Latihan Cerpen Hari 1
Latihan Cerpen Hari 1
SUARA ketukan keras itu telah merusak lelap tidur Sobari. Semula ia mengira suara itu
bagian dari mimpi buruknya.namun separuh jiwanya mengatakan bahwa ia tidak salah
dengar. Sobari bangun,matanya mengarah ke arah jam alarm disisi tempat tidur,
pukul 10.00 pagi. Sobari menggerutu kesal, ia menerka-nerka siapakah orang yang
telah berani mengusik tidurnya di hari minggu ini. Sobari dengan langkah lunglai tak
bergairah menghampiri pintu kamar kosannya. Setelah membuka pintu kamarnya, ia
mendapati seorang wanita paruh baya berumur sekitar 50 tahun berdiri sambil
memegang rantang makanan dan satu kardus kecil.
" apa kau tak berniat membantu ibumu anak durhaka," dengus Ibu Sobari yang
kesal akan tingkah laku anaknya.
" jika kau hanya mematung begitu, aku akan menghajarmu anak nakal " kata Ibunya
tajam.
"Kenapa Ibu tiba-tiba muncul didepan kamar kosanku sepagi ini? " tanya Sobari
dengan polosnya.
"Apa kau tidak melihat di luar itu matahari bersinar sangat teriknya,dan aku harus
kesini sendirian, padahal ada anakku yang berjanji akan menjemput di stasiun,lalu
aku harus mendapati bahwa anakku itu masih saja seperti orang bodoh dan tidak
menyadari kebodohannya, " gerutu Ibu Sobari .
Mendengar ucapan Ibunya, Sobari langsung sadar akan kebodohannya yang haqiqi.
Ia benar-benar lupa kalau dia sudah berjanji untuk menjemput ibunya ke stasiun
kereta api pagi ini. Mimpi buruk didunia nyata itu sedang dihadapinya ,Sobari
langsung berpikir untuk meluluhkan hati ibunya itu.
" Maafkanlah anakmu yang bodoh ini ibu, anakmu ini benar-benar lupa,anakmu ini
bergadang semalaman mengerjakan tugas kantor. Jadi mungkin sedikit kelelahan, "
rayu Sobari sambil memeluk Ibunya.
"Dasarr selalu saja aku luluh dengan wajahmu yang tampan ini ,anakku "ucap Ibu
Sobari sambil membelai lembut wajah tampan anaknya.
" ahh ibuku ini memang yang terbaik, selalu sadar kalau anaknya ini tampan dan
tidak durhaka, " Sobari tersenyum sombong. Si ibu hanya geleng-geleng melihat
kesombongan anaknya itu jika dipuji sedikit.
"Sekarang kamu mandilah, biar ibu pindahkan makanan ini ke piring, ibu sudah
memasak rendang kesukaan kamu. Dan lihatlah kamarmu ini anak muda, apa kau
sangat senang tinggal dikamar yang berantakan begini. Diumur 28 tahun seharusnya
kau sudah cukup untuk menjadi pria yang rapi dan bertanggung jawab dengan tempat
tinggalmu.kalau kau mau, akan aku carikan calon istri yang pandai
mengurusmu,sudah waktunya kau berumah tangga," lagi-lagi Sobari mendengar
gerutu sang Ibu Ratu.
"Ibu aku baru saja bangun tidur, aku akan merapikan tempat tidurku setelah itu.aku
bisa mengurus diriku sendiri, tenanglah dan jangan mencarikan aku wanita
manapun," Sobari sedikit kesal karena ibunya selalu meminta agar ia segera menikah,
bukannya ia tidak mau menikah, tapi masalahnya dia terlalu lemah dekat dengan
wanita. Apalagi setelah ia patah hati 3 tahun yang lalu. Mengingat rasa sakit itu,Sobari
dengan cepat melangkah masuk ke kamar mandi.