Two Way Methode
Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan
sasaran antara lain tanya jawab, simulasi, role playing, wawancara.
5
B. MEDIA LEAFLET
1. Pengertian Leaflet
Selebaran atau leaflet adalah Lembaran kertas berukuran kecil
mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai
informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Leaflet merupakan selembar
kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu
sasaran dan tujuan tertentu dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat,
mudah dimengerti dan gambar- gambar yang sederhana (Perdana, 2021).
Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata.
Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang
khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian
leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri. Dari pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa leaflet adalah selebaran tercetak dengan
ukuran kecil yang dilipat, berisikan informasi yang disebarkan kepada umum
secara gratis (Perdana, 2021).
Kualitas cetakan leaflet biasanya bagus, dibuat dengan desain yang
menarik, dan berisi informasi yang lengkap baik berupa gambar maupun
tulisan. Karena bentuknya lipatan, pembuatan leaflet biasanya
memperhatikansisi psikologi orang membuka leaflet, sehingga desainnya pun
dibuat untuk memudahkan orang menerima informasi yang ada pada leaflet
tanpa terlalu banyak membolak-balik leaflet (Perdana, 2021).
Leaflet digunakan untuk bermacam hal misalnya mengenalkan
produk, sebagai katalog mini atau booklet mini, profil perusahaan, dan lain
sebagainya. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang
suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain - lain. Leaflet dapat
diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti
pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di
photocopy (Perdana, 2021).
6
2. Tujuan Leaflet
a. Untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau
dikomunikasikan
b. Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah
disampaikan
c. Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak
(Prof. DR. H. Wina Sanjaya, 2016)
3. Ciri – Ciri Leaflet
a. Dilihat dari bentuk leaflet
1) Lembaran kertas berukuran kecil yang dicetak
2) Dilipat maupun tidak dilipat
3) Tulisan terdiri dari 200 – 400 huruf dengan diselingi gambar –
gambar
4) Ukuran biasanya 20 – 30 cm
b. Dilihat dari isi pesan
1) Pesan sebagai informasi yang mengandung peristiwa
2) Bertujuan untuk peromosi
3) Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang
(Fauziah et al., 2017)
c. Pembuatan Leaflet
a. Syarat Pembuatan leaflet
1) Menggunakan bahasan sederhana dan mudah dimengerti oleh
pembacanya
2) Judul yang digunakan harus menarik untuk dibaca
3) Jangan banyak tulisan, sebaiknya dikombinasikan antara tulisan dan
gambar
4) Materi harus sesuai dengan target sasaran yang ditujuh
b. Yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Leaflets:
1) Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai
2) Tuliskan apa tujuannya
3) Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet.
7
4) Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
5) Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya
bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya
6) Buatkan konsepnya
7) Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hamper
sama dengan kelompok sasaran
8) Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi
c. Tips Pembuatan leaflet
1) Content Isi / teks
Isi materi tulisan dalam leaflet bisa saja mencakup
keseluruhan isi materi yang akan disampaikan,tetapi harus jelas
dan padat agar terkesan komposisi desain dapat dipahami dan
minimalis. Selanjutnya para pembaca akan di arahkan ke
media lain seperti Website atauNomor telfon untuk mengetahui
informasi lengkap selanjutnya.
2) Layout
Layout atau posisi tata letak berkaitan erat dengan bentuk
leaflet atau pamflet, ukuran dan isinya, baik teks, gambar,
maupun desain lainnya. Karena layout merupakan panduan awal
yang penting untuk menentukan di mana nantinya teks, gambar,
atau desain akan diletakkan dalam media leaflet, sehingga
dengan arah penempatan yang ditentukan sebelumnya serta isi
materi akan dapat tersusun dengan sempurna dan akan
memudahkan untuk dimodifikasi kembali.
3) Typografi
Pemilihan jenis font sangat mendukung estetika tampilan
teks dari sebuah leaflet atau pamflet. Typografi juga dapat
dijadikan alternatif pengganti gambar karena font dapat
dimodifikasi sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi
gambar. Namun yang perlu diperhatikan disini adalah jangan
menggunakan Font yang susah di baca, karena akan menyulitkan
8
para pembacanya sendiri.
4) Gambar
Gambar dalam bentuk bitmap ataupun vector juga sangat
berpengaruh besar dalam mendukung unsur seni dalam sebuah
leaflet atau pamflet. Contoh gambar leaflet disarankan untuk
sesuai dengantemanya. Penggunaan gambar yang sesuai dan
berhubungan dengan informasi yang akan disampaikan akan
lebih terkesan pada pembaca.
5) Warna
Pemilihan warna yang tepat dapat menambah energi
dalam leaflet karena setiap warna memiliki makna dan arti yang
berbeda. Sehingga jika memungkinkan pilihlah warna sesuai
dengan informasi yang ingin berikan. Berikut contoh arti warna:
Merah : Power, energi, agresi,bahaya.
Kuning : Optimis, harapan.
Hijau : Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan.
Oranye : Energy, keseimbangan.
Ungu / Jingga : Spiritual, misteri, kebangsawanan,
transformasi, Keangkuhan.
Coklat : Tanah/Bumi, kepercayaan, kesenangan,
daya tahan.
Abu- Abu : Intelek, masa depan (milenium),
kesederhanaan, kesedihan.
Biru : Kepercayaan, konservatif, keamanan,
tekhnologi, kebersihan, keteraturan
Hitam : Kekuatan, seksualitas, kecanggihan,
kematian, misteri, ketakutan, kesedihan,
keanggunan.
9
6) Desain Grafis
Penambahan sentuhan desain grafis yang menarik akan
membuat tampilan leaflet unik . Desain memang diperuntukkan
untuk memberikan sentuhan tersendiri bagi pembacanya,
sehingga desain dapat menarik psikologis dan emosi dari
pembaca.
7) Bahan
Penentuan jenis bahan kertas brosur juga menentukan
nilai kualitas dari leaflet di mata pembaca. Jika leaflet
menggunakan jenis kertas yang exslusive tentunya hal itu juga
membuat daya tariknya akan menjadi terkesan elegant. Pada
umumnya leaflet banyak yang tercetak di atas bahan kertas jenis
Art Paper,Art Karton, Mate Paper, Maupun Kertas HVS.
8) Ukuran
Sebelum menentukan untuk mencetak brosur
tentukanukuran brosur yang akan dibuat terlebih dahulu. Pada
umumnya ukuran leaflet adalah sebagai berikut:
A5yaitu berukuran : 14.8 x 21 cm
A4 yaitu berukuran : 21 x 29.7 cm
A3 yaitu berukuran : 29.7 x 42 cm
F4 yaitu berukuran : 21.9 x 33 cm
9) Vernish, Spot & Laminating
Penambahan polesan luar dari kertas leaflet pasca
percetakan akan memberikan sentuhan berbeda di tangan
pembaca baik secara kasat mata maupun sentuhan langsung.
Pada umumnya leaflet diberi beberapa jenis lapisan luar untuk
alasan daya tarik maupun daya tahan. Lapisan – lapisan tersebut
dapat di definisikan sebagai berikut :
a) UV Vernish
Yaitu pemberian semacam zat kimia cair (Varnish)
yang di lekatkan pada permukaan kertas, biasanya kertas
10
yang diberikan lapisan varnish langsung kering melalui
penyinaran ultraviolet pada mesin UV.
b) Laminating Glos
Laminating ini biasanya berupa plastik tipis yang
berwana putih bening yang di lekatkan pada permukaan
brosur, biasanya digunakan untuk menjaga daya tahan leaflet
atau pamflet dari percikan air. Hasil akhir pun tidak jauh
berbeda dengan lapisan varnish yang mengkilap.
c) Laminating Doff
Laminating ini jenis bahannya hampir sama dengan
laminating glossy hanya saja terdapat perbedaan yang
mencolok yaitu pada dasar permukaan leaflet atau pamflet
tidak terlihat mengkilap namun lebih cenderung bersifat
lembut jika disentuh.
d) Spot UV
Penggunaan spot uv biasanya di tambahkan pada
posisi– posisi tertentu saja, seperti pada Tulisan Utama atau
tulisan-tulisan maupun gambar yang ingin lebih di tonjolkan
dari tulisanlainnya. Sehingga tulisan tersebut dapat terlihat
lebih mengkilap.
d. Cara membuat leaflet (brosur) dengan Microsoft Word 2007
a) Buka Ms office 2007 kemudian pilih new >>broucheres dan
boooklets, liat gambar di bawah ini.
b) Pilih template yang anda ingin buat, misalnya Business
brouchure (lavel desain) kemudian anda klik donwload pada
bagian kanan akan terbuka 2 layer baru, liat gambar di bawah.
c) Selanjutnya anda tinggal edit teks sesuai apa yang anda inginkan
e. Cara Membuat Leaflet dengan Photoshop
a) Tentunya Photoshop sudah dibuka, kemudian kita bikin page baru
dengan tekan CTRL+N dengan ukuran 29.7 x 21cm atau sesuka
anda yang penting bisa dibagi 3.
11
b) Kita buat Lembar kerja baru dengan ukuran 9.9 x 21cm
caranya sama seperti diatas CTRL+N
c) Kemudian kita desain Lembar kerja yang ukuran 9.9 x 21cm
tersebut dengan blending Option atau klik 2x.
d) Kita masukan Gambar atau tulisan tentang Leaflet kita dan
desain seindah mungkin.
e) Kemudian kita buat lagi lembar kerja baru atau dengan
duplicat layer supaya lebih cepat dengan mengklik kanan
pada layernya, tambah 2 layer lagi setelah itu kita drag and
drop pada backgroundnya
f) Kita perindah tampilan Leafleat kita dengan brush
bertemakan floral atau yang lainya dan kita juga bisa
menggunakan menu drop down atau yang lainya untuk
memperindah Leaflet. Kita juga 8.bisa mengisi background
dengan gambar supaya ada gambar yang transparan untuk
memperindah, dan kemudian kita satukan gambarnya dengan
menekan CTRL+SHIFT+E dan kemudian save dengan
format JPEG.
(Fauziah et al., 2017)
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
b. Populasi dan sampel b. Kerangka kerja pada penelitian ini adalah kerangka kerja
PICO. Dengan menggunakan kata kunci yang
dikombinasikan “education type 2 diabetes mellitus
patients diet” dalam bahasa Inggris dan “edukasi diet
diabetes melitus” dalam bahasa Indonesia Didapatkan 10
artikel jurnal.
c. Kriteria inklusi dan c. 10 artikel jurnal yang terpilih telah melewati eliminasi dan
Eksklusi skrining kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
e. Analisa Data e. -
7. Hasil Penelitian a. Media Edukasi Kesehatan Buku Saku dan Leaflet
Hasil penelitian yang diperoleh Haryono & Suryati (2018)
bahwa pendidikan kesehatan tentang diet DM dan kepatuhan
diet menunjukkan nilai mean kepatuhan diet pasien DM pada
kelompok intervensi sebesar 71.05, sedangkan pada kelompok
kontrol nilai mean 61.03 dan hasil p value = 0,000 artinya ada
pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang
diet DM terhadap kepatuhan diet pasien DM. Semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin besar pengetahuan dan
semakin mudah mengembangkan pengetahuan yang
berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang.
Pendidikan menjadi penting karena memengaruhi pola pikir
seseorang tentang sesuatu hal sehingga berpengaruh dalam
pengambilan suatu keputusan (Notoatmodjo, 2014). Didukung
hasil penelitian Heriansyah (2014) menyatakan ada pengaruh
antara edukasi dengan pendekatan prinsip diabetes self
14
management education terhadap peningkatan pengetahuan
responden (Suratun, 2018). Menurut studi penelitian yang
dilakukan oleh JW Muchiri (2016) edukasi kesehatan
menggunakan media leaflet terbukti berpengaruh untuk
meningkatkan pengetahuan responden dengan cara ceramah
dan tatap muka dengan evaluasi hasil bahwa informasi yang
diberikan perawat atau tenaga kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku diet pada pasien
DM. Menurut hasil studi penelitian Widajati (2015)
mengatakan bahwa penderita DM tipe 2 dapat menerima
edukasi menggunakan media leaflet yang dimodifikasi dari
segi penampilan dan isi pesan. Media leaflet yang dimodifikasi
dapat meningkatkan pengetahuan serta kepatuhan diet untuk
mencapai kadar gula darah normal (Widajati, 2015). Sejalan
dengan penelitian dari negara 5 Taiwan yang dilakukan
penelitian oleh Ouyang (2017) menyatakan bahwa kepatuhan
diet penderita DM tipe 2 dengan mengatur pola makan dan
asupan nutrisi agar normalnya kadar gula darah. Tenaga
kesehatan mampu memberikan informasi proposi kesehatan
dengan cara ceramah dan diskusi menggunakan media leaflet
(Ouyang, 2017). Penelitian Sopiyandi (2018) menyatakan
bahwa adanya perbedaan peningkatan pengetahuan setelah
diberikannya edukasi gizi dengan media buku saku dan leaflet
(Sopiyandi, 2018). Diperkuat oleh penelitian Restuning (2015)
menyatakan bahwa komunikasi petugas kesehatan dengan
melalui edukasi diabetes dalam bentuk ceramah dengan media
leaflet dapat meningkatkan kepatuhan pasien diabetes.
Semakin sering seseorang mendapat penyuluhan, maka
semakin baik pula perilakunya. Klien diabetes perlu mendapat
informasi tentang pengertian tentang DM terutama
perencanaan makan. Pengetahuan mengenai manajemen
15
diabetes merupakan komponen yang penting agar pengelolaan
diabetes itu bisa berjalan dengan baik (Restuning, 2015).
Menurut penelitian Mujib (2018) hasil studi memperlihatkan
bahwa adanya efektifitas pemberian edukasi media leaflet
terhadap kepatuhan pola makan penderita DM. Rendahnya
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang dalam proses memahami dan menerapkan apa yang
telah disampaikan seperti menerapkan pola makan (diet) yang
tepat untuk penderita Diabetes tipe 2 (Mujib, 2018).
b. Media Edukasi Kesehatan Audiovisual
Hasil penelitian Habibah (2019) didapatkan penjelasan bahwa
berdasarkan uji statistik t-dependent didapatkan mean nilai Self
Care Behavior sebelum diberikan DSME adalah 36,73 dengan
standar deviasi 11,65, untuk mean nilai Self Care Behavior
setelah diberikan DSME adalah 60,93 dengan standar deviasi
10,15, dimana p value = 0.000 lebih kecil daripada nilai alpha
(p < 0,05). Hal ini berarti didapatkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan nilai Self Care Behavior pada
pasien DM dengan menggunakan media audiovisual sebelum
dan setelah diberikan DSME. Penelitian Nonce (2019) juga
menyebutkan bahwa media edukasi menggunakan video
merupakan salah satu media penyampai pesan yang dianggap
efektif dengan penerimaan pengetahuan yang ada pada
seseorang diterima melalui indera (Nonce, 2019). Menurut
penelitian para ahli indera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan keotak adalah indera pandang. Kurang lebih 75%
sampai 87% dari pengetahuan manusia disalurkan melalui
indera pandang, 13% melalui indera dengar dan 12% lainnya
tersalurmelalui indera yang lain (Tuzzahroh, 2015). Sejalan
dengan penelitian Kallo (2018) menyatakan bahwa edukasi
kesehatan dengan metode Video sangat efektif dalam
16
peningkatan pengetahuan parapasien DM. Metode yang lebih
menarik membantu pasien dalam penyerapan informasi
Informasi yang diberikan lewat video juga lebih mudah
didapatkan karena para responden bisa melihat kembali
edukasi yang diberikan lewat internet sewaktu-waktu jika
diperlukan. Metode edukasi yang seperti itu memungkinkan
para pasien untuk semakin tertarik dalam mengikuti
penyuluhan-penyuluhan kesehatan selanjutnya yang akan
diselenggarakan (Kallo, 2018).
c. Media Edukasi Kesehatan Sosial Media
Penelitian menurut Yunitasari (2019) didapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan
sesudah pemberian edukasi sosial media whatsapp pada
kelmpok perlakuan dengan p value 0.000. Sama halnya dengan
variable sikap dimana terdapat perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah pemberian edukasi pada kelompok
perlakuan dengan p value 0.000. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2013) bahwa
edukasi gizi menggunakan sosial media whatsapp berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan secara berkala pada pasien
DM dengan nilai p= 0,031, edukasi gizi dapat memperbaiki
pola makan dengan nilai p= 0,003 edukasi gizi juga dapat
mengontrol kadar glukosa darah p= 0,000. Penelitian yang
dilakukan oleh Taufiq (2015) dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas pembelajaran menggunakan aplikasi whatsapp
membuktikan bahwa 95% responden penggunaan aplikasi
whatsapp efektif dapat meningkatkan pengetahuan. Sejalan
dengan penelitian Ayu (2014) menunjukan bahwa ada
pengaruh pemberian edukasi gizi sosial media whatsapp pada
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap pada penderita
dibetes melitus tipe 2 dengan nilai (p-value= 0,000) Dari
17
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa edukasi gizi
menggunakan media sosial whatsapp dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap penderita dibetes melitus tipe 2.
8. Diskusi/Pembahasan Informasi yang sangat diperlukan yaitu informasi terkait pesan
tentang 7 penyampaian kesehatan terkait kepatuhan diet DM,
diantaranya penyampaian informasi yang dapat dilakukan oleh
perawat adalah penyuluhan atau edukasi kesehatan dengan
menggunakan media. Media yang sering digunakan untuk
penyampaian pendidikan kesehatan atau edukasi yaitu berupa
media leaflet dengan metode ceramah atau diskusi dan audiovisual
(Ardianti, 2019).
18
Menurut penelitian yang dilakukan Mujib (2018) menyatakan
bahwa pemberian eduakasi menggunakan media leaflet dapat
menambah pengetahuan responden terhadap perilaku kepatuhan
diet dengan mengatur pola makan. Hasil studi memperlihatkan
bahwa pendidikan terakhir pasien pada kelompok intervensi hampir
seluruhnya adalah SD yaitu 14 orang (82,3%).
9. Kesimpulan Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa sebagian besar penderita
DM tipe 2 menerima edukasi kesehatan media leaflet terkait
kepatuhan diet DM, baik dari segi penampilan maupun isi pesan.
Hasil yang didapatkan ada peningkatan pengetahuan penderita
terkait kepatuhan diet DM antara sebelum dan setelah pemberian
edukasi kesehatan media leaflet.
10. Saran Penelitian Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan inovasi edukasi
kesehatan terkait penyakit yang diderita lebih menarik dalam
penyampaian media edukasi yang digunakan. Media edukasi
kesehatan tentang kepatuhan diet merujuk ke semua pasien diabetes
yang dirawat inap maupun rawat jalan untuk mendapatkan
penjelasan tentang penatalaksanaan diet DM yang tepat. Untuk
19
peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan metode
penelusuran web pencarian artikel. Penambahan referensi terhadap
media apa saja yang lebih inovatif serta sangat berpengaruh dalam
penyampaian edukasi kesehatan.
20
Dwipayanti, P. I. (2017). Hubungan pengetahuan tentang diet
diabetes melitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada
penderita diabetes melitus. Jurnal Keperawatan & Kebidanan,
47-53.
21
pengetahuan pasien DM tipe 2 di klinik diabetes Kimia Farma
Husada Manado. ejournal keperawatan (e-Kep), 6 (1), 1-6.
Diunduh 27 Juni, 2020, dari https://www.semanticscholar.org/p
aper/EFEKTIFITAS-PEMBERIANEDUKASI-DENGAN-
METODEVIDEO-2-Supit Masi/48e834f7561903d018e38cc1
e3e7978a3d9a9c19 Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat
data dan informasi kementerian kesehatan RI, waspada diabetes
situasi dan analisis diabetes. Jakarta: Pusdatin.
22
education-forpatients-with-type-2-diabetesfailure-or-success-
12175.html..
23
Tomastola, Y. S. (2015). Tanggapan pasien diabetes melitus
komplikasi tentang penggunaan media leaflet dan foto bahan
makanan pada konseling gizi di Poli gizi RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. GIZIDO, 7(1), 1-12. Diunduh 22 Juni, 2020,
dari https://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizi/issue/
view/9.
24
B. PEMBAHASAN EVIDENCE BASED TERKAIT MEDIA PROMOSI
KESEHATAN MENGGUNAKAN LEAFLET
Media promosi kesehatan leaflet terbukti efektif membantu penderita
diabetes melitus. Informasi yang sangat diperlukan yaitu informasi terkait pesan
tentang 7 penyampaian kesehatan terkait kepatuhan diet DM, diantaranya
penyampaian informasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah penyuluhan
atau edukasi kesehatan dengan menggunakan media. Media yang sering
digunakan untuk penyampaian pendidikan kesehatan atau edukasi yaitu berupa
media leaflet dengan metode ceramah atau diskusi dan audiovisual (Ardianti,
2019).
Penelitian Kusumawati (2015) menjelaskan terdapat perbedaan
kepatuhan menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat
pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam proses
memahami dan menerapkan apa yang telah disampaikan seperti pola makan atau
diet yang tepat untuk penderita DM tipe 2. Sependapat dengan penelitian JW
Muchiri (2016) bahwa telah dilakukan evaluasi setelah pemberian intervensi
edukasi kesehatan menggunakan media leaflet terbukti dapat mengontrol pola
makan penderita DM tipe 2.
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan sarana yang penting dalam jalannya suatu
kehidupan. Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali media komunikasi yang
telah beredar, tak terkecuali leaflet. Leaflet merupakan selembar kertas yang
berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan
tujuan tertentu dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti
dan gambar-gambar yang sederhana.
Sebagian besar penderita DM tipe 2 menerima edukasi kesehatan media
leaflet terkait kepatuhan diet DM, baik dari segi penampilan maupun isi pesan.
Hasil yang didapatkan ada peningkatan pengetahuan penderita terkait kepatuhan
diet DM antara sebelum dan setelah pemberian edukasi kesehatan media leaflet.
Sehingga di dalam melakukan promosi kesehatan leaflet efektif digunakan,
selain ukurannya yang dapat dibawa kemana saja, pesan yang tersampaikan juga
informatif karena medianya menarik walaupun sederhana.
B. SARAN
1. Efektifkan penggunaan media leaflet dengan meletakkan pada tempat –
tempat yang strategis
2. Media promosi kesehatan leaflet dapat dikembangkan dengan sosialisasi
yang baik mengenai permasalahan Kesehatan yang diangkat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani1, * S., & Argitya Righo2. (2020). MEDIA EDUKASI YANG TEPAT PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP KEPATUHAN DIET :
LITERATURE REVIEW. Vol 5, No, 2–10.
Ardianti, T. & Fitri, J. F. (2019). Hubungan pengetahuan dan kepatuhan diet
dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di poli penyakit dalam
RSUD Idaman Banjarbaru tahun 2018. Jurkessia, Vol. IX (2). DOI:
http://dx.doi.org/10.33657/jurkessi a.v9i2.171. Association, A. D. (2017).
Standards of medical care in diabetes. The Journal of Clinical and Applied
Research and Education, 40 (1). DOI: 10.2337/dc17-S002.
Damayanti, N. P. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam pencegahan ulkus kaki
diabetik di poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Keperawatan Respati, 11 (1). DOI: https://doi.org/10.35842/jkry.v2i1.1 73
Fauziah, A. N., Maesaroh, S., & Sulistyorini, E. (2017). Penggunaan Leaflet
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri.
Gaster, 15(2), 204. https://doi.org/10.30787/gaster.v15i2.207
JW Muchiri, G. G. (2016). Impact of nutrition education on diabetes knowledge and
attitudes of adults with type 2 diabetes living in a resource-limited setting in
South Africa: a randomised controlled trial. Journal of Endocrinology,
Metabolism and Diabetes of South Africa, 27-33. DOI:
https://doi.org/10.1080/16089677. 2016.1200324
Perdana, A. (2021). Perbedaan Pamflet, Leaflet, dan Brosur yang Harus Kamu
Ketahui.
Prof. DR. H. Wina Sanjaya, M. P. (2016). Media Promosi Kesehatan.Jakarta.
Purwono. (2018). Tinjauan Pustaka Media Komunikasi Leaflet. 1, 6–7.
27
Lampiran 1 (Leaflet Diet Diabetes Melitus)
28
29
Lampiran 2 (Hasil Promosi Kesehatan Secara Daring)
30